Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Aziz Wicaksono

Nim : 20.72.022464
Kelas :A
Prodi : Analis kesehatan
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila

Pengalaman Pancasila ( Analisis Hakikat Pancasila Dalam


Bidang Budaya)
kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat (Soerjono Soekanto, 2005: 172). Begitu luas cakupan kebudayaan tetapi
dalam pengamalan Bidang budaya Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum, adat-istiadat dan Pancasila kebudayaan
bangsa Indonesia adalah budaya ketimuran,yang sangat menjunjung tinggi sopan
santun, ramah tamah, kesusilaan dan lain-lain.Budaya Indonesia memang mengalami
perkembangan misalnya dalam hal Iptek dan pola hidup,perubahan dan
perkembangan ini didapat dari kebudayaan asing yang berhasil masuk danditerima
oleh bangsa Indonesia.Semua kebudayaan asing yang diterima adalah kebudayaan
yangmasih sejalan dengan Pancasila.Walaupun begitu tidak jarang kebudayaan yang
jelas-jelasbertentangan dengan budaya Indonesia dapat berkembang di Indonesia. Ini
menunjukan bahwafilter Pancasila tidak berperan optimal, itu terjadi karena
pengamalan Pancasila tidak sepenuhnya

dilakukan oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu harus ada tindakan lanjut agar
budaya bangsa Indonesia sesuai dengan Pancasila. Pembudayaan Pancasila tidak hanya
pada kulit luar budayamisalnya hanya pada tingkat propaganda, pengenalan serta
pemasyarakatan akan tetapi sampaipada tingkat kemampuan mental kejiwaan
manusia yaitu sampai pada tingkat akal, rasa dan kehendak manusia.
Contoh Tradisi atau kebiasaan suku-suku di Indonesia yang bertentangan dengan
norma-norma Pancasila. Diantaranya sebagai berikut :

Tradisi Adat Batak

Dilihat dari segi pelanggaran norma Pancasila sila ke-1.  Mangongkal Holi merupakan
upacara adat menggali tulang-tulang orangtua (leluhur) yang sudah meninggal. Pasu-
pasu Raja, Adat batak ketika ada perkawinan, kedua mempelai tidak melakukan
pemberkatan di gereja melainkan meminta berkat dan mempercayakannnya pada tua-
tua kampung. Bahkan mereka lebih mempercayai dan menyerahkan segala sesuatunya
pada petua adat.

  Tradisi Adat Jawa

Dilihat dari pelanggaran norma Pancasila sila ke-2. Tradisi Tumbal nyawa manusia di
percaya masih di pratekan oleh sebagian orang di Indonesia. Tradisi tumbal ini
merupakan persembahan kepada mahluk gaib/jin yang menunggu suatu tempat atau
benda. Tradisi ini sungguh-sungguh melanggar sila ke-2 karena perbuatan tersebut
tidak menunjukan adab yang baik sebagai hamba tuhan dan warga negara Indonesia.
Selain itu ada juga kebiasaan adat jawa yang menganggap bahwa wanita  harus selalu
mengurusi urusan rumah tangga, tapi sekarang sudah tidak banyak yang beranggapan
seperti ini.

Tradisi Adat Bali

Dilihat dari segi pelanggaran norma Pancasila sila ke-5. Tokoh pahlawan wanita R.A
Kartini mengajarkan kita bahwa wanita juga punya hak dan derajat yang sama dengan
laki-laki. Selanjutnya, tradisi Omed-omedan adalah tradisi berciuman antara laki-laki
dan perempuan yang bukan mukhrimnya dan dilakukan secara masal. Terkadang
pada tradisi ini si wanita menangis karena berciuman dengan laki-laki yang bukan
mukhrim dan tersakiti karena  para lelaki yang melakukannya secara paksa. Ada juga
tradisi Ngaben di Denpasar bali yang bertentangan dengan sila ke-1 dan tradisi Perang
pandan di Tenganan Karangasem Bali yang bertentangan dengan sila ke-3 karena bisa
menimbulkan dendam dan perpecahan.

Tradisi Adat Papua

Dilihat dari segi pelanggaran Pancasila sila ke-3. Tradisi Perang suku di Lembah
Baliem yang diadakan setiap tahun, tradisi ini melanggar sila ke-3 karena dapat
menghancurkan kekerabatan suku-suku di papua. Tradisi Potong jari suku Dani di
wamena melanggar norma sila ke-1 karena agama tidak mengajarkan untuk menyakiti
diri sendiri atau orang lain, sekaligus melanggar sila ke-5 sebab ada satu pihak yang
dirugikan karena kehilangan sebagian anggota tubuhnya, padahal setiap warga negara
Indonesia memiliki hak untuk memutuskan hal yang ingin dan tidak ingin
dilakukannya.

Tradisi Adat Nusa Tenggara Timur

Dilihat dari segi pelanggaran Pancasila sila ke-3. Tradisi Perang pasola di Sumbawa
merupakan kegiatan perang antar desa yang menggunakan senjata lembing sambil
mengendarai kuda, kegiatan ini sangat berbahaya karena tidak menggunakan alat
pelindung sama sekali. Perang pasola biasanya di ikuti oleh beberapa desa di sumbawa,
tradisi ini dapat menimbulkan dendam, perpecahan dan permusuhan antar desa-desa
di sumbawa.

Diatas hanya segelintir tradisi di Indonesia yang melanggar norma-norma Pancasila.


Masih banyak lagi tradisi di daerah-daerah di Indonesia yang belum terkena campur
tangan pemerintah dan para ulama.

Demi mendapat solusi atas problem yang terjadi pada tradisi suku-suku di Indonesia
yang bertentangan dengan norma-norma Pancasila. Tentu bukan hal yang mudah
dalam menghadapi permasalahan semacam ini. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama
yang baik antara pemerintah, tokoh agama dan suku adat yang bersangkutan agar
tidak terjadi selisih paham dan supaya agama, adat, budaya, dan tradisi asli Indonesia
bisa sejalan dan tidak hilang kemudian tetap di jalankan tanpa bertentangan dengan
norma-norma Pancasila.
Tentunya sangat banyak pula tradisi-tradisi di Indonesia yang positife dan tidak
melanggar norma-norma Pancasila yang bisa kita ikuti tanpa adanya dampak negatife
yang di timbulkan dari kegiatan tradisi tersebut. Karena Pancasila telah mengajarkan
kita sebagai mahluk social yang baik, tentu kita bisa membedakan mana hal yang baik
dan mana yang buruk, bagaimana menjadi warga yang tetap menjalankan tradisi-
tradisi dari nenek moyang tapi tetap berpegang teguh dengan nilai-nilai yang
terkandung di dalam Pancasila.

Demi perubahan Indonesia yang baik ke depannya marilah kita menjadi warga negara
yang berpancasila. Karena nilai-nilai Pancasila telah mencangkup semua aspek Agama,
Sosial, Kemanusiaan.

Sumber : https://www.slideshare.net/DickeuMuliaDiana/makalah-pengamalan-
pancasila

https://www.kompasiana.com/dedifirmansyah/56a9f96463afbdad07f75057/
pancasila-dalam-perspektif-budaya

Anda mungkin juga menyukai