Anda di halaman 1dari 15

POLA PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN PADA GENERASI MUDA DI

JAWA TIMUR

Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial

Dosen: Drs. Heru Irianto,M. Si

Oleh:

Nyoman Pritha Sharmistha (1813111069) IV-B

Dinda Frebriani Harianti (18131110520 IV-B

PRODI ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BHAYANGKARA SURABAYA

TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Jika mendengar kata “Globalisasi”, maka di dalam pemikiran mengatakan bahwa
globaisasi merupakan kata yang sangat mengerikan dengan makna yang kabur, pertama
kali dipakai pada tahun 1960-an, dan menjadi mode yang makin popular pada tahun
1990-an. Dimana mana orang mengatakan bahwa sekarang hidup dalam zaman dengan
kehidupan sosial yang sebagian besar ditentukan oleh proses global, dalam zaman dimana
garis-garis batas budaya nasional, ekonomi nasional dan wilayah nasional semakin kabur.
Indonesia adalah Negara Kesatuan yang memiliki identitas nasional yaitu Undang
Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi Negara Indonesia, Pancasila sebagai ideologi
bangsa, bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, beragam budaya nasional, lagu
kebangsaan Indonesia Raya, 17 agustus 1945 sebagai hari lahirnya Negara Indonesia,
lambang Negara yakni Burung garuda, yang semuanya tidak dapat dipisahkan dari jati
diri Negara Indonesia. Identitas nasional harus diperjuangkan dan dicintai oleh seluruh
rakyat Indonesia. Menjunjung tinggi tanah air Indonesia adalah kewajiban rakyat
Indonesia sebagai bentuk kecintaan pada bangsa dan sebagai perwujudan sikap
nasionalisme Indonesia
Menurut Amin (2014:2), dampak buruk globalisasi yang membawa kebudayaan
baru menjadikan komposisi kebudayaan masyarakat Indonesia menjadi lebih kompleks
atau rumit. Karena kebanyakan kebudayaan baru yang datang dan 2 diterima begitu saja,
menyebabkan terjadinya penyimpangan kebudayaan di masyarakat. Belum lagi masalah
klasik yang sepele namun berdampak serius seperti perbedaan suku, agama, ras daan
antar golongan yang semaakin memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Melihat kondisi tersebut, pendidikan wawasan kebangsaan harus dimiliki oleh seluruh
rakyat Indonesia khususnya para generasi muda penerus bangsa. Seperti yang dinyatakan
oleh Amin (2014:2) membangun anak-anak bangsa Indonesia dan kepribadian bangsa
diperlukan satu usaha, salah satunya yaitu melalui pendidikan secara nasional. Tujuan
yang hendak dicapai melalui pendidikan secara nasional antara lain bahwa pendidikan
nasional harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta tanah air dengan
kemajemukan dan keberagaman yang ada di Indonesia, mempertebal semangat
kebangsaan, dan rasa kesatuan dan persatuan berbangsa dan bernegara. Melalui
pendidikan juga diharapkan dapat menjadi wahana untuk melakukan pembentukan
wawasan dan karakter bangsa, dan memperkuat komitmen kebangsaan menuju kehidupan
berkualitas dan bermartabat.
Saat ini pemerintah telah membangun wawasan kebangsaan melalui jalur
pendidikan dengan adanya Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai mata pelajaran
pembentuk karakter yang tertuang pada Undan-Undang Republik Indonesia No 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “bahwa
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap perubahan zaman.
Menurut Agung (2014), tujuan Pendidikan PKn ialah mendidik warga Negara
yang baik, yakni: (1) peka terhadap informasi baru yang dijadikan pengetahuan dalam
kehidupannya; (2) warga negara yang berketerampilan (a) peka dalam menyerap
informasi (b) mengorganisasi dan menggunakan informasi (c) membina pola hubungan
interpersonal dan partisipasi sosial (3) warga negara yang memiliki komitmen terhadap
nilai nilai demokrasi, yang disyaratkan dalam membangun satu tatanan masyarakat yang
demokratis dan beradap. Namun melihat keadaan yang ada di Indonesia saat ini,
kurangnya pemahaman masyarakat dan generasi muda terhadap pentingnya pendidikan
wawasan kebangsaan dan cinta tanah air menjadi maslaah yang sangat penting untuk
dibahas.
Masih banyak siswa di Jawa Timur dengan perilaku yang mengikuti kebudayaan
masa kini baik dalam berbicara dan juga cara berpakaian, dalam penelitian terdapat
beberapa siswa yang masih mem-bully temannya karena beda suku ataupun hal lainnya
sehingga di jauhi dan tidak diajak berteman. Menurut Diana (2015: 4) masa depan bangsa
Indonesia sangatlah ditentukan oleh generasi muda terdidik ini. Siswa seharusnya
menjadi generasi yang banyak mendapatkan berbagai pengetahuan teoritik maupun
praktis di sekolah tentang tema-tema pembangunan bangsa sesuai pada kompetensinya
masing-masing. Sebagai generasi masa depan, kiranya penting pula mempersiapkan
siswa dengan berbagai pola pendidikan yang mampu menanamkan pendidikan wawasan
kebangsaan. Agar tercapainya pendidikan wawasan kebangsaan tersebut bidang studi
yang sangat memegang peran penting untuk 4 pencapaian tersebut adalah mata pelajaran
PKn yang telah diajarkan disemua jenjang pendidikan mulai dari tingkat taman kanak-
kanak sampai dengan perguruan tinggi, baik pendidikan negeri maupun swasta. Oleh
karena itu guru yang memegang mata pelajaran PKn lah yang menjadi sorotan utama
keberhasilan penanaman pendidikan wawasan kebangsaan kepada para siswanya.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Bagaimana tingkat wawasan kebangsaan pada generasi muda di Jawa Timur?
2) Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung peningkatan
wawasan kebangsaan pada generasi muda di Jawa Timur?
3) Bagaimana upaya peningkatan wawasan kebangsaan pada generasi muda di Jawa
Timur?
1.3 Hipotetis
Berdasarkan judul yang di atas, maka termassuk hipotetis deskritif
1. Pengaruh budaya dari luar membuat generasi muda tidak memiliki moral kecinta tanah
air dalam kehidupan kebangsaaan.
2. Perilaku generasi muda akan mudah terdampak hal yang negative
3. Menurunnya pengetahuan akan kebangsaan pada generasi muda

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


1) Hasil penelitian Hendra Saeful Bhari, Sapriya, dan Muhammad Halimi (2018)
Penelitian Hendra Saeful Bhari, Sapriya, dan Muhammad Halimi yang berjudul
“penguatan wawasan kebangsaan generasi muda melalui kegiatan tadarus buku”.
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan metode
penelitian studi kasus karena berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang sedang
berlangsung dan berkenaan dengan kondisi masa sekarang. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa, wawasan kebangsaan merupakan hal yang harus
dilakukan secara terus menerus sejalan dengan dinamika proses kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Bagi generasi muda pendidikan formal melalui pembelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) karena memiliki peran strategis dalam
memperkokoh wawasan kebangsaan bagi generasi muda. Penerapan mata kulaiah
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata kuliah dasar umum yang tergabung dalam
mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi yang diterapkan di
lingkungan sekolah tinggi Keguruan. Dengan demikian bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan memiliki hubungan yang sangat erat dalam memperkokoh wawasan
kebangsaan dan semangat nasionalisme pada generasi muda.
2) Hasil penelitian Windy Kartika Putri Widayanti, Armaidy Armawi, dan Budi Andayani
(2018)
Penelitian Windy Kartika Putri Widayanti, Armaidy Armawi dan Budi Andayani
yang berjudul “wawasan kebangsaan siswa skolah menengah atas dan implikasinya
terhadap ketahanan pribadi siswa (studi pada siswa sekolah menengah atas (SMA)
umum berasrama berwawasan nusantara, SMA umum di lingkungan militer dan SMA
umum di luar lingkungan militer di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah”.
Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed methods) yakni menggabungkan
anatara pendektan kuantitatif dan kualitatif, merupakan pendekatan penelitian yang
mengkombinasikan atau mengasosialisasikan bentuk data kuantitatif dan kualitatif untuk
memperluas pembahasan dengan menerapkan dua pembahasan sekaligus.
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa, tujuan pembelajaran wawasan
kebangsaan yang diberikan kepada generasi muda atau anak sekolah lebih menekankan
pada pembentukan karakter wawasan kebangsaan selain mata pelajaran PPKn.
Berdasarkan kurikulum 2013 juga memberikan mata pelajaran khusus yaitu
kenusantaraan dan kepemimpinan khusus untuk generasi muda atau anak sekolah di
berikan mata pelajaran yang sama yaitu PPKn berdasarkan kurikulum 2013 tujuannya
agar tidak memeberikan pola pikir yang kedaerahan dan juga memiliki karakter cinta
tanah air.
3) Hasil penelitian Fitri Silvia Sofyan dan Dadang Sundawa (2015)
Penelitian Fitri Silvia Sofyan dan Dadang Sundawa yang berjudul“hubungan
mata kuliah pendidikan kewarganegaraan dengan peningkatan wawasan kebangsaan
dan semangat nasionalisme mahasiswa”. Penelitian ini menggunakan metode
korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu mendiskripsikan
hubungan kolerasi penerapan pada Pendidikan Kewarganegaraan dengan peningkatan
wawasan kebangsaan dan semanagat nasionalisme dengan mengungkap fenomena
obyektif dan dikaji secara kuantitatif.
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa, pemahaman wawasan
kebangsaan dan semangat nasionalisme pada diri individu dipengaruhi oleh banyak hal
akan tetapi memiliki pengaruh sangat besar pada mata kuliah PPKn. Setiap bangsa di
dunia memiliki cara pandang kebangsaan dan tanah airnya masing-masing dan dengan
cara pandang teerhadap kebangsaannya itu kemudian di sebut sebagai wawasan
kebangsaan. Bangsa Indonesia memiliki wawasan kebangsaannya sendiri yang sesuai
dengan nilai-nilai pancasila, berdasarkan nilai tersebut dari hal tersebut memiliki cara
untuk melangkah kedepan dalam mencapai tujuan nasional. Karena pada hakekatnya
wawasan kebangsaan merupakan suatu pandangan atau cara pandang yang
mencerminkan sikap dan kepribadian bangsa Indonesia yang memiliki rasa cinta tanah
air, menjunjung tinggi kesatuan dan persatuan, memiliki rasa kebersamaan sebagai
bangsa untuk membangun Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.

4) Hasil penelitian dari Rahma Danniarti (2017)


Penelitian Rahma Danniarti yang berjudul “implementasi nilai-nilai pancasila
sebagai pendukung tumbuh kembang wawasan kebangsaan pada mata pelajaran PPKn
di SMP negeri 7 palembang”. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan
menggunakan pendekatan kualitatif yaitu mendekripsikan bagaimana nilai-nilai Pancasila
sebagai pendukung tumbuh kembang wawasan kebangsaan pada mata pejaran PPKn.
Berdasarkan penelitian pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk siswa atau generasi muda agar bisa
menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air namun dalam
mengembangkan potensi siswa dalam seluruh dimensi kewarganegaraan ada beberapa
aspek yaitu 1. Sikap kewarganegaraan termasuk ketegeuhan, komitemen dan tanggung
jawab kewarganegaraan (civic confidence, civic committment, and civic responsibility) 2.
Pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) 3. Ketrampilan kewarganegaraan
termasuk kecakapan dan partisipasi kewarganegaraan (civic competence and civic
responsibility).

2.2 Tinjauan Pustaka


1. Bagaimana tingkat wawasan kebangsaan pada generasi muda di Jawa Timur?
Melihat dinamika yang terjadi pada zaman modern, Bela Negara terhadap tanah
air mulai rapuh. Generasi muda bangsa mulai melupakan apa itu bela negara dan mereka
sibuk dengan kegiatan-kegiatan yang tidak ada gunanya seperti berfoya-foya, main
narkoba. Ironis sekali melihat hal tersebut. Salah satu bentuk nyata dalam mewujudkan
tekad warga negara adalah dengan melaksanakan sosialisasi bela negara dan
mengaplikasikan bela begara dalam kehidupan sehari-hari mulai dari diri sendiri. Bela
negara menjadi tanggungjawab semua warga negara Indonesia. Sesuai dengan UUD 1945
pasal 27 ayat 3 yang berisi bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut dalam upaya
pembelaan negara. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Timur melalui
impelementasi dari salah satu program kegiatan Bidang Integrasi Bangsa akan
melaksanakan kegiatan Pemantapan Wawasan Kebangsaan Bagi Masyarakat di Jawa
Timur, dengan sasaran Aparatur Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Jawa
Timur, Guru sejarah tingkat SMA/SMK serta Organisasi Kemasyarakat sebagai gerakan
pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah.
Dari beberapa substansi yang menjadi perhatian adalah salah satu kerawanan yang
melanda generasi milenial adalah rapuhnya patriotisme dan rasa kebangsaan serta
diharapkan kegiatan kali ini adalah jawaban atas realitas tersebut. Apatisme pemuda
terhadap isu-isu nasional pun semakin jelas, di mana kepedulian terhadap bangsa sendiri
hilang dengan berbagai alasan, seperti pesimis terhadap keadaan bangsa ataupun takut
diolok-olok dan dicap sok peduli. Diharapkan dengan dilaksanakan  kegiatan Aktualisasi
Nilai-nilai Pancasila bagi Mahasiswa di Era Milenial dapat menghasilkan  generasi  yang
tangkas, tangguh, dan berintegritas tinggi terhadap permasalahan bangsa.Pemerintah
diharapkan memberi perhatian lebih kepada keberadaan Mahasiswa/Maahasiswi agar
pembinaan lebih terarah, terukur, dan fokus untuk melahirkan bintang-bintang Pancasila
di setiap kampus.
Wawasan Kesatuan Kebangsaan bagi Masyarakat Jawa Timur di Lamongan, saat
ini sisi globalisasi telah melahirkan berbagai perubahan yang bermanfaat bagi
masyarakat, karena menawarkan contoh-contoh kemajuan dan alternatif baru. Namun,
hasil globalisasi seringkali kurang menguntungkan negara berkembang. Salah satu
kelompok yang rentan ikut terbawa arus adalah generasi muda. Terkait rentannya
generasi muda terhadap pengaruh berubahnya jaman itu, Bagong menyebut hal itu terjadi
tak lain karena pemuda memiliki karakteristik unik, yakni labil, sedang dalam taraf
mencari identitas, serta mengalami masa transisi. Hal itu membuat mereka cenderung
tidak mampu menahan godaan dari proses perubahan global. Namun untuk semua pihak
terutama orang tua dan guru tidak cepat menghakimi remaja dengan perilaku
menyimpang sebagai anak nakal. Untuk memahami remaja yang dibutuhkan adalah
kesediaan orang tua dan guru untuk berempati dan mengerti arti sebetulnya keinginan,
harapan dan dunia kehidupan mereka, di berbagai kota besar sudah menjadi pengetahuan
umum, bahwa ulah remaja semakin mencemaskan masyarakat. Kenakalan remaja kini tak
lagi sekedar aktivitas seperti membolos sekolah, merokok, minum-minuman keras atau
sekedar menggoda lawan jenis. Seringkali terlibat tawuran layaknya preman, terjerumus
dalam penggunaan obat-obatan terlarang dan kehidupan seksual pranikah.
Wakil Bupati Lamongan Amar Saifudin memiliki pandangan bahwa dia tidak
memungkiri, bahwa masih rendahnya jiwa dan semangat wawasan kebangsan masyarakat
Indonesia, khususnya generasi muda. Hal itu terbukti masih banyaknya pertikaian antar
kampung, perang saudara, tingkah laku suporter bola yang anarki, dan baru-baru ini
kekerasan berkedok agama yang melibatkan anak-anak muda. Demi terciptanya rasa cinta
kepada bangsa, maka kita harus memiliki wawasan dan pijakan yang benar dan tepat agar
bisa membela negara dengan benar untuk mempertahankan keutuhan NKRI dari masalah
disintegrasi, separatisme, dan hadirnya kekuatan asing yang mengancam.

2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung peningkatan


wawasan kebangsaan pada generasi muda di Jawa Timur?
Melihat dari banyaknya konflik yang menyangkut Suku Ras Agama dan Antar
golongan (SARA) maka akan sangat berdampak terhadap kesatuan bangsa. Masyarakat
akan sangat gampang terpecah belah jika masalah SARA terus berkembang
dimasyarakat. Oleh karena itu sangat penting peran pemerintah untuk mengatasi
permasalahan tersebut, karena pemerintah juga mempunyai tugas dan tanggungjawab
untuk menjaga kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kurangnya kesadaran adanya gangguan dari luar yang berdampak pada
berdampak pada persatuan dan kesatuan bangsa. Ancaman datang tidak hanya dari luar
tapi juga dari dalam. Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam
yang melimpah. Tidak hanys itu tapi juga kebudayaan dan kesenian, kurangnya rasa
toleransi di masyarakat bisa menjadi penghambat persatuan dan kesatuan bangsa
sehingga timbul permasalahan antara masyarakat sekitar, karena di Indonesia memiliki
banyak sendi dalam kehidupan maka dari itu semangat persatuan betul-betul di butuhkan
dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu juga minimnya wawasan kebangsaan
diperparah dengan negara yang mulai kehilangan kewibawaan, terlihat dari lemahnya
penegakan supremasi hukum lantaran kepentingan aparatur negara yang lebih
mengedepankan kepentingan politik dibanding kepentingan masyarakat luas dan juga
sedikitnya tentang wawasan kebangsaan yang ditanamkan oleh pemerintah kepada
msayarakat yang hanya di salurkan melalui bentuk hafalan penlajaran bagi anak sekolah
yang hanya menjadi penting apabila ulangan tiba.
Untuk memahami sungguh-sungguh nilai-nilai Wawasan Kebangsaan adalah
menjadi kewajiban setiap warga negara, sehingga terbentuklah sikap moral yang kuat,
guna ikut berpartisipasi dalam rangka memperkokoh Persatuan dan Kesatuan NKRI.
Kemudian memiliki kekuatan tekad untuk tujuan maupun cita-cita nasionai, tempat
mempertahankan dan memperjuangkan kepentingan nasional yang pada hakikatnya
adalah kepentingan keamanan dan kesejahteraan guna mempertahankan persatuan dan
kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah, tanah air dan bangsa. Selanjutnya adalah
kesepakatan tentang cara pencapaian tujuan nasional yang merupakan himpunan nilai-
nilai yang meliputi bersatu, berdaulat, adil, dan makmur yang menjadi fondasi untuk
memperkokoh Persatuan dan Kesatuan NKRI.

3. Bagaimana upaya peningkatan wawasan kebangsaan pada generasi muda di Jawa


Timur?
Menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta NKRI kepada generasi penerus,
Pemkab sudah menginstruksikan seluruh sekolah untuk terus meningkatkan  dan
menanamkan wawasa kebangsaan terhadap peserta didik sejak dini, karena nilai-nilai
kebangsaan sangat perlu ditanamkan sejak dini di dalam jiwa generasi, terlebih di dunia
pendidikan. Tidak hafal dan memahami Pancasila, UUD dan rasa cinta NKRI. Jika
kegiatan bersifat kebangsaan tidak dilaksanakan, yakinlah, rasa cinta tanah air akan
semakin tipis, kerena generasi muda tidak paham. Apalagi hapal apa-apa saja kegiatan
kebangsaan, seperti pemahaman Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan lagu-
lagu kebangsaan. Dengan begitu Bupati Jatim melakukan kegiatan yang bersifat wawasan
kebangsaan tersebut seperti peserta didik dapat menghafal Pancasila, Undang-Undang
Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika termasuk juga sumpah pelajar dan lagu-lagu
kebangsaan. Dengan harapan kegiatan yang bersifat kebangsaan ini, bisa menanamkan
rasa kebangsaan kepada peserta didik semakin baik dan dan cinta NKRI.
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, wawasan kebangsaan
merupakan hal yang sangat penting untuk ditanamkan bagi generasi muda khususnya
pelajar sebgai proses dalam pembentukan sikap moral agar memiliki kecintaan terhadap
tanah airnya dalam memelihara kesinambungan perjalanan kehidupan bangsa, serta
terpeliharanya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Upaya peningkatan wawasan
kebangsaan bagi generasi muda khususnya pelajar dilakukan dengan membangun
karakter agar memiliki wawasan dan motivasi yang kuat serta memiliki kepekaan dan
kepedulian terhadap masa depan bangsa dan negaranya. Bila pemahaman wawasan
kebangsaan meningkat maka keutuhan persatuan dan kesatuan NKRI akan kuat karena
secara sadar muncul semangat atau dorongan hati yang kuat untuk cinta tanah air,
membela dan menjaga keutuhan NKRI.
Pemuda dan pelajar perlu dilakukan untuk mengoptimalkan arus globalisasi yang
dapat  mempengaruhi nilai-nilai kebangsaan saat ini, perlunya peningkatan pengetahuan
terkait wawasan kebangsaan tersebut, juga dikarenakan saat ini banyak masyarakat yang
telah lupa akan isi Pancasila, salah satunya saat kita tanya sila yang terdapat dalam
Pancasila, ada yang tidak hafal. Penguatan wawasan kebangsaan ini untuk
mengoptimalkan pengembangan dan pelaksanaan nilai kebangsaan guna pemberdayaan
serta penguatan kesadaran berbangsa dan bernegara yang berlandaskan pada  empat
konsensus bangsa, yaitu Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), dan semangat Bhineka Tunggal Ika.
BAB III

MOTODE PENELITIAN
A. LOKASI PENELITIAN
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Peranan Guru PKn dalam
Meningkatkan Wawasan Kebangsaan dan Cinta Tanah Air (Wangsa Cita) di Era
Globalisasi Pada Siswa SMA Muhammadiyah 1 Malang”. Lokasi penelitian ini
dilaksanakan di Kecamatan Klojen, Kota Malang, Jawa Timur.

B. Subyek Penelitian (kualitatif)


Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa di SMA Muhammadiyah 1 Malang, antara
lain: mahasiswa, guru, dan siswa dan siapa saja yang mencari informasi di SMA
Muhammadiyah 1 Malang telah berkumpul sebanyak 6 (enam) orang yang terdiri dari 1
(orang) guru, 2 (dua) siswa dan 3 (tiga) orang mahasiswa.

C. Sumber Informasi
Pada informasi ini dapat memberikan informasi mengenai cara mendekripsikan,
menggambarkan serta menguraikan kondisi sehingga data yang ditampilkan akurat dan
dapat dipercaya. Dalam pengumpulan informasi peneliti melakukan data tertulis, foto,
dan statistic. Peneliti melakukan informasi sesuai dengan topic “Peranan Guru PKn
dalam Meningkatkan Wawasan Kebangsaan dan Cinta Tanah Air (Wangsa Cita) di Era
Globalisasi Pada Siswa SMA Muhammadiyah 1 Malang”.

Berikut informasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Guru PKn SMA Muhammadiyah 1 Malang.
2. Siswa SMA Muhammadiyah 1 Malang.

D. Teknik Penentuan Sumber Informasi


Teknik penentuan sumber informasi menggunakan teknik kualitatif yang memerlukan
ketajaman analisis, objektivitas, sistematis, dan sistematik sehingga diperoleh ketepatan
dalam interpretasi, sebab hakikat dari satu fenomena atau gejala penganut penelitian
kualitatif adalah totalitas atau gestalt (Zuriah,2009:92). Menurut Lofland dan Lofland
(dalam Moleong: 2012:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-
kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi kedalam kata-kata dan
tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik. Adapun jenis pendekatan penelitian ini
adalah deskriptif, penelitian deskriptif yaitu peneitian yang berusaha untuk menuturkan
pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan dara-data.
Langkah-langkah penelitian kualitatif yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut
(Sulistyo-Basuki, 2006: 81) :
1. Langkah pertama/ persiapan: mempertimbangkan fokus dan memilih topik,
menyatakan masalah dan merumuskan pendahuluan pernyataan, menyatakan masalah
dan merumuskan pendahuluan pernyataan.
2. Langkah kedua/ penjelajahan yang luas: mencari lokasi/ subjek potensial, memilih
lokasi/ subjek yang dianggap cocok, menguji kecocokan lokasi/ subjek luas,
eksplorasi, mengembangkan rencana umum, melakukan kajian percobaan/
mengumpulkan data awal, merevisi rencana umum.
3. Langkah ketiga/ memusatkan diri pada himpunan aktivitas yang terfokus:
mengumpulkan data, menyempurnakan rencana penelitian/ penjelasan fokus, aktifitas
terfokus, menyempitkan pengumpulan data, analisis data, menulis temuan dalam hal
ini kuisioner.

E. Intrument Penelitian (Kualitatif dengan Wawancara)


Jenis wawancara ini memiliki keterbatasan n pada wawancara jenis ini membuat
data yang diperoleh tidak kaya. Jadwal wawancara berisi sejumlah pertanyaan yang telah
direncanakan sebelumnya. Tiap partisipan ditanyakan pertanyaan yang sama dengan
urutan yang sama pula. Jenis wawancara ini menyerupai kuesioner survei tertulis.
Wawancara ini menghemat waktu dan membatasi efek pewawancara bila sejumlah
pewawancara yang berbeda terlibat dalam penelitian. Analisis data tampak lebih mudah
sebagaimana jawaban yang dapat ditemukan dengan cepat. Umumnya, pengetahuan
statistik penting dan berguna untuk menganalisis jenis wawancara ini. Namun jenis
wawancara ini mengarahkan respon partisipan dan oleh karena itu tidak tepat digunakan
pada pendekatan kualitatif. Wawancara berstruktur bisa berisi pertanyaan terbuka, namun
peneliti harus diingatkan terhadap hal ini sebagai isu metodologis yang akan
mengacaukan dan akan jadi menyulitkan analisisnya.
Peneliti kualitatif menggunakan pertanyaan yang berstruktur ini hanya untuk
mendapatkan data sosiodemografik, seperti usia, lamanya kondisi yang dialami, lamanya
pengalaman, pekerjaan, kualifikasi, dsb. Kadang komite etik menanyakan jadwal
wawancarayang ditentukan sebelumya sehingga mereka dapat menemukan alur penelitian
yang sebenarnya. Pada kasus ini, pedoman wawancara semi berstruktur lebih dianjurkan.
Robinson (2000) mengatakan bahwa wawancara mendalam, formal terbuka
merupakan aliran utama penelitian kualitatif keperawatan. Wawancara kualitatif formal
adalah percakapan yang tidak berstruktur dengan tujuan yang biasanya mengutamakan
perekaman dan transkrip data verbatim (kata per kata), dan penggunaan pedoman
wawancara bukan susunan pertanyaan yang kaku. Pedoman wawancara terdiri atas satu
set pertanyaan umum atau bagan topik, dan digunakan pada awal pertemuan untuk
memberikan struktur, terutama bagi para peneliti pemula. Aturan umum dalam
wawancara kualitatif adalah tidak memaksakan agenda atau kerangka kerja pada
partisipan, justeru tujuan wawancara ini untuk mengikuti kemauan partisipan.
Penggunaan format ini adalah untuk menangkap perspektif partisipan sesuai dengan
tujuan penelitian.

F. Analisis Data (Kualitatif dengan Menjelaskan Proses Analisis Data)


Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh adalah data
kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka serta tidak
dapat disusun dalam kategori-kategori/struktur klasifikasi. Data bisa saja dikumpulkan
dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman) dan
biasanya diproses terlebih dahulu sebelum siap digunakan (melalui pencatatan,
pengetikan, penyuntingan, atau alih-tulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan
kata-kata yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas, dan tidak menggunakan
perhitungan matematis atau statistika sebagai alat bantu analisis.
Menurut miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan
yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, danpenarikan
kesimpulan/verivikasi. Terjadi secara bersamaan berarti reduksi data , penyajian data, dan
penarikan kesimpulan/verivikasi sebagai sesuatu yang saling jalin menjalin merupakan
proses siklus dan interaksi pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data
dalam bentuk sejajar yang membangun wawasan umum yang disebut “analisis” (Ulber
Silalahi, 2009: 339). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif
mencakup transkip hasil wawancara, reduksi data, analisis, interpretasi data dan
triangulasi. Dari hasil analisis data yang kemudian dapat ditarik kesimpulan. berikut ini
adalah teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti:

1. Reduksi Data
Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Reduksi data
diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis
di lapangan. Kegiatan reduksi data berlangsung terus-menerus, terutama selama
proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung atau selama pengumpulan data.
Selama pengumpulan data berlangsung, terjadi tahapan reduksi, yaitu membuat
ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, dan
menulis memo.
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data
sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan
diverivikasi. Reduksi data atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah
penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun. Jadi dalam penelitian
kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka macam cara:
melalui seleksi ketat, melalui ringkasan atau uraian sigkat, menggolongkan dalam
suatu pola yang lebih luas, dan sebagainya.

2. Triangulasi
Selain menggunakan reduksi data peneliti juga menggunakan teknik Triangulasi
sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya
triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian
(Moloeng, 2004:330) Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang
berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi
ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk
memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk
menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat
reflektif.
Penyajian data merupakan kegiatan terpenting yang kedua dalam penelitian
kualitatif. Penyajian data yaitu sebagai sekumpulan informasi yang tersusun member
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Ulber
Silalahi, 2009: 340). Penyajian data yang sering digunakan untuk data kualitatif pada
masa yang lalu adalah dalam bentuk teks naratif dalam puluhan, ratusan, atau bahkan
ribuan halaman. Akan tetapi, teks naratif dalam jumlah yang besar melebihi beban
kemampuan manusia dalam memproses informasi. Manusia tidak cukup mampu
memproses informasi yang besar jumlahnya; kecenderungan kognitifnya adalah
menyederhanakan informasi yang kompleks ke dalam kesatuan bentuk yang
disederhanakan dan selektif atau konfigurasi yang mudah dipahami.

3. Menarik Kesimpulan
Kegiatan analisis ketiga adalah menarik kesimpulan dan verivikasi. Ketika
kegiatan pengumpullan data dilakukan, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari
arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi
yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan yang mula-mulanya
belum jelas akan meningkat menjadi lebih terperinci. Kesimpulan-kesimpulan “final”
akan muncul bergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan,
pengkodeannya, penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan,
kecakapan peneliti, dan tuntutan pemberi dana, tetapi sering kali kesimpulan itu telah
sering dirumuskan sebelumnya sejak awal.

BAB III

DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/publication/
339144278_Penguatan_wawasan_kebangsaan_generasi_muda_melalui_kegiatan_tadarus_buku
https://jurnal.ugm.ac.id/jkn/article/view/32229

https://ejournal.upi.edu/index.php/jpis/article/download/1455/1003

https://media.neliti.com/media/publications/230873-implementasi-nilai-nilai-pancasila-sebag-
f40438b9.pdf

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jurnalcivichukum/article/view/7725/6308

http://journal.isi.ac.id/index.php/JOUSA/article/view/1473

https://bakesbangpol.jatimprov.go.id/pages/124/KAK-Pengembangan-Wawasan-
Kebangsaan.html

https://bakesbangpol.jatimprov.go.id/artikel/144/Menanamkan-NIlai-Pancasila-bagi-Generasi-
Milenial.html

https://edukasi.kompas.com/read/2011/03/08/20524658/Krisis.Identitas.Generasi.Muda.Kita.

http://lib.unnes.ac.id/31907/1/3312413048.pdf

https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/12/160000969/faktor-pendorong-dan-penghambat-
persatuan-dan-kesatuan?page=all

http://ejournal.um-sorong.ac.id/index.php/jf/article/viewFile/656/383

https://investor.id/archive/minimnya-wawasan-kebangsaan-penyebab-konflik

https://riaupos.jawapos.com/rokan-hulu/12/12/2019/216846/tingkatkan-pemahaman-wawasan-
kebangsaan-generasi-muda.html

http://grosir.biz/2018/10/01/membangun-wawasan-kebangsaan-bagi-generasi-muda/

https://humas.gorontaloprov.go.id/generasi-muda-perlu-penguatan-wawasan-kebangsaan/

http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/184/326

http://eprints.undip.ac.id/40650/3/BAB_III.pdf

Anda mungkin juga menyukai