Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PPKN

Disusun oleh :

WANDA AYUDEA LOVEANDY (30/7D)

NOVEMBER
2021
I. PERANCANGAN UNDANG-UNDANG DASAR
BPUPKI baru diresmikan pada tanggal 29 April 1945 yang bertepatan dengan hari ulang
tahun Kaisar Hirohito.
BPUPKI memiliki nama dalam bahasa Jepang yang bernama Dokuritsu Junbi Cosakai

BPUPKI memiliki 67 anggota di mana 60 orang adalah Indonesia dan 7 orang dari Jepang
yang bertugas untuk mengawasi. BPUPKI diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat dan
Wakil Hibangase Yosia dari Jepang dan Raden Pandji Soeroso.

BPUPKI memiliki tugas untuk menyelidiki rencana penting dalam pembentukan Negara
Indonesia. Selain itu ada beberapa tugas BPUPKI lain yaitu,

 membahas dasar negara Indonesia

 membentuk panitia kecil untuk menampung saran dasar negara

 membantu panitia Sembilan dan panitia kecil

 membentuk reses selama satu bulan

BPUPKI melaksanakan sidang pertamanya pada 29 Mei 1945 hingga 1 Juni 1945.

Sidang BPUPKI dibuka di Gedung Chuo Sangi In di Jakarta yang kini menjadi Gedung
Pancasila. Pada sidang pertama tanggal 29 Mei 1945, Mohammad Yamin meyampaikan 5
asas yakni :

 peri kebangsaan

 peri kemanusiaan

 peri ketuhanan,

 peri kerakyatan

 kesejahteraan rakyat.

Pada sidang kedua tanggal 31 Mei 1945, Dr Soepomo memberikan 5 asas yakni,

 persatuan

 kekeluargaan

 keseimbangan lahir batin

 musyawarah dan keadlian rakyat

Pada sidang yang dilaksanakan tanggal 1 Juni 1945, Soekarno menyampaikan 5 asas yang kini kita
sebut Pancasila. Oleh karena itu, lahirnya Pancasila diperingati setiap tanggal 1 Juni.
II. PEMBUATAN UNDANG-UNDANG DASAR

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dilakukan dalam sidang
BPUPKI sidang pertama pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 Kemudian dilanjutkan pada sidang
kedua pada tanggal 10-17 Juli 1945.
Dalam sidang pertama dibahas tentang dasar negara dan sidang kedua membahas
pembahasan rancangan Undang-Undang Dasar.

Pada sidang BPUPKI tanggal 10 Juli 1945 mengumumkan adanya penambahan anggota baru,
yaitu Abdul Fatah Hasan, Asikin Natanegara, Surio Hamidjojo, Muhammad Noor, Besar, dan
Abdul Kaffar.
Ir. Sukarno selaku ketua panitia kecil kemudian melaporkan hasil kerjanya, bahwa panitia
kecil telah menerima usulan-usulan tentang Indonesia merdeka yang digolongkannya
menjadi sembilan kelompok, yaitu:

 Usulan yang meminta Indonesia merdeka selekas lakasnya

 Usulan mengenai dasar negara

 Usulan tentang untikasi atau Federasi

 Usulan tentang bentuk negara dan kepala negara

 Usulan tentang warga negara

 Usulan tentang daerah

 Usulan tentang agama dan negara

 Usulan tentang pembelaan negara

 Usulan tentang keuangan

Pada sidang BPUPKI tanggal 11 Juli 1945, setelah mendengarkan pandangan dan pemikiran
20 orang anggota, maka dibentuklah tiga Panitia Kecil, yaitu sebagai berikut :

a) Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketua oleh ir Sukarno.

b) Panitia Perancang Keuangan dan Perekonomian yang diketuai oleh Moh Hatta.

c) Panitia Perancang Pembelaan Tanah Air yang diketuai oleh Abikusno Tjokrosujoso.
Sidang BPUPKI yang kedua membahas tentang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
kewarganegaraan Indonesia, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan
negara serta pendidikan dan pengajaran.
Pada persidangan BPUPKI yang kedua, anggota BPUPKI dibagi-bagi dalam panitia kecil. Panitia panitia
kecil yang terbentuk adalah
Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir Sukarno

Panta Pembelaan Tanah Air yang diketuai oleh Raden Abikusna Tjokrosujoso

Panitia Ekonomi dan Keuangan yang diketual oleh Drs. Mohammad Hatta.

Pada tanggal 11 Juli 1945, Panitia Perancang Undang-Undang Dasar melanjutkan sidang antara
lain menghasilkan kesepakatan sebagai berikut :

a) Membentuk Panitia Perancang "Declaration of Rights", yang beranggotakan Subardjo, Sukiman,


dan Parada Harahap.

b) Bentuk "Unitarisme".

c) Kepala negara di tangan satu orang, yaitu presiden.

d) Membentuk Panitia Kecil Perancang Undang-Undang Dasar.

Pada tanggal 13 Juli 1945, sidang Panitia Kecil Perancang Undang-Undang Dasar berhasil
membahas beberapa hal dan menyepakati, antara lain ketentuan tentang Lambang Negara,
Negara Kesatuan, sebutan Majelis Permusyawaratan Rakyat, dan membentuk Panitia Penghalus
Bahasa yang terdiri atas Djajadiningrat, Salim, dan Soepomo.
Rancangan Undang-Undang Dasar diserahkan kepada Panitia Penghalus Bahasa.

Pada tanggal 14 Juli 1945, BPUPKI menerima laporan panitia Perancang Undang-Undang Dasar,
yang dibacakan oleh Ir Sukarno.
Dalam laporan tersebut membahas mengenai rancangan Undang-Undang Dasar yang di
dalamnya tercantum tiga masalah pokok yaitu Pernyataan tentang
Indonesia merdeka, Pembukaan Undang-Undang Dasar, Batang tubuh Undang-Undang Dasar
yang kemudian dinamakan sebagai Undang-Undang Dasar 1945.

Pada tanggal 15 Juli 1945 BPUPKI melanjutkan acara “Pembahasan rancangan Undang-Undang
Dasar”, Setelah ketua perancang Undang-Undang Dasar, Sukano memberikan penjelasan naskah
yang dihasilkan dan mendapatkan tanggapan dari Moh. Hatta, lebih lanjut Soepomo, sebagai
Panitia Kecil Perancang Undang-Undang Dasar, diberi kesempatan untuk memberikan penjelasan
terhadap naskah Undang-Undang Dasar.
Naskah Undang-Undang Dasar akhirnya diterima dengan suara bulat pada Sidang BPUPKI tanggal
16 Juli 1945. Selain itu juga diterima usul-usul dari panitia keuangan dan Panitia Pembelaan
Tanah Air.

III. PENGESAHAN UNDANG-UNDANG DASAR


Setelah proses perumusan Undang-Undang Dasar yang dilakukan oleh BPUPKI. Kemudian,
dibentuk lagi lembaga yang disebut dengan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
PPKI dibentuk oleh pemerintah Jepang pada tanggal 7 Agustus 1945.
PPKI melakukan sidang pertama tepatnya sehari setelah Indonesia merdeka yaitu pada tanggal
18 Agustus 1945. PPKI diketuai oleh Ir. Sukarno dan wakilnya, yaitu Drs. Mohammad Hatta.
Sebelum proses sidang dimulai Ir. Sukarno selaku ketua PPKI dan Drs. Moh. Hatta sebagai
wakilnya memanggil dan meminta Ki Bagus Hadikusuma, K.H.Wahid Hasyim, Mr. Kasman
Singodimedjo, dan Teuku Moh. Hassan untuk mengadakan suatu pematangan dan pembahasan
kembali mengenai rancangan Undang-Undang Dasar.

Hal tersebut dilakukan karena terdapat kelompok yang tidak setuju mengenai kalimat yang ada
dalam sila pertama dari Piagam Jakarta.
Kelompok tersebut berasal dari daerah timur Indonesia yang kebanyakan warganya nonmuslim.
Jadi, kalimat yang berbunyi "Ketuhanan yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya." Di ubah menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa" hal tersebut
dilakukan untuk menjaga persatuan dan kesatuan umat di seluruh wilayah Negara Indonesia.

Perubahan tersebut merupakan hasil dari diskusi Drs. Moh. Hatta dengan berbagai tokoh Islam.
Setelah semua tokoh setuju akan perubahan tersebut, maka PPKI menetapkan Pancasila sebagai
dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945.

Di hari dan tanggal yang sama PPKI melakukan sidang dan menghasilkan tiga keputusan penting
bagi bangsa Indonesia, yaitu sebagai berikut :

 Mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

 Mengangkat dan menetapkan Ir. Sukarno sebagai presiden dan Drs. Mohammad Hatta sebagai
wakil presiden.

 Membentuk KNIP (Komisi Nasional Indonesia Pusat).

Dengan demikian, Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 telah
resmi dan telah sah menjadi dasar hukum Negara Indonesia mulai dari tanggal 18 Agustus 1945
setelah sidang PPKI selesai.

Anda mungkin juga menyukai