Anda di halaman 1dari 11

TUGAS AKHIR

STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

OLEH :

LEONARDA BRIGITTA KIRWELAK


2019071014287

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2022
TUGAS 1
1. Mengapa perlu mempelajari strategi promkes
a. Advokasi
Karena kita perlu untuk tau pendekatan kepada para pimpinan atau pengambil
keputusan agar dapat memberi dukungan, kemudahan, perlindungan pada upaya
pembangunan kesehatan
b. Bina suasana
Agar kita dapat mengetahui dan mempelajari cara menjalin kemitraan untuk
pembentukan opini publik dengan berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat,
seperti : tokoh masyarakat, tokoh agama, lembaga swadaya masyarakat, dunia
usaha/swasta, media massa, organisasi profesi, pemerintah dan lain-lain.
c. gerakan masyarakat
cara untuk menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat masyarakat
mampu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat Supaya kita mengetahui upaya
atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan
meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri untuk medukung dan membudidayakan
phbs

2. Mengapa perlu mempelajari strategi promkes


a. Advokasi
Advokasi merupakan kegiatan yang memberikan bantuan kesehatan kepada
masyarakat melalui pihak pembuat keputusan dan penentu kebijakan dalam bidang
kesehatan. Advokasi merupakan upaya atau sebuah proses yang strategis dan
terencana dengan tujuan mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak
yang terkait (stakeholders). Tujuan advokasi kesehatan ini adalah untuk
meningkatkan jumlah kebijakan publik berwawasan kesehatan, untuk meningkatkan
opini masyarakat dalam mendukung kesehatan, dan terpecahkannya masalah
kesehatan secara bersama dan terintegrasi dengan pembangunan kesehatan
didaerah melalui kemitraan dan adanya dukungan serta kepedulian dari pimpinan
daerah
b. Bina suasana
• Bina suasana adalah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini public dengan
berbagai kelompokopini yang ada di masyarakat seperti : Tokoh Masy,Tokoh
Agama,LSM,Dunia Usaha/swasta,media massa,organisasi profesi,pemerintah,dll.

 Bina Suasana Individu Bina suasana individu ini dilakukan oleh individu
tokoh-tokoh masyarakat. Para tokoh masyarakat ini menjadi individu-
individu yang menjadi panutan dalam hal mempraktikan program kesehatan
yang sedang diperkenalkan.
 Bina Suasana Kelompok Bina suasana kelompok dilakukan oleh para
kelompok-kelompok yang ada didalam masyarakat, seperti ketua RT, RW,
karang taruna, serikat pekerja dan lain sebagainya. Dalam hal ini, kelompok-
kelompok tersebut menjadi kelompok yang peduli dengan program
kesehatan yang sedang diperkenalkan dan setuju atas program kesehatan
tersebut serta mendukung program kesehatan tersebut.
 Bina Suasana Publik Bina suasana publik dilakukan oleh masyarakat umum
melalui pemanfaatan media-media komunikasi yang ada. Sebagai contoh
radio, TV, koran, majalah, websites, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, media
massa yang ada peduli serta menjadi pendukung dalam program kesehatan
yang sedang diberlakukan atau diperkenalkan
c. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment Community)
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya promosi kesehatan. Pemberdayaan
ialah sebuah proses pemberian informasi kepada keluarga atau kelompok dan
individu secara terus menerus dan berkesinambungan dengan mengikuti
perkembangan masyarakat, serta proses membantu masyarakat supaya masyarakat
berubah dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu atau sadar serta dari tahu
menjadi mau dan dari mau menjadi mampu untuk melaksanakan program
kesehatan yang diperkenalkan (Solang, Losu dan Tando, 2016: 59-64). Ada dua
tujuan promosi kesehatan yang dihubungkan dengan pembedaryaan masyarakat.
Pertama, pemberdayaan merupakan sebuah cara dimana masyarakat diarahkan
mampu untuk melaksanakan kehidupannya. Kedua, dapat meningkatkan perilaku
hidup sehat di masyarakat dan ketiga yaitu dapat meningkatkan peran masyarakat
dalam upaya kesehatan.

3. Prinsip
- Advokasi
a. Realistis
Advokasi yang berhasil bersandar pada agenda yang spesilik, jelas dan terukur
(measurable). Karena manusia tidak mungkin melakukan segala hal, dengan
demikian perlu seleksi dan skala prioritas untuk memutuskan pilihan. Pilih
agenda yang realistis dan karenanya dapat dicapai (achievable) dalam kurun
waktu tertentu (time-bound).
b. Sistematis
Advokasi adalah seni namun bukan lukisan abstrak. Advokasi memerlukan
perencanaan yang akurat. If we fail to plan, we plan to jail.

c. Taktis
Advokasi tidak mungkin dilakukan secara sendiri. Sekutu dibangun berdasarkan
kesamaan kepentingan dan saling percaya (trust).Sekutu yakni kumpulan orang
atau organisasi yang menjadi penggagas, pemrakarsa, penggerak, dan
pengendali seluruh kegiatan advokasi. Sekutu juga adalah pihak-pihak lain yang
mendukung, namun tidak terlibat dalam gerakan advokasi secara langsung.

d. Strategis
Advokasi dapat melibatkan penggunaan kekuasaan (power) dengan berbagai
tipenya. Adalah penting untuk mempelajari diri sendiri dan lembaga beserta
anggotanya untuk mengetahui jenis kekuasaan yang dimiliki. Kekuasaan intinya
menyangkut kemampuan untuk mentengaruhi dan membuat seseorang
berperilaku seperti yang kita harapkan. Kita tidak mungkin memiliki semua
kekuasaan seperti yang diinginkan, tetapi tidak perlu meremehkan kekuasaan
yang kita miliki.
Sadari bahwa advokasi dapat membuat perbedaan. Kita dapat melakukan
perubahan-perubahan yang bermanfaat bagi Klien. Melakukan perubahan
tidaklah mudah, tetapi bukan hal yang mustahil. Yang terpenting adalah dapat
memetakan dan mengidentifikasi kekuatan diri sendiri maupun kekuatan lawan
atau pihak oposisi secara strategis. Kesalahan dalam mengukur kekuatan lawan
atau meremehkan, dapat berakibat fatal.

e. Berani
Advokasi menyentuh perubahan secara bertahap. Tidak tergesa-gesa. Tidak
perlu menakut-nakuti pihak lawan, tetapi tidak perlu pula menjadi penakut.
Trust your hopes, not fear. Jadikan agenda dan strategi yang telah dirancang
sebagai motor gerakan dan tetaplah berpijak pada agenda bersama. Pragmatis
tanpa harus menjadi oportunis.

- Bina suasana
a. Kompetensi (compotent)
b. Relasi(commitment)
c. Jangkauan (coverage)
d. berksedinambungan (Continuity)
e. Kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
f. Forum komunikasi yang rutin dengan melibatkan mitra dalam setiap kegiatan
g. Berbagi tugas dan tanggung jawab yang jelas dari setiap mitra
h. Dokumen data yang up to date
i. Mengikuti kebutuhan masyarakat
j. Peduli terhadap kesehatan masyarakat
k. Memanfaatkan kegiatan dan sumber dana
l. Adanya umpan balik dan penghargaan

- Pemberdayaan
a. Prinsip Kesetaraan
Dalam proses pemberdayaan, penting untuk mengedepankan kesetaraan
kedudukan masyarakat dengan lembaga yang melakukan program
pemberdayaan. Masing-masing pihak yang terlibat saling mengakui kelebihan
dan kekurangan sehingga dapat saling bertukar pengetahuan, pengalaman, dan
dukungan.
b. Prinsip Partisipasi
Program akan berhasil menstimulasi kemandirian masyarakat jika bersifat
partisipasif, artinya masyarakat ikut merencanakan, melaksanakan, mengawasi,
dan mengevaluasinya. Tentu saja dalam prosesnya, pendamping harus
berkomitmen untuk membina dan mengarahkan masyarakat secara jelas.
c. Prinsip Keswadayaan dan Kemandirian
Prinsip keswadayaan artinya menghargai dan mengedepankan kemampuan
masyarakat daripada bantuan pihak lain. Konsep ini tidak memandang orang
miskin sebagai objek yang tidak berkemampuan, melainkan sebaliknya.
Mereka memiliki pengetahuan yang mendalam tentang kendala-kendala
usahanya, mengetahui kondisi lingkungannya, memiliki tenaga kerja, serta
memiliki norma-norma bermasyarakat yang sudah lama dipatuhi. Semua ini
harus digali dan dijadikan modal dasar bagi proses pemberdayaan.
d. Prinsip Berkelanjutan
Program pemberdayaan perlu dirancang agar berkelanjutan. Di awal,
pendamping memang memiliki peran yang lebih dominan, namun secara
perlahan peran mereka akan makin berkurang. Sebab masyarakat-lah yang
diharap mampu mengelola kegiatannya sendiri.

4. Komunikasi
- Advokasi
komunikasi advokasi adalah salah satu komunikasi personal,interpersonal,maupun
massa yg ditujukan kepada para penentu kebijakan (policy makers) atau para
pembuat keputusan (decission makers) pada semua tingkat dan tatanan sosial
Keberhasilan komunikasi advokasi interpersonal dalam advokasi sangat di tentukan
oleh efektivitas komunikasi para petugas kesehatan dengan pembuat atau penentu
kebijakan
Keberhasilan dalam advokasi sangat ditentukan oleh efektivitas komunikasi para
petugas kesehatan dan para pembuat kebijakan . untuk menghasilkan komunikasi
yang efektif diperlukan prakondisi, yaitu :
a. Atraksi interpersonal
Atraksi interpersonal adalah daya tarik seseorang atau sikap positif pada
seseorang yang memudahkan orang lain untuk berhubungan atau
berkomunikasi dengannya.
b. Perhatian
Berdasarkan teori psikologis, ada dua faktor yang mempengaruhi perhatian
seseorang, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri.
c. Intensitas Komunikasi
Pesan atau informasi yang akan disampaikan melalui proses komunikasi advokasi
adalah program-program kesehatan yang akan dimintakan komitmen atau
dukungannya dari pembuat kebijakan.
d. Visualisasi
Informasi atau pesan yang menarik perlu divisualisasikan dalam media,
khususnya media interpersonal. Media interpersonal yang paling efektif dalam
rangka komunikasi advokasi adalah flip chard, booklet, slide atau video cassette.
Pesan tersebut didasari fakta-fakta yang diilustrasikan melalui grafik, tabel,
gambar dan atau foto.
- Bina suasana
Komunikasi Bina suasana di Puskesmas selain dilakukan oleh fasilitator, juga oleh
pemuka/tokoh yang diundang untuk menyampaikan pesan-pesan. Para pemuka/
tokoh berperan sebagai motivator/kelompok pendorong (pressure group) dan juga
panutan dalam mempraktikkan PHBS di Puskesmas. Bina suasana juga dapat
dilakukan dengan pemanfaatan media seperti billboard di halaman, poster di
dinding ruangan, pertunjukan filem, pemuatan makalah/berita di majalah dinding,
serta penyelenggaraan diskusi, mengundang pakar atau alim-ulama atau figur publik
untuk berceramah, pemanfaatan halaman untuk taman obat/taman gizi dan lain-lain
- Pemberdayaan masyarakat
komunikasi pemberdayaan masyarakat merupakan kajian yang lebih fokus dari
komunikasi pembangunan. Komunikasi pemberdayaan masyarakat merupakan
kajian komunikasi dalam kegiatan pembangunan yang menekankan pada
pentingnya pelibatan masyarakat atau partisipasi masyarakat. Sehingga proses-
proses komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat lebih menekankan pada proses
yang bersifat transaksionl dan interaktif dari pada linear
5. Indicator
- Advokasi
a. Input
Input untuk kegiatan advokasi yang paling utama adalah orang yang akan
melakukan advokasi dan bahan-bahan yakni data atau informasi yang membantu
atau mendukung argument dalam advokasi. Indikator untuk mengevaluasi
advokasi, yaitu :
 Berapa kali petugas kesehatan, terutama para pejabat, telah mengikuti
pelatihan tentang komunikasi, advokasi, dll.
 Sebagai institusi, dinas kesehatan baik tingkat provinsi maupun
kabupaten, mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi para petugas
kesehatan dengan kemampuan advokasi melalui pelatihan-pelatihan.
 Hasil-hasil studi, atau laporan yang menghasilkan data, diolah menjadi
informasi dan di analisis menjadi evidence. Evidence ini yang kemudian
akan dikemas dalam media khusus dan digunakan sebagai alat bantu
untuk memperkuat argumentasi kita kepada para penentu kebijakan .
b. Proses
Proses advokasi adalah kegiatan untuk melakukan advokasi, oleh sebab itu
evaluasi proses advokasi harus sesuai dengan kegiatan advokasi. Indikator proses
advokasi :
 Berapa kali melakukan lobying dalam rangka memperoleh dukungan dan
komitmen kebijakan terhadap program kesehatan.
 Berapa kali menghadiri pertemuan yang membahas masalah dan
program-program yang membangun termasuk program kesehatan di
daerahnya.
 Berapa kali seminar atau lokakarya tentang masalah dan program-
program kesehatan diadakan, dan mengundang sector pembangunan
yang terkait
 Berapa kali pejabat kesehatan menghadiri seminar atau lokakarya yang
diadakan oleh sector lain.
 Seberapa sering media local termasuk media elektronik membahas atau
mengeluarkan artikel tentang kesehatan atau pembangunan yang terkait
dengan masalah kesehatan.
c.  Output
Keluaran atau output advokasi sector kesehatan, dapat diklasifikasikan dalam
dua bentuk, yakni output dalam bentuk perangkat lunak dan output dalam
bentuk perangkat keras. Indikator output dalam perangkat lunak adalah
peraturan-peraturan atau undang-undang sebagai bentuk kebijakan atau
perwujudan dari komitmen terhadap program kesehatan, misalnya :
 Undang-undang
 Peraturan permerintah
 Keputusan presiden
 Keputusan menteri
 Peraturan daerah
 Surat keputusan gubernur, bupati, atau camat.
Sedangkan indikator output dalam bentuk perangkat keras, antara lain:
a. Meningkatnya dana atau anggaran untuk pembangunan kesehatan
b. Tersedianya atau dibangunnya fasilitas atau sarana pelayanan kesehatan seperti
rumah sakit, puskesmas, poliklinik, dan sebagainya.
c. Dibangunnya atau tersedianya sarana dan prasarana kesehatan, misalnya air
bersih, jamban keluarga, jamban umum, tempat sampah, dan sebagainya.
d. Dilengkapi peralatan kesehatan, seperti laboratorium, peralatan pemeriksaan
fisik, dan sebagainya.

- Bina suasana
1. Indikator Input
 Adanya data mitra potensial, sumberdaya yang dimiliki, kegiatan mitra yang
dapat diselaraskan
 Adanya informasi yang akan disosialisasikan kepada mitra
2.Indikator Proses
 Adanya forum komunikasi
 Sosialisasi informasi melalui berbagai media
 Terbentuknya jejaring komunikasi
 Adanya rencana kegiatan terpadu
 Adanya dukungan sumber daya dalam pelaksanaan promosi
3.Indikator Output
 Adanya peningkatan jumlah kegiatan serta jaringan kemitraan
 Adanya dokumen kegiatan
 Adanya komitmen yang dapat direalisasikan
 Adanya opini publik tentang pentingnya mewujudkan PHBS
 Terpeliharanya opini, norma dan kondisi yang baik di masyarakat dalam
penerapan PHBS
-Pemberdayaan masyarakat
Keberhasilan pemberdayan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan meraka yang
menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan akses kesejahteraan, dan
kemampuan kultur serta politis. Ketiga aspek tersebut dikaitkan dengan empat
dimensi kekuasaan, yaitu: ‘kekuasaan di dalam’ (power within), ‘kekuasaan untuk’
(power to), ‘kekuasaan atas’ (power over) dan ‘kekuasaan dengan (power with). Dari
beberapa dasar tersebut, berikut ini sejumlah indicator yang dapat dikaitkan dengan
keberhasilan dari pemberdayaan
1. Kebebasan mobilitas
2. Kemampuan membeli komoditas kecil
3. Kemampuan membeli komoditas besar
4. Terlibat dalam membuat keputusan-keputusan rumah tangga
5. Kebebasan relatif dari dominasi keluarga
6. Kesadaran hukum dan politik
7. Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes seseorang dianggap
‘berdaya’ jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain
melakukan protes, misalnya terhadap suami yang memukul isteri
8. Jaminan ekonomi dan kotribusi terhadap keluarga

TUGAS 2
1. Mengapa perlu mempelajari kemitraan
Karena kita perlu meningkatkan pemberdayaan usaha kecil dibidang manajemen,
produk, pemasaran, dan teknis, disamping agar bisa mandiri demi kelangsungan
usahanya sehingga bisa melepaskan diri dari sifat ketergantungan.

2. Pengertian kemitraan
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau
kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut
Notoatmodjo (2003), Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-
individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas
atau tujuan tertentu.
Menurut Depkes (2006) dalam promosi kesehatan Online mengemukana bahwa
Kemitraan adalah hubungan (kerjsama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, dan terukur.

3. Prinsip-prinsip kemitraan
a. Kesetaraan/persamaan (Equity)
Suatu individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan
harus merasa sama atau sejajar kedudukannya dengan yang lain dalam
mencapai tujuan yang disepakati, sehingga adanya kesetaraan “duduk sama
rendah dan berdiri sama tinggi”. Oleh sebab itu dalam menjalin kemitraan asas
demokrasi harus di junjung tinggi, tidak boleh satu anggota memaksakan
kehendaknya kepada anggota yang lainnya.
b. Keterbukaan (transparency)
Keterbukaan dimaksudkan adanya saling mengetahui terhadap kekurangan atau
kelemahan masing-masing anggota serta berbagai sumber daya yang dimiliki.
Keterbukaan ada sejak awal dijalinnya kemitraan sampai berakhirnya kegiatan.
Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan saling melengkapi dan saling
membantu diantara golongan (mitra).
c. Saling Menguntungkan (mutual benefit)
Menguntungkan disini bukan selalu diartikan dengan materi atau uang, tetapi
lebih kepada non materi. Saling menguntungkan antar individu, organisasi atau
institusi dapat dilihat dari kebersamaan atau sinergi dalam mencapai tujuan.
Kegiatan upaya promosi kesehatan akan menjadi efisien dan efektif bila
dilakukan bersama.

4. Komunikasi dalam kemitraan


- jaringan kerja (network): tidak ada risiko, dialog, dan komitmen yang rendah. Kerja
sama
- (cooperation): risiko rendah, investasi yang rendah, komitmen yang rendah dan
tanpa ada biaya yang dibutuhkan.
- Koordinasi (coordination): adanya pemahaman yang lebih resmi, hubungan jangka
panjang, dan adanya upaya perencanaan.
- Kolaborasi (collaboration): hubungan tahan lama, struktur dan proses yang baru,
perencanaan yang komprehensif, komitmen usaha dan sumber daya dan
menggabungkan dan/atau berbagi sumber daya. Mitra kerja/kemitraan
(partnership): hubungan yang berkelanjutan, adanya perjanjian formal/MoU, visi
dan tujuan bersama, keadaan saling tergantung, perencanaan yang rinci dan
kejelasan peran, dan perencanaan bersama

5. Indikator hasil kemitraan


- Indikator input : Jumlah mitra yang menjadi anggota.
- Indikator proses :Kontribusi mitra dalam jaringan kemitraan, jumlah
pertemuan yang diselenggarakan, jumlah dan jenis kegiatan bersama
yang dilakukan, keberlangsungan kemitraan yang dijalankan.
- Indikator output : Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang
dilakukan, efektivitas dan efisiensi upaya yang diselenggarakan.

Anda mungkin juga menyukai