Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rendam Kaki Dengan Air Hangat


1. Pengertian Rendam Kaki dengan Air Hangat
Rendam kaki dengan menggunakan air hangat merupakan salah
satu pemberian aplikasi panas pada tubuh. Pemberian rendam kaki
dengan air hangat dapat untuk mengurangi gejala rasa
nyaman,memberikan efek fisiologis terhadap berapa bagian tubuh
organ manusia terutama pada bagian system endokrin karenan mampu
melepaskan dan meningkatkan sekresi hormone pada pertumbuhan
tubuh. Pengobatan tradisional menyebut kaki adalah jantung dari
manusia adanya banyak titik akupuntur yang terdapat di telapak kaki
seperti hati,empedu,ginjal,limpa, kandung kemih dan perut
(Arnot,2009 dalam Permady,2015).Panas dari air hangat yang dapat
meningkatkan alirah darah kulit dengan jalan melebarkan pembuluh
darah sehingga dapat meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi pada
jaringan.Panas juga dapat meningkatkan elastisitas otot sehingga
mampu mengurangi kekuatan otot.

2. Tujuan Rendam Kaki dengan Air Hangat


Tujuan dari rendam kaki dengan menggunakan air hangat dapat
mampu memberikan efek sportif (efek ingin tidur), hal ini
kemungkinan bisa di sebabkan oleh adanya peningkatan sekresi
hormone melatonin sebagai dampak dari rendam kaki dengan air
hangat yang dapat meningkatkan kualitas tidur.Merendam kaki
merupakan salah satu teknik relaksasi untuk mengurangi gangguan
insomnia (Dinkes, 2014 dalam Permady, 2015)

7
8

3. Manfaat Rendam Kaki dengan Air Hangat


Salah satu maanfaat yang di dapatkan dari rendam kaki dengan
menggunakan air hangat yaitu mengatasi gangguan tidur,dapat
membuat lebih rilek,untuk lebih merangsang ujung-ujung saraf untuk
membuat perasaan lebih segar kembali,untuk meningkatkan sirkulasi
peredaran darah, meningkatkan metabolisme jaringan, serta dapat
mengendurkan otot-otot tegang setelah melakukan aktivitas sehari-
hari, serta menghilangkan rasa nyeri dan menenangkan pikiran
(Utami,2015).Terapi relaksasi rendam kaki dengan menggunakan air
hangat tidak memiliki efek samping yang berbahaya dan dapat di
lakukan oleh semua orang, tidak memerlukan biaya yang mahal
sehingga lebih efektif di gunakan sebagai pengobatan non
farmakologis.

4. Mekanisme Kerja Rendam Kaki dengan Air Hangat


Prinsip kerja dari rendam kaki dengan air hangat mampu
memberikan rasa hangat yang langsung dapat menyentuh kulit yang
terdapat pembuluh darah yang mampu memberikan efek relaksasi
sehingga mampu melepaskan endorphin yang dapat membuat rilek.
Airhangat yang mampu memiliki efek sedasi yang dapat membuat atau
merangsang untuk ingun tidur. Rendam kaki dengan air hangat yang
memiliki temperature berkisaran antara suhu 37-420C dengan volume
air hangat 3000 ml selama 10-15 menit yang dapat menimbulkan efek
sopartifik (berkeinginan untuk tidur). Secara konduksi di mana terjadi
perpindahan panas dari air hangat ke tubuh sehingga dapat
meningkatkan sirkulasi darah dan pelebaran pembuluh darah yang
sehingga lebih banyak oksigen di pasok pada jaringan yang mengalami
ketegangan otot (Utami,2015; Permady, 2015).
9

B. Aromatherapy Lavender
1. Pengertian Aromatherapy
Aromatherapy adalah merupakan suatu metode yang menggunakan
minyak atsiri untuk meningkatkan kesehatan fisik dan juga
mempengaruhi kesehatan emosi.Minyak atsiri merupakan minyak
alami yang diambil dari tanaman aromatic, minyak jenis ini dapat di
gunakan sebagai minyak pijat (massage), inhalasi, produk untuk
mandi, dan parfum.Minyak atsiri berasal dari bahan yang berbau yang
di hasilkan oleh bahan alam, kebanyakan yang menghasilkan senyawa
yang beraroma adalah tanaman.Karena bahan yang yang mengandung
aroma itu biasanya bahan tanaman (herbs) seperti dari bunga, kulit
kayu, batang daun,akar tanaman yang di gunakan sebagai tujuan untuk
mempengaruhi kejiwaan dan fisik seseorang. Aromatherapy
digolongkan dalam terapi herbal, sebagai sarana pengobatan
(Koensoemardiyah,2009).Salah satu aromatherapy yang bisa di
gunakan yaitu aromatherapy lavender. Bungan lavender memiliki
kandungan linalyl asetat dan linalool yang dapat menimbulkan efek
anti cemas ataurelaksasi (Rahmawati, Titi, dan Suciana,2015).

2. Tujuan Aromatherapy
Terapi aroma (Aromatherapy) sangat banyak di gunakan terutama
dalam dunia kesehatan salah satu tujuan dari penggunaan
aromatherapy adalah mengambil manfaat dari minyak atsiri yang
berasal dari tumbuhan yang mengandung zat dan bahan aktif sebagai
teknik untuk suatu perawatan salah satunya untuk mengatasi gangguan
tidur(Kemenkes, 2013).

3. Manfaat Aromaterpi
Aromatherapy adalah tindakan terapeutik dalam keperawatan
karena menggunakan minyak esensial dari tumbuh-tumbuhan yang
mempunyai manfaat untukkesehatan.Aromatherapy dapat bermanfaat
10

bagi yang mengalami ganguan mental, kerena manfaat minyak


esensial untukkeseimbangan fisik dan mental sangat baik digunakan.
Dengan mencium aroma dari minyak esensial indra penciuman dapat
merangsang daya ingat yang bersifat emosional dengan memberikan
reaksi fisik seperti tingkah laku. Aroma lavender memiliki bau yang
kuat dan harum yang bisa membuat tertidur, mumbantu mengatur
detak jantung, dan insomnia (Budi &Galuh, 2009 dalam Lestari &
Rodiayah,2014)
Minyak atsiri memiliki tiga efekterhadap tubuh manusia, salah
satunya sebagai efek farmakologis yang mampu memberikan
perubahan kimia ketika atsiri masuk melalui aliran darah dan otak,
sehingga bereaksi dengan hormon enzim dan sebagainya.Yangkedua
sebagai efek fisiologis saat minyak atsiri mempengaruhi system tubuh
yang dapat memberikan ketenangan dan merangsang, dan yang ketiga
sebagai efek psikologis ketika minyak atsiri di hirup dapat
memberikan efek yang dapat mempengaruhi perasaan seseorang
(Kemenkes, 2013).

4. Mekanisme Kerja Aromatherapy


Aromatherapylavender dapat menurunkan insomnia dengan
mencium bau dari aroma lavenderindra penciuman dapat merangsang
daya ingat yang bersifat emosional dengan memberikan reaksi fisik
berupa tingkah laku. Sehingga ini bisa di gunakan sebagai salah
satucara untuk menurunkan tingkat insomnia pada lansia. Cara
penggunaan aromatherapysalah satunya yaitu melaui hidung (nasal
passages merupakan rute yang jauh lebih cepat dibandingkan cara lain
dalam penanggulangan masalah emosional seperti stres, depresi,
insomnia, termasuk beberapa jenis sakit kepala, dikarenakan hidung
mempunyai kontak langsung dengan bagian-bagian otak yang bertugas
merangsang terbentuknya efek yang timbul oleh minyak atsiri. Salah
satu dihirup melalui tissue yang mengandung minyak atsiri 5-6 tetes
11

sangat efektif bila di butuhkan hasil yang cepat (immediate result),


dengan 2-3 kali tarikan napas dalam-dalam. Untuk mendepatkan efek
yang panjang, tissue dapat diletakan di dada sehingga atsiri yang
menguap akibat panas badan tetap terhirup oleh nafas
(Koensoemardiyah,2009).

C. Istirahat Tidur
1. Pengertian Tidur
Tidur merupakan suatau keadaan yang dapat terjadi secara
berulang-ulang, dimana dapat terjadi perubahan status kesadaran
dalam jangka waktu tertentu. Ketika seseorang mendapat tidur yang
cukup akan merasakan lebih tenang dan merasa lebih bersemangat
dalam hidup. Tidur juga merupakan suatu pemulihan dan perbaikan
dari rasa lelah dan letih dalam sistem tubuh manusia. Kualitas dan
kuantitas tidur yang tepat dapat memberikan kesehatan yang optimal
(Potter Perry,2011dalam Permady 2015). Berdasarkan definisi diatas
tidur merupakan suatu keadaan yang normal dan alamiah. Pada saat
kondisi tidur dapat terjadi penurunan kesadaran dan aktivitas fisik, dan
penurunan kemampuan merespon rangsangan.

2. Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur adalah suatu pengaturan system kegiatan tidur oleh
adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk
mengaktifkan dan menekan pusat di otak agar dapat tidur dan
bangun.Pusatpengaturan tidur terjadi di medulla oblongata
(Hidayat,2008 dalam permady,2015). Pengaturan siklus tidur
merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mempertahankan
keseimbangan. Pusat pengeturan aktivitas kewaspadaan dalam tidur
terletak dalam mensefalon dan di bagian atas pons. Dalam suatu
keadaan sadar neuron dalam Reticular activating sytem ( RAS) yang
akan melepas katekolamin seperti norepeneprin, tidak hanya itu saja,
12

RAS juga dapat memberikan rangsangan visual,pendengaran, nyeri


dan perabaan yang dapat menerima stimulus dari kortek serebra
rangsangan nyeri dan proses pikir (Hidaya,2008 dalam Permady,
2015). Produksi yang dapat di hasilkan dari dua mekanisme serebral
dan batang otak yang mengasilkan serotonin. Serotonin merupakan
neurotransmitter yang bertanggung jawab terhadap implus-implus
sarap ke otak yang dapat menyebabkan rasa ngantuk(Permady, 2015)

3. Tahap Tahap Tidur


Tidur normal di bagi menjadi dua fase, pergerakan mata yang tidak
tepat (tidur nonrapid eye movement, NREM) dan pergerakan mata
yang tepat (tidur rapid eye movement,REM). Selama NREM seseorang
yang tidur mengalami kemajuan melalui empat tahapan selama siklus
tidur yang tipikal selama 90 menit. Kualitas tidur dari tahap sampai
tahap 4 bertambah dalam. Tidur merupakan karakteristik dari tahap 1
dan 2 dan seseorang lebih bangun. Tahap 3 dan 4 melibatkan tidur
yang dalam yaitu disebut tidur gelombang rendah, dan sulit untuk
terbangun kembali. Tidur REM merupakan fase pada akhir tiap siklus
tidur 90 menit (Potter & Perry,2012).

4. Siklus Tidur
Siklus tidur normal di mulai dengan tahap pra tidur,yaitu
perubahan dari keadaan sadar sampai mengantuk lamanya sekitar 10-
30 menit. Ketika seseorang tertidur,biasanya melewati 4 tahap sampai
6 siklus tidur penuh, tiap siklus tidur terdiri dari 4 tahap dari tidur
NREM dan satu periode tidur REM. Pola siklus biasanya berkembang
dari tahap 1 menuju ke tahap 4 NREM, diikuti kebalikan tahap 4 ke 3,
lalu ke tahap 2, di akhiri dengan periode dari tidur REM. Dengan tiap-
tiap siklus yang berhasil, tahap 3 dan 4 memendek, dan
memperpanjang periode REM. Tidur REM dapat berakhir sampai 60
menit selama akhir siklus tidur(Potter& Perry,2012).
13

Adapun siklus tidur sebagai berikut:


a. Periode terjaga
Periode ini di tandai dengan mata terbuka dan beresponnya
individu lingkungan sekitar, dan dapat merasakan perasaan yang
rilek dan pada akhirnya berkeinginan untuk tidur.
b. Periode tidur NREM
Periode tidur NREM di mulai dari tidur yang dalam sampai tidur
yang paling dalam yang berhubungan dengan fungsi aktivitas otot,
penurunan pernapasan (Wilson,2008 dalam permady, 2015).
Tahap – tahap periode tidur NREM
a) Tidur tahap 1
Di tandai dengan mata mulai menutup, perasaan lebih
rilek,tahap berakhir beberapa menit, lebih mudah terbangun
oleh stimulus sensori seperti suara, pikiran hilang timbul, tahap
ini merupakan tahap yang paling dangkal dalam tidur. Tahap
ini merupakan tahap penuruna fisiologis, penuruna tanda-tanda
vital dan metabolism (Potter& Perry,2012).
b) Tidur tahap 2
Tahap 2 merupakan tahap tidur periode bersuara, adanya
kemajuan relaksasi, untuk terbangun masih relatif masih
mudah, tahap ini berakhir 10 hingga 20 menit (Potter&
Perry,2012).
c) Tidur tahap 3
Tahap ini merupakan sebagai tahap awal tidur yang dalam dan
berlangsung sekitar 15 sampai 30 menit, kondisi otot dalam
keadaan santai atau rilek, tanda-tanda vital menurun tetapi
tetap teratur, biasanya tahap ini orang akan sulit untuk di
bangunkan (Potter & Perry, 2012).
14

d) Tidur tahap 4
Tahap tidur yang paling terdalam, sangat sulit dibangunkan di
sertai penuruna tanda-tanda vital, berlangsung sekitar kurang
lebih 15 sampai 30 menit (Potter & Peryy,2012).
c. Periode tidur rapid eye movement (REM)
Tidur ini umunya terjadi sekitar 90 menit setelah mulai tidur,
ditandai dengan gerakan mata yang cepat, kelopak mata tertutup,
pernapasan cepat tidak teratur dan dangkal, denyut jantung dan
tekanan darah meningkat. Tahap ini di tandai dengan terjadinya
penurunan tonus otot dan peningkatan sekresi lambung. (Potter &
Perry,2012).

Tahap tidur orang dewasa (Potter & Peryy,2012).

Pra tidur NREM NREM NREM NREM


Tahap 1 tahap 2 tahap 3 tahap 4

Tidur REM

NREM NREM

Tahap 2 Tahap 3

5. Kualitas tidur pada lansia normal


Jumlah tidur total tidak berubah sesuai dengan bertambahnya usia.
Akan tetapi, kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan
lanjut usia. Episode tidur REM cenderung memendek, sehingga terjadi
penurunan yang progresif pada tahap tidur NREM 3 dan 4, beberapa
lansia hampir tidak memiliki tahap 4 atau tidur yang dalam karena
lansia lebih sering terbangun pada malam hari, dan membutuhkan
waktu yang banyak untuk tidur kembali. Akan tetapi lansia yang
15

berhasil beradaptasi terhadap perubahan fisikologis dan psikologis


dalam penuaan lebih mudah memiliki tidur REM dan berlangsung
dalam siklus tidur yang mirib dengan dewasa muda. Kebanyakan dari
dewasa akhir kebutuhan tidur kurang lebih dari 6 jamsemalam tidur,
tahap empat terjadi penurunan sekitar 20% sampai 50% tidur REM
(Potter & Peryy,2012; Wahyudi, 2016).
Menurunya kualitas tidur yang terjadi pada lansia yang
disebabkan oleh adanya peningkatan latensi tidur (durasi mulai dari
tidur hingga terjadinya tidur), terjadinya pengurangan efisiennya tidur,
terbangun lebih awal dan susahkembali untuk tidur kembali. Hal ini
berhubungan proses penuaan yaitu proses degenerative system dan
fungsi organ tubuh pada lansia. terjadinya penurunan fungsi
neurontranmister yang dapat menyebabkan terjadinya penuruna
produksi hormon melatonin yang dapat mempengaruhi perubahan
irama srikardian. Sehingga lansia dapat mengalami terjadinya
penurunan tahap 3 dan 4 dari waktu tidur NREM, bahkan hampir tidak
memiliki tahap tidur yang nyenyak (Abdul Majid, 2014)

6. Fungsi Tidur
Tidur adalah perbaikan dan persiapan untuk periode terjaga
berikutnya.Selama tidur NREM, fungsi biologis menurun.Laju denyut
jantung normal pada orang dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70
hingga 80 denyut permenit atau lebih rendah jika individu berada pada
kondisi yang tidak sempurna.Akan tetapi selama tidur laju denyut
jantung turun sampai 60 denyut jantung permenit lebih rendah.Secara
jelas tidur yang nyenyak bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung,
untuk memulihkan fungsi kognitif. Tidur REM dapat menyebabkan
perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan oksigen selain itu
juga berfungsi untuk mempertahankan mental, memori, aktivitas
system imun dan regulasi hormon (Potter & Perry,2012).
16

7. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi KualitasTidur.


a) Usia
Penuan dapat menyebabkan perubahan yang dapat mempengaruhi
gangguan pola tidur. Pada usia lanjut di episode tidur REM
cenderung memendek, beberapa lansia hampir tidak memiliki
tahap 4 atau tidur yang dalam. Perubahan pola tidur pada lansia
disebabkan perubahan susunan saraf pusat (SSP) yang
mempengaruhi pengaturan tidur. Kerusakan sensorik umum
dengan penuaan dapat mengurangi sensitivitasi terhadap waktu
yang mempertahankan irama srikardian(Potter & Perry,2012).
b) Penyakit fisik
Tidur dapat terganggu jika mengalami sakit fisik seperti nyeri,
ketidaknyaman fisik misalnya kesulitan bernapas, atau masalah
suasana hati,seperti kecemasan atau depresi, dapat menyebabkan
masalah tidur (Potter & Perry, 2012).
c) Obat-obatan
Obat-obatan dapat menimbulkan efek samping terhadap penurunan
tidur REM. Hipnotik dapat menganggu dalam mencapai tahap tidur
yang lebih dalam,sering memberikan rasa mengambang sepanjang
siang hari, perasaan mengantuk yang berlebihan, deurik dapat
menyebabkan buang air kecil pada tengah malam hari (nokturia).
Selain itu juga ada factor lain yang dapat mempengaruhi pola tidur
seperti akibat kerja, aktivitas sosial (Potter & Perry, 2012).
d) Gaya hidup
Kebiasaan gaya hidup seseorang seperti minuman yang
mengandung kafein, alcohol, dan pengunaan obat-obatan dapat
juga mempengaruhi masalah tidur (Potter & Perry, 2012).
e) Lingkungan
Lingkungan yang bising dapat mempengaruhi tidur.Suara yang
rendah lebih sering membangunkan tidur pada tahap 1, sedangkan
suara yang keras dapat membangunkan orang pada tahap 3 atau
17

4.Selain itu cahaya, suhu dapat mempengaruhi untuk tidur, suhu


yang panas dapat mengalami kegelisahan (Potter & Perry, 2012).
f) Stress emosional
Kecemasan terhadap masalah pribadi atau situasi dapat
mengganggu tidur.Stres emosional menyebabkan seseorang
menjadi tegang dan seringkali mengarah frustasi apabila tidak
tidur.Stres yang berlanjutan dapat menyebabkan kebiasaan tidur
yang buruk.

D. Insomnia
1. Pengertian Insomnia
Insomnia adalah salah satu gangguan yang terjadi pada lanjut
usia, di sebabkan sering terbangun di malam hari dan kesulitan
untuk memulai tidur kembali, tidur singkat atau tidur nonrestoratif,
bangun terlalu pagi, dan tidur tidak nyenyak.Insomnia dapat
menandakan adanya gangguan fisik dan psikologis. Insomnia
sering berkaitan dengan kebiasaan tiduryang buruk, apabila kondisi
berlanjut, ketakutan tidak dapat tidur cukup menyebabkan
keterjagaan(Potter & Perry,2012).

2. Klasifikasi insomnia
Insomnia dapat dibagi menjadi insomnia akut (yang
berlangsung kurang dari empat minggu, sedangkan insomnia
kronis terjadi lebih dari empat minggu. Insomnia akut lebih sering
dialami oleh yang menjalani perawatan di rumah sakit, perubahan
tidur, atau stressor psikososial akut (Kamel &Gammack,2006
dalam Krishnan dan Hawranik, 2008). Insomnia kronis dapat
dibagi menjadi insomnia primer dan sekunder. Insomnia primer
termasuk sleep disordered breathing (mendengkur) di saat tidur,
sedangkan insomnia sekunder dapat diakibatkan oleh gangguan
kejiwaan atau efek dari suatu pengobatan. Orang tua lebih
18

cenderung menderita insomnia primer dan sekunder. Karena


insomnia pada orang dewasa yang lebih tua di sebabkan karena
berbagai multifactor (nyeri sendi, cemas,maupun gaya hidup),
penyakit medis, dan efek samping dari obat-obatan (Krishnan dan
Hawranik, 2008)

3. Tanda dan gejala insomnia


Gejala dari insomnia dapat seperti klien mengalami kesulitan
kronis untuk tidur,sering terbangun dari tidur, dan tidur singkat
atau tidur nonrestoratif. Penderita insomnia sering mengeluh rasa
kantuk yang berlebihan di siang hari dan kuantitas dan kualitas
tidak cukup (Potter& Perry, 2012).

4. Dampak insomnia
Dampak yang dapat terjadi seperti kualitas tidur, produktivitas dan
keselamatan kerja menurun. Dampak yang lebih luas bisa terlihat
seperti terjadinya depresi, insomnia juga dapat berkontribusi pada
timbulnya penyakit misalnya penyakit jantung, dampak mengantuk
yang mengancam keselamatan kerja pada saat mengerjakan
pekerjaan rumah maupun berkendara, serta aktifitas sehari-hari
dapat terganggu (Utami,2015).

5. Penatalaksanaan insomnia
Penatalaksanaan insomnia dapat di bagi menjadi 2 yaitu
penatalaksanaan farmakologis dan nonfarmakologis.
a. Farmakologis
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia
adalah dengan terapi farmakologis seperti obat-obatan atau
obat yang memiliki golongan sadatif-hipnotik seperti
benzodiasepin (Rahmawati dkk.,2015).
19

b. Non farmakologis
Salah satu upaya yang bisa di lakukan untuk mengatasi
insomnia adalah dengan terapi nonfarmakologis seperti
melakukan pijatan, meditasi, aromatherapy mandi air hangat
atau berendam dengan air hangat, melakukan olahraga teratur,
menghindari kebiasaan tidur siang hari,serta menghilangkan
rasa kecemasan. Terapi nonfarmakologi yang di terapkan
dengan menggunakan rendam kaki dengan air hangat dan
aromatherapy lavender (Rahmawatidkk.,2015).

E. Lanjut Usia
1. Pengertian Lanjut Usia
Lanjut usia merupakan seseorang yang telah mencapai usai lebih
dari 60 tahunkeatas menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998
(Kemenkes, 2016). Menua bukanlah berati suatu penyakit, namun
menua merupakan suatu proses perubahan yang terjadi pada daya
tahan tubuh dalam menghadapi suatu kehidupan. Perubahan yang
sering terjadi pada lansia seperti perubahan fisik, mental, psikososial
serta spiritual (Rahmawati dkk.,2015)

2. Klasifikasi Lanjut Usia


Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia dapat di
bagi menjadi empat berdasarkan kronologis dan biologisnya yaitu usia
pertengahan (middle age) usia pertengahan antara 45 sampai 59 tahun,
lanjut usia (eldery)usia antara 60 sampai 74 tahun, lanjut usia (old )
rentang usia antara 75 sampai 90 tahun, sedangkan usia sangat tua
(very old) lebih dari 91 keatas.

3. Masalah - Masalah Pada Lanjut Usia


Masalah pada lansia sering berbeda dengan dewasa muda.Karena
penyakit yang di alami oleh lansia merupakan gabungan dari kelainan-
20

kelainan yang di timbulkan akibat penyakit dari suatu proses penuaan.


Penuaan merupakan proses alamiah yang tidak bisa di hindari, berjalan
terus dan berkesinambungan. Pada dasarnya ada 2 faktor yang dapat
menyebabkan proses penuaan yaitu factor internal seperti hormone
mulai berkurang, system kekebalan tubuh yang menurun sedangkan
factor eksternal seperti gaya hidup yang tidak sehat, kebiasaan yang
salah, stress, dan lingkungan (Stanley & Beare, 2007 dalam Permady,
2015).
Perubahan-perubahan yang sering terjadi pada lanjut usia seperti
ditandai pendengaran terganggu, penglihatan mulai kabur,indra
pengecap mulai menurun sehingga dapat menyebabkan nafsu makan
yang menurun, terjadinya penebalan katup jantung sehingga
kemampuan memompa darah menurun, otot-otot mudah menjadi
keram dan tremor sehingga sering dijumpai sebagai gejala restless legs
syndrome(RLS). Sistem imun mulai menurun sehingga menyebabkan
penurunan kemampuan tubuh untuk menghilangkan bakteri dan virus
yang masukkedalam tubuh.Lansia juga dapat mengalami penurunan
kemampuan untuk mengingat jangka pendek dan menyimpan memori
jangka panjang mengalami penurunan. Selain itu juga dapat
mengalami depresi yang dapat mengakibatkan gangguan tidur pada
lansia (Permady, 2015).

F. PENELITIAN TERKAIT
Penelitian yang di lakukan oleh Adiyati (2010) dengan judul
“pengaruh aromatherapi lavender terhadap insomnia pada lansia di PSTW
Unit Budi Luhur Kasongan Bantu Yogyakarta,” pada 30 responden.
Dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh aromaterapi terhadap insomnia
pada lansia. Penelitianini dengan experimental dengan desain penelitian
quasy experiment dengan menggunakan metode pengambilan
sampelpurposive sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember
2010 di PSTW Unit Budi Luhur Kasongan Bantu Yogyakarta. Analisa
21

data menggunakan uji statistic t test, dengan menggunakan alat ukur


kuisioner. KSPBJ (Kelompok Studi Psikologi Biologi Jakarta). Dari hasil
penelitian menunjukan terjadi penurunan insomnia pada kelompok
perlakuan dengan hasil menggunakan uji statistic uji paired sample t Tes
diperoleh dengan hasilt = 2,702 dengan nilai probabilitas Sig. (2
tailed )=0,017 dan tidak terjadinya penurunan derajat insomnia pada
kelompok control dengan peroleh nilai t=0,535 dengan nilai probabilitas
Sig(2 tailed )=0,601, tidak adanya perbedaan pada derajat insomnia post
tes pada kelompok perlakuan dan kelompok control ditunjukkan hasil uji
statistic independent sample t Test dengan nilai t=-2,024 dengan
probabilitas Sig. (2-tailed)=0,053.Sehingga dapat disimpulkan pada
penelitian ini adalah terapi komplementer aromaterapi dapat digunakan
untuk menurunkan derajat insomnia pada lansia.
Penelitian yang di lakukan oleh Permady (2015) dengan judul
“pengaruh merendam kaki dengan air hangat terhadap kualitas tidur lansia
di Wilayah Kerja Puskesmas Astanalanggar Kecamatan Losari Cirebon
Jawa Barat”, pada 20 responden.Dengan tujuan mengetahui pengaruh
rendam kaki dengan air hangat terhadap kualitas tidur lansia. Penelitian ini
menggunakan desain quasi experiment dengan pendekatan one group pre
test post test dengan metode teknik sampel purposive samplingdengan
menggunakan uji Wilcoxonintervensi diberikan berturut-turut selama 5
hari dengan alat pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner
Pittsburgh Sleep Quality Index. Penelitian ini dilakukan pada bulan April
sampai Mei 2015 di Puskesmas Astanalanggar Kecamatan Losari Cirebon
Jawa Barat.Etika dalam penelitian ini adalah peneliti mendapatkan izin
pelaksanaan penelitian dari bimbingan skripsi, Kaprodi Ilmu Keperawatan
dan Dekan Falkultas Kedoteran dan Ilmu Kesehatan Kepala Puskesmas
Astanalanggar. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menunjukan
adanya pengeruh merendam kaki dengan air hangat terhadap kualitas tidur
responden sebulum dan sesudah intervensi P=0,000:@5%. Dari hasil
tersebut dapat dikatakan terjadi peningkatan kualitas tidur setelah
22

dilakukan rendam kaki dengan air hangat. Untuk selanjutnya perlu


dilakukan penelitian dengan perlakuan yang lebih lama (>5 hari) dengan
jumlah responden yang lebih banyak dan mencari efektivitas dengan
menggunakan dua kelompok control dan intervensi.
Penelitian yang dilakukan oleh Triyadini, Asrini, Upoyo (2010)
dengan judul “efektivitas terapi massage dengan terapi mandi air hangat
terhadap penurunan insomnia lansia di PSTW Catur Nurgaha Banyumas”,
pada 12 responden. Dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas terapi
massage dengan terapi mandi air hangat terhadap penurunan insomnia.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi exsperiment dengan
pendekatan two group comparation prepost static designdengan teknik
pengambilan sampel purposive sampling. Penelitian ini dilakukan pada
tanggal 27 Oktober 2008 sampai 29 November 2008, penelitian ini
dilakukan di PSTW Catur Nurgaha Banyumas.Teknik pengumpulan data
dengan menggunkan Pittsburgh Insomnia Rating Scaledengan
menggunakan ujin “t” 2n independent. Dari hasil penelitian menunjukan
bahwa adanya perbedaaan efektivitas antara terapi massage dan terapi
mandi air hangat terhdap penurunan skala insomnia yang besarnya 11,667,
jika dilihat dari p=0,000 berati kurang dari nilai 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan adanya perbedaan efektivitas yang bermakna antara terapi
massage dengan menggunakan terapi mandi air hangat terhadap
penurunan skala insomnia. Sehingga untuk penelitian yang lebih lanjut
perlu dikembangkan dengan penambahan jumlah sampel dan
mengkombinasikan terapi relaksasi lainya untuk lebih menurunkan skala
insomnia.
Penelitian yang dilakukan oleh Naseri (2016) dengan judul
“pengaruh pijat refleksi kaki dan rendam kaki terhadap kualitas tidur
pasien dengan Acute Cononary Syndrome di Rumah Sakit Baqiyatallah
(AJ)” pada 35 responden. Dengan tujuan untuk menilai dari pengaruh pijat
refleksi kaki dan rendam kaki terhadap kualitas tidur pasien dengan Acute
Cononary Syndrome.Penelitian ini menggunakan metode penelitian semi
23

experimental dengan pendekatan pretest posttest control groupdengan


teknik pengembilan sampel dengan menggunakan convenience sampling,
penelitian ini dilakukan pada tahun 2016 di Rumah Sakit Baqiyatallah
(AJ). Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner kualitas
tidur dengan skala 15 item. Dari hasil penelitian menunjukan tidak adanya
hasil yang signifikan diantara 3 kelompok mengenai gangguan tidur
tambahan setelah diberikan intervensi (p >0,05), namun ada perbedaan yg
signifikan antara kelompok dan waktu berbeda efektivitas setelah di
berikan intervensi (p<0,05). Sehingga dapat disimpulkan masing-masing
dari intervensi dapat memberikan peningkatan kualitas tidur, tetapi tidak
ada perbedaan yang statistic yang signifikan. Untuk penelitian selanjutnya
disaran untuk mengkombinasikan efek dari pijat kaki dengan rendam kaki
Berdasarkan perbedaan penelitian terkait sebelumnya yang
sebagian besar menggunakan quasi eskperiment sedangkan pada
penelitian ini menggunakan desain preexperiment. Pada penelitian
sebelumnya semua dilakukan diluar Bali dengan rentang waktu antara
2010 sampai 2016 sedangkan penelitian ini dilakukan di Bali pada tahun
2018. Sehingga dapat memberikan pembaharuan infomasi tentang cara
mengatasi masalah insomnia. Pada penelitian ini menggunakan 24
responden. Penelitian ini menggunakan desain penelitian jenis
preexperiment dengan rancangan pretest and posttest one group design.
Dengan menggunakan teknik sampling probability sampling tepatnya
dengan simple random sampling, teknik pengumpulan data dengan
menggunakan kuisioner insomnia severity index(ISI). Hal yang perlu
diperhatikan oleh peneliti yaitu Perijinanan, Informed concent (lembar
persetujuan), anonymity(tanpanama), confidentially (kerahasiaan).

Anda mungkin juga menyukai