Anda di halaman 1dari 7

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Bagaimana Pemerintah Daerah Dapat Mendiversifikasi Pendapatan Daerahnya?


Kasus Kabupaten Badung, Bali, Indonesia

oleh Fuad Rakhman, Departemen Akuntansi FEB UGM


November 2021

pengantar
Putu Aryana sedang memandangi cakrawala saat matahari terbenam di pantai Jimbaran, yang luar biasa
sepi. Ia dan timnya di Dinas Pendapatan diberi tugas yang sangat berat oleh Wali Kota Badung. Tugasnya
adalah bagaimana mendiversifikasi pendapatan Kabupaten Badung yang selama ini sebagian besar
berasal dari sektor pariwisata. Wayan Gunarta, Kepala Dinas Pendapatan mengatakan kepadanya:

"Walikota sangat prihatin dengan bagaimana pendapatan lokal kita selama beberapa dekade sangat
bergantung pada industri pariwisata dan akomodasi. Dia memerintahkan kami untuk mulai mencari
diversifikasi sumber pendapatan kami untuk melindungi ekonomi jika ada pukulan di masa depan pada kedua
sektor ini. Dengan COVID-19 yang masih ada, walikota ingin kami mencari beberapa solusi alternatif untuk
masalah pendapatan dan mendiskusikannya dalam pertemuan bulanan kami berikutnya."

Perekonomian Badung selalu rentan terhadap guncangan dalam industri pariwisata. Sejak
Maret 2020, COVID-19 telah memberikan pukulan telak bagi perekonomian Bali pada
umumnya, dan Badung pada khususnya. Masih jelas dalam ingatannya bagaimana pariwisata
di Bali hancur oleh bom pada tahun 2000, yang benar-benar meruntuhkan perekonomian
pulau itu. Kemudian, pada November 2017, letusan Gunung Agung mengganggu arus masuk
wisatawan, membuat Badung meleset dari target pendapatan untuk pertama kalinya dalam
lebih dari satu dekade. Sejak erupsi terjadi menjelang akhir tahun 2017, besarnya dampak
terhadap pendapatannya terasa semakin kuat di tahun 2018 dimana Badung hanya mencapai
68% dari target pendapatannya. Dan sekarang datanglah COVID-19. Pada tahun 2020 saja,
menurut Badan Pusat Statistik, Badung telah mencatat pertumbuhan negatif sebesar 21%
dalam perekonomiannya (yaitu,

Badung dan Industri Pariwisata


Badung adalah salah satu dari sembilan pemerintah daerah di Provinsi Bali, tujuan wisata nomor
satu di Indonesia. Menurut data dari Dinas Pariwisata Bali, Bali menarik lebih dari 6,25 juta
wisatawan asing dan sekitar 10 juta pengunjung domestik pada tahun 2019. Badung adalah tujuan
wisata terfavorit di provinsi pulau Bali. Kabupaten ini adalah rumah bagi tujuan wisata utama
seperti Kuta, Canggu, Jimbaran, Seminyak, dan Nusa Dua. Pariwisata (yaitu, akomodasi, makanan,
dan transportasi) sebagai industri utama di Badung memberikan kontribusi 50 persen terhadap
produk domestik regional bruto. Pada tahun 2019, Badung berpenduduk 670.000 jiwa dengan luas
wilayah 418 km2.
Sejak awal desentralisasi fiskal pada tahun 2004, Badung selalu menjadi pemerintah daerah
dengan proporsi pendapatan daerah tertinggi di negara ini. Pada 2019, 83,5 persen pendapatannya
dihasilkan secara lokal sementara rata-rata negara hanya 13,3 persen. Bahkan pemerintah daerah lain di
Provinsi Bali, rata-rata hanya menghasilkan 22,4 persen dari pendapatan daerah mereka pada tahun
yang sama. Badung selalu mampu menghasilkan sebagian besar pendapatannya secara lokal. Sejak
tahun 2004, proporsi pendapatan asli daerah di Badung berkisar antara 53,7 persen hingga 84,5 .
persen. Menariknya, proporsi pendapatan daerah juga terus meningkat dari waktu ke waktu, yang berarti
Badung tumbuh lebih mandiri secara finansial dari tahun ke tahun. Lihat Tabel 1.

Gambar 1 menunjukkan tren jumlah pendapatan asli daerah di Badung dari tahun 2004 hingga 2019, yang secara
konsisten meningkat dari waktu ke waktu. Lonjakan terbesar terjadi pada tahun 2007, 2008 dan 2011 dimana
pendapatan meningkat masing-masing sebesar 45,0 persen, 44,6 persen, dan 43,6 persen dari tahun sebelumnya.
Secara keseluruhan, pendapatan daerah kabupaten meningkat luar biasa, hampir 15 kali lipat selama periode 16
tahun.

Untuk pemerintah daerah Indonesia, ada empat sumber utama pendapatan daerah: pajak daerah, pendapatan jasa
(yaitu, retribusi), dan pendapatan investasi. Pendapatan yang tidak termasuk dalam kategori tersebut diklasifikasikan
sebagai pendapatan daerah lainnya. Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar pendapatan asli daerah di Badung
berasal dari pajak daerah. Dari tahun 2007 dan 2019, rata-rata pajak daerah mencapai 88,1 persen dari pendapatan
asli daerah di Badung. Hal ini sangat bertolak belakang dengan angka nasional dimana sebagian besar penerimaan
daerah pada periode yang sama berasal dari penerimaan daerah lainnya (46,0 persen), sedangkan penerimaan pajak
daerah hanya 26,6 persen. Lihat Tabel 2.

Tabel 3 menyajikan rincian pajak daerah selama periode 2013 hingga 2019. Sumber utama penerimaan
pajak daerah di Badung adalah dari pajak hotel (59,2 persen), diikuti oleh pajak restoran (13,5 persen).
Hal ini tidak mengherankan karena Badung adalah jantung dari industri pariwisata di Bali. Namun, yang
menarik, penerimaan pajak hotel di bagian lain Bali hanya 25,4 persen dari pajak daerah, sedangkan
overage negara bahkan lebih rendah yaitu 9,8 persen.

Badung telah mampu memenuhi target penjualannya dari tahun 2004 hingga 2016, seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 4. Namun, pada tahun 2017 dan seterusnya, Kabupaten tersebut gagal memenuhi target untuk pertama
kalinya kemungkinan besar karena letusan Gunung Agung di utara. sisi pulau pada 25 November 2017, yang
mendatangkan malapetaka bagi industri pariwisata di pulau itu dan mengganggu arus wisatawan secara tiba-tiba
dan signifikan. Dampak erupsi terhadap pariwisata di Bali paling terasa pada 2018 dimana Kabupaten hanya mampu
mencapai 68 persen dari target pendapatan daerahnya.

Diversifikasi Pendapatan
Pada tahun 2019, terdapat 18 pemerintah daerah yang pendapatannya dari industri pariwisata melebihi satu miliar
rupiah (lihat Tabel 5). Di antaranya, lima pemerintah daerah menempatkan sektor pariwisata sebagai sumber
pendapatan utama. Pemerintah daerah tersebut adalah Badung, Kota Denpasar, Gianyar, Tabanan, dan Kota
Yogyakarta. Pada tahun 2020, Badung mengalami penurunan pendapatan Pariwisata yang tajam dari Rp 17,9 miliar
menjadi Rp 12,1 miliar, turun lebih dari 30 persen. Kota Denpasar tampaknya mengalami dampak yang sama
besarnya. Namun, Kota Surabaya hanya mengalami penurunan pendapatan pariwisata sebesar 10 persen. Hal ini
bisa jadi karena pariwisata di Badung sangat bergantung pada pengunjung internasional dan mereka yang berlibur,
yang lebih sensitif terhadap guncangan lingkungan dan keamanan, sedangkan Surabaya lebih mengandalkan
pengunjung domestik dan mereka yang melakukan perjalanan bisnis.
Mengandalkan pendapatannya terlalu banyak pada sektor tertentu terbukti terlalu berisiko bagi pemerintah
daerah. Diversifikasi pendapatan bisa menjadi salah satu solusi untuk mengantisipasi permasalahan serupa di masa
mendatang. Namun, diversifikasi pendapatan bukanlah tugas yang mudah, terutama bagi pemerintah daerah yang
budayanya umumnya tidak mendukung inovasi. Selanjutnya, diversifikasi mungkin memerlukan banyak investasi dan
perencanaan strategis yang efektif.

Penafian:
Kasus ini ditulis hanya untuk tujuan pedagogis dan didasarkan pada sumber informasi publik yang terkait dengan
Kabupaten Badung. Cerita dan nama dalam kasus ini adalah fiktif.
Pertanyaan Kasus
1. Misalkan Anda adalah walikota Badung. Apa saja sumber pendapatan alternatif yang bisa
digali, selain dari industri pariwisata & akomodasi, oleh Kabupaten Badung untuk
mendukung pendapatan yang ada?
2. Strategi apa yang perlu Anda terapkan untuk menghasilkan pendapatan secara efektif dari sumber
alternatif yang Anda tunjukkan di Pertanyaan #1?
3. Buat daftar program/kegiatan yang perlu Anda lakukan dan atur garis waktu untuk menjalankan
strateginya.
4. Apa tantangan terbesar bagi Kabupaten Badung jika mereka memutuskan untuk melakukan
upaya diversifikasi pendapatan?
Tabel 1. Pendapatan Asli Daerah sebagai Persentase TotPendapatan (2004 - 2019)
Tahun Badung Sisa Bali Nasional
2004 57,9% 10,6% 7.3%
2005 59,6% 10,9% 6.9%
2006 54,6% 9.2% 5,8%
2007 53,7% 9,0% 6.0%
2008 60,6% 10.3% 6.0%
2009 60,1% 11,2% 6.2%
2010 68,7% 12,8% 5,9%
2011 76,0% 15,3% 6.7%
2012 71,4% 15,9% 7.4%
2013 77,1% 17,9% 8,1%
2014 78,7% 19,4% 9.8%
2015 80,4% 19,9% 9.9%
2016 82,3% 19,2% 10,0%
2017 84,5% 22,2% 12,5%
2018 84,1% 21,5% 11,1%
2019 83,5% 22,4% 13,3%

Tabel 2. Sumber Pendapatan Asli Daerah (2007-2019)


Melayani Investasi Lokal lainnya
Pemerintah lokal Pajak Daerah Pendapatan Pendapatan Pendapatan

Badung 88,1% 3,3% 3,7% 4.9%


Sisa Bali 39,1% 19,0% 5,8% 36,1%
Nasional 26,6% 19,5% 7.9% 46,0%

Tabel 3. Sumber Pajak Daerah (2013-2019)


Masuk Groun
Lokal restoran saya Jalan D Mineral Layak BPHT
pemerintah Hotel semut tidak Iklan Petir Parkir Air S ty B
Badung 59,2% 13,5% 1,7% 0,1% 41% 0,8% 1,6% 0,1% 6.4% 12,4%
Sisa Bali 25,4% 14,8% 4.4% 0,7% 143% 1,0% 1,3% 3,3% 12,0% 22,8%
Nasional 9.8% 11,1% 2.1% 1,9% 224% 1,3% 1.1% 3.4% 20,2% 26,2%
Tabel 4. Pendapatan yang Dianggarkan dan Realisasi (dalam juta rupiah)
Realisasi
Tahun Dianggarkan Sebenarnya (%)
2004 273.825 332.316 121
2005 348.995 388.582 111
2006 324.299 362.125 112
2007 408.375 525.089 129
2008 620.631 759.801 122
2009 755.186 850.168 113
2010 936.887 979,194 105
2011 1.155.384 1.406.298 122
2012 1.730.646 1.872.346 108
2013 2.029.161 2.279.113 112
2014 2.475.804 2.722.625 110
2015 2.832.034 3.001.464 106
2016 3.195,340 3.563.589 112
2017 4.258.418 4.172.457 98
2018 6.687.358 4.555.716 68
2019 5,312,501 4.835.188 91
Tabel 5. PDRB Pariwisata & Akomodasi (dalam Miliar Rp)

Pangkat
Tidak Propinsi Kabupaten/Kota 2016 2017 2018 2019 2020
(2019)
1 Jawa Timur kota surabaya 3 70.854,86 78.971,93 87.067,93 95.519.34 85.618,58
2 Bali Badung 1 13.454,62 15,111,90 16.564.22 17.929.06 12,113,93
3 Bali Denpasar 1 12.065.16 13.573,28 14.715,05 15.623,87 10,563.60
4 Bali Gianyar 1 5.411.74 6.186,76 6.799,08 7.423,40 5.100.12
5 Bali Buleleng 2 4.952,36 5.625,86 6.176,36 6.619,02 4.946,39
6 Bali Tabanan 1 4.025,96 4.493,93 4.884,18 5,242.62 3.832,95
7 DI Yogyakarta Kota Yogyakarta 1 3.862,46 4.241.59 4,576,58 5.031.19 3.905,54
8 DI Yogyakarta Sleman 3 3.775.15 4.122.80 4,449,71 4.930,57 4.051,03
9 DI Yogyakarta Bantul 3 2.439,52 2,652,69 2,854,90 3.142,98 2.808.52
10 Bali Jembrana 5 1,651,51 1,879,64 2,002,45 2.157,23 1.652.11
11 Jawa Tengah Brebes 5 1,522,69 1,726.20 1,892,78 2.091,59 2.017,87
12 Jawa Timur Kota Batu 4 1.555.56 1,734,87 1,921,72 2.087,31 1,604,36
13 Bali Karangasem 3 1.454,53 1,633,12 1,819,78 2.009,98 1,378,24
14 Jawa Tengah Kota Tegal 4 1.194,15 1.288.91 1.426.15 1,567,01 1,496.20
15 Bali Klungkung 2 956.42 1,121,21 1,226.58 1,328,28 874,76
16 Kepulauan Riau Bintan 5 863.35 1.026.66 1.164,88 1,244,82 763.40
17 Nusa Tenggara Barat Lombok Barat 5 1,093,33 1,214,55 1.087.00 1.067.12 672.40
18 Jawa Tengah Kota Salatiga 4 799.16 850.60 920.16 1.001.71 949.27

Gambar 1. Tren Pendapatan Asli Daerah Badung dari tahun 2004 hingga 2019

Tren Pendapatan (dalam miliar rupiah)


6.000

5.000

4,000

3.000

2.000

1.000

-
04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Gambar 2. Produk Domestik Bruto Badung

Gambar 3. Peta Bali

Sumber: www.balisuntours.com

Anda mungkin juga menyukai