Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Grand Theory
2.1.1.1. Teori Stakeholder
Stakeholder menurut Freeman (1984) merupakan individu atau kelompok
yang bisa mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh organisasi atau perusahaan
sebagai dampak dari berbagai aktivitasnya. Teori stakeholder menyatakan bahwa
perusahaan bukan hanya beroperasi atau berjalan untuk kepentingan perusahaan itu
sendiri, namun juga untuk kepentingan para stakeholder, seperti kreditur, pemasok,
masyarakat, pemerintah, dll. dengan begitu kelangsungan hidup suatu perusahaan
atau organisasi pada dasarnya bergantung pada dukungan para stakeholder (Ghozali
dan Chariri, 2007).
Teori Stakeholder menyatakan bahwa seluruh stakeholder mempunyai hak
untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan aktivitas di perusahaan
dan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan (Deegan, 2004). Teori
stakeholder dapat dikaitkan dengan tanggung jawab sosial atau CSR, tanggung
jawab sosial bukan hanya terhadap pemilik perusahaan atau pemegang saham nya
saja, tetapi juga kepada para stakeholders yaitu meliputi para konsumen, supplier,
pemerintah, dan masyarakat secara umum (Kumalasari, 2018) yang akan terkena
dampak baik atau buruknya suatu perusahaan. Perusahaan yang menjalankan CSR
akan memperhatikan dampak aktivitasnya terhadap kondisi lingkungan dan sosial,
dan terus berupaya memberikan dampak positif, karena untuk menjalankan strategi
bisnisnya (Utama, 2010).

2.1.1.2. Teori Legitimasi


Menurut Gray et al (1996) dasar pemikiran teori legitimasi ini adalah
perusahaan atau organisasi dapat terus berjalan dan beroperasi secara bekerlanjutan
jika masyarakat sendiri menyadari bahwa perusahaan atau organisasi tersebut
berjalan sesuai dengan sistem nilai yang sesuai dan atau sepadan dengan sistem
9
nilai masyarakat (Ahmad dan Sulaiman, 2004). Ini pun sesuai dengan yang
dikatakan Deegan (2004) bahwa organisasi atau perusahaan secara berkelanjutan
terus berupaya untuk menjamin bahwa kegiatan operasi mereka selalu berada dalam
batas dan norma yang berlaku di masyarakat. Jika ada suatu perbedaan yang
berpotensi dan nyata dalam kedua sistem nilai yang ada, akan muncul ancaman
pada legitimasi perusahaan (Dowling dan Pfeffer, 1975).
Pada teori legitimasi ini dengan penjabaran atau definisi – definisi yang ada
diatas, bisa terlihat bahwa perusahaan harus meyakinkan para masyarakat bahwa
kegiatan dan kinerja mereka sudah sesuai dengan apa yang diinginkan masyarakat
atau sesuai dengan sistem nilai masyarkat (Chintya, 2013). Perusahaan yang sudah
melakukan pengungkapan CSR atau tanggung jawab sosial dan lingkungannya
akan merasa perusahaan mereka sudah mendapatkan keberadaan atau status di
masyarakat, yang mana artinya perusahaan tersebut sudah terlegitimasi (Adhima,
2012). Teori legitimasi ini merupakan salah satu teori yang paling sering digunakan
ketika membahas yang berhubungan dengan lingkungan dan sosial (Erdhanu,
2010).

2.1.2. Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan)


Menurut Rawi (2008) CSR merupakan wujud kepedulian dan sensitifitas
perusahaan untuk ikut serta meningkatkan kualitas lingkungan dan kehidupan
masyarakatnnya, serta dapat juga menjadi upaya investasi yang mendukung
keberlanjutan perusahaan, yang juga tidak terpisahkan dari strategi jangka panjang.
Sedangkan menurut Darwin (2004) CSR adalah mekanisme bagi organisasi atau
perusahaan untuk memberikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial, dan
interaksinya melebihi tanggung jawab organisasi dalam bidang hukum.

Ada pula definisi – definisi dari lembaga internasional terkait CSR :


1. Menurut European Commision, CSR merupakan sebuah konsep perusahaan
dalam mengintegrasikan perhatian mereka terhadap lingkungan sosial dan
interaksinya terhadap pemangku kepentingan (stakeholders) yang
berdasarkan prinsip kesukarelaan.

10
2. Menurut World Business Council for Sustainable Development, CSR adalah
komitmen berkelanjutan perusahaan untuk selalu bertindak etis dan
memberikan kontribusi dengan peningkatan taraf hidup masyarakat dan
pengembangan ekonomi pada komunitas setempat dana tau masyarakat
luas.
3. Menurut CSR Asia, CSR merupakan bentuk komitmen perusahaan
berdasarkan prinsip ekonomi, sosial, dan lingkungan dan juga
menyeimbangkan macam – macam kepentingan para pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk terus beroperasi secara berkelanjutan.

Menurut Muljati pada tahun 2012 terdapat beberapa manfaat bagi perusahaan
yang melakukan CSR, antara lain :

1. Perusahaan dapat meningkatkan penjualan dengan konsumen yang semakin


banyak. Karena secara tidak langsung jika perusahaan sudah melakukan
CSR citra perusahaan atau nama perusahaan jadi lebih baik dimata
konsumen maupun masyarakat sekitar, dan kemungkinan aka nada lebih
banyak konsumen atau masyarakat yang membeli barang atau memakai jasa
dari perusahaan.
2. Tentunya dalam mengerjakan praktek CSR, perusahaan tidak dapat
melakukannya sendirian, contohnya perusahaan mendapat bantuan dari
pemerintah daerah dan masyarakat sekitar, yang biasa disebut dengan
pemangku kepentingan. Dengan melakukan CSR perusahaan dapat
membangun hubungan yang baik atau relasi pada para pemangku
kepentingan.
3. Perusahaan dapat menunjukkan keunggulan mereka, dan memperlihatkan
perbedaan mereka dengan perusahaan pesaing yang lain dengan produk atau
jasa yang sama jika perusahaan melakukan praktik CSR nya sendiri.
4. Untuk meningkatkan pengaruh perusahaan, CSR juga dapat menjadi titik
permulaan dari inovasi dan pembelajaran yang baru oleh perusahaan.
5. Jika CSR direncanakan dan dilakukan secara konsisten dan berkala, CSR
dapat menjadi inovasi di perusahaan dan hasilnya dapat menguntungkan

11
perusahaan yaitu meningkatkan peran dan posisi perusahaan di bisnis
tingkat global.
6. Para investor jaman sekarang sudah banyak yang sadar akan akan
pentingnya CSR, sehingga mereka akan berinvestasi kepada perusahaan
yang sudah mempraktikkan CSR. Sehingga bagi perusahaan yang telah
melakukan CSR, untuk mendapatkan investasi dan pembiayaan telah ada
kemudahan akses, karena pasti para investor memprioritaskan perusahaan
yang telah melakukan CSR.
7. Akan meningkatkan harga saham. Seperti yang sudah disebutkan pada poin
ke 5 tadi, jika perusahaan secara konsisten melakukan CSR, maka para
pemangku kepentingan atau para pelaku bisnis yang berkaitan dengan
perusahaan seperti investor, kreditur, pemerintah, maupun konsumen akan
semakin tertarik dengan perusahaan. Secara langsung, permintaan akan
saham akan semakin naik dan mengakibatkan kenaikkan harga saham.

Tujuan dari CSR adalah wujud tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
dampak – dampak lingkungan dan atau sosial yang akan ditimbulkan. Dengan
kondisi dunia yang sudah tidak menentu, seperti kemiskinan yang meningkat,
kesehatan masyarakat memburuk, dan global warming itu semua dapat memicu
perusahaan agar melakukan tanggung jawab sosialnya.

2.1.3. Pengungkapan Corporate Social Responsibility


Menurut Nurhayati (2009), pengungkapan berarti tidak menyembunyikan atau
menutupi sesuatu. Sebagaimana pengungkapan CSR telah diatur dalam Undang –
Undang No. 40 Tahun 2007 pasal 74 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan,
yang artinya perusahaan dituntut untuk menerapkan CSR pada perusahaannya dan
mengungkapkan laporan CSR pada laporan tahunannya.
Untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR, dan untuk
menunjukkan bahwa perusahaan merupakan perusahaan yang baik, perusahaan
membuat laporan atas kegiatan sosial atau CSR yang telah dilakukan perusahan,
menurut Munif (2010) ada beberapa standar CSR, yaitu :

12
1. Akuntanbilitas atas standar AA1000 yang mana menggunakan People,
Planet, Profit yang biasa disebut triple bottom line. Pada prinsip ini terdapat
quality assurance, accessibility, continuous improvement, completeness,
regurality and timileness, materiality, information quality, embeddedness.
2. GRI atau Global Reporting Initiative, yang mana dari banyak perusahaan
mungkin ini menjadi salah satu acuan yang paling sering dan banyak
digunakan sebagai acuan pada laporan berkelanjutan di perusahaan.
3. ISO 14000 yang mana merupakan Standar Manajemen Lingkungan
4. Verite, acuan pemantauan.
5. Standar akuntanbilitas sosial internasional SA8000

Tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu


untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan melayani berbagai pihak yang
mempunyai kepentingan yang berbeda (Suwardjono, 2005). Pengungkapan CSR
secara umum dapat dilihat secara terpisah dari laporan keuangan yaitu melalui
laporan keberlanjutan perusahaan. Laporan keberlanjutan perusahaan harus
menyajikan gambaran kinerja keberlanjutan sebuah organisasi atau perusahaan
yang masuk akal dan berimbang, termasuk kontribusi dari perusahaan tersebut
(Purnasiwi, 2011).
Pada penelitian ini digunakan acuan yang dikeluarkan oleh GRI atau Global
Reporting Initiative, yang mana seperti penjelasan diatas GRI merupakan salah satu
acuan yang paling banyak digunakan oleh perusahaan dalam laporan
keberlanjutannya. GRI mulai melahirkan panduan untuk laporan keberlanjutan
mulai dari tahun 2000, kemudian pada tahun 2002 GRI G2 diterbitkan. Setelah
tahun 2002, hingga saat ini telah terbit 4 panduan laporan keberlanjutan, yaitu GRI
G3 pada tahun 2006, GRI G3.1 pada tahun 2011, GRI G4 pada tahun 2013, dan
terakhir pada tahun 2017 GRI Standards diluncurkan di Indonesia dan efektif
berlaku pada 1 Juli 2018.
GRI Standards yang tergolong baru efektif digunakan perusahaan untuk acuan
pembuatan laporan keberlanjutan tentunya memiliki beberapa perbedaan dengan
GRI G4 yang mana sebelumnya merupakan acuan banyak perusahaan. Perbedaan
dalam format dokumen terlihat paling menonjol, pada GRI G4 contoh penulisan
indikatornya adalah ‘G4-EN27’ sedangkan pada GRI Standards, semua indikator
13
telah memakai angka, misal ‘103-1’. GRI diperkirakan tidak akan mengubah format
dokumen lagi, dan akan lanjut fokus pada pengembangan indikator atau
pengungkapan secara dinamis (Semerdanta, majalahcsr.id, 2017).
Menurut Global Reporting Initiative (GRI), pada GRI G4 terdapat 6 indikator
kinerja yang terkait dengan pertanggung jawaban sosial yang terdiri dari ekonomi,
lingkungan hidup, tenaga kerja, hak asasi manusia, sosial masyarakat, dan tanggung
jawab produk. Pada keenam indikator tersebut terdapat item-item didalamnya.
Begitu pula dengan GRI Standards terdapat 6 indikator kinerja atau standar, berikut
adalah indikator atau standar yang ada pada GRI Standards:

1. GRI 101: Landasan


Merupakan landasan atau titik awal untuk menggunakan standar GRI. Pada
GRI 101 ini ditetapkan prinsip-prinsip pelaporan untuk menentukan isi dan
mutu laporan.
2. GRI 102: Pengungkapan Umum
Pada standar ini terdapat 56 item yang dibagi menjadi 6 bagian, yaitu profil
organisasi terdapat 13 item, strategi ada 2 item, etika dan integritas pun
terdapat 2 item, kemudian tata kelola terdapat 22 item, keterlibatan
pemangku kepentingan 5 item, dan terakhir praktik pelaporan terdapat 12
item.
3. GRI 103: Pendekatan Manajemen
Pada standar ini menetapkan persyaratan pelaporan tentang pendekatan
yang digunakan oleh organisasi untuk mengelola topik material. Terdapat 3
item yaitu terkait dengan penjelasan topik material dan batasannya,
pendekatan manajemen dan komponennya, dan evaluasi pendekatan
manajemen.
4. GRI 200: Ekonomi
Terdapat 6 indikator kinerja pada standar ini, yang tentunya didalamnya
terdapat item-item untuk mengukur pengungkapan perusahaan. Keenam
indikator kinerja tersebut, yaitu kinerja ekonomi dengan 4 item, keberadaan
pasar dengan 2 item, dampak ekonomi tidak langsung dengan 2 item,
praktik pengadaan dengan 1 item, anti korupsi dengan 3 item, dan terakhir
perilaku anti-persaingan dengan 1 item.
14
5. GRI 300: Lingkungan
Sesuai dengan namanya, standar ini berisi terkait tentang lingkungan. Ada
8 indikator kinerja, yaitu dimulai dengan material yang berisi 3 item, energi
dengan 5 item, air dengan 3 item, keanekaragaman hayati 4 item, emisi
dengan 7 item, air limbah (efluen) dan limbah dengan 5 item, kepatuhan
lingkungan 1 item, dan terakhir penilaian lingkungan pemasok dengan 2
item.
6. GRI 400: Sosial
Yang terakhir dari keseluruhan acuan standar yang diterbitkan, yaitu GRI
400 yang menyangkut tentang sosial. Terdapat 19 indikator kinerja, yang
mana pada standar ini diharapkan perusahaan dapat mengungkapkan terkait
dengan kepegawaiannya, kesehatan dan keselamatan kerja, non-
diskriminasi, dan indikator lainnya terkait dengan isu-isu sosial yang ada.

Namun, dengan pengertian Corporate Social Responsibility menurut


Clement K dan Sankat (2003) yang menyatakan bahwa Corporate Social
Responsibility merupakan komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi
secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan
peningkatan kualitias hidup dari karyawan dan keluarganya, komuniti lokal dan
masyarakat secara lebih luas. Maka pengungkapan CSR dapat dikatakan
berdasarkan indikator GRI Standards, pengungkapan CSR dapat mengacu pada
GRI 400: Sosial, karena menjelaskan tentang tanggung jawab sosial perusahaan
lebih dalam.

2.1.4. Karakteristik Perusahaan


Menurut Veronica (2009) karakteristik perusahaan adalah kendala sosial yang
dimiliki, tingkat leverage, tingkat profitabilitas, tingkat likuiditas, profil
perusahaan, umur perusahaan, struktur dewan komisaris, negara tempat
didirikannya perusahaan, negara pemilik suatu perusahaan, dll.
Karakteristik perusahaan merupakan ciri-ciri khusus perusahaan yang
membedakannya dari perusahaan lain. Karateristik perusahaan dapat menjelaskan
variasi luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan, karakteristik
15
perusahaan merupakan predictor kualitas pengungkapan (Lang dan Lundholm,
1993).

2.1.4.1. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono,
1998). Analisis profitabilitas sangat penting bagi semua pengguna, khususnya
investor ekuitas dan kreditor. Bagi investor ekuitas, laba merupakan satu- satunya
faktor penentu perubahan nilai sekuritas. Sedangkan bagi kreditor, laba dan arus
kas operasi umumnya merupakan sumber pembayaran bunga pokok (Wild et. al.
2005). Dari sekian banyak karakteristik perusahaan salah satu yang paling
berpengaruh terhadap pengungkapan CSR adalah tingkat profitabilitas perusahaan,
dikarenakan jika profitabilitas suatu perusahaan tinggi pasti menjadi pertimbangan
investor untuk menanam saham nya (Veronica, 2009) jika profitabilitas suatu
perusahaan tinggi, lebih banyak kemungkinan bagi manajemen untuk
mengungkapkan CSR perusahaan (Almilia, 2008).

2.1.4.2. Leverage
Pada salah satu komponen karakteristik perusahaan yaitu leverage, juga
merupakan salah satu yang paling berpengaruh terhadap pengungkapan CSR
perusahaan. Leverage menggambarkan sebuah struktur modal perusahaan,
sehingga dari struktur modal tersebut bisa dilihat seberapa tinggi tingkat resiko
tidak dapat tertagihnya suatu utang (Fahrizqi, 2010). Leverage merupakan
perbandingan antara hutang dengan aktiva.
Menurut Bringham dan Houston (2006) rasio-rasio leverage memiliki
sejumlah implikasi. Pertama, dengan memperoleh dana melalui hutang, para
pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut
dengan sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan. Kedua, kreditor akan
melihat pada ekuitas, sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi
proporsi dari jumlah modal yang diberikan oleh pemegang saham, makan semakin
kecil resiko yang harus dihadapi oleh kreditor. Ketiga, jika perusahaan
mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana dari hasil pinjaman

16
lebih besar daripada bunga yang dibayarkan maka pengembalian dari modal
pemilik akan besar.

2.1.5. Struktur Kepemilikan


Struktur kepemilikan menggambarkan komposisi kepemilikan saham dari
suatu perusahaan (Fikih, 2016). Struktur kepemilikan perusahan adalah
perbandingan kepemilikan saham yang dimiliki oleh orang dalam perusahaan
(insiders) dengan kepemilikan saham yang dimiliki oleh para investor (Tamba,
2011).

2.1.5.1. Struktur Kepemilikan Manajerial


Kepemilikan manajerial merupakan kondisi dimana manajer memiliki
saham dan manajer tersebut menjadi pemilik saham dalam perusahaan (Rustiarini,
2010). Kepemilikan manajerial biasanya dimiliki oleh para dewan komisaris dan
dewan direksi perusahaan (Chintya, 2013). Semakin tinggi tingkat kepemilikan
manajemen, maka semakin tinggi pula pengungkapan aktivitas perusahaan yang
berkaitan dengan CSR (Fama dan Jensen, 1983).

2.1.5.2. Struktur Kepemilikan Institusional


Kepemilikan Institusional adalah kepemilikan saham oleh instansi
berbadan hukum, pemerintah, institusi luar negeri dan institusi lainnya (Shien et al.,
2006). Kepemilikan Institusional menurut merupakan kepemilikan yang dapat
memonitor para manajemen, jadi jika semakin tinggi tingkat kepemilikan
institusional nya maka semakin optimal juga tingkat pemanfaatan aktiva nya yang
berdampak akan pencegahan terhadap pemborosan yang biasanya dilakukan oleh
manajemen perusahaan (Faizal, 2004).

2.1.5.3. Struktur Kepemilikan Asing


Kepemilikan asing adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh
perusahaan multinasional. Para pemilik saham kepemilikan asing dalam
perusahaan merupakan pihak yang dianggap concern pada pengungkapan CSR atau
17
tanggung jawab sosial (Djakman dan Machmud, 2008). Angling (1997)
mengatakan apabila suatu perusahaan memiliki kontrak dengan foreign
stakeholders dalam kepemilikan saham ataupun trade, pasti perusahaarn akan lebih
didukung akan pengungkapan CSR nya (Rawi, 2008).

2.1.6. Ukuran Perusahaan


Ukuran perusahaan alat atau tolak ukur untuk mengukur besar kecilnya
perusahaan yang mana diukur berdasarkan peraturan Bapepam KEP-11/PM/1997
tentang bentuk dan isi pendaftaran perusahaan besar atau kecil, mengenai total
kekayaan atau total aktiva yang dimiliki perusahaan menengah atau kecil tidak lebih
dari Rp.100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah) dan perusahaan besar memiliki
kekayaan atau total aktiva lebih dari Rp.100.000.000.000,00 (seratus milyar
rupiah). Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya ukuran
perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aktiva, total penjualan, kapitalisasi
pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar nilai item-item tersebut
maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu (Hilmi dan Ali, 2008).

2.2. Penelitian Terdahulu


Pada bagian penelitian terdahulu ini merupakan upaya penulis untuk
memperkaya teori – teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sekaligus sarana
penemuan inspirasi baru untuk penelitian selanjutnya. Penulis dapat menemukan
judul penelitian dengan variabel yang relatif sama yang mana dapat digunakan
penulis untuk mendapatkan pengetahuan serta gambaran yang ingin peneliti teliti.
Penelitian terdahulu tentang profitabilitas yang merupakan salah satu variabel
dalam karakteristik perusahaan juga menunjukkan ketidakonsistenan. Seperti pada
penelitian Chintya (2013), Agustya (2015), Putri dan Barbara (2019), dan Tho Lie
Sha (2014) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
profitabilitas dengan pengungkapan CSR. Sedangkan, pada penelitian Fahry dan
Etna (2014); Rita, dkk (2014); Evi, dkk (2011); Sembiring (2005) menyatakan
bahwa profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan
CSR.

18
Pada variabel karakteristik perusahaan juga terdapat komponen leverage yang
umum diteliti. Penelitian terdahulu tentang pengaruh leverage terhadap
pengungkapan CSR oleh Agustya (2015) memberikan hasil bahwa leverage
mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan CSR, sedangkan pada penelitian
Chintya (2013), Fahry dan Etna (2014), Sembiring (2005), dan Tho Lie Sha (2014)
menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
Pada variabel struktur kepemilikan perusahaan terdapat tiga dimensi, yaitu
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan asing.
Kepemilikam manajerial dan kepemilikan institusional pada penelitian Putri dan
Barbara (2019) dan Chintya (2013) dinyatakan tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR, sedangkan kepemilikan asing dinyatakan berpengaruh
terhadap pengungkapan CSR. Namun, terdapat ketidakkonsistenan pada penelitian
Fikih dan Leny (2016) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh terhadap pengungkapan CSR, sedangkan kepemilikan asing tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
Pada variabel ukuran perusahaan dengan penelitian terdahulu oleh Chintya
(2013); Fahry dan Etna (2014); Novie, dkk (2017); Putri dan Barbara (2019); Evi
Mutia, dkk (2011); Sembiring (2005); dan Thio Lie Sha (2014) menyatakan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Pada penelitian
mereka dinyatakan bahwa perusahaan besar justru akan banyak tekanan, sehingga
perusahaan mengungkapkan lebih banyak informasi dan berujung dengan
mengungkapkan kegiatan tanggung jawab sosialnya. Berbanding terbalik dengan
peneliti terdahulu oleh Rita, dkk (2014) dan Fikih dan Leny (2016) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap
pengungkapan CSR, karena menurut mereka perusahaan yang besar sudah tidak
perlu melakukan pelaporan kegiatan sosial atau CSR yang pernah mereka lakukan.
Dari hasil penelitian terdahulu peneliti akan melakukan penelitian terhadap
variabel karakteristik perusahaan (profitabilitas dan leverage), struktur kepemilikan
perusahaan, dan ukuran perusahaan dan pengaruhnya terhadap pengungkapan CSR.
Berikut adalah tabel penelitian terdahulu yang dijadikan acuan dalam penelitian ini:

19
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti (Tahun) Judul Variabel yang Hasil Penelitian


Digunakan

1. Chintya Fadila Analisis Pengaruh Variabel Independen: variabel profitabilitas,


Laksmitaningrum, Karakteristik Karakteristik likuiditas, ukuran dewan
Agus Purwanto (2013) Perusahaan, Perusahaan = komisaris dan struktur
Ukuran Dewan kepemilikan asing
 Profitabilitas
Komisaris Dan berpengaruh positif
Struktur  Likuiditas signifikan terhadap
Kepemilikan  Leverage pengungkapan CSR.
Terhadap  Ukuran Sedangkan variabel
Pengungkapan Perusahaan leverage, ukuran
Csr (Studi Empiris  Ukuran Dewan perusahaan, struktur
Pada Perusahaan Komisaris kepemilikan
Manufaktur Yang institusional dan
Struktur Kepemilikan
Terdaftar Di manajerial tidak
=
Bursa Efek menunjukkan pengaruh
Indonesia Tahun  Kepemilikan terhadap pengungkapan
2009-2011) Institusional CSR.

 Kepemilikan
Manajerial
 Kepemilikan
Asing

Variabel Dependen:

Pengungkapan CSR

20
No. Peneliti (Tahun) Judul Variabel yang Hasil Penelitian
Digunakan

2. Fahry Maulana, Etna Pengaruh Variable Independen: Profitabilitas dan


Nur Afri Yuyetta Karakteristik leverage tidak memiliki
 Profitabilitas
(2014) Perusahaan pengaruh signifikan
Terhadap  Leverage terhadap pengungkapan
Pengungkapan  Ukuran CSR. Sedangkan, ukuran
Corporate Social Perusahaan perusahaan dan ukuran
Responsibility  Ukuran Dewan dewan komisaris
(CSR) Komisaris memiliki pengaruh
signifikan terhadap
Variabel Dependen :
pengungkapan CSR.
CSR

3. Agustya Kurratul Aini Pengaruh Variabel Independen Leverage, likuiditas, dan


(2015) Karakteristik : Karakteristik profitabilitas
Perusahaan Perusahaan = memberikan pengaruh
Terhadap terhadap pengungkapan
 Kepemilikan
Pengungkapan CSR. Sedangkan
saham publik
Tanggung Jawab Kepemilikan saham
Sosial Perusahaan  Leverage publik dan pertumbuhan
(CSR) Pada  Likuiditas perusahaan tidak
Perusahaan Yang  Profitabilitas memiliki pengaruh
Terdaftar Di  Pertumbuhan terhadap pengungkapan
Indeks Lq45  perusahaan CSR.
Bursa Efek
Variabel Dependen
Indonesia (BEI)
:CSR

21
No. Peneliti (Tahun) Judul Variabel yang Hasil Penelitian
Digunakan

4. Rita Yuliana, Bambang Pengaruh Variabel Independen: Profile perusahaan dan


Purnomosid ii, Eko Ganis Karakteristik konsentrasi kepemilikan
Sukoharsono (2014) Perusahaan  Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
Terhadap  Profitabilitas tingkat keluasan
Pengungkapan  Profile pengungkapan CSR.
Corporate Social  Ukuran dewan ukuran perusahaan,
Responsibility komisaris profitabilitas, dan ukuran
(CSR) Dan  Konsentrasi dewan komisaris tidak
Dampaknya kepemilikan terbukti berpengaiuh
Terhadap Reaksi terhadap tingkat keluasan
Variabel Dependen :
Investor pengungkapan CSR.
Luas Pengungkapan
Tingkat keluasan
CSR
pengungkapan CSR
berpengaruh positif
Variabel Moderasi:
terhadap reaksi investor
Reaksi Investor

5. Fikih Ardhya Pradana, Pengaruh Struktur Variabel Independen : Seluruh variabel


Leny Suzan, SE., M.Si Kepemilikan, independen berpengaruh
(2016) Ukuran Perusahaan,  Struktur secara simultan terhadap
Dan Umur Kepemilikan pengungkapan CSR.
Perusahaan Institusional Seluruh variabel
Terhadap  Struktur independen tidak
Pengungkapan Kepemilikan berpengaruh secara parsial
Corporate Social Asing terhadap pengungkapan
Responsibility  Umur Perusahaan CSR.
(CSR) (Studi  Ukuran Perusahaan
Empiris Pada
Variabel Dependen :
Perusahaan
Manufaktur Yang Pengungkapan CSR
Terdaftar Dalam
Bursa Efek
Indonesia Periode
2011-2014)

22
No. Peneliti (Tahun) Judul Variabel yang Hasil Penelitian
Digunakan

6. Novie Purwanty, Willy Pengaruh Struktur Variabel Independen Leverage, kepemilikan


Sri Yuliandari, S.E., Kepemilikan Dan : manajerial, dan
Ak., M.M., Dedik Nur Ukuran kepemilikan
 Struktur
Triyanto, S.E., M.Acc. Perusahaan institusional tidak
Kepemilikkan
(2017) Terhadap memiliki pengaruh
Pengungkapan  Ukuran terhadap pengungkapan
Corporate Social Perusahaan CSR. Sedangkan,
Responsibility profitabilitas, likuiditas,
Variabel Dependen :
(Studi Pada ukuran perusahaan,
Perusahaan Non- Pengungkapan CSR ukuran dewan komisaris,
Keuangan Yang dan kepemilikan asing
Terdaftar Di mempunyai pengaruh
Bursa Efek terhadap pengungkapan
Indonesia Periode CSR.
2013-2015)

7. Ega Indriyana Putri, Analisis Pengaruh Variabel Independen Ukuran dewan komisaris
Barbara Gunawan Karakteristik : dan profitabilitas
(2019) Perusahaan, memiliki pengaruh
 Profitabilitas
Ukuran Dewan positif terhadap
Komisaris, dan  Likuiditas pengungkapan CSR.
Struktur  Leverage Sedangkan leverage
Kepemilikan  Ukuran tidak memiliki pengaruh
terhadap Perusahaan signifikan.
Pengungkapan  Ukuran Dewan
Corporate Social Komisarus

Responsibility di
Variable Dependen :
Perusahaan
Property dan Real CSR
Estate

23
No. Peneliti (Tahun) Judul Variabel yang Hasil Penelitian
Digunakan

8. Evi Mutia, Zuraida, Pengaruh Ukuran Variabel Independen Seluruh variabel secara
Devi Andriani (2011) Perusahaan, : bersama – sama
Profitabilitas Dan berpengaruh terhadap
 Ukuran
Ukuran Dewan pengungkapan CSR.
perusahaan
Komisaris Tetapi secara parsial
Terhadap  Profitabilitas
profitabilitas tidak
Pengungkapan  Ukuran dewan berpengaruh terhadap
Corporate Social komisaris pengungkapan CSR.
Responsibility
Variabel Dependen :
Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Pengungkapan CSR
Terdaftar Di
Bursa Efek
Indonesia

9. Sembiring, Eddy Karakteristik Variabel Independen Ukuran perusahaan,


Rismanda Perusahaan Dan : profile, dan ukuran
Pengungkapan dewan komisaris
 Ukuran
Tanggung Jawab berpengaruh positif
Perusahan
Sosial: Study signifikan terhadap
Empiris Pada  Profitabilitas pengungkapan CSR.
Perusahaan Yang  Profile Sedangkan profitabilitas
Tercatat Di Bursa  Ukuran dewan dan leverage tidak
Efek Jakarta komisaris berpengaruh.
 Leverage

Variabel Dependen :

CSR

24
No. Peneliti (Tahun) Judul Variabel yang Hasil Penelitian
Digunakan

10. Thio Lie Sha (2014) Pengaruh Ukuran Variabel independen Seluruh variabel secara
Perusahaan, : simultan berpengaruh
Ukuran Dewan terhadap pengungkapan
 ukuran
Komisaris, CSR. Tetapi secara
perusahaan
Profitabilitas Dan parsial hanya ukuran
Leverage  ukuran dewan perusahaan dan
Terhadap komisaris profitabilitas yang
Pengungkapan  Profitabilitas berpengaruh terhadap
Tanggung Jawab  leverage pengungkapan CSR.
Sosial Pada
Variabel Dependen :
Perusahaan
Manufaktur Yang Pengungkapan CSR
Terdaftar Di Bei

Sumber: Data Sekunder, 2019

2.3. Perbedaan dengan Penelitian Saat Ini


Perbedaan penelitian – penelitian terdahulu dengan saat ini adalah dalam hal
variabel karakteristik perusahaan hanya menggunakan indikator profitabilitas. Pada
penelitian ini menggunakan perusahaan pada seluruh sektor industri (kecuali sektor
keuangan) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017-2018.

2.4. Kerangka Pemikiran


Berdasarkan seluruh uraian yang telah dinyatakan diatas dan ditelaah pustaka,
maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini dan terkait dengan
pengungkapan CSR, dapat dirumuskan dengan kerangka pemikiran sebagai
berikut:

25
H4
KARAKTERISTIK
PERUSAHAAN

Profitabilitas H1

STRUKTUR
KEPEMILIKAN
Struktur Kepemilikan H2
Asing Pengungkapan CSR

Ukuran Perusahaan
H3

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran (Data Sekunder, 2019)

2.5. Hipotesis
2.5.1. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan CSR
2.5.1.1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan CSR
Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang membuat manajemen
menjadi lebih fleksibel dan bebas untuk mengungkapkan CSR atau pertanggung
jawaban sosial nya kepada para pemegang saham, sehingga semakin tinggi tingkat
probabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi tanggung
jawab sosial nya (Heinze dan Gray, et al. 1976). Pernyataan tersebut juga dapat
didukung dengan teori legitimasi, bahwa perusahaan mendapatkan legitimasi atau

26
pengakuan dari masyarakat karena perusahaan dengan profitabilitas tinggi,
dianggap dapat membiayai aktivitas sosial nya dengan mudah (Nurul dan Indira,
2013).
Bowman dan Haire (1976) mengatakan bahwa, hubungan antara
profitabilitas perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
tercemin dalam reaksi sosial yang mana membutuhkan gaya manajerial yang
diperlukan untuk memperoleh keuntungan. Ketika tugas dan tanggung jawab pada
principal sudah terpenuhi, yaitu memperoleh keuntungan, maka manajemen
perusahaan akan lebih leluasa untung mengungkapkan CSR, dalam (Heckston dan
Milne, (1996).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fahriziqi (2010) dan Hussainey et.
al (2011) mendapatkan hasil bahwa profitabilitas terhadap pengungkapan CSR
terdapat hubungan positif. Begitu pula dengan penelitian dari Zulaikha (2012) dan
Wardhani (2013) mendapatkan hasil bahwa profitabilitas dengan pengungkapan
CSR terdapat pengaruh positif yang signifikan. Berdasarkan uraian diatas maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Profitabilitas Perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR

2.5.2. Pengaruh Struktur Kepemilikan Perusahaan terhadap Pengungkapan


CSR
2.5.2.1. Pengaruh Struktur Kepemilikan Asing terhadap Pengungkapan CSR
Jika perusahaan asing tidak memberikan dampak lingkungan dan sosial
yang baik pada masyarakat, maka akan memberikan efek yang buruk bagi
perusahaan asing di masyarakat (Fauzi, 2008). Berdasarkan teori legitimasi, yang
mana perusahaan dalam melakukan kegiatan operasional nya harus sesuai dengan
sistem nilai masyarakat (Gray et al. 1995) Suchman (1995) mengatakan,
perusahaan multinasional atau perusahaan yang sebagian besar saham nya dimiliki
oleh asing akan melihat keuntungan legitimasi dari para stakeholder-nya yang mana
berdasarkan home market yang dapat memberikan eksistensi tinggi bagi perusahaan
dalam jangka waktu yang panjang (Barkemeyer, 2007).

27
Penelitian menurut Rustiarini (2008) mendapatkan hasil bahwa terdapat
hubungan positif signifikan pada variabel kepemilikan asing terhadap
pengungkapan CSR. Pada penelitian Erida (2011) juga ditemukan hasil bahwa
kepemilikan asing berpengaruh terhadap kebijakan pengungkapan CSR. Won Yong
Oh (2011) di Korea juga melakukan penelitian, dan mendapatkan hasil bahwa
kepemilikan asing berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Berdasarkan uraian
diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H2 : Struktur Kepemilikan Asing berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.

2.5.3. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan CSR


Pada variabel ini, terdapat hubungan dengan teori stakeholder, yaitu juga
perusahaan tersebut merupakan perusahaan besar, cenderung kepemilikan saham
akan lebih besar. Sehingga, jumlah pemilik saham akan lebih banyak, jumlah
pemilik saham yang lebih banyak akan menyebabkan informasi keuangan yang
lebih lengkap dan luas (dalam hal ini pengungkapan CSR) agar mendapat dukungan
dari para stakeholder.
Berdasarkan teori keagenan, perusahaan yang lebih besar memiliki biaya
keagenan yang besar, begitupun sebaliknya, perusahaan yang lebih kecil memiliki
biaya keagenan yang kecil. Salah satu cara mengurangi biaya keagenan yang besar
adalah dengan mengungkapkan informasi yang lebih luas, misal pengungkapan
CSR.
Pada penelitian Heckston dan Milne (1996), Sembiring (2005), dan Fahrizqi
(2010) mendapatkan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
pengungkapan CSR. Penelitian oleh Won Yong Oh (2011) juga menunjukan bahwa
perusahaan yang lebih besar akan mengungkapkan CSR lebih banyak dan luas
dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil. Berdasarkan uraian diatas maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H3 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Pengungkapan CSR.

28
2.5.4. Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Struktur Kepemilikan
Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan (Size) terhadap Pengungkapan CSR

Pengaruh karakteristik perusahaan yang diwakili oleh profitabilitas, struktur


kepemilikan perusahaan yang diwakili oleh kepemilikan asing, dan ukuran
perusahaan (size) dapat dikaitkan dengan teori legitimasi yang menyatakan bahwa
perusahaan dapat terus berjalan dan beroperasi secara berkelanjutan jika
masyarakat sendiri menyadari bahwa perusahaan atau organisasi tersebut berjalan
sesuai dan atau sepadan dengan nilai masyarakat (Gray et. al., 1996).
Pada penelitian Putri dan Barbara (2019), Maulana dan Afri (2014), dan
Chintya (2013) mendapatkan hasil bahwa variabel karakteristik perusahaan yang
diwakili profitabilitas, struktur kepemilikan perusahaan yang diwakili kepemilikan
asing, dan ukuran perusahaan (size) berpengaruh secara bersama-sama (simultan)
terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). Berdasarkan
uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H4 : Karakteristik Perusahaan, Struktur Kepemilikan Perusahaan, dan


Ukuran Perusahaan (size) berpengaruh terhadap Pengungkapan CSR.

29
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

30

Anda mungkin juga menyukai