KERAJAAN SRIWIJAYA
1. ILHAM
2. IKA NUR SHAHIRAH
3. RIKA
4. FITRIANI
5. JUWITA ANANDA
6. JUWANDI
7. AHMAD WILDAN
8. KIKI RAMADANI
9. RISMA
10. MUH.RANDI
X TKJ 1
TAHUN AJARAN 2021-2022
SMKN 8 PINRANG
KATA PENGANTAR
Puji dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Kerajaan Sriwijaya ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Shalawat
dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang
telah membawa manusia dari alam jahiliah menuju alam yang berilmu seperti
sekarang ini.
Makalah ini dapat hadir seperti sekarang ini tak lepas dari bantuan banyak
pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah kami mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besar buat mereka yang telah berjasa membantu kami selama proses
pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang belum
sempurna dan luput dari perhatian kami. Baik itu dari bahasa yang digunakan
maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan
kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sekalian demi perbaikan makalah ini ke depannya.
Akhirnya, besar harapan kami makalah ini dapat memberikan manfaat yang
berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga dapat turut serta
memajukan ilmu pengetahuan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Sriwijaya................................................. 2
B. Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi, dan Politik Kerajaan Sriwijaya.. 4
C. Masa Keemasan Kerajaan Sriwijaya.................................................... 8
D. Masa Penurunan Kerajaan Sriwijaya.................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 12
B. Saran..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat ditemukan.
Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah
Indonesia; masa lalunya yang terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing.
Tidak ada orang Indonesia modern yang mendengar mengenai Sriwijaya
sampai tahun 1920-an, ketika sarjana Perancis George Cœdès
mempublikasikan penemuannya dalam surat kabar berbahasa Belanda dan
Indonesia. Coedès menyatakan bahwa referensi Tiongkok terhadap "San-fo-
ts'i", sebelumnya dibaca "Sribhoja", dan beberapa prasasti dalam Melayu
Kuno merujuk pada kekaisaran yang sama.
Historiografi Sriwijaya diperoleh dan disusun dari dua macam sumber
utama; catatan sejarah Tiongkok dan sejumlah prasasti batu Asia Tenggara
yang telah ditemukan dan diterjemahkan. Catatan perjalanan bhiksu peziarah
I Ching sangat penting, terutama dalam menjelaskan kondisi Sriwijaya ketika
ia mengunjungi kerajaan itu selama 6 bulan pada tahun 671. Sekumpulan
prasasti siddhayatra abad ke-7 yang ditemukan di Palembang dan Pulau
Bangka juga merupakan sumber sejarah primer yang penting.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya kerajaan Sriwijaya?
2. Bagaimana kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan agama kerajaan
Sriwijaya?
3. Kapankah masa keemasan kerajaan Sriwijaya?
4. Bagaimana penurunan kekuasaan kerajaan Sriwijaya?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3
terutama Fujian, kerajaan Min dan kerajaan Nan Han dengan negeri
kayanya Guangdong. Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan
keuntungan dari perdagangan ini. Pada masa inilah diperkirakan rakyat
Sriwijaya mulai mengenal buah semangka (Citrullus lanatus (Thunb.)
Matsum. & Nakai), yang masuk melalui perdagangan mereka.
4. Kehidupan Agama
Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik
banyak peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain
pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang melakukan kunjungan ke Sumatera
dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671
dan 695, I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana
Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Selain
berita diatas, terdapat berita yang dibawakan oleh I Tsing, dinyatakan
bahwa terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Budha pada
Sakyakirti, seorang pendeta terkenal di Sriwijaya.
Terdapat lebih dari 1000 pandita Buddhis di Sriwijaya yang belajar
serta mempraktikkan Dharma dengan baik. Mereka menganalisa dan
mempelajari semua topik ajaran sebagaimana yang ada di India; vinaya
dan ritual-ritual mereka tidaklah berbeda sama sekali [dengan yang ada di
India]. Apabila seseorang pandita Tiongkok akan pergi ke Universitas
Nalanda di India untuk mendengar dan mempelajari naskah-naskah
Dharma auutentik, ia sebaiknya tinggal di Sriwijaya dalam kurun waktu 1
atau 2 tahun untuk mempraktikkan vinaya dan bahasa sansekerta dengan
tepat.
Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh
budaya Hindu kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Peranannya
dalam agama Budha dibuktikannya dengan membangun tempat pemujaan
agama Budha di Ligor, Thailand. Raja-raja Sriwijaya menguasai
kepulauan Melayu melalui perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad
ke-7 hingga abad ke-9, sehingga secara langsung turut serta
mengembangkan bahasa Melayu beserta kebudayaannya di Nusantara.
8
menunjukkan bahwa ibu kota Sriwijaya selalu bergeser dari satu kota
maupun kota lainnya selama periode tersebut. Ekspedisi Chola mengubah
jalur perdagangan dan melemahkan Palembang, yang memungkinkan
Jambi untuk mengambil kepemimpinan Sriwijaya pada abad ke-11.
Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi yang ditulis
pada tahun 1178, Chou-Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia
Tenggara terdapat dua kerajaan yang sangat kuat dan kaya, yakni San-fo-
ts'i dan Cho-po (Jawa). Di Jawa dia menemukan bahwa rakyatnya
memeluk agama Budha dan Hindu, sedangkan rakyat San-fo-ts'i
memeluk Budha, dan memiliki 15 daerah bawahan yang meliputi; Si-lan
(Kamboja), Tan-ma-ling (Tambralingga, Ligor, selatan Thailand), Kia-
lo-hi (Grahi, Chaiya sekarang, selatan Thailand), Ling-ya-si-kia
(Langkasuka), Kilantan (Kelantan), Pong-fong (Pahang), Tong-ya-nong
(Terengganu), Fo-lo-an (muara sungai Dungun daerah Terengganu
sekarang), Ji-lo-t'ing (Cherating, pantai timur semenanjung malaya),
Ts'ien-mai (Semawe, pantai timur semenanjung malaya), Pa-t'a (Sungai
Paka, pantai timur Semenanjung Malaya), Lan-wu-li (Lamuri di Aceh),
Pa-lin-fong (Palembang), Kien-pi (Jambi), dan Sin-t'o (Sunda).
Namun, istilah San-fo-tsi terutama pada tahun 1178 tidak lagi identik
dengan Sriwijaya, melainkan telah identik dengan Dharmasraya. Dari
daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi tersebut, ternyata adalah wilayah
jajahan Kerajaan Dharmasraya. Walaupun sumber Tiongkok tetap
menyebut San-fo-tsi sebagai kerajaan yang berada di kawasan Laut Cina
Selatan. Hal ini karena dalam Pararaton telah disebutkan Malayu. Kitab
ini mengisahkan bahwa Kertanagara raja Singhasari, mengirim sebuah
ekspedisi Pamalayu atau Pamalayu, dan kemudian menghadiahkan Arca
Amoghapasa kepada raja Melayu, Srimat Tribhuwanaraja Mauli
Warmadewa di Dharmasraya sebagaimana yang tertulis pada prasasti
Padang Roco. Peristiwa ini kemudian dikaitkan dengan manuskrip yang
terdapat pada prasasti Grahi. Begitu juga dalam Nagarakretagama yang
menguraikan tentang daerah jajahan Majapahit, juga sudah tidak
12
A. Kesimpulan
Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di
pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah
kekuasaan berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan,
Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah.
Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya" atau "gemilang", dan wijaya
berarti "kemenangan" atau "kejayaan", maka nama Sriwijaya bermakna
"kemenangan yang gilang-gemilang".
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7;
seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya
tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tua
mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit
di Palembang, bertarikh 682. Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap
daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan di
antaranya tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel,
selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan
Dharmasraya.
B. Saran
Saran untuk para siswa agar jangan melupakan sejarah bangsa kita, dan
berusaha menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah yang ada di
Indonesia.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya
http://www.satujam.com/sejarah-kerajaan-sriwijaya
http://informasiana.com/sejarah-kerajaan-sriwijaya-terlengkap
http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/kerajaan-sriwijaya.html
http://kakakpintar.com/sejarah-kerajaan-sriwijaya-peninggalan-pendiri-prasasti-
letak-penyebab-runtuhnya
http://www.portalsejarah.com/sejarah-kerajaan-sriwijaya-kerajaan-maritim-
terbesar.html
http://jagosejarah.blogspot.co.id/2015/06/sejarah-kerajaan-sriwijaya.html
14