Anda di halaman 1dari 31

Khutbah Pertama

ُ ‫ مَنْ يَ ْه ِد‬،‫ات َأعْ مَا ِلنَا‬


َ‫هللا َفال‬ ِ ‫سيَِّئ‬َ ْ‫ُسنَا وَ ِمن‬ ِ ‫شرُ وْ ِر َأ ْنف‬ ِ ‫ وَ نَعُو ُذ ِبا‬،ُ‫ستَ ْغفِرُ ه‬
ُ ْ‫هلل ِمن‬ ْ َ‫ِإنَّ ا ْل َحمْ َد ِللَّ ِه نَ ْح َم ُد ُه وَ ن‬
ْ َ‫ستَ ِع ْينُ ُه وَ ن‬
َ ‫ش َه ُد َأنَّ م‬
‫ُح َّمدًا عَ ْب ُد ُه وَ رَ سُوْ لُ ُه‬ ْ ‫ش ِريْكَ لَ ُه وَ َأ‬ ُ َّ‫ش َه ُد َأنَّ الَ ِإلَ َه ِإال‬
َ ‫هللا وَ ْح َد ُه‬
َ ‫ال‬ ْ ‫ َأ‬.ُ‫ي لَه‬ َ ‫ُض َّل لَ ُه وَ مَنْ يُضْ ِل ْل َفالَ َها ِد‬ ِ ‫م‬.

 ‫َان ِإلَى‬ ‫َأ‬


ٍ ‫سلَّ َم وَ عَ لَى آ ِل ِه وَ صْ َح ِاب ِه وَ مَنْ تَ ِب َع ُه ْم بِِإ ْحس‬
َ َ‫هلل عَ لَ ْي ِه و‬ َ ‫سلِّ ْم عَ لَى نَ ِبيِّنَا وَ رَ سُوْ ِلنَا م‬
ُ ‫ُح َّم ٍد صَ لَّى ا‬ َ َ‫َاللَّ ُه َّم صَ ِّل و‬
‫ْن‬
ِ ‫يَوْ ِم ال ِّدي‬،

َّ ‫س وَ ا ِح َد ٍة وَ خَ لَ َق ِم ْن َها زَ وْ َج َها وَ ب‬ ‫َأ‬


‫َث ِم ْن ُهمَا ِر َجاالً َك ِثير ًا وَ ِنسَا ًء وَ اتَّقُوا‬ ٍ ‫يَا يُّ َها النَّاسُ اتَّقُوا رَ بَّ ُك ْم الَّ ِذي خَ لَ َق ُك ْم ِمنْ نَ ْف‬
‫اللَّ َه الَّ ِذي تَتَسَا َءلُونَ ِب ِه وَ اَألرْ َحا َم ِإنَّ اللَّ َه َكانَ عَ لَ ْي ُك ْم رَ ِقيب ًا‬.

ْ ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه َحقَّ تُ َقا ِت ِه وَ اَل تَمُوتُنَّ ِإاَّل وَ َأ ْنتُ ْم ُم‬.
َ‫س ِلمُون‬

‫ يُصْ ِلحْ لَ ُك ْم َأعْ مَالَ ُك ْم وَ يَ ْغ ِفرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم وَ مَنْ ي ُِط ِع اللَّ َه وَ رَ سُولَ ُه‬، ‫س ِديدًا‬
َ ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه وَ ُقولُوا َقوْ اًل‬
‫ َف َق ْد َفازَ َفوْ زً ا عَ ِظيمًا‬.

‫َأمَّا بَ ْع ُد‬:

Refleksi Tahun Baru Hijriah


Jamaah Jumat rahimakumullah,
Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga sampai saat ini kita
masih diberi hidayah, kesehatan dan waktu untuk beribadah kepada-Nya,
untuk menambah bekal perjalanan abadi ke akhirat nanti.

Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada Nabi kita yang
mulia, Muhammad ‫ ﷺ‬dan keluarganya, para sahabatnya dan siapa saja yang
mengikuti ajaran beliau secara lahir dan batin dengan penuh keikhlasan,
kesabaran dan istiqamah, hingga hari kiamat.

Pada hari ini kita telah berada di bulan Muharram, bulan pertama dalam
sistem kalender hijriyah yang berdasarkan perputaran bulan. Ini berarti kita
telah memasuki tahun baru Islam.
Oleh karenanya, marilah kita berupaya agar amal perbuatan yang membuka
tahun baru kita ini adalah ketakwaan dan keshalehan diiringi dengan
penyesalan dan taubat terhadap masa dan waktu yang telah berlau di tahun
sebelumnya yang tidak berhasil kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya atau
kita habiskan untuk selain ketaatan kepada Allah.

Tahun kemarin yang telah berlalu itu bisa menjadi saksi yang akan membela
kita namun bisa juga menjadi saksi yang akan menyusahkan kita di yaumul
hisab nanti. Oleh karenanya, pada tahun yang baru ini, kita harus berusaha
semaksimal kemampuan kita untuk memperbanyak amal kebaikan pada umur
yang tersisa.
Kita tutup kekurangan dan ketergelinciran yang terjadi pada tahun
sebelumnya, serta bergegas dalam memanfaatkan momen-momen kebaikan,
sebelum datang Malaikat maut yang tak pernah memberi tahu kapan hendak
menjemput ajal kita.

Kita berada di bulan Muharram, bulan yang agung dalam Islam. Ia merupakan
salah satu dari bulan haram sebagaimana yang Allah firmankan,

َ‫ات وَ اَأْلرْ ضَ ِم ْن َها َأرْ َب َع ٌة ُحرُ ٌم ۚ ٰ َذ ِلك‬ ِ َ‫سمَاو‬ َّ ‫ب اللَّ ِه يَوْ َم خَ لَ َق ال‬ِ ‫ش ْهرً ا ِفي ِكتَا‬ َ َ‫شر‬ َ َ‫ور ِع ْن َد اللَّ ِه ا ْثنَا ع‬ ُّ ‫ِإنَّ ِع َّد َة ال‬
ِ ‫ش ُه‬
َ‫ش ِر ِكينَ َكا َّف ًة َكمَا يُ َقا ِتلُونَ ُك ْم َكا َّف ًة ۚ وَ اعْ لَمُوا َأنَّ اللَّ َه مَعَ ا ْل ُمتَّ ِقين‬ َ ‫يهنَّ َأ ْن ُف‬
ْ ‫س ُك ْم ۚ وَ َقا ِتلُوا ا ْل ُم‬ ِ ‫ال ِّدينُ ا ْل َقيِّ ُم ۚ فَاَل تَظْ ِلمُوا ِف‬

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam
ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya
empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah
kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah
kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu
semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang
bertakwa.  [At-Taubah: 36]
Bulan-bulan haram dalam Islam adalah tiga bulan yang berurutan yaitu
Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram kemudian melompat ke bulan Rajab. Hal ini
sebagaimana diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-
Bukhari dari sahabat Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu.

Maksiat yang dilakukan oleh seorang Muslim di bulan haram itu berlipat


ganda dosanya dibandingkan bila dilakukan pada bulan selain bulan haram.
Demikian pula dengan kebaikan atau amal shaleh di bulan-bulan haram itu
juga dilpatgandakan pahalanya sebagaimana diterangkan oleh para ulama.
Untuk itu, marilah kita buka lembaran sejarah baru dalam hidup kita di tahun
baru Islam ini, dimulai di bulan Muharam yang mulia ini, dengan berusaha
menjauhi berbagai maksiat dan menjalankan berbagai ketaatan,
utamanya puasa sunnah tasua asyura.
Kaum Muslimin cenderung memelihara diri dari dosa secara ketat hanya di
bulan suci Ramadhan. Padahal bulan Ramadhan bukan termasuk bulan haram.
Semestinya spirit bulan Ramadhan tetap terpelihara paska Ramadhan,
terutama di bulan-bulan haram mengingat di bulan haram dosa dan pahala
dilipat gandakan.

Pelajaran dari Tahun Baru Hijriah


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Saat memasuki tahun baru hijriah, kita senantiasa teringat akan sejumlah
pelajaran yang terkandung dalam tahun baru hijriah ini, di antaranya adalah:

1. Pelajaran Penanggalan Tahun Baru Hijriah


Pada permulaan Islam, belum dikenal adanya sistem penanggalan Islam.
Sistem penanggalan Islam ini baru dikenal saat Umar bin Khathab radhiyallahu
‘anhu menjadi khalifah, wilayah kekuasaan Islam meluas dan orang-orang
membutuhkan adanya penanggalan dalam pemberian-pemberian (hibah)
mereka dan lain-lain.

Pada tahun ketiga atau keempat dari kekhilafahan Umar bin Al-Khathab
radhiyallahu ‘anhu, Abu Musa Al-Asy’ari menulis surat kepada Umar sebagai
berikut,”Telah sampai kepada kami sejumlah dokumen yang tidak ada
tanggalnya.”

Maka Umar mengumpulkan para sahabat radhiyallahu ‘anhum untuk


bermusyawarah dengan mereka. Salah seorang usul agar menggunakan
sistem kalender orang-orang Persia yang mengacu kepada raja-rajanya.

Setiap kali seorang raja binasa, maka penanggalannya diganti dengan


mengacu kepada nama raja berikutnya. Namun para sahabat tidak suka
dengan sistem penanggalan tersebut.
Yang lain usul agar menggunakan sistem penanggalan romawi, namun para
sahabat juga tidak menyukainya.

Ada yang usul, gunakan saja penanggalan berdasarkan kelahiran Nabi ‫ ﷺ‬.
Yang lain usul, dimulai dari sejak diangkatnya sebagai Nabi saja. Kemudian
ada pula yang usul dimulai dari hijrah Nabi ‫ ﷺ‬saja.

Maka Umar radhiyallahu ‘anhu berkata,”Hijrah itu memisahkan antara yang


haq dan bathil. Mulailah penanggalan dari hijrah Nabi ‫ ﷺ‬.” Maka para sahabat
memulai penanggalan dengan hijrah Nabi ‫ ﷺ‬dan bersepakat atas hal
tersebut.

Kemudian mereka bermusyawarah tentang permulaan tahun dimulai dari


bulan apa? Sebagian berkata Ramadhan, karena ia merupakan bulan yang di
dalamnya Al-Quran diturunkan.

Sebagian lainnya berkata dari Rabi’ul awal karena ia merupakan bulan Nabi ‫ﷺ‬
datang di Madinah sebagai muhajir. Sedangkan Umar, Utsman dan Ali
radhiyallahu ‘anhum lebih memilih untuk dimulai dengan bulan Muharram.

Ini karena Muharram merupakan bulan yang dekat dengan bulan Dzulhijjah
yang di bulan tersebut kaum Muslimin melaksanakan hajinya dan dengan haji
tersebut sempurnalah rukun agamanya.

Di bulan Muharram itu terdapat baiat orang-orang Anshar kepada Nabi ‫ﷺ‬
dan tekad untuk berhijrah. Maka permulaan tahun Islam hijriyah adalah dari
bulan haram Muharram.[i]
2. Spirit Hijrah Rasul
Peristiwa hijrahnya Rasulullah ‫ ﷺ‬dari Mekah ke Madinah merupakan peristiwa
yang sangat besar. Hijrah merupakan titik balik dari sejarah perjuangan kaum
Muslimin dari yang tadinya lemah dan tertindas menjadi merdeka dan bebas
secara penuh dalam melaksanakan tuntunan agamanya.
Hijrah Rasulullah ‫ ﷺ‬ini mengandung spirit atau ruh berupa keteguhan dalam
memegang prinsip kebenaran, keberanian berkorban secara total demi hidup
merdeka di atas prinsip kebenaran tersebut.

Makna Hijrah dalam Islam itu ada dua jenis. Yang pertama adalah hijrah
maknawi, yaitu meninggalkan apa saja yang dilarang oleh Allah Ta’ala. Ini
membutuhkan keteguhan hati dalam berpegang kepada perintah Allah untuk
menjauhi larangan dan sekaligus kesediaan berkorban demi menjauhi
larangan Allah tersebut.
Sebab, sering kali terjadi, orang berhijrah menjauhi kebatilan, baik berpindah
dari agama selain Islam menujuIslam atau keluar dari kubangan pergaulan dan
gaya hidup jahiliyah menuju pergaulan dan gaya hidup yang Islami, itu
mengalami banyak hal yang tidak mengenakkan.

Baik berupa pengucilan, dinyinyir orang, dikeluarkan dari pekerjaan, dianiaya


hingga sampai dihilangkan nyawanya. Hijrah batin membutuhkan keteguhan
hati, kesabaran dan ketawakalan.

Kemudian jenis hijrah kedua adalah hijrah zhahir, berhijrah dari negeri kafir
atau negeri yang kezaliman atau kefasikan meraja lela di dalamnya, menuju ke
negeri Islam atau negeri yang lebih ringan tingkat kezhaliman dan
kefasikannya dalam rangka untuk menyelamatkan agama, nyawa dan
hartanya.

Hijrah jenis kedua ini lebih berat lagi.Keteguhan hati, kesabaran, dan
kesediaan berkorban yang dibutuhkan lebih besar lagi. Tuntutan untuk
bertawakal kepada Allah juga lebih besar karena jelas orang yang hijrah zhahir
ini pasti harus meninggalkan kampung halamannya, kadang juga keluarga dan
kerabatnya, ke tempat asing yang sama sekali berbeda segalanya.

Setiap kali mengingat hijrah Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabat dari Madinah ke
Mekkah yang berjarak sekitar 490 km.

Dengan sarana transportasi kuda dan unta, kita akan teringat dengan
keteguhan mereka memegang kebenaran, keberanian berkorban, kesabaran
menanggung kesulitan perjalanan, ketawakalan kepada Allah terkait nasib
masa depan mereka dan keluarganya di tempat baru, yang sama sekali tidak
menjanjikan kesejahteraan secara duniawi saat itu.

Mereka justru meninggalkan segala yang mereka miliki, baik rumah,


pekerjaan, aset-aset berharga lainnya. Apa yang mereka tinggalkan akhirnya
dirampas oleh orang-orang kafir Quraisy. Ini bukan perkara ringan.

Untuk itulah kita senantiasa perlu diingatkan dalam momen tahun baru seperti
ini dengan salah satu amal amal paling utama dan sangat agung dalam Islam
yaitu hijrah di jalan Allah, agar kita termotifasi untuk teguh hati menjauhi
larangan Allah.

Dan saat kondisi menuntut untuk hijrah secara zhahir, maka tidak segan-segan
untuk melakukannya bila ada kemampuan untuk itu. Hijrah itu pahalanya tidak
ada bandingannya. Dari Abu Fathimah Al Iyadi radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

،ِ‫ عليك بالهجرة‬: ‫هللا علي ِه وسلَّ َم‬


ُ ‫هللا صلَّى‬
ِ ‫هللا ! ح ِّدثني بعم ٍل أستقيم عليه وأعملُه ! قال له رسو ُل‬
ِ ‫يا رسو َل‬
‫فإنه ال مث َل لها‬

”Wahai Rasulullah ‫ ! ﷺ‬Beritahulah saya satu amal yang aku akan beristiqamah
di atasnya dan aku akan amalkan.” Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda
kepadanya,”Hendaklah kamu berhijrah.Sesungguhnya tidak ada (kebaikan)
yang setara dengan hijrah (pahalanya).”
[Hadits riwayat An-Nasa’i, dalam shahih An-Nasa’i no. 4178, hadits hasan
shahih menurut Syaikh Al-Albani]

Sebagian ulama menyatakan bahwa Hijrah yang dimaksud dalam hadits ini
adalah hijrah zhahir yaitu berpindah dari negeri kafir ke negeri Islam
sebagamaimana dari Mekah ke Madinah sebelum terjadinya Fathu Mekkah
(dibebaskannya Mekah dari kekuasaan orang kafir).

Adapun Imam Ad-Dailami menyatakan yang dimaksud dengan hijrah di sini


adalah meninggalkan apa saja yang Allah haramkan.”[ii]
Ini berarti hijrah maknawi. Hijrah maknawi atau meninggalkan apa saja yang
dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala itu wajib bagi setiap muslim kapan
pun sampai dia meninggal dunia.
‫َات وَ ال ِّذ ْك ِر ا ْل َح ِكي ِْم‪ ,‬وَ تَ َقبَّ َل ِمنِّيْ وَ ِم ْن ُك ْم ِتالَوَ تَ ُه‬ ‫آن ا ْلع ِ‬
‫َظي ِْم‪ ,‬وَ َن َف َع ِنيْ وَ ِإيَّا ُك ْم ِبمَا ِف ْي ِه ِمنَ اآلي ِ‬ ‫هللا ِليْ وَ لَ ُك ْم ِفي ا ْلقُرْ ِ‬ ‫بَارَ كَ ُ‬
‫ستَ ْغفِرُ وْ هُ‪ِ ،‬إنَّ ُه ُهوَ ا ْل َغفُوْ رُ الرَّ ِح ْي ُم‬ ‫َظ ْي َم ِليْ وَ لَ ُك ْم َفا ْ‬
‫هللا ا ْلع ِ‬
‫ستَ ْغفِرُ َ‬ ‫س ِميْعُ ا ْل َع ِل ْي ُم‪َ .‬أ ُقوْ ُل َقوْ ِليْ َه َذا وَ ا ْ‬
‫ِإنَّ ُه ُهوَ ال َّ‬

‫‪Khutbah ‬‬
‫‪Khutbah Pertama‬‬
‫ات َأعْ مَا ِلنَا‪ ،‬مَنْ يَ ْه ِد ُ‬
‫هللا َفالَ‬ ‫سيَِّئ ِ‬‫ُسنَا وَ ِمنْ َ‬ ‫شرُ وْ ِر َأ ْنف ِ‬ ‫ستَ ْغفِرُ هُ‪ ،‬وَ نَعُو ُذ ِبا ِ‬
‫هلل ِمنْ ُ‬ ‫ِإنَّ ا ْل َحمْ َد ِللَّ ِه نَ ْح َم ُد ُه وَ نَ ْ‬
‫ستَ ِع ْينُ ُه وَ نَ ْ‬
‫ش َه ُد َأنَّ م َ‬
‫ُح َّمدًا عَ ْب ُد ُه وَ رَ سُوْ لُ ُه‬ ‫ش ِريْكَ لَ ُه وَ َأ ْ‬ ‫ش َه ُد َأنَّ الَ ِإلَ َه ِإالَّ ُ‬
‫هللا وَ ْح َد ُه َ‬
‫ال َ‬ ‫ي لَهُ‪َ .‬أ ْ‬ ‫ُض َّل لَ ُه وَ مَنْ يُضْ ِل ْل َفالَ َها ِد َ‬ ‫‪.‬م ِ‬

‫َان ِإلَى‪ ‬‬ ‫َأ‬


‫سلَّ َم وَ عَ لَى آ ِل ِه وَ صْ َح ِاب ِه وَ مَنْ تَ ِب َع ُه ْم بِِإ ْحس ٍ‬
‫هلل عَ لَ ْي ِه وَ َ‬ ‫سلِّ ْم عَ لَى نَ ِبيِّنَا وَ رَ سُوْ ِلنَا م َ‬
‫ُح َّم ٍد صَ لَّى ا ُ‬ ‫َاللَّ ُه َّم صَ ِّل وَ َ‬
‫ْن‬
‫‪،‬يَوْ ِم ال ِّدي ِ‬

‫س وَ ا ِح َد ٍة وَ خَ لَ َق ِم ْن َها زَ وْ َج َها وَ ب َّ‬ ‫َأ‬


‫َث ِم ْن ُهمَا ِر َجاالً َك ِثير ًا وَ ِنسَا ًء وَ اتَّقُوا‬ ‫يَا يُّ َها النَّاسُ اتَّقُوا رَ بَّ ُك ْم الَّ ِذي خَ لَ َق ُك ْم ِمنْ نَ ْف ٍ‬
‫‪.‬اللَّ َه الَّ ِذي تَتَسَا َءلُونَ ِب ِه وَ اَألرْ َحا َم ِإنَّ اللَّ َه َكانَ عَ لَ ْي ُك ْم رَ ِقيب ًا‬

‫‪.‬يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه َحقَّ تُ َقا ِت ِه وَ اَل تَمُوتُنَّ ِإاَّل وَ َأ ْنتُ ْم ُم ْ‬
‫س ِلمُونَ‬

‫س ِديدًا ‪ ،‬يُصْ ِلحْ لَ ُك ْم َأعْ مَالَ ُك ْم وَ يَ ْغ ِفرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم وَ مَنْ ي ُِط ِع اللَّ َه وَ رَ سُولَ ُه‬
‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه وَ ُقولُوا َقوْ اًل َ‬
‫‪َ .‬ف َق ْد َفازَ َفوْ زً ا عَ ِظيمًا‬

‫‪َ:‬أمَّا َب ْع ُد‬

‫‪Refleksi Tahun Baru Hijriah‬‬


‫‪Jamaah Jumat rahimakumullah,‬‬
‫‪Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang‬‬
‫‪telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga sampai saat ini kita‬‬
‫‪masih diberi hidayah, kesehatan dan waktu untuk beribadah kepada-Nya,‬‬
‫‪untuk menambah bekal perjalanan abadi ke akhirat nanti.‬‬

‫‪Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada Nabi kita yang‬‬
‫‪ dan keluarganya, para sahabatnya dan siapa saja yang‬ﷺ ‪mulia, Muhammad‬‬
‫‪mengikuti ajaran beliau secara lahir dan batin dengan penuh keikhlasan,‬‬
‫‪kesabaran dan istiqamah, hingga hari kiamat.‬‬
Pada hari ini kita telah berada di bulan Muharram, bulan pertama dalam
sistem kalender hijriyah yang berdasarkan perputaran bulan. Ini berarti kita
telah memasuki tahun baru Islam.
Oleh karenanya, marilah kita berupaya agar amal perbuatan yang membuka
tahun baru kita ini adalah ketakwaan dan keshalehan diiringi dengan
penyesalan dan taubat terhadap masa dan waktu yang telah berlau di tahun
sebelumnya yang tidak berhasil kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya atau
kita habiskan untuk selain ketaatan kepada Allah.

Tahun kemarin yang telah berlalu itu bisa menjadi saksi yang akan membela
kita namun bisa juga menjadi saksi yang akan menyusahkan kita di yaumul
hisab nanti. Oleh karenanya, pada tahun yang baru ini, kita harus berusaha
semaksimal kemampuan kita untuk memperbanyak amal kebaikan pada umur
yang tersisa.
Kita tutup kekurangan dan ketergelinciran yang terjadi pada tahun
sebelumnya, serta bergegas dalam memanfaatkan momen-momen kebaikan,
sebelum datang Malaikat maut yang tak pernah memberi tahu kapan hendak
menjemput ajal kita.

Kita berada di bulan Muharram, bulan yang agung dalam Islam. Ia merupakan
salah satu dari bulan haram sebagaimana yang Allah firmankan,

َ‫ات وَ اَأْلرْ ضَ ِم ْن َها َأرْ بَ َع ٌة ُحرُ ٌم ۚ ٰ َذ ِلك‬ ِ َ‫سمَاو‬ َّ ‫ب اللَّ ِه يَوْ َم خَ لَ َق ال‬ِ ‫ش ْهرً ا ِفي ِكتَا‬ َ َ‫شر‬ َ َ‫ور ِع ْن َد اللَّ ِه ا ْثنَا ع‬ ُّ ‫ِإنَّ ِع َّد َة ال‬
ِ ‫ش ُه‬
‫َأ‬
َ‫ش ِر ِكينَ َكا َّف ًة َكمَا يُ َقا ِتلُونَ ُك ْم َكا َّف ًة ۚ وَ اعْ لَمُوا نَّ اللَّ َه مَعَ ا ْل ُمتَّ ِقين‬ْ ‫س ُك ْم ۚ وَ َقا ِتلُوا ا ْل ُم‬ ‫َأ‬
ِ ‫ال ِّدينُ ا ْل َقيِّ ُم ۚ فَاَل تَظْ ِلمُوا ِف‬
َ ‫يهنَّ ْن ُف‬

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam
ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya
empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah
kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah
kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu
semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang
bertakwa.  [At-Taubah: 36]
Bulan-bulan haram dalam Islam adalah tiga bulan yang berurutan yaitu
Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram kemudian melompat ke bulan Rajab. Hal ini
sebagaimana diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-
Bukhari dari sahabat Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu.
Maksiat yang dilakukan oleh seorang Muslim di bulan haram itu berlipat
ganda dosanya dibandingkan bila dilakukan pada bulan selain bulan haram.
Demikian pula dengan kebaikan atau amal shaleh di bulan-bulan haram itu
juga dilpatgandakan pahalanya sebagaimana diterangkan oleh para ulama.
Untuk itu, marilah kita buka lembaran sejarah baru dalam hidup kita di tahun
baru Islam ini, dimulai di bulan Muharam yang mulia ini, dengan berusaha
menjauhi berbagai maksiat dan menjalankan berbagai ketaatan,
utamanya puasa sunnah tasua asyura.
Kaum Muslimin cenderung memelihara diri dari dosa secara ketat hanya di
bulan suci Ramadhan. Padahal bulan Ramadhan bukan termasuk bulan haram.
Semestinya spirit bulan Ramadhan tetap terpelihara paska Ramadhan,
terutama di bulan-bulan haram mengingat di bulan haram dosa dan pahala
dilipat gandakan.

Pelajaran dari Tahun Baru Hijriah


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Saat memasuki tahun baru hijriah, kita senantiasa teringat akan sejumlah
pelajaran yang terkandung dalam tahun baru hijriah ini, di antaranya adalah:

1. Pelajaran Penanggalan Tahun Baru Hijriah


Pada permulaan Islam, belum dikenal adanya sistem penanggalan Islam.
Sistem penanggalan Islam ini baru dikenal saat Umar bin Khathab radhiyallahu
‘anhu menjadi khalifah, wilayah kekuasaan Islam meluas dan orang-orang
membutuhkan adanya penanggalan dalam pemberian-pemberian (hibah)
mereka dan lain-lain.

Pada tahun ketiga atau keempat dari kekhilafahan Umar bin Al-Khathab
radhiyallahu ‘anhu, Abu Musa Al-Asy’ari menulis surat kepada Umar sebagai
berikut,”Telah sampai kepada kami sejumlah dokumen yang tidak ada
tanggalnya.”

Maka Umar mengumpulkan para sahabat radhiyallahu ‘anhum untuk


bermusyawarah dengan mereka. Salah seorang usul agar menggunakan
sistem kalender orang-orang Persia yang mengacu kepada raja-rajanya.
Setiap kali seorang raja binasa, maka penanggalannya diganti dengan
mengacu kepada nama raja berikutnya. Namun para sahabat tidak suka
dengan sistem penanggalan tersebut.

Yang lain usul agar menggunakan sistem penanggalan romawi, namun para
sahabat juga tidak menyukainya.

Ada yang usul, gunakan saja penanggalan berdasarkan kelahiran Nabi ‫ ﷺ‬.
Yang lain usul, dimulai dari sejak diangkatnya sebagai Nabi saja. Kemudian
ada pula yang usul dimulai dari hijrah Nabi ‫ ﷺ‬saja.

Maka Umar radhiyallahu ‘anhu berkata,”Hijrah itu memisahkan antara yang


haq dan bathil. Mulailah penanggalan dari hijrah Nabi ‫ ﷺ‬.” Maka para sahabat
memulai penanggalan dengan hijrah Nabi ‫ ﷺ‬dan bersepakat atas hal
tersebut.

Kemudian mereka bermusyawarah tentang permulaan tahun dimulai dari


bulan apa? Sebagian berkata Ramadhan, karena ia merupakan bulan yang di
dalamnya Al-Quran diturunkan.

Sebagian lainnya berkata dari Rabi’ul awal karena ia merupakan bulan Nabi ‫ﷺ‬
datang di Madinah sebagai muhajir. Sedangkan Umar, Utsman dan Ali
radhiyallahu ‘anhum lebih memilih untuk dimulai dengan bulan Muharram.

Ini karena Muharram merupakan bulan yang dekat dengan bulan Dzulhijjah
yang di bulan tersebut kaum Muslimin melaksanakan hajinya dan dengan haji
tersebut sempurnalah rukun agamanya.

Di bulan Muharram itu terdapat baiat orang-orang Anshar kepada Nabi ‫ﷺ‬
dan tekad untuk berhijrah. Maka permulaan tahun Islam hijriyah adalah dari
bulan haram Muharram.[i]
2. Spirit Hijrah Rasul
Peristiwa hijrahnya Rasulullah ‫ ﷺ‬dari Mekah ke Madinah merupakan peristiwa
yang sangat besar. Hijrah merupakan titik balik dari sejarah perjuangan kaum
Muslimin dari yang tadinya lemah dan tertindas menjadi merdeka dan bebas
secara penuh dalam melaksanakan tuntunan agamanya.

Hijrah Rasulullah ‫ ﷺ‬ini mengandung spirit atau ruh berupa keteguhan dalam
memegang prinsip kebenaran, keberanian berkorban secara total demi hidup
merdeka di atas prinsip kebenaran tersebut.

Makna Hijrah dalam Islam itu ada dua jenis. Yang pertama adalah hijrah
maknawi, yaitu meninggalkan apa saja yang dilarang oleh Allah Ta’ala. Ini
membutuhkan keteguhan hati dalam berpegang kepada perintah Allah untuk
menjauhi larangan dan sekaligus kesediaan berkorban demi menjauhi
larangan Allah tersebut.
Sebab, sering kali terjadi, orang berhijrah menjauhi kebatilan, baik berpindah
dari agama selain Islam menujuIslam atau keluar dari kubangan pergaulan dan
gaya hidup jahiliyah menuju pergaulan dan gaya hidup yang Islami, itu
mengalami banyak hal yang tidak mengenakkan.

Baik berupa pengucilan, dinyinyir orang, dikeluarkan dari pekerjaan, dianiaya


hingga sampai dihilangkan nyawanya. Hijrah batin membutuhkan keteguhan
hati, kesabaran dan ketawakalan.

Kemudian jenis hijrah kedua adalah hijrah zhahir, berhijrah dari negeri kafir
atau negeri yang kezaliman atau kefasikan meraja lela di dalamnya, menuju ke
negeri Islam atau negeri yang lebih ringan tingkat kezhaliman dan
kefasikannya dalam rangka untuk menyelamatkan agama, nyawa dan
hartanya.

Hijrah jenis kedua ini lebih berat lagi.Keteguhan hati, kesabaran, dan
kesediaan berkorban yang dibutuhkan lebih besar lagi. Tuntutan untuk
bertawakal kepada Allah juga lebih besar karena jelas orang yang hijrah zhahir
ini pasti harus meninggalkan kampung halamannya, kadang juga keluarga dan
kerabatnya, ke tempat asing yang sama sekali berbeda segalanya.

Setiap kali mengingat hijrah Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabat dari Madinah ke
Mekkah yang berjarak sekitar 490 km.
Dengan sarana transportasi kuda dan unta, kita akan teringat dengan
keteguhan mereka memegang kebenaran, keberanian berkorban, kesabaran
menanggung kesulitan perjalanan, ketawakalan kepada Allah terkait nasib
masa depan mereka dan keluarganya di tempat baru, yang sama sekali tidak
menjanjikan kesejahteraan secara duniawi saat itu.

Mereka justru meninggalkan segala yang mereka miliki, baik rumah,


pekerjaan, aset-aset berharga lainnya. Apa yang mereka tinggalkan akhirnya
dirampas oleh orang-orang kafir Quraisy. Ini bukan perkara ringan.

Untuk itulah kita senantiasa perlu diingatkan dalam momen tahun baru seperti
ini dengan salah satu amal amal paling utama dan sangat agung dalam Islam
yaitu hijrah di jalan Allah, agar kita termotifasi untuk teguh hati menjauhi
larangan Allah.

Dan saat kondisi menuntut untuk hijrah secara zhahir, maka tidak segan-segan
untuk melakukannya bila ada kemampuan untuk itu. Hijrah itu pahalanya tidak
ada bandingannya. Dari Abu Fathimah Al Iyadi radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

،ِ‫ عليك بالهجرة‬: ‫هللا علي ِه وسلَّ َم‬


ُ ‫هللا صلَّى‬
ِ ‫هللا ! ح ِّدثني بعم ٍل أستقيم عليه وأعملُه ! قال له رسو ُل‬
ِ ‫يا رسو َل‬
‫فإنه ال مث َل لها‬

”Wahai Rasulullah ‫ ! ﷺ‬Beritahulah saya satu amal yang aku akan beristiqamah
di atasnya dan aku akan amalkan.” Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda
kepadanya,”Hendaklah kamu berhijrah.Sesungguhnya tidak ada (kebaikan)
yang setara dengan hijrah (pahalanya).”
[Hadits riwayat An-Nasa’i, dalam shahih An-Nasa’i no. 4178, hadits hasan
shahih menurut Syaikh Al-Albani]

Sebagian ulama menyatakan bahwa Hijrah yang dimaksud dalam hadits ini
adalah hijrah zhahir yaitu berpindah dari negeri kafir ke negeri Islam
sebagamaimana dari Mekah ke Madinah sebelum terjadinya Fathu Mekkah
(dibebaskannya Mekah dari kekuasaan orang kafir).

Adapun Imam Ad-Dailami menyatakan yang dimaksud dengan hijrah di sini


adalah meninggalkan apa saja yang Allah haramkan.”[ii]
‫‪Ini berarti hijrah maknawi. Hijrah maknawi atau meninggalkan apa saja yang‬‬
‫‪dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala itu wajib bagi setiap muslim kapan‬‬
‫‪pun sampai dia meninggal dunia.‬‬

‫َات وَ ال ِّذ ْك ِر ا ْل َح ِكي ِْم‪ ,‬وَ تَ َقبَّ َل ِمنِّيْ وَ ِم ْن ُك ْم ِتالَوَ تَ ُه‬ ‫آن ا ْلع ِ‬
‫َظي ِْم‪ ,‬وَ نَ َف َع ِنيْ وَ ِإيَّا ُك ْم ِبمَا ِف ْي ِه ِمنَ اآلي ِ‬ ‫هللا ِليْ وَ لَ ُك ْم ِفي ا ْلقُرْ ِ‬ ‫بَارَ كَ ُ‬
‫ستَ ْغفِرُ وْ هُ‪ِ ،‬إنَّ ُه ُهوَ ا ْل َغفُوْ رُ الرَّ ِح ْي ُم‬ ‫َظ ْي َم ِليْ وَ لَ ُك ْم َفا ْ‬
‫هللا ا ْلع ِ‬
‫ستَ ْغفِرُ َ‬ ‫س ِميْعُ ا ْل َع ِل ْي ُم‪َ .‬أ ُقوْ ُل َقوْ ِليْ َه َذا وَ ا ْ‬
‫ِإنَّ ُه ُهوَ ال َّ‬

‫‪Khutbah ‬‬
‫‪Khutbah Pertama‬‬
‫ات َأعْ مَا ِلنَا‪ ،‬مَنْ يَ ْه ِد ُ‬
‫هللا َفالَ‬ ‫سيَِّئ ِ‬‫ُسنَا وَ ِمنْ َ‬ ‫شرُ وْ ِر َأ ْنف ِ‬ ‫ستَ ْغفِرُ هُ‪ ،‬وَ نَعُو ُذ ِبا ِ‬
‫هلل ِمنْ ُ‬ ‫ِإنَّ ا ْل َحمْ َد ِللَّ ِه نَ ْح َم ُد ُه وَ نَ ْ‬
‫ستَ ِع ْينُ ُه وَ نَ ْ‬
‫ش َه ُد َأنَّ م َ‬
‫ُح َّمدًا عَ ْب ُد ُه وَ رَ سُوْ لُ ُه‬ ‫ش ِريْكَ لَ ُه وَ َأ ْ‬ ‫ش َه ُد َأنَّ الَ ِإلَ َه ِإالَّ ُ‬
‫هللا وَ ْح َد ُه َ‬
‫ال َ‬ ‫ي لَهُ‪َ .‬أ ْ‬ ‫ُض َّل لَ ُه وَ مَنْ يُضْ ِل ْل َفالَ َها ِد َ‬ ‫‪.‬م ِ‬

‫َان ِإلَى‪ ‬‬ ‫َأ‬


‫سلَّ َم وَ عَ لَى آ ِل ِه وَ صْ َح ِاب ِه وَ مَنْ تَ ِب َع ُه ْم بِِإ ْحس ٍ‬
‫هلل عَ لَ ْي ِه وَ َ‬ ‫سلِّ ْم عَ لَى نَ ِبيِّنَا وَ رَ سُوْ ِلنَا م َ‬
‫ُح َّم ٍد صَ لَّى ا ُ‬ ‫َاللَّ ُه َّم صَ ِّل وَ َ‬
‫ْن‬
‫‪،‬يَوْ ِم ال ِّدي ِ‬

‫س وَ ا ِح َد ٍة وَ خَ لَ َق ِم ْن َها زَ وْ َج َها وَ ب َّ‬ ‫َأ‬


‫َث ِم ْن ُهمَا ِر َجاالً َك ِثير ًا وَ ِنسَا ًء وَ اتَّقُوا‬ ‫يَا يُّ َها النَّاسُ اتَّقُوا رَ بَّ ُك ْم الَّ ِذي خَ لَ َق ُك ْم ِمنْ نَ ْف ٍ‬
‫‪.‬اللَّ َه الَّ ِذي تَتَسَا َءلُونَ ِب ِه وَ اَألرْ َحا َم ِإنَّ اللَّ َه َكانَ عَ لَ ْي ُك ْم رَ ِقيب ًا‬

‫‪.‬يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه َحقَّ تُ َقا ِت ِه وَ اَل تَمُوتُنَّ ِإاَّل وَ َأ ْنتُ ْم ُم ْ‬
‫س ِلمُونَ‬

‫س ِديدًا ‪ ،‬يُصْ ِلحْ لَ ُك ْم َأعْ مَالَ ُك ْم وَ يَ ْغ ِفرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم وَ مَنْ ي ُِط ِع اللَّ َه وَ رَ سُولَ ُه‬
‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه وَ ُقولُوا َقوْ اًل َ‬
‫‪َ .‬ف َق ْد َفازَ َفوْ زً ا عَ ِظيمًا‬

‫‪َ:‬أمَّا بَ ْع ُد‬

‫‪Refleksi Tahun Baru Hijriah‬‬


‫‪Jamaah Jumat rahimakumullah,‬‬
‫‪Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang‬‬
‫‪telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga sampai saat ini kita‬‬
‫‪masih diberi hidayah, kesehatan dan waktu untuk beribadah kepada-Nya,‬‬
‫‪untuk menambah bekal perjalanan abadi ke akhirat nanti.‬‬

‫‪Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada Nabi kita yang‬‬
‫‪ dan keluarganya, para sahabatnya dan siapa saja yang‬ﷺ ‪mulia, Muhammad‬‬
mengikuti ajaran beliau secara lahir dan batin dengan penuh keikhlasan,
kesabaran dan istiqamah, hingga hari kiamat.

Pada hari ini kita telah berada di bulan Muharram, bulan pertama dalam
sistem kalender hijriyah yang berdasarkan perputaran bulan. Ini berarti kita
telah memasuki tahun baru Islam.
Oleh karenanya, marilah kita berupaya agar amal perbuatan yang membuka
tahun baru kita ini adalah ketakwaan dan keshalehan diiringi dengan
penyesalan dan taubat terhadap masa dan waktu yang telah berlau di tahun
sebelumnya yang tidak berhasil kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya atau
kita habiskan untuk selain ketaatan kepada Allah.

Tahun kemarin yang telah berlalu itu bisa menjadi saksi yang akan membela
kita namun bisa juga menjadi saksi yang akan menyusahkan kita di yaumul
hisab nanti. Oleh karenanya, pada tahun yang baru ini, kita harus berusaha
semaksimal kemampuan kita untuk memperbanyak amal kebaikan pada umur
yang tersisa.
Kita tutup kekurangan dan ketergelinciran yang terjadi pada tahun
sebelumnya, serta bergegas dalam memanfaatkan momen-momen kebaikan,
sebelum datang Malaikat maut yang tak pernah memberi tahu kapan hendak
menjemput ajal kita.

Kita berada di bulan Muharram, bulan yang agung dalam Islam. Ia merupakan
salah satu dari bulan haram sebagaimana yang Allah firmankan,

َ‫ات وَ اَأْلرْ ضَ ِم ْن َها َأرْ بَ َع ٌة ُحرُ ٌم ۚ ٰ َذ ِلك‬ ِ َ‫سمَاو‬ َّ ‫ب اللَّ ِه يَوْ َم خَ لَ َق ال‬ِ ‫ش ْهرً ا ِفي ِكتَا‬ َ َ‫شر‬ َ َ‫ور ِع ْن َد اللَّ ِه ا ْثنَا ع‬ ُّ ‫ِإنَّ ِع َّد َة ال‬
ِ ‫ش ُه‬
َ‫ش ِر ِكينَ َكا َّف ًة َكمَا يُ َقا ِتلُونَ ُك ْم َكا َّف ًة ۚ وَ اعْ لَمُوا َأنَّ اللَّ َه مَعَ ا ْل ُمتَّ ِقين‬ َ ‫يهنَّ َأ ْن ُف‬
ْ ‫س ُك ْم ۚ وَ َقا ِتلُوا ا ْل ُم‬ ِ ‫ال ِّدينُ ا ْل َقيِّ ُم ۚ فَاَل تَظْ ِلمُوا ِف‬

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam
ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya
empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah
kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah
kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu
semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang
bertakwa.  [At-Taubah: 36]
Bulan-bulan haram dalam Islam adalah tiga bulan yang berurutan yaitu
Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram kemudian melompat ke bulan Rajab. Hal ini
sebagaimana diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-
Bukhari dari sahabat Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu.

Maksiat yang dilakukan oleh seorang Muslim di bulan haram itu berlipat


ganda dosanya dibandingkan bila dilakukan pada bulan selain bulan haram.
Demikian pula dengan kebaikan atau amal shaleh di bulan-bulan haram itu
juga dilpatgandakan pahalanya sebagaimana diterangkan oleh para ulama.
Untuk itu, marilah kita buka lembaran sejarah baru dalam hidup kita di tahun
baru Islam ini, dimulai di bulan Muharam yang mulia ini, dengan berusaha
menjauhi berbagai maksiat dan menjalankan berbagai ketaatan,
utamanya puasa sunnah tasua asyura.
Kaum Muslimin cenderung memelihara diri dari dosa secara ketat hanya di
bulan suci Ramadhan. Padahal bulan Ramadhan bukan termasuk bulan haram.
Semestinya spirit bulan Ramadhan tetap terpelihara paska Ramadhan,
terutama di bulan-bulan haram mengingat di bulan haram dosa dan pahala
dilipat gandakan.

Pelajaran dari Tahun Baru Hijriah


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Saat memasuki tahun baru hijriah, kita senantiasa teringat akan sejumlah
pelajaran yang terkandung dalam tahun baru hijriah ini, di antaranya adalah:

1. Pelajaran Penanggalan Tahun Baru Hijriah


Pada permulaan Islam, belum dikenal adanya sistem penanggalan Islam.
Sistem penanggalan Islam ini baru dikenal saat Umar bin Khathab radhiyallahu
‘anhu menjadi khalifah, wilayah kekuasaan Islam meluas dan orang-orang
membutuhkan adanya penanggalan dalam pemberian-pemberian (hibah)
mereka dan lain-lain.

Pada tahun ketiga atau keempat dari kekhilafahan Umar bin Al-Khathab
radhiyallahu ‘anhu, Abu Musa Al-Asy’ari menulis surat kepada Umar sebagai
berikut,”Telah sampai kepada kami sejumlah dokumen yang tidak ada
tanggalnya.”
Maka Umar mengumpulkan para sahabat radhiyallahu ‘anhum untuk
bermusyawarah dengan mereka. Salah seorang usul agar menggunakan
sistem kalender orang-orang Persia yang mengacu kepada raja-rajanya.

Setiap kali seorang raja binasa, maka penanggalannya diganti dengan


mengacu kepada nama raja berikutnya. Namun para sahabat tidak suka
dengan sistem penanggalan tersebut.

Yang lain usul agar menggunakan sistem penanggalan romawi, namun para
sahabat juga tidak menyukainya.

Ada yang usul, gunakan saja penanggalan berdasarkan kelahiran Nabi ‫ ﷺ‬.
Yang lain usul, dimulai dari sejak diangkatnya sebagai Nabi saja. Kemudian
ada pula yang usul dimulai dari hijrah Nabi ‫ ﷺ‬saja.

Maka Umar radhiyallahu ‘anhu berkata,”Hijrah itu memisahkan antara yang


haq dan bathil. Mulailah penanggalan dari hijrah Nabi ‫ ﷺ‬.” Maka para sahabat
memulai penanggalan dengan hijrah Nabi ‫ ﷺ‬dan bersepakat atas hal
tersebut.

Kemudian mereka bermusyawarah tentang permulaan tahun dimulai dari


bulan apa? Sebagian berkata Ramadhan, karena ia merupakan bulan yang di
dalamnya Al-Quran diturunkan.

Sebagian lainnya berkata dari Rabi’ul awal karena ia merupakan bulan Nabi ‫ﷺ‬
datang di Madinah sebagai muhajir. Sedangkan Umar, Utsman dan Ali
radhiyallahu ‘anhum lebih memilih untuk dimulai dengan bulan Muharram.

Ini karena Muharram merupakan bulan yang dekat dengan bulan Dzulhijjah
yang di bulan tersebut kaum Muslimin melaksanakan hajinya dan dengan haji
tersebut sempurnalah rukun agamanya.

Di bulan Muharram itu terdapat baiat orang-orang Anshar kepada Nabi ‫ﷺ‬
dan tekad untuk berhijrah. Maka permulaan tahun Islam hijriyah adalah dari
bulan haram Muharram.[i]
2. Spirit Hijrah Rasul
Peristiwa hijrahnya Rasulullah ‫ ﷺ‬dari Mekah ke Madinah merupakan peristiwa
yang sangat besar. Hijrah merupakan titik balik dari sejarah perjuangan kaum
Muslimin dari yang tadinya lemah dan tertindas menjadi merdeka dan bebas
secara penuh dalam melaksanakan tuntunan agamanya.

Hijrah Rasulullah ‫ ﷺ‬ini mengandung spirit atau ruh berupa keteguhan dalam
memegang prinsip kebenaran, keberanian berkorban secara total demi hidup
merdeka di atas prinsip kebenaran tersebut.

Makna Hijrah dalam Islam itu ada dua jenis. Yang pertama adalah hijrah
maknawi, yaitu meninggalkan apa saja yang dilarang oleh Allah Ta’ala. Ini
membutuhkan keteguhan hati dalam berpegang kepada perintah Allah untuk
menjauhi larangan dan sekaligus kesediaan berkorban demi menjauhi
larangan Allah tersebut.
Sebab, sering kali terjadi, orang berhijrah menjauhi kebatilan, baik berpindah
dari agama selain Islam menujuIslam atau keluar dari kubangan pergaulan dan
gaya hidup jahiliyah menuju pergaulan dan gaya hidup yang Islami, itu
mengalami banyak hal yang tidak mengenakkan.

Baik berupa pengucilan, dinyinyir orang, dikeluarkan dari pekerjaan, dianiaya


hingga sampai dihilangkan nyawanya. Hijrah batin membutuhkan keteguhan
hati, kesabaran dan ketawakalan.

Kemudian jenis hijrah kedua adalah hijrah zhahir, berhijrah dari negeri kafir
atau negeri yang kezaliman atau kefasikan meraja lela di dalamnya, menuju ke
negeri Islam atau negeri yang lebih ringan tingkat kezhaliman dan
kefasikannya dalam rangka untuk menyelamatkan agama, nyawa dan
hartanya.

Hijrah jenis kedua ini lebih berat lagi.Keteguhan hati, kesabaran, dan
kesediaan berkorban yang dibutuhkan lebih besar lagi. Tuntutan untuk
bertawakal kepada Allah juga lebih besar karena jelas orang yang hijrah zhahir
ini pasti harus meninggalkan kampung halamannya, kadang juga keluarga dan
kerabatnya, ke tempat asing yang sama sekali berbeda segalanya.
Setiap kali mengingat hijrah Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabat dari Madinah ke
Mekkah yang berjarak sekitar 490 km.

Dengan sarana transportasi kuda dan unta, kita akan teringat dengan
keteguhan mereka memegang kebenaran, keberanian berkorban, kesabaran
menanggung kesulitan perjalanan, ketawakalan kepada Allah terkait nasib
masa depan mereka dan keluarganya di tempat baru, yang sama sekali tidak
menjanjikan kesejahteraan secara duniawi saat itu.

Mereka justru meninggalkan segala yang mereka miliki, baik rumah,


pekerjaan, aset-aset berharga lainnya. Apa yang mereka tinggalkan akhirnya
dirampas oleh orang-orang kafir Quraisy. Ini bukan perkara ringan.

Untuk itulah kita senantiasa perlu diingatkan dalam momen tahun baru seperti
ini dengan salah satu amal amal paling utama dan sangat agung dalam Islam
yaitu hijrah di jalan Allah, agar kita termotifasi untuk teguh hati menjauhi
larangan Allah.

Dan saat kondisi menuntut untuk hijrah secara zhahir, maka tidak segan-segan
untuk melakukannya bila ada kemampuan untuk itu. Hijrah itu pahalanya tidak
ada bandingannya. Dari Abu Fathimah Al Iyadi radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

،ِ‫ عليك بالهجرة‬: ‫هللا علي ِه وسلَّ َم‬


ُ ‫هللا صلَّى‬
ِ ‫هللا ! ح ِّدثني بعم ٍل أستقيم عليه وأعملُه ! قال له رسو ُل‬
ِ ‫يا رسو َل‬
‫فإنه ال مث َل لها‬

”Wahai Rasulullah ‫ ! ﷺ‬Beritahulah saya satu amal yang aku akan beristiqamah
di atasnya dan aku akan amalkan.” Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda
kepadanya,”Hendaklah kamu berhijrah.Sesungguhnya tidak ada (kebaikan)
yang setara dengan hijrah (pahalanya).”
[Hadits riwayat An-Nasa’i, dalam shahih An-Nasa’i no. 4178, hadits hasan
shahih menurut Syaikh Al-Albani]

Sebagian ulama menyatakan bahwa Hijrah yang dimaksud dalam hadits ini
adalah hijrah zhahir yaitu berpindah dari negeri kafir ke negeri Islam
sebagamaimana dari Mekah ke Madinah sebelum terjadinya Fathu Mekkah
(dibebaskannya Mekah dari kekuasaan orang kafir).
‫‪Adapun Imam Ad-Dailami menyatakan yang dimaksud dengan hijrah di sini‬‬
‫]‪adalah meninggalkan apa saja yang Allah haramkan.”[ii‬‬
‫‪Ini berarti hijrah maknawi. Hijrah maknawi atau meninggalkan apa saja yang‬‬
‫‪dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala itu wajib bagi setiap muslim kapan‬‬
‫‪pun sampai dia meninggal dunia.‬‬

‫َات وَ ال ِّذ ْك ِر ا ْل َح ِكي ِْم‪ ,‬وَ تَ َقبَّ َل ِمنِّيْ وَ ِم ْن ُك ْم ِتالَوَ تَ ُه‬ ‫آن ا ْلع ِ‬
‫َظي ِْم‪ ,‬وَ نَ َف َع ِنيْ وَ ِإيَّا ُك ْم ِبمَا ِف ْي ِه ِمنَ اآلي ِ‬ ‫هللا ِليْ وَ لَ ُك ْم ِفي ا ْلقُرْ ِ‬ ‫بَارَ كَ ُ‬
‫ستَ ْغفِرُ وْ هُ‪ِ ،‬إنَّ ُه ُهوَ ا ْل َغفُوْ رُ الرَّ ِح ْي ُم‬ ‫َظ ْي َم ِليْ وَ لَ ُك ْم َفا ْ‬
‫هللا ا ْلع ِ‬
‫ستَ ْغفِرُ َ‬ ‫س ِميْعُ ا ْل َع ِل ْي ُم‪َ .‬أ ُقوْ ُل َقوْ ِليْ َه َذا وَ ا ْ‬
‫ِإنَّ ُه ُهوَ ال َّ‬

‫‪Khutbah ‬‬
‫‪Khutbah Pertama‬‬
‫ات َأعْ مَا ِلنَا‪ ،‬مَنْ يَ ْه ِد ُ‬
‫هللا َفالَ‬ ‫سيَِّئ ِ‬‫ُسنَا وَ ِمنْ َ‬ ‫شرُ وْ ِر َأ ْنف ِ‬ ‫ستَ ْغفِرُ هُ‪ ،‬وَ نَعُو ُذ ِبا ِ‬
‫هلل ِمنْ ُ‬ ‫ِإنَّ ا ْل َحمْ َد ِللَّ ِه نَ ْح َم ُد ُه وَ نَ ْ‬
‫ستَ ِع ْينُ ُه وَ نَ ْ‬
‫ش َه ُد َأنَّ م َ‬
‫ُح َّمدًا عَ ْب ُد ُه وَ رَ سُوْ لُ ُه‬ ‫ش ِريْكَ لَ ُه وَ َأ ْ‬ ‫ش َه ُد َأنَّ الَ ِإلَ َه ِإالَّ ُ‬
‫هللا وَ ْح َد ُه َ‬
‫ال َ‬ ‫ي لَهُ‪َ .‬أ ْ‬ ‫ُض َّل لَ ُه وَ مَنْ يُضْ ِل ْل َفالَ َها ِد َ‬ ‫‪.‬م ِ‬

‫َان ِإلَى‪ ‬‬ ‫َأ‬


‫سلَّ َم وَ عَ لَى آ ِل ِه وَ صْ َح ِاب ِه وَ مَنْ تَ ِب َع ُه ْم بِِإ ْحس ٍ‬
‫هلل عَ لَ ْي ِه وَ َ‬ ‫سلِّ ْم عَ لَى نَ ِبيِّنَا وَ رَ سُوْ ِلنَا م َ‬
‫ُح َّم ٍد صَ لَّى ا ُ‬ ‫َاللَّ ُه َّم صَ ِّل وَ َ‬
‫ْن‬
‫‪،‬يَوْ ِم ال ِّدي ِ‬

‫س وَ ا ِح َد ٍة وَ خَ لَ َق ِم ْن َها زَ وْ َج َها وَ ب َّ‬ ‫َأ‬


‫َث ِم ْن ُهمَا ِر َجاالً َك ِثير ًا وَ ِنسَا ًء وَ اتَّقُوا‬ ‫يَا يُّ َها النَّاسُ اتَّقُوا رَ بَّ ُك ْم الَّ ِذي خَ لَ َق ُك ْم ِمنْ نَ ْف ٍ‬
‫‪.‬اللَّ َه الَّ ِذي تَتَسَا َءلُونَ ِب ِه وَ اَألرْ َحا َم ِإنَّ اللَّ َه َكانَ عَ لَ ْي ُك ْم رَ ِقيب ًا‬

‫‪.‬يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه َحقَّ تُ َقا ِت ِه وَ اَل تَمُوتُنَّ ِإاَّل وَ َأ ْنتُ ْم ُم ْ‬
‫س ِلمُونَ‬

‫س ِديدًا ‪ ،‬يُصْ ِلحْ لَ ُك ْم َأعْ مَالَ ُك ْم وَ يَ ْغ ِفرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم وَ مَنْ ي ُِط ِع اللَّ َه وَ رَ سُولَ ُه‬
‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه وَ ُقولُوا َقوْ اًل َ‬
‫‪َ .‬ف َق ْد َفازَ َفوْ زً ا عَ ِظيمًا‬

‫‪َ:‬أمَّا بَ ْع ُد‬

‫‪Refleksi Tahun Baru Hijriah‬‬


‫‪Jamaah Jumat rahimakumullah,‬‬
‫‪Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang‬‬
‫‪telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga sampai saat ini kita‬‬
‫‪masih diberi hidayah, kesehatan dan waktu untuk beribadah kepada-Nya,‬‬
‫‪untuk menambah bekal perjalanan abadi ke akhirat nanti.‬‬
Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada Nabi kita yang
mulia, Muhammad ‫ ﷺ‬dan keluarganya, para sahabatnya dan siapa saja yang
mengikuti ajaran beliau secara lahir dan batin dengan penuh keikhlasan,
kesabaran dan istiqamah, hingga hari kiamat.

Pada hari ini kita telah berada di bulan Muharram, bulan pertama dalam
sistem kalender hijriyah yang berdasarkan perputaran bulan. Ini berarti kita
telah memasuki tahun baru Islam.
Oleh karenanya, marilah kita berupaya agar amal perbuatan yang membuka
tahun baru kita ini adalah ketakwaan dan keshalehan diiringi dengan
penyesalan dan taubat terhadap masa dan waktu yang telah berlau di tahun
sebelumnya yang tidak berhasil kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya atau
kita habiskan untuk selain ketaatan kepada Allah.

Tahun kemarin yang telah berlalu itu bisa menjadi saksi yang akan membela
kita namun bisa juga menjadi saksi yang akan menyusahkan kita di yaumul
hisab nanti. Oleh karenanya, pada tahun yang baru ini, kita harus berusaha
semaksimal kemampuan kita untuk memperbanyak amal kebaikan pada umur
yang tersisa.
Kita tutup kekurangan dan ketergelinciran yang terjadi pada tahun
sebelumnya, serta bergegas dalam memanfaatkan momen-momen kebaikan,
sebelum datang Malaikat maut yang tak pernah memberi tahu kapan hendak
menjemput ajal kita.

Kita berada di bulan Muharram, bulan yang agung dalam Islam. Ia merupakan
salah satu dari bulan haram sebagaimana yang Allah firmankan,

َ‫ات وَ اَأْلرْ ضَ ِم ْن َها َأرْ بَ َع ٌة ُحرُ ٌم ۚ ٰ َذ ِلك‬ ِ َ‫سمَاو‬ َّ ‫ب اللَّ ِه يَوْ َم خَ لَ َق ال‬ِ ‫ش ْهرً ا ِفي ِكتَا‬ َ َ‫شر‬ َ َ‫ور ِع ْن َد اللَّ ِه ا ْثنَا ع‬ ُّ ‫ِإنَّ ِع َّد َة ال‬
ِ ‫ش ُه‬
َ‫ش ِر ِكينَ َكا َّف ًة َكمَا يُ َقا ِتلُونَ ُك ْم َكا َّف ًة ۚ وَ اعْ لَمُوا َأنَّ اللَّ َه مَعَ ا ْل ُمتَّ ِقين‬ َ ‫يهنَّ َأ ْن ُف‬
ْ ‫س ُك ْم ۚ وَ َقا ِتلُوا ا ْل ُم‬ ِ ‫ال ِّدينُ ا ْل َقيِّ ُم ۚ فَاَل تَظْ ِلمُوا ِف‬

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam
ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya
empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah
kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah
kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu
semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang
bertakwa.  [At-Taubah: 36]
Bulan-bulan haram dalam Islam adalah tiga bulan yang berurutan yaitu
Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram kemudian melompat ke bulan Rajab. Hal ini
sebagaimana diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-
Bukhari dari sahabat Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu.

Maksiat yang dilakukan oleh seorang Muslim di bulan haram itu berlipat


ganda dosanya dibandingkan bila dilakukan pada bulan selain bulan haram.
Demikian pula dengan kebaikan atau amal shaleh di bulan-bulan haram itu
juga dilpatgandakan pahalanya sebagaimana diterangkan oleh para ulama.
Untuk itu, marilah kita buka lembaran sejarah baru dalam hidup kita di tahun
baru Islam ini, dimulai di bulan Muharam yang mulia ini, dengan berusaha
menjauhi berbagai maksiat dan menjalankan berbagai ketaatan,
utamanya puasa sunnah tasua asyura.
Kaum Muslimin cenderung memelihara diri dari dosa secara ketat hanya di
bulan suci Ramadhan. Padahal bulan Ramadhan bukan termasuk bulan haram.
Semestinya spirit bulan Ramadhan tetap terpelihara paska Ramadhan,
terutama di bulan-bulan haram mengingat di bulan haram dosa dan pahala
dilipat gandakan.

Pelajaran dari Tahun Baru Hijriah


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Saat memasuki tahun baru hijriah, kita senantiasa teringat akan sejumlah
pelajaran yang terkandung dalam tahun baru hijriah ini, di antaranya adalah:

1. Pelajaran Penanggalan Tahun Baru Hijriah


Pada permulaan Islam, belum dikenal adanya sistem penanggalan Islam.
Sistem penanggalan Islam ini baru dikenal saat Umar bin Khathab radhiyallahu
‘anhu menjadi khalifah, wilayah kekuasaan Islam meluas dan orang-orang
membutuhkan adanya penanggalan dalam pemberian-pemberian (hibah)
mereka dan lain-lain.

Pada tahun ketiga atau keempat dari kekhilafahan Umar bin Al-Khathab
radhiyallahu ‘anhu, Abu Musa Al-Asy’ari menulis surat kepada Umar sebagai
berikut,”Telah sampai kepada kami sejumlah dokumen yang tidak ada
tanggalnya.”

Maka Umar mengumpulkan para sahabat radhiyallahu ‘anhum untuk


bermusyawarah dengan mereka. Salah seorang usul agar menggunakan
sistem kalender orang-orang Persia yang mengacu kepada raja-rajanya.

Setiap kali seorang raja binasa, maka penanggalannya diganti dengan


mengacu kepada nama raja berikutnya. Namun para sahabat tidak suka
dengan sistem penanggalan tersebut.

Yang lain usul agar menggunakan sistem penanggalan romawi, namun para
sahabat juga tidak menyukainya.

Ada yang usul, gunakan saja penanggalan berdasarkan kelahiran Nabi ‫ ﷺ‬.
Yang lain usul, dimulai dari sejak diangkatnya sebagai Nabi saja. Kemudian
ada pula yang usul dimulai dari hijrah Nabi ‫ ﷺ‬saja.

Maka Umar radhiyallahu ‘anhu berkata,”Hijrah itu memisahkan antara yang


haq dan bathil. Mulailah penanggalan dari hijrah Nabi ‫ ﷺ‬.” Maka para sahabat
memulai penanggalan dengan hijrah Nabi ‫ ﷺ‬dan bersepakat atas hal
tersebut.

Kemudian mereka bermusyawarah tentang permulaan tahun dimulai dari


bulan apa? Sebagian berkata Ramadhan, karena ia merupakan bulan yang di
dalamnya Al-Quran diturunkan.

Sebagian lainnya berkata dari Rabi’ul awal karena ia merupakan bulan Nabi ‫ﷺ‬
datang di Madinah sebagai muhajir. Sedangkan Umar, Utsman dan Ali
radhiyallahu ‘anhum lebih memilih untuk dimulai dengan bulan Muharram.

Ini karena Muharram merupakan bulan yang dekat dengan bulan Dzulhijjah
yang di bulan tersebut kaum Muslimin melaksanakan hajinya dan dengan haji
tersebut sempurnalah rukun agamanya.
Di bulan Muharram itu terdapat baiat orang-orang Anshar kepada Nabi ‫ﷺ‬
dan tekad untuk berhijrah. Maka permulaan tahun Islam hijriyah adalah dari
bulan haram Muharram.[i]
2. Spirit Hijrah Rasul
Peristiwa hijrahnya Rasulullah ‫ ﷺ‬dari Mekah ke Madinah merupakan peristiwa
yang sangat besar. Hijrah merupakan titik balik dari sejarah perjuangan kaum
Muslimin dari yang tadinya lemah dan tertindas menjadi merdeka dan bebas
secara penuh dalam melaksanakan tuntunan agamanya.

Hijrah Rasulullah ‫ ﷺ‬ini mengandung spirit atau ruh berupa keteguhan dalam
memegang prinsip kebenaran, keberanian berkorban secara total demi hidup
merdeka di atas prinsip kebenaran tersebut.

Makna Hijrah dalam Islam itu ada dua jenis. Yang pertama adalah hijrah
maknawi, yaitu meninggalkan apa saja yang dilarang oleh Allah Ta’ala. Ini
membutuhkan keteguhan hati dalam berpegang kepada perintah Allah untuk
menjauhi larangan dan sekaligus kesediaan berkorban demi menjauhi
larangan Allah tersebut.
Sebab, sering kali terjadi, orang berhijrah menjauhi kebatilan, baik berpindah
dari agama selain Islam menujuIslam atau keluar dari kubangan pergaulan dan
gaya hidup jahiliyah menuju pergaulan dan gaya hidup yang Islami, itu
mengalami banyak hal yang tidak mengenakkan.

Baik berupa pengucilan, dinyinyir orang, dikeluarkan dari pekerjaan, dianiaya


hingga sampai dihilangkan nyawanya. Hijrah batin membutuhkan keteguhan
hati, kesabaran dan ketawakalan.

Kemudian jenis hijrah kedua adalah hijrah zhahir, berhijrah dari negeri kafir
atau negeri yang kezaliman atau kefasikan meraja lela di dalamnya, menuju ke
negeri Islam atau negeri yang lebih ringan tingkat kezhaliman dan
kefasikannya dalam rangka untuk menyelamatkan agama, nyawa dan
hartanya.

Hijrah jenis kedua ini lebih berat lagi.Keteguhan hati, kesabaran, dan
kesediaan berkorban yang dibutuhkan lebih besar lagi. Tuntutan untuk
bertawakal kepada Allah juga lebih besar karena jelas orang yang hijrah zhahir
ini pasti harus meninggalkan kampung halamannya, kadang juga keluarga dan
kerabatnya, ke tempat asing yang sama sekali berbeda segalanya.

Setiap kali mengingat hijrah Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabat dari Madinah ke
Mekkah yang berjarak sekitar 490 km.

Dengan sarana transportasi kuda dan unta, kita akan teringat dengan
keteguhan mereka memegang kebenaran, keberanian berkorban, kesabaran
menanggung kesulitan perjalanan, ketawakalan kepada Allah terkait nasib
masa depan mereka dan keluarganya di tempat baru, yang sama sekali tidak
menjanjikan kesejahteraan secara duniawi saat itu.

Mereka justru meninggalkan segala yang mereka miliki, baik rumah,


pekerjaan, aset-aset berharga lainnya. Apa yang mereka tinggalkan akhirnya
dirampas oleh orang-orang kafir Quraisy. Ini bukan perkara ringan.

Untuk itulah kita senantiasa perlu diingatkan dalam momen tahun baru seperti
ini dengan salah satu amal amal paling utama dan sangat agung dalam Islam
yaitu hijrah di jalan Allah, agar kita termotifasi untuk teguh hati menjauhi
larangan Allah.

Dan saat kondisi menuntut untuk hijrah secara zhahir, maka tidak segan-segan
untuk melakukannya bila ada kemampuan untuk itu. Hijrah itu pahalanya tidak
ada bandingannya. Dari Abu Fathimah Al Iyadi radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

،ِ‫ عليك بالهجرة‬: ‫هللا علي ِه وسلَّ َم‬


ُ ‫هللا صلَّى‬
ِ ‫هللا ! ح ِّدثني بعم ٍل أستقيم عليه وأعملُه ! قال له رسو ُل‬
ِ ‫يا رسو َل‬
‫فإنه ال مث َل لها‬

”Wahai Rasulullah ‫ ! ﷺ‬Beritahulah saya satu amal yang aku akan beristiqamah
di atasnya dan aku akan amalkan.” Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda
kepadanya,”Hendaklah kamu berhijrah.Sesungguhnya tidak ada (kebaikan)
yang setara dengan hijrah (pahalanya).”
[Hadits riwayat An-Nasa’i, dalam shahih An-Nasa’i no. 4178, hadits hasan
shahih menurut Syaikh Al-Albani]
‫‪Sebagian ulama menyatakan bahwa Hijrah yang dimaksud dalam hadits ini‬‬
‫‪adalah hijrah zhahir yaitu berpindah dari negeri kafir ke negeri Islam‬‬
‫‪sebagamaimana dari Mekah ke Madinah sebelum terjadinya Fathu Mekkah‬‬
‫‪(dibebaskannya Mekah dari kekuasaan orang kafir).‬‬

‫‪Adapun Imam Ad-Dailami menyatakan yang dimaksud dengan hijrah di sini‬‬


‫]‪adalah meninggalkan apa saja yang Allah haramkan.”[ii‬‬
‫‪Ini berarti hijrah maknawi. Hijrah maknawi atau meninggalkan apa saja yang‬‬
‫‪dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala itu wajib bagi setiap muslim kapan‬‬
‫‪pun sampai dia meninggal dunia.‬‬

‫َات وَ ال ِّذ ْك ِر ا ْل َح ِكي ِْم‪ ,‬وَ تَ َقبَّ َل ِمنِّيْ وَ ِم ْن ُك ْم ِتالَوَ تَ ُه‬ ‫آن ا ْلع ِ‬
‫َظي ِْم‪ ,‬وَ نَ َف َع ِنيْ وَ ِإيَّا ُك ْم ِبمَا ِف ْي ِه ِمنَ اآلي ِ‬ ‫هللا ِليْ وَ لَ ُك ْم ِفي ا ْلقُرْ ِ‬ ‫بَارَ كَ ُ‬
‫ستَ ْغفِرُ وْ هُ‪ِ ،‬إنَّ ُه ُهوَ ا ْل َغفُوْ رُ الرَّ ِح ْي ُم‬ ‫َظ ْي َم ِليْ وَ لَ ُك ْم َفا ْ‬
‫هللا ا ْلع ِ‬
‫ستَ ْغفِرُ َ‬ ‫س ِميْعُ ا ْل َع ِل ْي ُم‪َ .‬أ ُقوْ ُل َقوْ ِليْ َه َذا وَ ا ْ‬
‫ِإنَّ ُه ُهوَ ال َّ‬

‫‪Khutbah ‬‬
‫‪Khutbah Pertama‬‬
‫ات َأعْ مَا ِلنَا‪ ،‬مَنْ يَ ْه ِد ُ‬
‫هللا َفالَ‬ ‫سيَِّئ ِ‬‫ُسنَا وَ ِمنْ َ‬ ‫شرُ وْ ِر َأ ْنف ِ‬ ‫ستَ ْغفِرُ هُ‪ ،‬وَ نَعُو ُذ ِبا ِ‬
‫هلل ِمنْ ُ‬ ‫ِإنَّ ا ْل َحمْ َد ِللَّ ِه نَ ْح َم ُد ُه وَ نَ ْ‬
‫ستَ ِع ْينُ ُه وَ نَ ْ‬
‫ش َه ُد َأنَّ م َ‬
‫ُح َّمدًا عَ ْب ُد ُه وَ رَ سُوْ لُ ُه‬ ‫ش ِريْكَ لَ ُه وَ َأ ْ‬ ‫ش َه ُد َأنَّ الَ ِإلَ َه ِإالَّ ُ‬
‫هللا وَ ْح َد ُه َ‬
‫ال َ‬ ‫ي لَهُ‪َ .‬أ ْ‬ ‫ُض َّل لَ ُه وَ مَنْ يُضْ ِل ْل َفالَ َها ِد َ‬ ‫‪.‬م ِ‬

‫َان ِإلَى‪ ‬‬ ‫َأ‬


‫سلَّ َم وَ عَ لَى آ ِل ِه وَ صْ َح ِاب ِه وَ مَنْ تَ ِب َع ُه ْم بِِإ ْحس ٍ‬
‫هلل عَ لَ ْي ِه وَ َ‬ ‫سلِّ ْم عَ لَى نَ ِبيِّنَا وَ رَ سُوْ ِلنَا م َ‬
‫ُح َّم ٍد صَ لَّى ا ُ‬ ‫َاللَّ ُه َّم صَ ِّل وَ َ‬
‫ْن‬
‫‪،‬يَوْ ِم ال ِّدي ِ‬

‫س وَ ا ِح َد ٍة وَ خَ لَ َق ِم ْن َها زَ وْ َج َها وَ ب َّ‬ ‫َأ‬


‫َث ِم ْن ُهمَا ِر َجاالً َك ِثير ًا وَ ِنسَا ًء وَ اتَّقُوا‬ ‫يَا يُّ َها النَّاسُ اتَّقُوا رَ بَّ ُك ْم الَّ ِذي خَ لَ َق ُك ْم ِمنْ نَ ْف ٍ‬
‫‪.‬اللَّ َه الَّ ِذي تَتَسَا َءلُونَ ِب ِه وَ اَألرْ َحا َم ِإنَّ اللَّ َه َكانَ عَ لَ ْي ُك ْم رَ ِقيب ًا‬

‫‪.‬يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه َحقَّ تُ َقا ِت ِه وَ اَل تَمُوتُنَّ ِإاَّل وَ َأ ْنتُ ْم ُم ْ‬
‫س ِلمُونَ‬

‫س ِديدًا ‪ ،‬يُصْ ِلحْ لَ ُك ْم َأعْ مَالَ ُك ْم وَ يَ ْغ ِفرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم وَ مَنْ ي ُِط ِع اللَّ َه وَ رَ سُولَ ُه‬
‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه وَ ُقولُوا َقوْ اًل َ‬
‫‪َ .‬ف َق ْد َفازَ َفوْ زً ا عَ ِظيمًا‬

‫‪َ:‬أمَّا بَ ْع ُد‬

‫‪Refleksi Tahun Baru Hijriah‬‬


‫‪Jamaah Jumat rahimakumullah,‬‬
Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga sampai saat ini kita
masih diberi hidayah, kesehatan dan waktu untuk beribadah kepada-Nya,
untuk menambah bekal perjalanan abadi ke akhirat nanti.

Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada Nabi kita yang
mulia, Muhammad ‫ ﷺ‬dan keluarganya, para sahabatnya dan siapa saja yang
mengikuti ajaran beliau secara lahir dan batin dengan penuh keikhlasan,
kesabaran dan istiqamah, hingga hari kiamat.

Pada hari ini kita telah berada di bulan Muharram, bulan pertama dalam
sistem kalender hijriyah yang berdasarkan perputaran bulan. Ini berarti kita
telah memasuki tahun baru Islam.
Oleh karenanya, marilah kita berupaya agar amal perbuatan yang membuka
tahun baru kita ini adalah ketakwaan dan keshalehan diiringi dengan
penyesalan dan taubat terhadap masa dan waktu yang telah berlau di tahun
sebelumnya yang tidak berhasil kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya atau
kita habiskan untuk selain ketaatan kepada Allah.

Tahun kemarin yang telah berlalu itu bisa menjadi saksi yang akan membela
kita namun bisa juga menjadi saksi yang akan menyusahkan kita di yaumul
hisab nanti. Oleh karenanya, pada tahun yang baru ini, kita harus berusaha
semaksimal kemampuan kita untuk memperbanyak amal kebaikan pada umur
yang tersisa.
Kita tutup kekurangan dan ketergelinciran yang terjadi pada tahun
sebelumnya, serta bergegas dalam memanfaatkan momen-momen kebaikan,
sebelum datang Malaikat maut yang tak pernah memberi tahu kapan hendak
menjemput ajal kita.

Kita berada di bulan Muharram, bulan yang agung dalam Islam. Ia merupakan
salah satu dari bulan haram sebagaimana yang Allah firmankan,

َ‫ات وَ اَأْلرْ ضَ ِم ْن َها َأرْ بَ َع ٌة ُحرُ ٌم ۚ ٰ َذ ِلك‬ ِ َ‫سمَاو‬ َّ ‫ب اللَّ ِه يَوْ َم خَ لَ َق ال‬ِ ‫ش ْهرً ا ِفي ِكتَا‬ َ َ‫شر‬ َ َ‫ور ِع ْن َد اللَّ ِه ا ْثنَا ع‬ ُّ ‫ِإنَّ ِع َّد َة ال‬
ِ ‫ش ُه‬
َ‫ش ِر ِكينَ َكا َّف ًة َكمَا يُ َقا ِتلُونَ ُك ْم َكا َّف ًة ۚ وَ اعْ لَمُوا َأنَّ اللَّ َه مَعَ ا ْل ُمتَّ ِقين‬ َ ‫يهنَّ َأ ْن ُف‬
ْ ‫س ُك ْم ۚ وَ َقا ِتلُوا ا ْل ُم‬ ِ ‫ال ِّدينُ ا ْل َقيِّ ُم ۚ فَاَل تَظْ ِلمُوا ِف‬
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam
ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya
empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah
kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah
kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu
semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang
bertakwa.  [At-Taubah: 36]
Bulan-bulan haram dalam Islam adalah tiga bulan yang berurutan yaitu
Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram kemudian melompat ke bulan Rajab. Hal ini
sebagaimana diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-
Bukhari dari sahabat Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu.

Maksiat yang dilakukan oleh seorang Muslim di bulan haram itu berlipat


ganda dosanya dibandingkan bila dilakukan pada bulan selain bulan haram.
Demikian pula dengan kebaikan atau amal shaleh di bulan-bulan haram itu
juga dilpatgandakan pahalanya sebagaimana diterangkan oleh para ulama.
Untuk itu, marilah kita buka lembaran sejarah baru dalam hidup kita di tahun
baru Islam ini, dimulai di bulan Muharam yang mulia ini, dengan berusaha
menjauhi berbagai maksiat dan menjalankan berbagai ketaatan,
utamanya puasa sunnah tasua asyura.
Kaum Muslimin cenderung memelihara diri dari dosa secara ketat hanya di
bulan suci Ramadhan. Padahal bulan Ramadhan bukan termasuk bulan haram.
Semestinya spirit bulan Ramadhan tetap terpelihara paska Ramadhan,
terutama di bulan-bulan haram mengingat di bulan haram dosa dan pahala
dilipat gandakan.

Pelajaran dari Tahun Baru Hijriah


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Saat memasuki tahun baru hijriah, kita senantiasa teringat akan sejumlah
pelajaran yang terkandung dalam tahun baru hijriah ini, di antaranya adalah:

1. Pelajaran Penanggalan Tahun Baru Hijriah


Pada permulaan Islam, belum dikenal adanya sistem penanggalan Islam.
Sistem penanggalan Islam ini baru dikenal saat Umar bin Khathab radhiyallahu
‘anhu menjadi khalifah, wilayah kekuasaan Islam meluas dan orang-orang
membutuhkan adanya penanggalan dalam pemberian-pemberian (hibah)
mereka dan lain-lain.

Pada tahun ketiga atau keempat dari kekhilafahan Umar bin Al-Khathab
radhiyallahu ‘anhu, Abu Musa Al-Asy’ari menulis surat kepada Umar sebagai
berikut,”Telah sampai kepada kami sejumlah dokumen yang tidak ada
tanggalnya.”

Maka Umar mengumpulkan para sahabat radhiyallahu ‘anhum untuk


bermusyawarah dengan mereka. Salah seorang usul agar menggunakan
sistem kalender orang-orang Persia yang mengacu kepada raja-rajanya.

Setiap kali seorang raja binasa, maka penanggalannya diganti dengan


mengacu kepada nama raja berikutnya. Namun para sahabat tidak suka
dengan sistem penanggalan tersebut.

Yang lain usul agar menggunakan sistem penanggalan romawi, namun para
sahabat juga tidak menyukainya.

Ada yang usul, gunakan saja penanggalan berdasarkan kelahiran Nabi ‫ ﷺ‬.
Yang lain usul, dimulai dari sejak diangkatnya sebagai Nabi saja. Kemudian
ada pula yang usul dimulai dari hijrah Nabi ‫ ﷺ‬saja.

Maka Umar radhiyallahu ‘anhu berkata,”Hijrah itu memisahkan antara yang


haq dan bathil. Mulailah penanggalan dari hijrah Nabi ‫ ﷺ‬.” Maka para sahabat
memulai penanggalan dengan hijrah Nabi ‫ ﷺ‬dan bersepakat atas hal
tersebut.

Kemudian mereka bermusyawarah tentang permulaan tahun dimulai dari


bulan apa? Sebagian berkata Ramadhan, karena ia merupakan bulan yang di
dalamnya Al-Quran diturunkan.

Sebagian lainnya berkata dari Rabi’ul awal karena ia merupakan bulan Nabi ‫ﷺ‬
datang di Madinah sebagai muhajir. Sedangkan Umar, Utsman dan Ali
radhiyallahu ‘anhum lebih memilih untuk dimulai dengan bulan Muharram.
Ini karena Muharram merupakan bulan yang dekat dengan bulan Dzulhijjah
yang di bulan tersebut kaum Muslimin melaksanakan hajinya dan dengan haji
tersebut sempurnalah rukun agamanya.

Di bulan Muharram itu terdapat baiat orang-orang Anshar kepada Nabi ‫ﷺ‬
dan tekad untuk berhijrah. Maka permulaan tahun Islam hijriyah adalah dari
bulan haram Muharram.[i]
2. Spirit Hijrah Rasul
Peristiwa hijrahnya Rasulullah ‫ ﷺ‬dari Mekah ke Madinah merupakan peristiwa
yang sangat besar. Hijrah merupakan titik balik dari sejarah perjuangan kaum
Muslimin dari yang tadinya lemah dan tertindas menjadi merdeka dan bebas
secara penuh dalam melaksanakan tuntunan agamanya.

Hijrah Rasulullah ‫ ﷺ‬ini mengandung spirit atau ruh berupa keteguhan dalam
memegang prinsip kebenaran, keberanian berkorban secara total demi hidup
merdeka di atas prinsip kebenaran tersebut.

Makna Hijrah dalam Islam itu ada dua jenis. Yang pertama adalah hijrah
maknawi, yaitu meninggalkan apa saja yang dilarang oleh Allah Ta’ala. Ini
membutuhkan keteguhan hati dalam berpegang kepada perintah Allah untuk
menjauhi larangan dan sekaligus kesediaan berkorban demi menjauhi
larangan Allah tersebut.
Sebab, sering kali terjadi, orang berhijrah menjauhi kebatilan, baik berpindah
dari agama selain Islam menujuIslam atau keluar dari kubangan pergaulan dan
gaya hidup jahiliyah menuju pergaulan dan gaya hidup yang Islami, itu
mengalami banyak hal yang tidak mengenakkan.

Baik berupa pengucilan, dinyinyir orang, dikeluarkan dari pekerjaan, dianiaya


hingga sampai dihilangkan nyawanya. Hijrah batin membutuhkan keteguhan
hati, kesabaran dan ketawakalan.

Kemudian jenis hijrah kedua adalah hijrah zhahir, berhijrah dari negeri kafir
atau negeri yang kezaliman atau kefasikan meraja lela di dalamnya, menuju ke
negeri Islam atau negeri yang lebih ringan tingkat kezhaliman dan
kefasikannya dalam rangka untuk menyelamatkan agama, nyawa dan
hartanya.

Hijrah jenis kedua ini lebih berat lagi.Keteguhan hati, kesabaran, dan
kesediaan berkorban yang dibutuhkan lebih besar lagi. Tuntutan untuk
bertawakal kepada Allah juga lebih besar karena jelas orang yang hijrah zhahir
ini pasti harus meninggalkan kampung halamannya, kadang juga keluarga dan
kerabatnya, ke tempat asing yang sama sekali berbeda segalanya.

Setiap kali mengingat hijrah Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabat dari Madinah ke
Mekkah yang berjarak sekitar 490 km.

Dengan sarana transportasi kuda dan unta, kita akan teringat dengan
keteguhan mereka memegang kebenaran, keberanian berkorban, kesabaran
menanggung kesulitan perjalanan, ketawakalan kepada Allah terkait nasib
masa depan mereka dan keluarganya di tempat baru, yang sama sekali tidak
menjanjikan kesejahteraan secara duniawi saat itu.

Mereka justru meninggalkan segala yang mereka miliki, baik rumah,


pekerjaan, aset-aset berharga lainnya. Apa yang mereka tinggalkan akhirnya
dirampas oleh orang-orang kafir Quraisy. Ini bukan perkara ringan.

Untuk itulah kita senantiasa perlu diingatkan dalam momen tahun baru seperti
ini dengan salah satu amal amal paling utama dan sangat agung dalam Islam
yaitu hijrah di jalan Allah, agar kita termotifasi untuk teguh hati menjauhi
larangan Allah.

Dan saat kondisi menuntut untuk hijrah secara zhahir, maka tidak segan-segan
untuk melakukannya bila ada kemampuan untuk itu. Hijrah itu pahalanya tidak
ada bandingannya. Dari Abu Fathimah Al Iyadi radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

،ِ‫ عليك بالهجرة‬: ‫هللا علي ِه وسلَّ َم‬


ُ ‫هللا صلَّى‬
ِ ‫هللا ! ح ِّدثني بعم ٍل أستقيم عليه وأعملُه ! قال له رسو ُل‬
ِ ‫يا رسو َل‬
‫فإنه ال مث َل لها‬

”Wahai Rasulullah ‫ ! ﷺ‬Beritahulah saya satu amal yang aku akan beristiqamah
di atasnya dan aku akan amalkan.” Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda
kepadanya,”Hendaklah kamu berhijrah.Sesungguhnya tidak ada (kebaikan)
yang setara dengan hijrah (pahalanya).”
[Hadits riwayat An-Nasa’i, dalam shahih An-Nasa’i no. 4178, hadits hasan
shahih menurut Syaikh Al-Albani]

Sebagian ulama menyatakan bahwa Hijrah yang dimaksud dalam hadits ini
adalah hijrah zhahir yaitu berpindah dari negeri kafir ke negeri Islam
sebagamaimana dari Mekah ke Madinah sebelum terjadinya Fathu Mekkah
(dibebaskannya Mekah dari kekuasaan orang kafir).

Adapun Imam Ad-Dailami menyatakan yang dimaksud dengan hijrah di sini


adalah meninggalkan apa saja yang Allah haramkan.”[ii]
Ini berarti hijrah maknawi. Hijrah maknawi atau meninggalkan apa saja yang
dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala itu wajib bagi setiap muslim kapan
pun sampai dia meninggal dunia.

‫ وَ تَ َقبَّ َل ِمنِّيْ وَ ِم ْن ُك ْم ِتالَوَ تَ ُه‬,‫َات وَ ال ِّذ ْك ِر ا ْل َح ِكي ِْم‬ ِ ‫آن ا ْلع‬


ِ ‫ وَ نَ َف َع ِنيْ وَ ِإيَّا ُك ْم ِبمَا ِف ْي ِه ِمنَ اآلي‬,‫َظي ِْم‬ ِ ْ‫هللا ِليْ وَ لَ ُك ْم ِفي ا ْلقُر‬ ُ َ‫بَارَ ك‬
‫ ِإنَّ ُه ُهوَ ا ْل َغفُوْ رُ الرَّ ِح ْي ُم‬،ُ‫ستَ ْغفِرُ وْ ه‬ ْ ‫َظ ْي َم ِليْ وَ لَ ُك ْم َفا‬
ِ ‫هللا ا ْلع‬
َ ُ‫ستَ ْغفِر‬ ‫َأ‬
ْ ‫ ُقوْ ُل َقوْ ِليْ َه َذا وَ ا‬.‫س ِميْعُ ا ْل َع ِل ْي ُم‬
َّ ‫ِإنَّ ُه ُهوَ ال‬

Khutbah 

Anda mungkin juga menyukai