Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SENI TEATER

DISUSUN OLEH :

Rasya Putri

SMKN 3 KOTA BENGKULU


SENI BROADCASTING DAN FILEM
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan Karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas Mata Pelajaran Seni Budaya berupa Makalah. Makalah ini yang
kami susun berjudul “Seni Teater Tradisional”.

Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami telah berhasil
menyelesaikan makalah ini.

Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada teman-teman yang juga sudah memberikan bantuan
kepada kami baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini
pada khususnya dan pembuatan makalah-makalah yang lain dikemudian hari. Kami berharap
semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umummnya.

Penyusun

DAFTAR ISI
COVER

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang .........................................................................................................

B. Rumusan masalah ...................................................................................................

C. Tujuan .....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Teater Tradisional ..................................................................................

B. Unsur-unsur teater tradisional .................................................................................

C. Ciri-ciri teater tradisional ........................................................................................

D. Macam-macam teater tradisional .............................................................................

E. Fungsi seni teater tradisional ...................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................

B. Saran ..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Teater merupakan suatu media langsung atau media komunikasi langsung yang djadikan
wahana penting dalam menyebarkan kebudayaan dan pemikiran di sepanjang zaman. Teater
terkadang mengisahakan tragedi yang begitu menyedihkan yang terkadang memaksa penonoton
untuk terhanyut turut menangis dan terkadang pula ada teater yang terkadang menyodorkan
pertanyaan kepada publik, akan tetapi ada juga teater yang bisa membuat penontonnya tertawa
lebar.

Perubahan struktural dalam substansi teater tradisional perlu diciptakan namun tetap
mempertahankan secara utuh kaidah pementasan, sehingga bisa terwujud pengalaman baru.
Bahkan dalam beberapa kasus, format dan penampilan pementasan harus diubah juga. Masyarakat
sekarang sangat berbeda dengan tipe masyarakat ratusan tahun yang lalu. Mereka memiliki
tuntutan dan selera yang baru pula. Karena itu, teater mesti menggarap persoalan hidup sehari-hari
mereka. Dengan begitu, inovasi semacam itulah yang akan menjamin kelestarian teater tradisional
dan menjaganya untuk generasi mendatang".

Teater tradisional yang kita kenal sekarang lahir dari situasi sosial tertentu yang berbeda
dengan kondisi sekarang. Ada banyak peneliti teater yang mengakui bahwa jika teater tradisional
dipentaskan sesuai dengan format aslinya, tentu tidak akan banyak menarik minat publik. Dan
perlahan akan mengubahnya menjadi ragam seni yang layak dimuseumkan.

Teater tradisional merupakan bagian dari identitas budaya dan menjadi kekayaan kultural
bangsa-bangsa yang berperadaban kuno. Meski demikian sebagian besar pakar seni menilai perlu
diadakannya perubahan dalam menampilkan seni pentas tersebut sesuai dengan tuntutan
masyarakat modern. Menggali kembali akar sejarah teater tradisional merupakan langkah awal
untuk menggelar perubahan. Selain itu, mengenal asal-asul dan mencari unsur-unsur asli teater
tradisional dengan cara memisahkannya dari tendensi sosial dan politik yang melingkupinya di masa
lalu merupakan salah satu cara untuk menemukan format dasarnya. Selain itu, memadukan teater
tradisional dengan sentuhan modern yang lebih inovatif seperti penggunaan tata cahaya, dekorasi,
dan musik merupakan salah satu cara untuk membuat seni pentas tradisional terlihat makin
menarik.

Pementasan teater tradisional secara klasik sudah tidak menarik lagi bagi publik modern dan
hanya menghibur mereka beberapa jam saja. Karena itu, upaya mempromosikan teater tradisional
harus diiringi dengan rekonstruksi seni pentas ini. Kehidupan masyarakat tradisional dan
problematika mereka harus bisa menyusup dalam teater tradisional. Sebab hanya dengan cara itulah
teater tradisional bisa tetap bertahan.
B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas maka penulis menjabarkan beberapa rumusan masalah yang akan kami
bahas dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut :

1. Apa Pengertian Teater Tradisional ?

2. Apa saja unsur-unsur teater tradisional ?

3. Apa ciri-ciri teater tradisional ?

4. Apa saja macam-macam teater tradisional ?

5. Apa Fungsi teater tradisional ?

C. TUJUAN

Dengan disusunnya makalah ini maka tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah:

1. Untuk mengetahui Pengertian Teater Tradisional

2. Untuk mengetahui unsur-unsur teater tradisional

3. Untuk mengetahui ciri-ciri teater tradisional

4. Untuk mengetahui macam-macam teater tradisional

5. Untuk mengetahui fungsi teater tradisional


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TEATER TRADISIONAL

1. Arti Teater

Kata “Teater” berasal dari kata yunani kuno yakni theatron, yang dalam bahasa inggris
seeing place dan dalam bahasa Indonesia “tempat untuk menonton” adalah cabang dari seni
pertunjukan yang berkaitan dengan akting/seni peran di depan penonton dengan menggunakan
gabungan dari ucapan, gestur (gerak tubuh), mimik, boneka, musik, tari dan lain-lain.

Teater merupakan salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya
sebagai unsure utama yang menyatakan dirinya yang mewujudkan dalam suatu karya seni
pertunjukan (pementasan) yang didukung dengan unsur gerak, suara, bunyi, dan rupa yang dijalin
dalam cerita (lakon).

Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium. Dalam arti luas :
Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dalam arti sempit : Teater
adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media :
Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik,
nyanyian, tarian, dsb. Misalnya wayang orang, ketoprak, ludruk, arja, reog, lenong, topeng, dagelan,
sulapan akrobatik, bahkan pertunjukan band dan lain sebagainya. Dalam arti sempit/khusus: drama,
kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh penonton,
dengan media percakapan, gerak dan laku, dengan atau tanpa dekor (setting), didasarkan atas
naskah yang tertulis (hasil dari seni sastra) dengan atau tanpa musik, nyanyian, tarian.

2. Definisi Teater Tradisional

Sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman
tersebut, terdapat tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk
mendukung upacara ritual. Dimana Teater tradisional adalah merupakan bagian dari suatu upacara
keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat.

Penyebutan teater pada saat itu sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum
merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara,
unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat
dalam masyarakat lingkungannya.

Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu
daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu
berbeda- beda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana
teater tradisional lahir.

Teater tradisional atau yang juga dikenal dengan istilah “Teater daerah” adalah merupakan
suatu bentuk pertunjukan dimana para pemainnya berasal dari daerah setempat dengan
membawakan cerita yang bersumber dari kisah-kisah yang sejak dulu telah berakar dan dirasakan
sebagai milik sendiri oleh setiap masyarakat yang hidup di lingkungan tersebut, misalnya mitos atau
legenda dari daerah itu. Dalam teater tradisional, segala sesuatunya disesuaikan dengan kondisi adat
istiadat, diolah sesuai dengan keadaan sosial masyarakat, serta struktur geografis masing-masing
daerah. Teater Tradisional mempunyai ciri-ciri yang spesifik kedaerahan dan menggambarkan
kebudayaan lingkungannya.

Teater yang berkembang dikalangan rakyat disebut teater tradisional, sebagai lawan dari
teater modern dan kontemporer. Teater tradisional tanpa naskah (bersifat inprovisasi). Sifatnya
supel, artinya dipentaskan disembarang tempat. Jenis ini masih hidup dan berkembang didaerah-
daerah seluruh Indonesia. Teater tradisional tidak menggunakan naskah. Sutradara hanya menugasi
pemain untuk memainkan tokoh tertentu. Para pemain di tuntut mempunyai spontanitas dalam
berimprovisasi yang tinggi.

Contoh teater tradisional antara lain: ludruk (Jawa timur), ketoprak (Jawa tengah), dan lenong (Jawa
barat) .Yang disebut teater tradisional itu, oleh Kasim Ahmad diklarifikasikan menjadi 3 macam,
yaitu:

a. Teater rakyat

Sifat teater rakyat sama halnya seperti tradisional, yaitu improvisasi, sederhana, spontan
dan menyatu dengan kehidupan rakyat. Contohnya antara lain: Makyong dan Mendu didaerah Riau
dan Kalimantan Barat, Randai dan Bakaba di Sumatera Barat, Ketoprak, Srandul, Jemblung di Jawa
Tengah dan lain sebagainya.

b. Teater Klasik

Sifat teater ini sudah mapan, artinya segala sesuatunya sudah teratur, dengan cerita, pelaku
yang terlatih, gedung pertunjukkan yang memadai dan tidak lagi menyatu dengan kehidupan rakyat
(penontonnya). Lahirnya jenis teater ini dari pusat kerajaan. Sifat feodalistik tampak dalam jenis
teater ini. Contohnya: wayang kulit, wayang orang dan wayang golek. Ceritanya statis, tetapi
memiliki daya tarik berkat kretatifitas dalang atau pelaku teater tersebut dalam menghidupkan
lakon.

c. Tetaer Transisi

Teater transisi merupakan teater yang bersumber dari teater tradisional, tetapi gaya
penyajiannya sudah dipengaruhi oleh teater barat. Jenis teater seperti komedi istambul, sandiwara
dardanela, srimulat dan sebagai contoh, pola ceritanya sama dengan ludruk atau ketoprak, tetapi
jenis ceritanya diambil dari dunia modern. Musik, dekor dan properti lain menggunakan tehnik
barat.

B. UNSUR-UNSUR TEATER TRADISIONAL

Unsur-unsur dalam pementasan teater tradisional adalah sebagai berikut.

1.Tema
Tema adalah pikiran pokok yang mendasari kisah drama. Pikiran pokok tersebut di
kembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi kisah yang seru dan menarik. Tema dapat di
persempit menjadi topik kemudian topik tersebut di kembangkan menjadi kisah dalam teater
dengan dialpg-dialognya. Sementara itu, judul dapat diambil dari isi ceritanya.

2. Plot

Plot adalah rangkaian peristiwa atau jalan kisah dalam drama. Plot terdiri atas konflik yang
berkembang secara bertahap, dari sederhana menjadi kompleks, klimaks, sampai penyelesaian.
Tahapan plot yaitu sebagai berikut.

a. Eksposisi

Perkenalan tokoh melalui adegan-adegan dan dialog yang mengantarkan penonton pada keadaan
yang nyata.

b. Konflik

Pada tahapan ini mulai ada kejadian atau peristiwa atau insiden yang melibatkan tokoh dalam
masalah.

c.Komplikasi

Insiden yang terjadi mulai berkembang dan menimbulkan konflik semakin banyak, rumit dan saling
terkait tetapi belum tampak pemecahan masalahnya.

d. Klimaks

Berbagai konflik telah sampai pada puncaknya atau puncak ketegangan bagi para penonton.
Disinilah konflik atau pertikaian antar tokoh semakin memanas.

e. Penyelesaian

Tahap ini merupakan akhir penyelesaian konflik. Disini, penentuan ceritanya akan berakhir
menyenangkan,mengharukan, tragis, atau menimbulkan sebuah teka-teki bagi para penonton.

3. Penokohan

Penokohan dalam teater mencakup beberapa hal di antaranya sebagai berikut.

a. Aspek Fsisikologis

Aspek ini berkaitan dengan penamaan, pameran dan keadaan fisik tokoh. Keadaan fisik antara lain
tinggi, pendek, warna rambut, rambut panjang, gemuk, kurus atau warna kulit.

b. Aspek Sosiologis

Aspek ini berkaitan dengan keadaan sosial tokoh, yaitu interaksi atau peran sosial tokoh dengan
tokoh lain.

c. Aspek sosiologis

Aspek ini berkaitan dengan karakter yaitu keseluruhan ciri-ciri jiwa atau kepribadian seorang
tokoh. Jenis karakter dalam sebuah pementasan teater antara lain protagonis, antagonis, figuran
serta tritagonis.
Penokohan/karakter pelaku utama adalah pelukisan karakter/kepribadian pelaku utama.
Penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Penokohan berhubungan dengan nama pelaku,
jenis kelamin, usia, bentuk fisik, dan kejiwaannya. Perwatakan berhubungan dengan sifat pelaku.
Dalam teater penokohan dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu:

· Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang pertama kali mengambil prakarsa dalam cerita. Tokoh
protagonis adalah tokoh yang pertama mengalami benturan-benturan atau masalah, memiliki sifat
yang baik sehingga penonton biasanya berempati.

· Tokoh antagonis, yaitu tokoh yang menentang tokoh protagonis atau tokoh yang menentang
cerita. Tokoh antagonis biasanya memiliki sifat jahat.

· Tokoh tritagonis, yaitu tokoh penengah serta pendamai dua pihak (tokoh protagonis dan tokoh
antagonis) dan penyelesaian ketegangan.

4. Dialog

Dialog adalah percakapan antar tokoh (yang bersamaan dalam satu gerak atau adegan) untuk
merangkai jalannya kisah. Dialog harus mendukung karakter tokoh, mengarahkan plot dan
mengungkap makna yang tersirat.

5. Bahasa

Bahasa merupakan bahan dasar naskah atau skenario dalam wujud kata dan kalimat. Kata
dan kalimat harus dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan secara komunikatif dan efektif.

6. Ide dan Pesan

Ide dan pesan dalam pertunjukan harus bisa di tuliskan oleh penulis dan di implementasikan
di atas panggung oleh pemeran. Ide bisa di dapat dengan cara merekayasa secara logis, sehingga
selain dapat menghibur, pementasan teater juga menampilkan pesan moral melalui nilai-nilai
pendidikan.

7. Setting

Setting atau latar adalah keadaan tempat dan suasana terjadinya suatu adegan di panggung.
Setting ini bisa mencakup tata panggung dan tata lampu.

C. CIRI-CIRI TEATER TRADISIONAL

Teater tradisional tiap-tiap daerah memiliki keunikan yang berbeda-beda. Namun, secara
umum teater tradisional memiliki ciri-ciri yang bersifat sama (kecuali teater transisi), yaitu :

1.Tidak ada naskah

Teater tradisional biasanya tidak menggunakan naskah. Para pelaku hanya diberi garis besar
ceritanya (Wos). Mereka berbicara secara spontan mengikuti pembicaraan pelaku lain. Oleh karena
itu, pelaku dituntut bisa berimprovisasi. Jika tidak bisa, jalannya pertunjukan akan tersendat-sendat.

2. Persiapan dilakukan secara sederhana


Pada umumnya teater tradisional tidak memiliki perencanaan yang formal dan tidak ada
penjadwalan secara rinci. Persiapan, latihan, dan persiapan dilaksanakan secara sederhana.
Misalnya, persiapan dilakukan tanpa menggunakan naskah, pelaku hanya diberi garis besar
ceritanya. Sutradara tidak membuat perencanaan latihan secara formal, latihan hanya dilakukan
pada saat akan pentas. Pada saat pelaksanaan, persiapan peralatan pun dilakukan secara sederhana.
Dekorasi, tata rias, tata busana, tata lampu, dan tata musik dipersiapkan secara sederhana juga.

3. Ceritanya monoton

Cerita teater tradisional biasanya monoton, tidak beragam dan tidak bervariasi seperti
bervariasinya kehidupan manusia. Biasanya cerita diambil dari cerita rakyat daerah setempat, seperti
dongeng, hikayat, atau cerita kepahlawanan (epos) daerah setempat. Ini berbeda dengan teater
modern yang ceritanya lebih bervariasi. Teater modern bercerita tentang segala aspek kehidupan
manusia, seperti keagamaan, ekonomi, kemasyarakatan dan budaya.

4. Menyatu dengan masyarakat

Teater tradisional bersifat fleksibel, artinya pertunjukan itu bisa dilaksanakan dimana saja,
teater tradisional tidak memerlukan tempat khusus. Bahkan, bisa menyatu dengan masyarakat. Hal
ini disebabkan karena teater tradisonal tidak memerlukan perlengkapan yang kompleks.

D. MACAM-MACAM TEATER TRADISIONAL

1. Wayang

Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi.
Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang
disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar. Wayang merupakan
seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang
telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang
mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga. G.A.J. Hazeu
mengatakan bahwa wayang dalam bahasa/kata Jawa berarti: bayangan

2. Makyong

Makyong adalah seni teater tradisional masyarakat Melayu yang sampai sekarang masih
digemari dan sering dipertunjukkan sebagai dramatari dalam forum internasional. Makyong
dipengaruhi oleh budaya Hindu-Buddha Thai dan Hindu-Jawa. Nama makyong berasal dari mak
hyang, nama lain untuk dewi sri, dewi padi. Makyong adalah teater tradisional yang berasal dari
Pulau Bintan, Riau. Makyong berasal dari kesenian istana sekitar abad ke-19 sampai tahun 1930-an.
Makyong dilakukan pada siang hari atau malam hari. Lama pementasan ± tiga jam

3.Drama Gong

Drama Gong adalah sebuah bentuk seni pertunjukan Bali yang masih relatif muda usianya
yang diciptakan dengan jalan memadukan unsur- unsur drama modern (non tradisional Bali) dengan
unsur-unsur kesenian tradisional Bali. Dalam banyak hal Drama Gong merupakan pencampuran dari
unsur-unsur teater modern (Barat) dengan teater tradisional (Bali). Karena dominasi dan pengaruh
kesenian klasik atau tradisional Bali masih begitu kuat, maka semula Drama Gong disebut "drama
klasik". Nama Drama Gong diberikan kepada kesenian ini oleh karena dalam pementasannya setiap
gerak pemain serta peralihan suasana dramatik diiringi oleh gamelan Gong (Gong Kebyar). Drama
Gong diciptakan sekitar tahun 1966 oleh Anak Agung Gede Raka Payadnya dari desa Abianbase
(Gianyar). Drama Gong mulai berkembang di Bali sekitar tahun 1967 dan puncak kejayaannya adalah
tahun1970. Namun semenjak pertengahan tahun 1980 kesenian ini mulai menurun popularitasnya,
sekarang ini ada sekitar 6 buah sekaaDrama Gong yang masih aktif.

4. Randai

Randai adalah kesenian (teater) khas masyarakat Minangkabau, Sumatra Barat yang
dimainkan oleh beberapa orang (berkelompok atau beregu). Randai dapat diartikan sebagai
“bersenang-senang sambil membentuk lingkaran” karena memang pemainnya berdiri dalam sebuah
lingkaran besar bergaris tengah yang panjangnya lima sampai delapan meter. Cerita dalam randai,
selalu mengangkat cerita rakyat Minangkabau, seperti cerita Cindua Mato, Malin Deman, Anggun
Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya. Konon kabarnya, randai pertama kali dimainkan oleh
masyarakat Pariangan, Padang Panjang, ketika mereka berhasil menangkaprusa yang keluar dari
laut. Kesenian randai sudah dipentaskan di beberapa tempat di Indonesia dan bahkan dunia. Bahkan
randai dalam versi bahasa Inggris sudah pernah dipentaskan oleh sekelompok mahasiswa di
University of Hawaii, Amerika Serikat. Kesenian randai yang kaya dengan nilai etika dan estetika adat
Minangkabau ini, merupakan hasil penggabungan dari beberapa macam seni, seperti: drama
(teater), seni musik, tari dan pencak silat.

5. Mamanda

Mamanda adalah seni teater atau pementasan tradisional yang berasal dari Kalimantan
Selatan. Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih mirip dengan Lenong dari
segi hubungan yang terjalin antara pemain dengan penonton. Interaksi ini membuat penonton
menjadi aktif menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat membuat suasana jadi
lebih hidup. • Asal muasal Mamanda adalah kesenian Badamuluk yang dibawa rombongan Abdoel
Moeloek dari Malaka tahun 1897. Dulunya di Kalimantan Selatan bernama Komedi Indra Bangsawan.
Persinggungan kesenian lokal di Banjar dengan Komedi Indra Bangsawan melahirkan bentuk
kesenian baru yang disebut sebagai Ba Abdoel Moeloek atau lebih tenar dengan Badamuluk.

6. Longser

Longser merupakan salah satu bentuk teater tradisional masyarakat sunda, Jawa barat.
Longser berasal dari akronim kata melong (melihat dengan kekaguman) dan saredet (tergugah) yang
artinya barang siapa yang melihat pertunjukan longser, maka hatinya akan tergugah. Longser yang
penekanannya pada tarian disebut ogel atau doger. Sebelum longser lahir dan berkembang,
terdapat bentuk teater tradisional yang disebut lengger. Busana yang dipakai untuk kesenian ini
sederhana tapi mencolok dari segi warnanya terutama busana yang dipakai oleh ronggeng. Biasanya
seorang ronggeng memakai kebaya dan kain samping batik. Sementara, untuk lelaki memakai baju
kampret dengan celana sontog dan ikat kepala.

7. Ketoprak

Ketoprak merupakan teater rakyat yang paling populer, terutama di daerah Yogyakarta dan
daerah Jawa Tengah. • Kata ‘kethoprak’ berasal dari nama alat yaitu Tiprak. Kata Tiprak ini bermula
dari prak. Karena bunyi tiprak adalah prak, prak, prak. • Dalam bahasa Jawa terdapat tingkat-tingkat
bahasa yang digunakan, yaitu: - Bahasa Jawa biasa (sehari-hari) - Bahasa Jawa kromo (untuk yang
lebih tinggi) - Bahasa Jawa kromo inggil (yaitu untuk tingkat yang tertinggi) Menggunakan bahasa
dalam ketoprak, yang diperhatikan bukan saja penggunaan tingkat-tingkat bahasa, tetapi juga
kehalusan bahasa. Karena itu muncul yang disebut bahasa ketoprak, bahasa Jawa dengan bahasa
yang halus dan spesifik.

8. Ludruk
Ludruk merupakan salah satu kesenian Jawa Timuran yang cukup terkenal, yakni seni
panggung yang umumnya seluruh pemainnya adalah laki-laki. Ludruk merupakan suatu drama
tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelarkan disebuah panggung
dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari (cerita wong cilik), cerita perjuangan
dan lain sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik.
Dialog/monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat penontonnya tertawa,
menggunakan bahasa khas Surabaya, meski kadang-kadang ada bintang tamu dari daerah lain
seperti Jombang, Malang, Madura, Madiun dengan logat yang berbeda. Bahasa lugas yang
digunakan pada ludruk, membuat dia mudah diserap oleh kalangan non intelek (tukang becak,
peronda, sopir angkutan umum, dll).

9. Lenong

"Lenong" adalah seni pertunjukan teater tradisional masyarakat Betawi, Jakarta. Lenong
berasal dari nama salah seorang Saudagar China yang bernama Lien Ong. • Pada zaman dahulu
(zaman penjajahan), lenong biasa dimainkan oleh masyarakat sebagai bentuk apresiasi penentangan
terhadap tirani penjajah. • Pada mulanya kesenian ini dipertunjukkan dengan mengamen dari
kampung ke kampung. Pertunjukan diadakan di udara terbuka tanpa panggung. Ketika pertunjukan
berlangsung, salah seorang aktor atau aktris mengitari penonton sambil meminta sumbangan secara
sukarela • Terdapat dua jenis lenong yaitu lenong denes dan lenong preman. kedua jenis lenong ini
juga dibedakan dari bahasa yang digunakan; lenong denes umumnya menggunakan bahasa yang
halus (bahasa Melayu tinggi), sedangkan lenong preman menggunakan bahasa percakapan sehari-
hari.

10. Ubrug

"Ubrug" di Pandeglang dikenal sebagai kesenian tradisional rakyat yang semakin hari semakin
dilupakan oleh penggemarnya. Istilah ‘ubrug’ berasal dari bahasa Sunda ‘sagebrugan’ yang berarti
campur aduk dalam satu lokasi. • Kesenian ubrug termasuk teater rakyat yang memadukan unsur
lakon, musik, tari, dan pencak silat. Semua unsur itu dipentaskan secara komedi. • Bahasa yang
digunakan dalam pementasan, terkadang penggabungan dari bahasa Sunda, Jawa, dan Melayu
(Betawi). Alat musik yang biasa dimainkan dalam pemenetasan adalah gendang, kulanter, kempul,
gong angkeb, rebab, kenong, kecrek, dan ketuk.

E. FUNGSI SENI TEATER TRADISIONAL

Peranan seni teater telah mengalami pergeseran seiring dengan berkembangnya teknologi. Seni
teater tidak hanya dijadikan sebagai sarana upacara maupun hiburan, namun juga sebagai sarana
pendidikan. Sebagai seni, teater tidak hanya menjadi konsumsi masyarakat sebagai hiburan
semata, namun juga berperan dalam nilai afektif masyarakat. Adapun beberapa fungsi seni teater,
diantaranya meliputi:

1. Teater sebagai Sarana Upacara

Pada awal munculnya, teater hadir sebagai sarana upacara persembahan kepada dewa Dyonesos
dan upacara pesta untuk dewa Apollo. Teater yang berfungsi untuk kepentingan upacara tidak
membutuhkan penonton karena penontonnya adalah bagian dari peserta upacara itu sendiri.

Di Indonesia seni teater yang dijadikan sebagai sarana upacara dikenal dengan istilah teater
tradisional.
2. Teater sebagai Media Ekspresi

Teater merupakan salah satu bentuk seni dengan fokus utama pada laku dan dialog. Berbeda dengan
seni musik yang mengedepankan aspek suara dan seni tari yang menekankan pada keselarasan
gerak dan irama. Dalam praktiknya, Seniman teater akan mengekspresikan seninya dalam bentuk
gerakan tubuh dan ucapan-ucapan.

3. Teater sebagai Media Hiburan

Dalam perannya sebagai sarana hiburan, sebelum pementasannya sebuah teater itu harus dengan
persiapkan dengan usaha yang maksimal. Sehingga harapannya penonton akan terhibur dengan
pertunjukan yang digelar.

4. Teater sebagai Media Pendidikan

Teater adalah seni kolektif, dalam artian teater tidak dikerjakan secara individual. Melainkan untuk
mewujudkannya diperlukan kerja tim yang harmonis. Jika suatu teater dipentaskan diharapkan
pesan-pesan yang ingin diutarakan penulis dan pemain tersampaikan kepada penonton. Melalui
pertunjukan biasanya manusia akan lebih mudah mengerti nilai baik buruk kehidupan dibandingkan
hanya membaca lewat sebuah cerita.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Arti Teater secara etimologis teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium. Dalam arti luas
teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dalam arti sempit teater
adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media :
Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik,
nyanyian, tarian, dsb. Misalnya wayang orang, ketoprak, ludruk, arja, reog, lenong, topeng, dagelan,
sulapan akrobatik, bahkan pertunjukan band dan lain sebagainya. Dalam arti sempit/khusus: drama,
kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh penonton,
dengan media percakapan, gerak dan laku, dengan atau tanpa dekor (setting), didasarkan atas
naskah yang tertulis (hasil dari seni sastra) dengan atau tanpa musik, nyanyian, tarian.

B. SARAN

Makalah ini merupakan bagian dari media pembelajaran, maka dengan itu kepada semua pihak bisa
menggali ilmunya ( khususnya ilmu tentang seni teater ) dengan mendalami isi makalah ini.

Khususnya kepada kaum muda agar seni teater tidak hilang begitu saja tetapi bisa diwariskan kepada
segenap penerus bangsa sehingga negara Indonesia bisa disebut sebagai salah satu negara yang
hebat dalam dunia seni.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_Teater

http://karyailmiahbn2013.files.wordpress.com/2013/02/seni-teater-by-mutiara-mc-moran-
rambet.pdf

http://kliping.co/pengertian-seni-teater-unsur-jenis-dan-contohnya/

http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-teater-tradisional.html

http://www.teaterpetass.com/2013/02/10-bentuk-teater-tradisional-di.html

Anda mungkin juga menyukai