Anda di halaman 1dari 3

Pro “Pernikahan dini untuk menjaga kesucian diri (‘iffah)”

Dalam ajaran Islam telah dijelaskan bahwa perasaan cinta akan membawa kebaikan pada
manusia bila disalurkan hanya dalam bingkai pernikahan.Semua bentuk hubungan cinta antara
laki-laki dan perempuan yg dilakukan diluar pernikahan adalah terlarang. Untuk menghindari
hal tersebut banyak diantaranya yang melakukan pernikahan dini.

Dalam agama Islam sendiri memang menganjurkan untuk menyegerakan menikah bagi mereka
yang sudah mampu. Sesuatu yang baik itu haruslah disegerakan, seperti jika sudah mempunyai
pasangan, meskipun itu masih diusia muda, daripada pacaran lama yang akhirnya malah
menumpuk dosa. Kita tahu, saat ini pacaran yang dilakukan oleh pasangan muda-mudi acap
kali tidak mengindahkan norma-norma agama. Kebebasan yang sudah melampui batas, dimana
akibat kebebasan itu kerap kita jumpai tindakan-tindakan asusila di masyarakat. Pernikahan
dini juga dilakukan agar laki-laki dan perempuan tidak berpacaran. Karena seperti yang kita
ketahui bahwa “pacaran” menimbulkan kerugian, antara lain akan lebih menghabiskan uang
untuk pasangan kita yang seharusnya uang tersebut kita gunakan gunakan untuk hal yang lebih
bermanfaat bagi diri kita. Namun jika sudah ada ikatan pernikahan justru pola piker kita akan
lebih dewasa. Tidak hanya menghabiskan uang namun kita juga pasti memiliki tanggung jawab
untuk mencari nafkah memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Pernikahan dini melatih kita untuk mendapatkan pembelajaran tentang kehidupan. Keuntungan
lain yang akan kita dapatkan dalam pernikahan adalah kita bisa memperluas relasi dengan
orang yang sebelumnya tidak kita kenal yaitu rekan-rekan pasangan kita atau bahkan
sebaliknya. pernikahan dini bisa membuat suami dan istri belajar memikul tanggung jawab di
usia belia. Hal ini dikarenakan, mereka sudah bukan menjadi tanggung jawab orang tua.
Kontra “Pernikahan dini untuk menjaga kesucian diri (‘iffah)”

Perkawinan pada umumnya dilakukan oleh orang dewasa dengan tidak memandang pada
profesi, agama, suku bangsa, miskin atau kaya, tinggal di desa atau di kota. Usia perkawinan
yang terlalu muda mengakibatkan meningkatnya kasus perceraian karena kurangnya kesadaran
untuk bertanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami-istri.Meskipun batas
umur perkawinan telah ditetapkan dalam pasal 7 ayat (1) UU No. I tahun 74, yaitu perkawian
hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudak
mencapai umur 16 tahun.

Banyak dampak negative dari pernikahan dini, pada saat itu pengantinnya belum siap untuk
menghadapi tanggung jawab yang harus diemban seperti orang dewasa . padahal dalam
sebuah pernikahan kedua belah pihak harus sudah dewasa dan mampu menghadapi serta
menyelesaikan permasalahan-permasalahan baik itu ekonomi, masalah pasangan, maupun
anak. Sementara itu mereka yang menikah dini umumnya belum mampu menyelesaikan
permasalahan secara matang. Dan dampak selanjutnya pasti akan mengarah pada perceraian.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pada pasangan suami istri yang telah melangsungkan perkawinan
di usia muda tidak bisa memnuhi atau tidak mengetahui hak dan kewajibannya sebagai suami
istri. Hal tersebut timbul dikarenakan belum matangnya fisik maupun mental mereka yang
cenderung keduanya memiliki sifat keegoisan yang tinggi. Secara psikis anak juga belum siap
dan mengerti tentang hubungan seks, sehingga akan menimbulkan trauma psikis
berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit disembuhkan. Anak akan murung dan menyesali
hidupnya yang berakhir pada perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti atas putusan
hidupnya. Selain itu, ikatan perkawinan akan menghilangkan hak anak untuk memperoleh
pendidikan (Wajar 9 tahun), hak bermain dan menikmati waktu luangnya serta hak-hak lainnya
yang melekat dalam diri anak.

Anda mungkin juga menyukai