Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIK PEMBELAJARAN EKOLITERASI BERORIENTASI PENDIDIKAN UNTUK

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI KOTA


SURABAYA BAGIAN BARAT
Oleh :
TRI WAHYU SETYANINGRUM (16010644023)
1) Pendahuluan
a) Latar Belakang Masalah
Pada tahun 2014 Presiden RI ke-enam yaitu Susilo Bambang Yudhoyono menerima
penghargaan “Champion of the Earth 2014”. Namun pada tahun 2017, UNEP
mengatakan bahwa sampah plastik di perairan Indonesia dalam setiap tahunnya
mengalami kenaikan sebesar 0,5 hingga 1,3 juta ton (Hadianja, 2017). Dari permasalahan
ini UNESCO membuat program "(Decade for Education for Sustainable
Development)".Menindaklanjuti UNDESD yang telah disepakati bersama negara-negara
anggota UNESCO, pemerintah Indonesia khususnya Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia berkomitmen untuk mewujudkan pendidikan untuk pembangunan
yang berkelanjutan dengan mengutamakan terciptanya pembangunan yang ramah
lingkungan, meningkatkan tingkat ekonomi, dan secara sosial dapat diterima.Pendidikan
yang berorientasi pada pembangunan berkelanjutan membutuhkan perubahan pola pikir
dengan memikirkan keadaan lingkungan sekitar baik untuk saat ini dan masa depan dan
dikenal dengan istilah pendidikan ekoliterasi. Praktik pembelajaran ekoliterasi
berorientasi pendidikan untuk pembangunan yang berkelanjutan, guru mempunyai
tanggung jawab yang besar untuk memberikan pemahaman bagi siswa tentang
pentingnya kesadaran lingkungan. Pembelajaran yang berbasis ekoliterasi diharapkan
dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran terhadap lingkungan dalam upaya
menangani masalah lingkungan.. Pemerintah kota Surabaya telah melakukan berbagai
usaha terkait pelaksanaan ekoliterasi di dunia pendidikan. Surabaya bagian barat
merupakan wilayah sekolah terbanyak yang memperoleh bendera hitam yaitu sekitar 44
persen (Zamroni, 2019). Berdasarkan hal tersebut dirasa perlu melakukan penelitian
untuk menganalisis praktik pembelajaran ekoliterasi di sekolah dasar negeri Kota
Surabaya. Judul penelitian yang akan dibuat adalah “Praktik Pembelajaran Ekoliterasi
Berorientasi Pembangunan Berkelanjutan di Sekolah Dasar Kota Surabaya Bagian
Barat”.
b) Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana praktik pelaksanaan ekoliterasi
berorientasi pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan di sekolah dasar negeri Kota
Surabaya bagian barat?
c) Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk menganalisis praktik
pelaksanaan ekoliterasi berorientasi pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan di
sekolah dasar negeri Kota Surabaya bagian barat.
2) Kajian Pustaka
A. Ekoliterasi
1. Pengertian Ekoliterasi
Secara etimologi kata ekoliterasi terdiri atas dua kata yakni ecology dan literacy.
Ecology merupakan cabang ilmu alam yang mengkaji interaksi antara makhluk hidup
(tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia) dengan lingkungan alam. Sementara literacy
memiliki arti sebagai melek huruf. Kata melek huruf diartikan sebagai situasi seseorang
yang telah paham atau mengerti atas suatu hal. Jadi ekoliterasi merupakan situasi melek
huruf, paham, dan mengerti tentang interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
(Oktapyanto, 2017).
Menurut Keraf (2010), ekoliterasi merupakan suatu kesadaran bahwa alam dan
manusia yang saling mempengaruhi. Kesadaran tersebut akan menuntun hidup seseorang
dalam segala aspek kehidupannya hingga terbentuk masyarakat yang berkelanjutan, yang
sadar tentang pentingnya menjaga lingkungan. Dari beberapa pendapat tokoh, dapat
disimpulkan bahwa ekoliterasi merupakan gerakan untuk meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, sikap, keterampilan, dan kepekaan seseorang terhadap lingkungan alam,
bahwa lingkungan perlu dijaga, dikelola, dan dimanfaatkan dengan tepat untuk saat ini
dan masa depan.
2. Tujuan Ekoliterasi
Ekoliterasi bertujuan untuk membuat semua orang memiliki literasi ekologi (sadar
tentang pentingnya menjaga lingkungan). Ekoliterasidiharapkan terwujud sebagai alat
untuk memulai membangun dan membentuk komunitas belajar dan mengajar dari para
pendidik, aktivis, dan anak-anak. Penerapan ekoliterasi di sekolah dasar harus
dilaksanakan karena usia siswa sekolah dasar lebih mudah untuk diajarkan penanaman
sikap peka terhadap lingkungan sekitar.
3. Kompetensi Inti Ekoliterasi
Setiawati (2016) menjelaskan bahwa lembaga Centre of Ecoliteracy di Amerika
Serikat telah mengembangkan kompetensi inti ekoliterasi. Terdapat 4 kompetensi inti
ekoliterasi yaitu pengetahuan, keterampilan sikap, dan hubungan manusia dengan alam.
Pada dasarnya, semua kompetensi terbut untuk meningkatkan semua ranah pembelajaran
pada anak-anak, baik kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berikut penjelasan empat
kompetensi inti dan indikator-indikator ekoliterasi, sebagai berikut:
a. Pengetahuan
1) Memahami prinsip-prinsip ekologi dasar.
2) Mampu berpikir berdasarkan masalah yang ada.
3) Menganalisis dampak dari teknologi dan perilaku manusia.
4) Memikirkan dampak jangka panjang yang akan didapatkan.
5) Berpikir secara mendalam dan kritis tentang suatu masalah.
b. Sikap
1) Terdapat rasa empati dan peduli terhadap lingkungan.
2) Menanamkan sikap menghormati lingkungan dan seisinya.
3) Memegang teguh untuk bersikap adil, tidak mengambil hak orang lain demi
kepentingan pribadi.
c. Keterampilan
1) Menciptakan alat-alat yang dibutuhkan masyarakat.
2) Memanfaatkan sumber daya yang ada dengan memperhatikan prinsip-prinsip
ekologi.
3) Menggunakan energi yang ada dengan sebaik-baiknya.
d. Hubungan Manusia dengan Alam
1) Pengalaman yang mengesankan dan kagum terhadap alam.
2) Menghormati alam dan seluruh komponennya.
3) Selalu mensyukuri kondisi lingkungan yang indah.
4) Merasa dekat dengan alam dan berusaha menjaganya.
4. Variabel – Variabel Pembelajaran Ekoliterasi
Reigeluth (dalam Idrus, 2017) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran terdapat tiga
variabel, antara lain:
a. Kondisi Pembelajaran
Merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam penentuan metode
pembelajaran agar pembelajaran berhasil. Terdapat 3 hal dalam kondisi pembelajaran,
yaitu sebagai berikut:
1) Tujuan pembelajaran, yaitu pernyataan tentang apa yang diharapkan dari proses
pembelajaran untuk meningkatkan aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan
peserta didik di bidang ekoliterasi.
2) Kendala, yaitu masalah yang dihadapi saat pembelajaran, seperti keterbatasan
waktu, sarana prasarana, personalia, biaya, dan lain-lain.
3) Karakteristik peserta didik, yaitu kualitas peserta didik, meliputi a) kecerdasan,
multiple intelligences yang dimiliki seseorang meliputi kecerdasan verbal-
linguistik, logis- matematis, visual-spasial, musikal, kinestetik, interpersonal,
intrapersonal, naturalis, dan eksistensial, b) gaya belajar siswa, terdapat beberapa
tipe gaya belajar yaitu visul, auditorial, kinestik (Hamzah, 2008), c) kemampuan
awal, guru sebaiknya sebelum pembelajran dapat mengetahui kemampuan awal
siswa sebelum mengikuti pembelajaran baik apek pengetahuan, keterampilan, dan
sikap, d) motivasi, baik berasal dari diri siswa maupun lingkungan (Emda, 2017).
b. Metode Pembelajaran
Merupakan cara-cara agar pembelajaran terlaksana dengan baik. Metode
pembelajaran ini diklasifikasikan menjadi 3 macam, antara lain:
1) Strategi pengorganisasian pembelajaran, dalam mengorganisasikan pembelajaran
terdapat dua macam, yakni tingkat mikro dan makro. Strategi mikro adalah cara
untuk mengorganisasi satu bidang studi. Sedangkan strategi makro adalah cara
mengorganisasi beberapa bidang studi yang telah terintegrasi. Strategi
pengorganisasian memuat pemilihan, penataan urutan, dan pembuatan rangkuman
pembelajaran (Idrus, 2017).
2) Strategi penyampaian pembelajaran, yaitu pelaksanaan proses pembelajaran.
Terdapat 3 hal penting yang harus diperhatikan, antara lain: a) media
pembelajaran, yang berupa media dua dimensi, media tiga dimensi, model
proyeksi, dan penggunaan media lingkungan (Azhar, 2007), b) interaksi media
dengan siswa, yaitu kecakapan media dalam penyampaian pembelajaran kepada
siswa, c) bentuk belajar mengajar meliputi bentuk belajar kontiguitas, belajar
responden, belajar observasional, belajar kognitif dan belajar operant (Mulyono,
2012).
3) Strategi pengelolaan pembelajaran, yaitu cara guru dalam mengelola
pembelajaran. Ada 3 hal yang harus dilakukan, antara lain: a) pembuatan catatan
kemajuan belajar peserta didik, untuk membuat catatan kemajuan belajar yang
baik, terdapat beberapa prinsip yaitu komprehensif (menyeluruh),
berkesinambungan, dan objektif (Wasesa, 2015), b) pengelolaan motivasional,
menurut Rahayu (2015) pengelolaan motivasional dapat menggunakan strategi
pemberian perhatian, penyampaian tujuan pembelajaran yang relevan,
memberikan kenyamanan siswa dengan memberikan bantuan jika ada kesulitan
belajar, dan memberikan hal-hal yang menarik. c) kontrol belajar, yaitu guru
dalam mengontrol belajar siswa dapat menggunakan tes atau penilaian yang
spesifik, dapat diukur, dapat dilakukan, realistis, dan waktu yang spesifik (Idrus,
2017).
c. Hasil Pembelajaran
Variabel hasil pembelajaran terdiri atas 3 kriteria, antara lain:
1) Efektivitas, indikator pencapaian keefektifan antara lain: a) efektifitas untuk
pencapaian tujuan pembelajaran yang telah disusun, meliputi pengetahuan,
keterampilan, serta sikap, b) keefektifan media pembelajaran yang digunakan,
meliputi mudahnya pengimplementasian media, suasana pembelajaran menjadi
kondusif, dan hasil pembelajaran yang meningkat, c) efektifitas bahan ajar yang
digunakan, kejelasan isi bahan ajar, dan hasil pembelajaran yang meningkat
(Syaiful, 2002).
2) Efisiensi, yaitu cara penggunaan sesuatu dengan minimal untuk mencapai hasil
yang maksimal. Efisiensi pembelajaran meliputi penggunaan biaya, waktu, dan
tenaga (Syaiful, 2002).
3) Daya tarik, yaitu semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran.
5. Langkah-Langkah Penerapan Sederhana Ekoliterasi di Sekolah
Oktapyanto (2017), menjelaskan bahwa terdapat beberapa langkah penerapan
sederhana ekoliterasi di sekolah, antara lain:
a. Langkah pertama, tularkan gerakan ekoliterasi ini kepada peserta didik melalui
penyampaian teori tentang ekoliterasi. Gerakan ekoliterasi harus ditularkan baik
dalam pembelajaran formal di kelas yang telah dikelola maupun di keseharian
interaksi non formal. Hal itu bertujuan agar tercapainya gerakan ekoliterasi di
kalangan peserta didik dan masyarakat.
b. Langkah kedua, bisa dimulai melalui praktik dari diri kita sendiri yang akan
menerapkan ekoliterasi di kehidupan sehari-hari, menjaga lingkungan di manapun
berada. Pembelajaran yang dilakukan harus terus mengkaitkan pentingnya
menjaga lingkungan. Hal tersebut dapat dipraktikkan melalui pembiasaan
membersihkan sampah sebelum pembelajaran dimulai, program daur ulang
sampah untuk meningkatkan gerakan ekoliterasi dan keterampilan peserta didik,
program membawa bekal makanan dan air minum sendiri ke sekolah dengan
terprogram. Program piket kebersihan kelas yang dilaksanakan oleh peserta didik.
Program jalan-jalan ekoliterasi bersama peserta didik yang dijadwalkan dalam
program semester. Selain itu, program menanam pohon dan tanaman di taman dan
lingkungan sekolah dan sekitarnya.
c. Langkah ketiga, lakukan evaluasi dengan memberikan saran dan masukan kepada
pemberi kebijakan di sekolah. Gerakan ekoliterasi ini bisa mengubah kebiasaan-
kebiasaan yang kurang baik mengenai isu-isu lingkungan. Hal itu dapat berupa
pembenahan dan peningkatan kebersihan di toilet guru dan siswa, perancangan
sekolah berbasis green school.
B. Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (ESD)
1. Pengertian Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (ESD)
Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan adalah pendidikan bertujuan untuk
menanamkan pengetahuan dan membiasakan seseorang agar terampil dan kritis
dalam kehidupan, serta bertanggung jawab. Hal tersebut jika dilakukan dengan baik,
maka akan tercipta lingkungan yang seimbang, dan masyarakat sejahtera baik untuk
saat ini dan masa depan (Segara, 2015).
Kurniasari (2019) juga menjelaskan bahwa pendidikan untuk pembangunan
berkelanjutan adalah pendidikan yang wawasan dan konsepnya lebih luas daripada
Pendidikan Lingkungan Hidup. Dimensi ESD lebih luas karena mencakup ekonomi,
lingkungan, dan sosial-budaya baik pada aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Dari beberapa pendapat, maka ESD merupakan pendidikan yang bertujuan untuk
membentuk generasi yang dapat berkontribusi dan bertanggung jawab dalam
pembangunan di segala aspek kehidupan untuk kesejahteraan di masa kini dan masa
depan.
2. Tujuan ESD
Tujuan ESD menurut UNESCO (dalam Gasim, 2014), antara lain
a. Menghormati, menghargai, dan melestarikan prestasi atau nilai-nilai keberhasilan
masa lalu.
b. Menghargai keajaiban-keajaiban dan orang-orang di muka bumi.
c. Menghuni/tinggal di dunia dimana semua orang memperoleh cukup makanan
untuk keh idupan yang produktif dan sehat.
d. Memanfaatkan, merawat, dan memperbaiki kondisi alam kita.
e. Membuat dan menikmati dunia yang lebih adil, aman, dan lebih baik.
f. Menjadi warga dunia yang lebih peduli dalam menggunakan hak-hak dan
tanggung jawab mereka secara lokal, nasional, dan global
3. Ruang Lingkup ESD
Menurut Segara (2015), ruang lingkup ESD sangatlah luas, namun dikelompokkan
menjadi tiga, antara lain:
a. Isu lingkungan, meliputi 1) keanekaragaman hayati yang di dalamnya memuat
pelestarian, pengelolaan, dan pemanfaatan, 2) pencegahan dan penanganan
bencana.
b. Isu sosial, meliputi keberagaman budaya, kesetaraan gender, kesehatan, dan
HAM.
c. Isu ekonomi, meliputi kegiatan ekonomi, kemiskinan, dan gaya hidup yang
berkelanjutan.
4. Praktik Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (ESD)
Saat ini terdapat ketimpangan sosial ekonomi dan motivasi untuk mencapai
keuntungan material bukan untuk mementingkan kesejahteraan manusiawi dan
ekologis (Nasibulina, 2015). Dengan kondisi yang seperti ini, Pendidikan memainkan
peran kunci dalam penyediaan perubahan tersebut. Perencanaan pendidikan harus
multifaset dan interdisipliner. Kebutuhan semua kelompok diperhitungkan dalam
kurikulum dan proses pendidikan. ESD membahas dalam pemahaman tentang cara
memperlakukan lingkungan. ESD tidak hanya mendukung perubahan perilaku dalam
arah tertentu, tetapi cara berpikir baru, kebiasaan, pola pikir dan nilainilai yang
mencerminkan kebutuhan nasional dan global untuk penyediaan keberlanjutan
ekologis berdasarkan keadilan sosial dan ekologi.
Nasibulina (2015) menjelaskan bahwa sistem pendidikan untuk pembangunan
berkelanjutan memiliki potensi yang cukup besar. Pertama, ESD ditujukan untuk
pencegahan bencana ekologi, penyediaan kualitas hidup masyarakat yang sejahtera.
Kedua, ESD adalah sarana pembentuk masyarakat yang tanggung jawab, menghargai,
dan peduli. Ketiga, ESD dapat menyelesaikan masalah pendidikan, seperti
memperbaiki mutu pendidikan, mengubah pola pikir dari antroposentris ke biosentris,
pembentukan pendidikan karakter siswa, serta pelaksanaan pendidikan yang
sistematis, kreatif dan multidisiplin.

3) Metode Penelitian
a. Metode Pengumpulan Data
 Pendekatan dan Metode Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan metode data jenis kuisioner. Jenis kuisioner
dalam penelitian ini adalah kuisioner tertutup dan kuisioner terbuka. Penelitian ini
menggunakan kuisioner berupa pertanyaan dan pernyataan yang bersifat tertutup
dengan menggunakan skala Likert. Kuisioner terbuka juga digunakan dalam
penelitian ini karena agar data yang didapatkan dari responden lebih jelas dan
rinci.
 Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan metode survei.
 Rancangan Penelitian
Rancangan survei yang dipilih yaitu cross-sectional survey design, yakni
pengambilan data hanya dilakukan satu kali dan tidak mengukur perubahan-
perubahan yang terjadi pada individu (Wiersma, 2009). Cross-sectional survey
design dipilih karena beberapa alasan, antara lain: (1) peluang kesediaan sampel
untuk diteliti lebih besar, (2) pengambilan data dilakukan dengan waktu yang
singkat, (3) dapat meminimalisir dampak yang akan terjadi.
 Populasi Penelitian
guru di sekolah dasar negeri Kota Surabaya bagian barat dengan jumlah 1.070
dari 56 sekolah tahun 2020
 Sampel Penelitian
63 guru SDN Surabaya bagian barat tahun 2020

b. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan skala Likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsepsi seseorang atau sekelompok orang terkait fenomena sosial (Riduwan,
2012). Modifikasi skala Likert dilakukan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk
menghilangkan kategori jawaban di tengah pada skala lima poin. Jumlah pilihan
genap akan memaksakan responden untuk memiliki sikap yang jelas terhadap
pernyataan (Widhiarso, 2010) . Karena itu, skala pengukuran dalam penelitian ini
menggunakan skala Likert 4 poin. Metode skala Likert dapat mengukur pertanyaan
dalam kuisioner melalui skala jawaban dengan kategori sejumlah pertanyaan/
pernyataan, kemudian diambil kesimpulan.
c. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif hasil survei yang dilaporkan dalam bentuk tabulasi dan persentase.
Langkah yang harus dilakukan selanjutnya adalah menetapkan skor tertinggi dan skor
terendah hasil penelitian, dengan tujuan agar dapat membuat kategori
pengelompokan. Skor ideal tertinggi (ST) dan skor ideal terendah (SR) diperoleh
berdasarkan penilaian Likert (rentang 1-4), skor tertinggi 4, dan skor terendah 1
dikalikan jumlah pertanyaan. Kemudian menentukan mean (rerata) dan standar
deviasi skor yang diperoleh.
4) Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan pengolahan data dan analisis data yang dilakukan, maka penelitian ini
memberikan hasil sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kondisi pembelajaran dalam praktik
pembelajaran ekoliterasi berorientasi pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan
di Kota Surabaya bagian barat berkategori kurang positif. Hal itu dapat dilihat bahwa
dari indikator kendala pembelajaran masih ada sekolah yang mengalami kendala-
kendala saat melakukan praktik pembelajaran ekoliterasi, seperti kendala waktu,
biaya, dan personalia.
2. Hasil penelitian untuk indikator karakteristik peserta didik dalam praktik
pembelajaran ekoliterasi berorientasi pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan
di SDN Surabaya bagian barat berkategori kurang positif. Hal itu dapat dilihat masih
terdapat responden yang kurang memahami karakteristik peserta didik. Menurut Idrus
(2017), guru sebaiknya mengetahui karakteristik peserta didik yang mengikuti
pembelajaran. Tujuannya agar perencanaan pembelajaran yang dibuat sesuai dengan
karakteristik peserta didik.
3. Dari hasil penelitian metode pembelajaran dalam praktik pembelajaran ekoliterasi
berorientasi pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan di SDN Surabaya bagian
barat berkategori cukup positif. Hal itu dapat dilihat dari metode pembelajaran pada
aspek pengorganisasian dan pengelolaan sudah baik, namun untuk aspek
penyampaian masih kurang baik, karena kurang menyesuaikan penggunaan media
yang digunakan dengan materi.
4. dari hasil penelitian tentang hasil pembelajaran dalam praktik pembelajaran
ekoliterasi berorientasi pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan di SDN
Surabaya bagian barat berkategori cukup positif. Hal itu dapat dilihat dari hasil
pembelajaran pada indikator efektivitas dan efisiensi sudah baik, namun untuk daya
tarik masih kurang baik, oleh karena itu guru harus bisa menngkatkan daya tarik
siswa dalam pembelajaran ekoliterasi. Hasil pembelajaran ekoliterasi dapat dilihat
dari keikutsertaan sekolah dalam ajang lombalomba kegiatan ekoliterasi, dan prestasi-
prestasi yang didapatkan sekolah terkait kegiatan ekoliterasi.
5) Simpulan dan Saran
a) Kesimpulan
Hasil penelitian tentang praktik pembelajaran ekoliterasi berorientasi pendidikan untuk
pembangunan berkelanjutan di SDN Kota Surabaya bagian barat dapat disimpulkan
bahwa memiliki kategori cukup positif. Hasil tersebut berasal dari analisis indikator
dalam praktik pembelajaran ekoliterasi, yaitu kondisi pembelajaran, metode
pembelajaran, dan hasil pembelajaran. Pada indikator kondisi pembelajaran meliputi
tujuan pembelajaran, kendala pembelajaran, dan karakteristik peserta didik dalam
pembelajaran. Aspek metode pembelajaran meliputi strategi pengorganisasian
pembelajaran, strategi penyampaian pembelajaran, dan strategi pengelolaan
pembelajaran. Aspek hasil pembelajaran meliputi keefektifan, efisiensi, dan daya tarik
pembelajaran.
b) Saran
Sehubungan dengan hasil dari penelitian bahwa praktik pembelajaran ekoliterasi
berorientasi pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan di SDN Kota Surabaya bagian
barat berkategori cukup positif, saran yang dapat disampaikan yaitu:
1. Kepada Pihak Kepala Sekolah, disarankan agar membentuk Tim Ekoliterasi Sekolah
untuk merencanakan program-program ekoliterasi yang akan diterapkan di sekolah
secara terstruktur. Selain itu, juga mengadakan evaluasi untuk memperbaiki
kekurangan, dan kendala yang terjadi saat praktik pembelajaran ekoliterasi.
2. Kepada guru SD se-Kota Surabaya bagian barat disarankan agar dapat mengikuti
perkembangan ekoliterasi, baik dengan mengikuti seminar dan atau pelatihan terkait
ekoliterasi, membaca buku-buku dan jurnal-jurnal penelitian terbaru tentang
ekoliterasi. Tujuannya agar dapat memperbaiki kekurangan yang ada saat praktik
pembelajaran ekoliterasi, serta dapat membiasakan diri sendiri dan peserta didik
untuk meningkatkan sikap ekoliterasi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Kepada peneliti selanjutnya disarankan agar mengadakan penelitian lebih lanjut
tentang praktik pembelajaran ekoliterasi di Sekolah Dasar, serta menghubungkannya
dengan variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini. Tujuannya agar
pembelajaran ekoliterasi di sekolah dassar menjadi lebih baik.
Sumber :
SETYANINGRUM, TRI WAHYU. 2020. PRAKTIK PEMBELAJARAN
EKOLITERASI BERORIENTASI PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI KOTA SURABAYA BAGIAN
BARAT. Skripsi. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya. Surabaya : Universitas Negeri
Surabaya

Anda mungkin juga menyukai