Anda di halaman 1dari 18

INFLASI MENURUT ISLAM

Ekonomi Makro Islam

Oleh :

Al Vhira

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


kita kesehatan dan kesempatan dalam rangka menyelesaikan kewajiban kami
sebagai mahasiswa, yakni dalam bentuk tugas yang diberikan oleh Bapak Dosen
dalam rangka menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kami.

Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi besar


Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju ke alam
yang terang benderang.

Ucapan terima kasih kepada Ibu selaku dosen pengampu pada mata kuliah
Ekonomi Makro Islam ini yang telah memberikan bimbingan serta arahan
sehingga makalah yang berjudul “Inflasi Menurut Islam” ini selesai tepat waktu.

Adapun dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dalam rangka perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, Amin Ya Robbal „Alamin.

Palopo, 04 Desember 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian Inflasi.........................................................................................3
B. Teori Inflasi Islami.......................................................................................4
C. Pendekatan Makro Syariah Dalam Mengatasi Inflasi................................11

BAB III PENUTUP..............................................................................................13

A. Kesimpulan................................................................................................13
B. Saran ..........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Uang dalam masyarakat menjadi alat pertukaran yang lazim


diterima, di mana barang dan jasa dapat diperjual-belikan dengan uang.
Sepanjang sejarah, nilai moneter berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi
karena sifat alamiah dari uang itu sendiri.

Keberadaan uang dalam sebuah perekonomian memberikan arti


yang terpenting, ketidakadilan dari alat ukur yang diakibatkan adanya
instabilitas nilai tukar uang akan mengakibatkan perkeonomian tidak
berjalan pada titik keseimbangan. Hal ini akan semakin mempersulit untuk
merealisasikan keadilan dalam sosial ekonomi dan kesejahteraan sosial.
Ibn Khaldun mengatakan bahwa suatu negara tidak akan mungkin mampu
melakukan pembangunan secara berkesinambungan tanpa adanya keadilan
dalam sistem yang dianutnya.

Pada saat tingkat harga secara umum naik, masyarakat harus


mengeluarkan uang lebih banyak untuk jumlah barang atau jasa yang
sama. Inflasi tidak akan berlanjut jika tidak diikuti dengan berbagai cara.
Jika konsumen tidak dapat menemukan uang lebih untuk membeli barang
demi mempertahankan tingkat pembelanjaannya, mereka akan membatasi
pembelian dengan membeli lebih sedikit yang kemudian akan membatasi
kemampuan penjual untuk menaikkan harga.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Inflasi?
2. Bagaimana pandangan islam terhadap inflasi?
3. Bagaimana Makro Syariah dalam mengatasi inflasi?

4
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian inflasi
2. Untuk mengetahui inflasi dalam islam
3. Untuk mengetahui cara mengatasi inflasi dalam islam

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah suatu topik yang sangat menarik untuk


diperbincangkan dalam kehidupan ekonomi, karena memiliki dampak
yang besar terhadap kehidupan makroekonomi, pertumbuhan ekonomi,
tingkat bunga dan distribusi pendapatan suatu negara (Reni
Mulyani:2020). Sebagai pelaku ekonomi, memperhatikan naik turunnya
harga-harga barang di pasaran sangat diperlukan. Inflasi akan menentukan
harga barang-barang yang ada di pasar, dimana barang-barang tersebut
yang selalu dibutuhkan di kehidupan sehari-hari. Tingkat Inflasi harus
dijaga pada angka yang normal agar tidak terjadi suatu gejolak
perekonomian. Akan jadi bahaya apabila Inflasi tidak bisa
dikendalikan, untuk itu perlu dilakukan suatu upaya untuk mencegah
terjadinya suatu Inflasi.

Taqyuddin Ahmad Ibn Al-Maqrizi (1364-1441) dalam Euis


Amalia menyatakan bahwa Inflasi terjadi ketika harga-harga secara
umum mengalami kenaikan yang berlangsung secara terus-menerus.
Pada saat itu persediaan barang dan jasa mengalami kelangkaan,
sedangkan konsumen harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk
sejumlah barang dan jasa yang sama. Sehingga hal tersebut akan
mengakibatkan Inflasi.

Menurut Adiwarman Azwar karim (2004:424), pengertian Inflasi


islam tidak berbeda dengan Inflasi konvensional. Inflasi mempunyai
pengertian sebagai sebuah gejala kenaikan harga barang yang bersifat
umum dan terus-menerus. Sehingga, Inflasi merupakan gejala yang terjadi
karena kenaikan harga barang yang secara sengaja maupun secara alami
dan tidak hanya terjadi di satu tempat, tetapi di seluruh penjuru negara
bahkan dunia. Kenaikan harga ini berlangsung secara terus menerus
6
atau lama dan bisa jadi semakin meninggi jika tidak ditemukan solusi
pemecahan masalah yang menyebabkan terjadinya Inflasi tersebut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, Inflasi adalah suatu keadaan


dimana terjadi peningkatan harga-harga secara umum dan berlangsung
secara terus-menerus (Reni Mulyani:2020). Dengan kata lain, Inflasi juga
merupakan suatu keadaan menurunnya nilai mata uang secara terus-
menerus.

B. Teori Inflasi Islam

Para ekonom Islam berpendapat, inflasi berakibat sangat buruk


bagi perekonomian karena empat hal sebagai berikut:

1. Inflasi mengganggu fungsi dari: uang, tabungan (nilai simpan),


pembayaran di muka, dan unit penghitungan. Akibat inflasi, orang
harus melepaskan diri dari uang dan aset keuangan. Inflasi bisa
menyebabkan inflasi lagi (self feeding inflation).
2. Inflasi melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap
menabung dari masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save).
3. Inflasi meningkatkan kecenderungan berbelanja terutama untuk non-
primer dan barang mewah (naiknya Marginal Propensity to Consume).
4. Inflasi mengarahkan investasi non-produktif yaitu penumpukan
kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam mulia, mata
uang asing. Inflasi mengorbankan investasi ke arah produktif seperti:
pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya

Selain itu, inflasi menimbulkan sejumlah masalah yang


berhubungan dengan akuntansi, misalnya:

1. Inflasi menyebabkan dilema penilaian terhadap aset tetap dan aset


lancar dilakukan dengan metode biaya historis atau metode biaya
aktual.
2. Inflasi menyebabkan permasalahan akuntansi dalam hal pemeliharaan
modal riil dengan melakukan isolasi keuntungan inflasioner.

7
3. Inflasi menyebabkan dibutuhkannya koreksi dan rekonsiliasi operasi
(index) untuk mendapatkan kebutuhan perbandingan waktu dan
tempat.

Islam tidak mengenal istilah inflasi, karena mata uangnya stabil


dengan digunakannya mata uang dinar dan dirham. Penurunan nilai masih
mungkin terjadi, yaitu ketika nilai emas yang menopang nilai nominal
dinar itu mengalami penurunan, diantaranya akibat ditemukannya emas
dalam jumlah yang besar, tapi keadaan ini kecil sekali kemungkinannya.

Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364M - 1441M), yang


merupakan ekonom muslim dan juga salah satu murid Ibnu Khaldun,
menggolongkan inflasi dalam dua golongan yaitu inflasi akibat
berkurangnya persediaan barang (Natural inflation) dan inflasi akibat
kesalahan manusia (Human Error Inflation).

Inflasi jenis pertama inilah yang terjadi pada zaman Rasulullah dan
khulafaur Rasyidin, yaitu karena kekeringan atau peperangan. Sementara
itu, Inflasi jenis kedua menurut Al-Maqrizi disebabkan oleh tiga hal.
Pertama, korupsi dan administrasi yang buruk. Kedua, pajak berlebihan
yang memberatkan petani. Ketiga, jumlah uang yang berlebihan

Menurut Al- Maqrizi Taqyudin (1996:412), dalam ekonomi islam


penyebab terjadinya Inflasi adalah sebagai berikut:

1. Inflasi Alamiah (Natural Inflation)

Inflasi Alamiah adalah inflasi yang terjadi secara alami, bukan


disebabkan oleh berbagai macam penyimpangan yang dilakukan oleh
para penguasa negara. Misalnya ketika suatu bencana banjir terjadi,
maka akan terjadi gagal panen diberbagai sawah sehingga terjadi
kelangkaan bahan makanan dan meningkatnya harga bahan makanan
(Ahmad Syaki:2015).

8
Menurut Al-Maqrizi, ketika suatu bencana alam terjadi,
berbagai bahan makanan dan hasil bumi lainnya mengalami gagal
panen, sehingga persediaan barang-barang tersebut mengalami
penurunan yang sangat drastis dan terjadi kelngkaan. Di lain pihak,
karena sifatnya yang sangat signifikan dalam kehidupan, permintaan
terhadap berbagai barang itu mengalami peningkatan. Harga-harga
membumbung tinggi jauh melebihi daya beli masyarakat. Hal ini
sangat berimplikasi terhadap kenaikan harga berbagai barang dan jasa
lainnya. Akibatnya, transaksi ekonomi mengalami kemacetan, bahkan
berhenti sama sekali, yang pada akhirnya menimbulkan bencana
kelaparan, wabah penyakit, dan kematian di kalangan masyarakat.
Keadaan yang semakin memburuk tersebut memaksa rakyat untuk
menekan pemerintah agar segera memperhatikan keadaan mereka.
Untuk menanggulangi bencana itu, pemerintah mengeluarkan
sejumlah dana besar yang mengakibatkan perbendaharaan mengalami
penurunan drastis karena, disisi lain, pemerintah tidak memperoleh
pemasukan yang berarti. Dengan kata lain, pemerintah mengalami
defisit anggaran dan negara,baik secara politik, ekonomi, maupun
sosial, menjadi tidak stabil yang kemudian menyebabkan keruntuhan
sebuah pemerintahan (Ahmad Syakir:2015).

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa sekalipun suatu bencana


telah berlalu, kenaikan harga-harga tetap berlangsung. Hal ini
merupakan implikasi dari bencana alam sebelumnya yang
mengakibatkan aktivitas ekonomi, terutama di sektor produksi,
mengalami kemacetan. Ketika situasi telah normal, persediaan
barangbarang yang signifikan, seperti benih padi, tetap tidak beranjak
naik, bahkan tetap langka, sedangkan permintaan terhadapnya
meningkat tajam. Akibatnya, harga barang-barang ini mengalami
kenaikan yang kemudian di ikuti oleh kenaikan harga berbagai jenis
barang dan jasa lainnya, termasuk upah dan gaji para pekerja.

Ketidakseimbangan permintaan dan penawaran juga pernah


terjadi dizaman Rasulullah SAW. Dalam hal ini Rasulullah SAW

9
tidak mau menghentikan atau mempengaruhi pergerakan harga ini
sesuai Hadist:
Anas meriwayatkan, ia berkata: Orang-orang berkata kepada
Rasulullah SAW, “Wahai Rasululluah, harga-harga barang naik
ȋmahalȌ, tetapkanlah harga untuk kami”. Rasulullah SAW lalu
menjawab,”Allah-lah Penentu harga, Penahan, Pembentang, dan
Pemberi riszki. Aku berharap tatkala bertemu Allah, tidak ada
seorangpun yang meminta padaku tentang adanya kedhaliman dalam
urusan darah dan harta.”

Untuk menganalisisnya, dapat digunakan perangkat analisis


konvensional yaitu persamaan identitas berikut:

MV = PT =Y
Dimana:
M : Jumlah uang beredar
V : Kecepatan peredaran uang
P : Tingkat harga
T : Jumlah barang dan jasa
Y : Tingkat pendapatan nasioanl (GDP)

Natural inflation dapat diartikan sebagai berikut:

a. Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi


dalam suatu perekonomian (TȌ. Misalnya T↓ sedangkan M dan V
tetap, maka konsekuensinya P↑.
b. Naiknya daya beli masyarakat secara riil. Misalnya, nilai ekspor
lebih besar daripada nilai impor, sehingga secara netto terjadi
impor uang yang mengakibatkan M↑ sehingga jika V dan T tetap
maka P↑.

Lebih lanjut, jika dianalisis dengan persamaan agregatif :


Dimana :
AD = AS

10
AS = Y
AD = C + I + G + (X – M)
Serta :
Y = pendapatan nasional
C = konsumsi
I = investasi
G = pengeluaran pemerintah
(X-M) = net ekspor
Maka : Y = C + I + G + (X – M)

Natural inflation dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya


menjadi dua yaitu:

a. Uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak karena ekspor
meningkat (X↑) sedangkan impor menurun (M↓) sehingga net
ekspor nilainya sangat besar yang mengakibatkan naiknya
permintaan agregatif (AD↑)
Contoh :
Pada masa khalifah Umar ibn Khattab, kafilah pedagang yang
menjual barangnya di luar negeri membeli barang-barang dari
luar negeri lebih sedikit nilainya daripada nilai barang-barang
yang mereka jual, sehingga mereka mendapat keuntungan.
Keuntungan yang berupa kelebihan uang tersebut dibawa masuk
ke Madinah sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat akan
naik (AD↑). Naiknya permintaan agregat akan membuat kurva
AD bergeser ke kanan dan akan mengakibatkan naiknya tingkat
harga secara keseluruhan (P↑). Kemudian, yang dilakukan oleh
Umar ibn Khattab dalam mengatasi masalah tersebut adalah
beliau melarang penduduk Madinah untuk membeli barang-
barang selama 2 ( dua) hari berturut-turut. Akibatnya adalah
turunnya permintaan agregat (AD↓) dan tingkat harga menjadi
normal (Idris Parakkasi:2016).

11
b. Turunnya tingkat produksi (AS↓) karena terjadinya paceklik,
perang ataupun embargo ekonomi. Masa paceklik ini pernah
terjadi pada masa Umar ibn Khatab yang mengakibatkan
kelangkaan gandum yang berdampak pada naiknya tingkat harga-
harga (P↑).
Contoh :
Pada saat pemerintahan Umar ibn Khattab pernah terjadi masa
panceklik yang mengakibatkan kelangkaan gandum, diibaratkan
pada grafik sebagai kurva AS yang bergeser ke kiri (AS↓) yang
mengakibatkan naiknya harga-harga (P↑). Yang dilakukan oleh
Umar ibn Khattab dalam mengatasi permasalahn ini, beliau
melakukan impor gandum dari Mesir, sehingga penawaran
agregat (AS) barang di pasar kembali naik (AS↑) yang kemudian
berdampak pada penurunan harga-harga (P↓) (Mashudi
Hariyanto:2019).

2. Human Error Inflation

Human Error Inflation adalah inflasi yang diakibatkan


oleh kesalahan dari manusia yang menyimpang atau melanggar
dari aturan dan kaidah-kaidah syariah. Sebagaimana firman Allah swt
yang artinya: “ Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-
Rum:41)

Human Error Inflation dapat dikelompokkan menurut penyebab-


penyebabnya sebagai berikut :

a. Korupsi dan administrasi yang bururk (corruption and bad


administration)
Jika kita merunjuk pada persamaan MV = PT, maka
korupsi akan mengganggu tingkat harga (P↑) karena para

12
produsen akan menaikkan hargajual produksinya untuk menutupi
biaya-biaya yang telah mereka keluarkan. Harga yang terjadi
terdistorsi oleh komponen yang seharusnya tidak ada sehingga
akan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi (high cost economy).
Pada akhirnya, akan terjadi inefisiensi alokasi sumber daya
yang akan merugikan masyarakat secara keseluruhan. Jika
merujuk pada persamaan AS-AD maka akan terlihat bahwa
korupsi dan administrasi pemerintahan yang buruk akan
menyebabkan kontraksi pada kurva penawaran agregatif (AS↓).
Firman Allah swt: ...dan janganlah kamu merugikan manusia pada
hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan
membuat kerusakan "(Q.S. Asy-Syu'ara: 183)"

b. Pajak yang berlebihan (excessive tax)


Efek yang ditimbulkan oleh pajak yang berlebihan
pada perekonomian hampir sama dengan efek yang ditimbulkan
oleh korupsi dan administrasi yang buruk yaitu kontraksi pada
kurva penawaran agregatif(AS↓).

c. Pencetakan uang untuk menarik keuntungan (Escessive


Seignorage).
Ketika terjadi defisit anggaran baik sebagai akibat dari
kemacetan ekonomi, maupun perilaku buruk para pejabat yang
menghabiskan uang negara, pemerintah melakukan percetakan
uang fulus secara besar-besaran. Ibn al-Maqrizi berpendapat bahwa
percetakan uang yang berlebihan akan mengakibatkan naiknya
tingkat harga (P↑), menurunnya nilai mata uang secara drastis,
akibatnya uang tidak lagi bernilai. Menurut al-Maqrizi kenaikan
harga komoditas adalah kenaikan dalam bentuk jumlah uang
(fulus), sedangkan jika diukur dengan emas (dinar), harga-harga
komoditas itu jarang sekali mengalami kenaikan. Uang sebaiknya
dicetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk
bertransaksi dan dalam pecahan yang mempunyai nilai nominal
yang kecil.

13
C. Pendekatan Makro Syariah Dalam Mengatasi Inflasi

Pendekatan Islam dalam mengatasi inflasi, Islam mendorong


pemerintah untuk melakukan kebijakan penanggulangan inflasi dengan
cara:
1. Himbauan moral, dengan cara menghimbau masyarakat untuk hemat
dalam berbelanja
2. Mendorong peningkatan produksi dalam negeri
3. Subsidi langsung kepada masyarakat, seperti BLT (Bantuan Langsung
Tunai)
4. Perbaikan Infrastruktur, seperti jalan dan lainnya.
5. Membuat Regulasi (aturan) yang mendorong pertumbuhan ekonomi
masyarakat kecil Inflasi yang terus menerus, apalagi yang cukup tinggi
harus diatasi dengan mengambil kebijakan-kebijakan sebagai berikut:

a. Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter ini merupakan kebijakan yang dikeluarkan
oleh bank sentral, dimana yang mengatur jumlah uang yang
beredar dimasyarakat agar stabil. Untuk mengatasi Inflasi
kebijakan Moneter sasaran utamanya adalah mengurangi
jumlah uang yang beredar di masyarakat dan mempersulit
pemberian kredit (Awaluddin:2017). Menurut Adiwarman
Karim, ada empat cara yang dilakukan bank sentral untuk
mengatasi Inflasi,yaitu:
1. Politik diskonto, yaitu mengatasi Inflasi dengan menaikkan
tingkat suku bunga sehingga masyarakat gemar menabung
dan kemudian peredaran uang dimasyarakat akan berkurang
sehingga Inflasi akan dapat diatasi.
2. Politik pasar terbuka, dengan menjual surat-surat berharga agar
jumlah uang yang beredar di masyarakat menjadi berkurang.

14
3. Politik cadangan kas dengan menaikkan cash ratio yang
digunakaan untuk mengurangi jumlah pemberian kredit yang
disedikan kepada masyarakat.

b. Kebijakan Fiskal
Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah sejalan dengan
kebijakan moneter. Ada tiga cara yang dilakukan sebagai berikut:
1. Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
2. Menaikkan tarif pajak. Jika tarif pajak dinaikkan tentu uang
yang dapat dibelanjakan oleh masyarakat semakin berkurang,
sehingga harga akan menurun.
3. Mengadakan pinjaman pemerintah. Pelaksanaannya dapat
dilakukan secara otomatis tanpa kompromi terlebih dahulu
misalnya agar uang tidak terlalu banyak beredar.
(Awaluddin:2017)

c. Kebijakan Non Moneter


Cara ini bisa ditempuh dengan tiga cara, yaitu:
1. Menaikkan hasil produksi, sekalipun jumlah uang beredar
bertambah.
2. Kebijaksanaan upah. Pemerintah menganjurkan kepada
serikat-serikat buruh untuk tidak menuntut kenaikan upah
selagi masih terjadi inflasi tanpa dibarengi dengan peningkatan
produksi.
3. Pengawasan harga, agar harga barang tidak terlalu naik,
pemerintah dapat melakukan pengawasan dan kalau perlu
menetapkan harga. Langkah lain untuk mengatasi inflasi
adalah dengan melakukan sanering yaitu dengan cara
menurunkan nilai nominal rupiah.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan


harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi
tidak hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara
bahkan dunia. Kenaikan harga ini berlangsung secara berkesinambungan
dan bisa makin meninggi lagi harga barang tersebut jika tidak
ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan-penyimpangan yang
menyebabkan terjadinya inflasi tersebut. Inflasi digolongan menjadi dua
golongan, yaitu natural inflation dan human error inflation. Karenanya,
hendaklah masyarakat bisa menjaga (hedging) terhadap harta kekayaannya
dengan cara yang bijaksana, tidak berprilaku boros dan hidup dalam
kesederhanaan.

Sebaiknya kita simak kutipan dari Yusuf Qardhawi yang


mengatakan Dz(al yang dapat membedakan antara sistem Islam dengan
sistem maupun agama lain, adalah bahwa antara ekonomi dan akhlak tidak
pernah terpisah sama sekali seperti halnya tidak pernah terpisah antara
ilmu dan akhlak, antara politik dan akhlak, dan antara perang dengan
akhlak. Akhlak adalah daging dan urat nadi kehidupan Islami. Karena
risalah Islam adalah risalah akhlak, sebagaimana pula tidak pernah
terpisah antara agama dan negara, dan antara materi dan ruhani. Seorang
Muslim yakin akan kesatuan hidup dan kesatuan kemanusiaan. Karena itu,
tidak bisa diterima sama sekali tindakan pemisahan antara kehidupan
dunia dan agama sebagaimana yang terjadi di Eropa. Demikian pula yang
digembar-gemborkan oleh faham kapitalis maupun lainnya

16
B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih terdapat


banyak kekurangan, oleh karena itu keritik, saran, dan masukan yang
sifatnyamembangun sangatlah kami harapkan untuk baiknya makalah ini
kedepannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Mulyani, R. (2020). Inflasi dan Cara Mengatasinya dalam Islam. Lisyabab, 1(2),


267-278.
Syakir, A. (2015). Inflasi dalam Pandangan Islam. Jurnal S3 IEF Trisakti
Intake, 13.
Parakassi, I. (2018). Inflasi dalam Perspektif Islam. Laa Maisyir: Jurnal Ekonomi
Islam, 4(2).
HARIYANTO, M. (2019). PERSPEKTIF INFLASI DALAM EKONOMI
ISLAM. Al-Mizan: Jurnal Ekonomi Syariah, 2(2), 79-95.
Awaluddin, A. (2017). Inflasi Dalam Prespektif Islam (Analisis Terhadap
Pemikiran Al-Maqrizi). JURIS (Jurnal Ilmiah Syariah), 16(2), 197-217

18

Anda mungkin juga menyukai