Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

MODUL V

MEMAHAMI KONSEP HUKUM MENDEL

DISUSUN OLEH :

NAMA : SYAFA NABILA RAHMA

STAMBUK : G70121036

KELOMPOK : 2 (DUA)

ASISTEN : ARFANDI PADJU

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

NOVEMBER, 2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap makhluk hidup, baik itu manusia, hewan, dan tumbuhan pasti melakukan
reproduksi dan menghasilkan keturunan, hasil keturunan tersebut merupakan
hasil persilangan sel gamet kedua orang tuanya yang di mana hal ini dapat di
pelajari dalam hukum mendel. Ilmu yang mempelajari tentang mekanisme
pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya disebut ilmu genetika ( berasal
dari bahasa latin yaitu genos = asal usul ). Pengetahuan tentang adanya sifat
menurun pada makhluk hidup sebenarnya sudah lama berkembang hanya belum
di pelajari secara sistematis. Penelitian mengenai pola-pola penurunan sifat baru
di ketahui pada abad ke -19 oleh Gregor Johann Mendell (Campbell, dkk.,
2002).

Mendel melakukan serangkain percobaan perilangan pada kacang ercis ( pisum


sativu). Dari percobaan yang dilakukannya selama bertahun- tahuntersebut,
mendel berhasil menemukan prinsip-prinsip pewarisan sifat, yangkemudian
menjadi landasan utama bagi perkembangan genetika sebagai suatucabang ilmu
pengetahuan. Berkat karyanya inilah, mendel di akui sebagai bapak genetika
(Adisoemarto, 1998).

Dari serangkaian percobaan yang dilakukan mendel, terciptalah dua hukum


mendel I dan II. Hukum mendel satu lebih mendukung pada
persilanganmonohibrid (1 : 2: 1 atau 3: 1), sedangkan hukum mendel II lebih
mengarah pada persilangan dihibrid dengan perbandingan 9 :3 : 3 :1. Pada
persilangan dihibrid, sesuai dengan aturan mendel maka jika dua individu di
silangkan maka akan menghasilkan keturunan dengan rasio fenotipe 9 : 3 : 3 : 1.
Hal initerjadi karena ketentuan dalam hukum mendel. Akan tetapi rasio ini tidak
sepenuhnya berlaku pada beberapa bentuk persilangan (Suryo, 2008).
Berdasarkan penjelasan yang di uraikan di atas yang melatarbelakangi praktikum
ini ada memahami angka-angka perbandingan dalam hukum mendel melalui
hukum kebetulan.

1.2 Tujuan Praktikum


Setelah kegiatan praktikum mahasiswa dapat memahami angka-angka
perbandingan dalam hukum Mendel melalui hukum kebetulan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

George Johann Mendel merupakan pencetus berbagai prinsip dasar genetika. Pada
akhir abad kesembilan belas, beliau mengenali adanya unit informasi yang
diwariskan untuk pembentukan sifat yang dapat di amatai pada
organisme.Selanjutnya Mendel menunjukan bahwa sifat diwariskan ke generasi baru
dalamkondisi terpisah. Terobosan Mendel masih belum di akui saat ia meninggal
padatahun 1884, namun di temukan kembali awal abad ke -20 oleh para ilmuan
yangsedang menyelidiki pewarisan sifat. Faktorf-faktor mendel di beri nama
baru,yaitu gen. Ini merupakan konsep pertama tentang gen dan penelitian
mendelkemudian menjadi dasar ilmu genetika (Bresnick, 2003).

Mendel adalah seorang yang jenius dan telah berhasil dalam percobaan-percobaanya
pada bidang Hibridasi. Mendel telah berhasil menyusun beberapa postulatnya, seperti
sifat materai herediter yang berupan benda atau partikel dan bukan berupa cairan atau
harmoni, sifat tersebut berpasangan dan sifat yangtertutup dapat mncul kembali, yang
artinya sifat yang resesif akan terlihatekspresinya dalam keadaan tertentu. Semua
hasil percobaan mendel ini kemudiandi rumuskan kedalam dua hukum atau aturan,
yaitu hukum mendel I dan hukum mendel II (Walker, 2008).

Hukum Mendel I dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama proses meiosis


berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak
berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet.
Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel
I dikaji dari persilangan monohibrid (Syamsuri, 2004).

Hukum mendel I adalah perkawinan dua tetua yang mempunyai satu sifat beda
(monohibrit). Setiap individu yang berkembang baik secara seksual terbentuk dari
perleburan 2 gamet yang berasal dari induknya. Berdasarkan hipotesis mendel dari
setiap sifat/karakter ditentukan oleh gen (sepasang alel). Hokum mendel I berlaku
pada waktu gametogenesis F1. F1 memiliki genotip heterozigot. Dalam peritiwa
meiyosis, gen sealel akan terpisah , mesisng-masing terbentuk gamet. Baik pada
bunga jantan maupun bunga betina terjadi 2 macam gamet. Waktu terjadi
penyerbukan sendiri (F1 x F2) dan pada proses fertilisasi gamet-gamet yang
mengandung gen itu akan melebur secara acak dan terdapat 4 macam peleburan atau
peristiwa (Suryati, 2011).

Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Mendel menggunakan kacang ercis
untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua sifat beda, yaitu soal bentuk dan warna
biji. Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan
dengan hukum Mendel II yang berbunyi “independent assortment of genes”. Atau
pengelompokan gen secara bebas. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet,
dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis. B
untuk biji bulat, b untuk biji kisut, K untuk warna kuning dan k untuk warna hijau.
Jika tanaman ercis biji bulat kuning homozygote (BBKK) disilangkan dengan biji
kisut hijau (bbkk), maka semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Apabila tanaman F1
ini dibiarkan menyerbuk kembali, maka tanaman ini akan membentuk empat macam
gamet baik jantan ataupun betina masing-masing dengan kombinasi BK, Bk,Bk, bk.
Akibatnya turunan F2 dihasilkan 16 kombinasi.yang terdiri dari empat macam
fenotip, yaitu 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat hijau, 3/16 kisut kuning dan 1/16 kisut
hijau. Dua diantara fenotip itu serupa dengan induknya semula dan dua lainnya
merupakan variasi baru (Gooddenough,1984).

Dalam hukum Mendel II atau dikenal dengan The Law of Independent assortmen of
genes atau Hukum Pengelompokan Gen Secara Bebas dinyatakan bahwa selama
pembentukan gamet, gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok
dengan gen lain yang bukan alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid
atau polihibrid, yaitu persilangan dari 2 individu yang memiliki satu ataulebih
karakter yang berbeda. Persilangan dihibrid akan menghasilkan keturunan F2 dengan
perbandingan 9:3:3:1 (Campbell, 2010).

Dalam hukum Mendel II atau dikenal dengan The Law of Independent assortmen of
genesatau Hukum Pengelompokan Gen Secara Bebas dinyatakan bahwa selama
pembentukan gamet, gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok
dengan gen lain yang bukan alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid
atau polihibrid, yaitu persilangan dari 2 individu yang memiliki satu ataulebih
karakter yang berbeda. Persilangan dihibrid akan menghasilkan keturunan F2 dengan
perbandingan 9:3:3:1 (Campbell, 2010).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum percobaan ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 1 November


2021 pada pukul 15.00-17.00 WITA yang bertempat dirumah masing-masing
praktikan melalui daring dengan menggunakan Zoom Meeting.
3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada percobaan praktikum ini adalah wadah
berbentuk kotak. Bahan yang digunakan adalah 50 kancing baju berwarna merah
dan 50 kancing baju berwarna putih.

3.3 Prosedur Kerja


Ditempatkan dalam dua buah kotak masing-masing 50 butir model gen merah
dan 50 butir model gen putih. Kemudian, diandaikan kotak-kotak itu masing-
masing kotak (A) induk jantan dan kotak (B) induk betina. Setelah itu, dikocok
kotak-kotak itu agar isinya bercampur. Lalu, dibuat pasangan gen-gen dari induk
jantan dengan gen-gen dari induk betina dengan cara menutup mata setiap kali
mengambil setiap butir gen dari kotak jantan dan sebutir dari kotak betina.
Terakhir, didaftarkan hasil pengamatan yang diperoleh ke dalam tabel.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Dari pratikum yang dilakukan maka data yang diperoleh adalah

MACAM PASANGAN FREKUENSI MUNCUL

Merah-merah 17

Merah-putih 21

Putih-putih 12

P1 = Merah (M) x Putih (m)


Gamet = Mxm
F1 = Mm
P2 = Mm x Mm
Gamet = M,m M,m
F2
M m
M MM Mm
(Merah) (Merah Muda)
m Mm Mm
(Merah Muda) (Putih)

Fenotipe = Merah : Putih


3 : 1
Genotipe = MM : Mm : mm
1 : 2 : 1
4.2 Pembahasan

Hukum mendel I disebut juga dengan hukum segregasi atau pemisahan gen-gen
yang sealel. Menurut hukum mendel l, setiap organisme memiliki duaalel untuk
setiap sifat. Selama pembrntukan gamet, dua alel berpisahsehingga masing–
masing gamet hanya mengandung satu alel umtuk satu sifat, jika dua gamet
bertemu pada fertilisasi, keturunan yang berbentuk mengandung dua alel yang
mengendalikan satu sifat. Hukum mendel tersebut sesuai dengan teori pewarisan
sifat kerena alal - alel tersebut menjelaskan mengapa hukum mendel l dapat di
buktikan dengan persilangan monohibrid (persilangan dengan satu sifat beda)
( Pujiyanto, 2016).

Pada praktikum ini dapat kita lihat bahwa kemungkinan pasangan kertas yang
terjadi ialah MM (Merah-Merah), Mm (Merah-Putih), mm (Putih-Putih). Pada
praktikum ini kertas yang berwarna merah merupakan sifat dominan sedangkan
kertas yang berwarna putih merupakan sifat resesif. Dapat diketahui bahwa pada
praktikum ini kita menggunakan persilangan monohibrid karena hanya
memperhatikan satu sifat saja seperti warna dari kertas yaitu merah dan putih.
Perbandingan fenotipe dari praktikum ini yaitu Merah : Putih dengan
perbandingan 3 : 1 hal ini terjadi karena merah merupakan sifat yang dominan
dan putih merupakan sifat yang resesif. Perbandingan genotipenya yaitu MM :
Mm : mm dengan perbandingan 1 : 2 : 1.

Pada persilangan monohibrid berlaku Hukum Mendel I karena pada saat


pembentukan gamet kedua (G2), gen di dalam alel yang sebelumnya
berpasangan akan mengalami pemisahan secara bebas dalam dua sel anak gamet.
Secara bebas di sini maksudnya adalah pemisahan kedua gen tersebut tidak
dipengaruhi atau mempengaruhi pasangan gen yang lainnya. Mendel melakukan
persilangan monohibrid dengan satu sifat beda yang menunjukkan sifat
dominansi yang muncul secara penuh dan sifat dominansi yang tidak muncul
secara penuh (intermediet). 
Persilangan dominan penuh dan intermediet adalah jenis dari persilangan
monohibrid. Persilangan dominan penuh adalah persilangan dua individu sejenis
yang memperhatikan satu sifat beda dengan gen-gen dominan. Sifat dominan
dapat dilihat secara mudah, yaitu sifat yang lebih banyak muncul pada
keturunannya daripada sifat lainnya. Sifat Intermediet adalah sifat suatu individu
yang merupakan gabungan dari sifat kedua induknya yang memperoleh 50% gen
dari parental (jantan) dan 50% gen dari parental (betina), gen-gen tersebut
memberi penampakan sifat yang sama kuat (kodominan). Sifat intermediet
muncul pada individu baru tetapi tidak menunjukkan kemiripan dengan sifat
keduanya.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang kami lakukan, maka dapat di simpulkan bahwa :
Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang keturunan dan pewarisansifat
pada makhluk hidup. Gen memiki bentuk alternatif yang mengatur variasi pada
karakter keturunannya. Gen juga berfungsi menyampaikan informasi genetika
kepada generasi berikutnya. Ada dua persilangan dalam materi genetika yaitu
Persilangan monohibrid dan persilangan dihibrid dimana persilangan monohibrid
adalah perkawinan antara dua individudengan fokus perhatian pada satu sifat
yang beda. Persilangan dihibrid adalah perkawinan antara dua individu dengan
memperhatikan dua sifat atau lebih.Dapat di sempulkan bahwa hasil praktikum
yang kami lakukan merupakam pembuktian hukum mengenai pewarisan sifat
pada hukum mendel yang dicetuskan oleh gregor johnn mendel. Mendel
mencetuskan dua hukum yaituhukum mendel I dan hukum menel II. Dalam
hukum mendel peesilangan di bedakan menjadi duayaitu persilangan monohibrid
dan dihibrid. Pada percobaan yang kamilakukan pada percobaan kancing gen
adalah persilangan pada fenotipe merah dominan sempurna terhadap fenotipe
putih. Dari hasil percobaan yang kami lakukan memperoleh perbandingan
fenotipe 3 : 1 dan perbandingan genotipe 1 : 2 : 1.

5.2 Saran

Dalam melakukan praktikum ini diperlukan kerja sama dengan baik antara
teman sekelompok. sebaiknya sebelum melakukan praktikum kita perlu mencari
referensi dari berbagai sumber agar hasil yang kita peroleh itu sesuai dengan
literatur.
DAFTAR PUSTAKA

Adisoemarto, S., (1988). Genetika Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga

Bresnick, S., (2003). Intisari Biologi. Jakarta: Hiprokates.

Campbell, Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchel., (2002). Biologi.


Jakarta: Erlangga

Campbell, Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchel., (2010). Biologi. Jakarta:


Erlangga

Goodenough, U. (1984). Genetika. Diterjemahkan oleh Sumartono Adisoemarto.


Jakarta: Erlangga

Pujiyanto, S., dan Ferniah, R.S. ( 2016). Menjelajahi Dunia biologi untuk kelas XII
SMA dan MA. Solo : PT tiga serangkai pustaka mandiri

Suryati, Doti. (2007). Penuntun praktikum Genetika Dasar. Bengkulu: lab. Agronomi
Universitas Bengkulu.

Suryo. (2008). Genetika. Yogyakarta : Gadja Mada University press.

Syamsuri, Istamar, dkk. (2004). Biologi. Jakarta: Erlangga.

Walker, R., (2003).  Seri Pengetahuan Gen Dan DNA. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai