Oleh:
Ditujukan kepada
TAHUN 2018
ABSTRAKSI
Identifikasi atau tujuan dari penelitian ini adalah sebagai bentuk edukasi
terhadap masyarakat mengenai UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 281 dan
288 ayat (1)&(2), mengenai kewajiban membawa SIM yang sah dan STNK. Dalam
penelitian ini, responden merupakan para driver ojek online dan sopir angkot sebagai
kendaraan yang sering digunakan penulis. Cara yang digunakan dalam penelitian ini
adalah, menggunakan metode penilitian empirik untuk mencari data-data, data yang
diperoleh merupakan data primer karena melalui proses wawancara langsung dengan
narasumber mengenai kewajiban dan pentingnya membawa SIM/STNK saat
berkendara, selanjutnya dianalisis dan menghasilkan data kualitatif, berupa alasan atau
faktor apa saja yang membuat para pengendara penting dan perlu membawa
SIM/STNK saat berkendara. Sehingga para pengendara menyadari bahwa membawa
SIM/STNK itu penting beradasarkan pada alasan yang mereka nyatakan,
Bukti yang dipaparkan dalam penelitian ini berupa video hasil wawancara
singkat dengan driver ojek online dan sopir angkot, namun yang ter-dokumentasi
hanyalah sample dari beberapa responden, sebagai alat untuk memperkuat penelitian
ini. Implikasi dari penelitian ini adalah, masyarakat nampaknya mulai sadar hukum,
meskipun mereka tidak mengetahui secara rinci pasal dalam UU akan tetapi mereka
memahami betul bahwa memiliki SIM yang sah serta membawa SIM/STNK saat
berkendara adalah wajib.
PENDAHULUAN
Setelah melihat perkembangan dunia yang semakin modern, mari kita lihat
bagaimana kabar par a sopir angkutan umum yaitu angkot. Semakin kesini eksistensi
angkot mulai redup ditambah lagi beberapa angkot sering ugal-ugalan dan berhenti
atau ngetem di sembarang tempat sehingga menimbulkan kemacetan, begitupun saat
menurunkan penumpang mereka sering menyalakan lampu sen mendadak dan minggir
mendadak sehingga tak jarang menimbulkan kerusuhan. Sehingga perlu dipertanyakan
apakah sopir-sopir angkot sudah memilik SIM A dan mengetahui aturan lalu lintas atau
hanya sekedar bisa membawa kendaraan saja.
Sebagai informasi tambahan yang mendasari mengapa perlu nya mempunyai SIM
dan membawa STNK adalah UU tentang Lalu Lintas No. 22 Tahun 2009, yaitu
a. Apakah driver ojek online selalu membawa SIM/STNK ketika sedang berkendara?
1.3. Tujuan
2. Mengetahui faktor apa yang membuat pengendara penting untuk memiliki SIM, dan
sanksi nya jika tidak membawa (Pasal 281)
3. Memberi informasi jika perlunya pengendara memiliki SIM yang sah dan asli (Pasal
288 ayat(2).
4. Mengetahui penting nya pengendara membawa STNK, beserta sanksi nya jika tidak
membawa STNK saat berkendara. (Pasal 288 ayat (1).
Kerangka Teoritis
Menurut Lon L. Fuller, dalam bukunya The Morality of Law (1964) yaitu “principle
of legality” sebagai cara untuk memaknai prinsip hukum secara umum yang
menurutnya sebagai ‘inner morality of law’. Kata ‘principle’ dalam konteks ini diartikan
sama dengan prinsip atau asas. Fuller menyebutkan terdapat 8 prinsip legalitas 3, yaitu:
UU Lalu Lintas no. 22 tahun 2009 mulai sah diberlakukan sejak Januari 2010,
UU tersbut merupakan pengganti dari undang-undang lama yaitu UU no. 14 tahun
1992. Undang-undang tersebut merupakan hasil dari persetujuan antara DPR dan
Presiden sebagai lembaga legislatif, oleh karena sudah mendapat ratifikasi, UU
1
Hans Kelsen, 2008, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Bandung: Nusa Media, hlm.3
2
Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, Bnadung: Citra Aditya Bakti, hlm.48
3
Business-law.binus.ac.id
tersebut sah untuk di undangkan dan sifatnya tetap, artinya tidak untuk aturan yang
sementara. UU tersebut juga sifatnya mengikat keseluruh masyarakat.
UU no. 22 tahun 2009 pelaksanaannya sampai saat ini merata diseluruh wilayah
Indoensia, kewajiban untuk membawa SIM/STNK saat berkendara sudah diberlakukan
secara merata di seluruh wilayah, tak jarang aparat berwajib (kepolisian) melakukan
operasi zebra secara serentak, ini menandakan peraturan tersebut tidak berlaku surut.
Kenyataan tersebut menandakan bahwa peraturan ini dapat dimengerti dan dipahami
oleh seluruh lapisan masyarakat.
Sanksi yang dikenakan terhadap pelanggar, yaitu orang yang lupa atau alpa
membawa SIM/STNK saat berkendara dengan dalih apapun akan dikenakan dua opsi
pilihan, yaitu dikenakan kurungan dalam kurun waktu tertentu atau membayar denda
dengan sejumlah uang yang sudah ditentukan jumlanya. Samapai saat ini peraturan
mengenai Lalu Lintas dan Angkutan Jalan UU no. 22 tahun 2009 pasal 281 dan 288
ayat 1&2, tidak mengalami perubahan secara signifikan dalam isi maupun
pelaksanaannya, sehingga masyarakat akan semakin memahami dan menjalankan
peraturan in karena ketegasan kan kontinuitas pelaksanaannya.
Berdasar pada ke-7 asas di atas maka dapat dikatakan bahwa UU no. 22 tahun
2009 merupakan UU yang sudah dinyatakan legalitas nya, karena berhasil memenuhi 7
asas diatas. Namun, jika kita mengkaitkan dengan asas ke-8 yaitu kesesuaian antara
UU dan pelaksanaannya, maka jawabannya dalah belum. Ini dikarenakan kenyataan di
lapangan masih banyak terdapat pengendara yang tidak membawa SIM/STNK saat
berkendara, sehingga belum ada kesesuaian dalam pelaksanaannya.
PEMBAHASAN
Salah satu faktor yang mendasari para driver ojek online membawa
SIM/STNK adalah, mereka sejak awal sudah diwajibkan memiliki SIM/STNK
oleh perusahaan ojek online, sehingga dipastikan setiap pengendara ojek online
memiliki SIM yang sah dan STNK yang sesuai, oleh karena itu tidak ada alsan
bahwa mereka tidak punya atau tidak membawa.
Selain faktor SOP dari perusahaan, mereka juga takut jika ada
pemeriksaan oleh pihak berwajib, sebagaimana tertuang pada UU no. 22 tahun
2009 pasal 281 dan 288 ayat 1&2. Sehingg jika, polisi sedang melakukan oprasi
lalu lintas, para pengendara dapat menunjukkan SIM/STNK nya agar tidak
mendapat sanksi berupa tilang.
Berbeda halnya dengan sopir angkot, faktor yang melatar belakangi
mereka membawa SIM/STNK cenderung bersifat internal, mereka merasa
pentingnya membawa SIM/STNK sebagai identitas mereka agar diketahui ketika
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, sperti musibah kecelakaan atau lainnya.
Ketika terjadi hal-hal tersebut, orang ataupun pihak berwajib dapat mengetahui
identitas dirinya dan keluarganya melalui alamat yang tertera. Selain itu, alasan
takut ditilang oleh polisi pun menjadi faktor yang paling dominan, karena
bagaimanapun sanksi tersebut dirasa akan merugikan nya.
Berbagai macam alasan dan faktor yang melatarbelakangi pengendara
membawa SIM/STNK saat berkendara sudah cukup logis dan realistis, ini
membuktikan bahwa sudah bekerjanya hukum/ aturan mengenai Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan di masyarakat.
Selain itu, responden dalam penelitian ini mematuhi aturan tersebut yang
membuktikan bahwa masyarakat Indonesia mulai sadar hukum. Namun,
penelitian ini tidak menampik bahwa masih banyak peraturan/ hukum Llau Lintas
yang dilanggar oleh para pengendara. Akan tetapi, penelitian ini tetap pada
tujuannya, untuk meng-edukasi masyarakat untuk sadar hukum.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang wajibnya pengendara membawa SIM/STNK
saat berkendara, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mematuhi
aturan/ hukum pada UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 281 dan 288 ayat 1&2
tentang wajibnya memiliki SIM yang sah serta membawa SIM/STNK saat berkendara.
Hasil penelitian menbuktikan para responden membawa SIM/STNK dengan berbagai
faktor atau alasan yang melatarbelakangi nya. Meskipun kenyataan di lapangan
tentunya masih terdapat beberapa pengendara yang alpa tidak membawa SIM/STNK,
namun penelitian ini sudah cukup untuk menggambarkan bagaimana fenomena
hukum/aturan bekerja dalam suatu masyarakat.