Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 1

HUKUM KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH


Kelas 3. 2

DOSEN PEMBIMBING

FRENADIN ADEGUSTARA, SH., MS.

OLEH :

FAJRI KURNIAWAN

1910111007

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
1. Pengertian Keuangan Negara dan Daerah

Keuangan negara memiliki banyak pengertian sesuai dengan pemahaman dan konteks
dalam hal apa keuangan negara itu dimaknai. Secara gramatikal keuangan negara terdiri dari
dua kata yaitu “keuangan” dan “negara. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keuangan
adalah hal-hal yang berkaitan dengan uang atau seluk-beluk tentang uang.1 Sedangkan, negara
adalah organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan
ditaati oleh rakyat.2 Artinya, secara etimologis keuangan negara dapat dimaknai sebagai segala
sesuatu yang berhubungan dengan seluk-beluk uang negara atau segala hal yang berkaitan
dengan uang yang dimiliki oleh negara.
Pemahaman keuangan negara dalam bidang keilmuan hukum administrasi negara
memiliki banyak pandangan yang dikemukakan oleh sarjana. Menurut Geodhart, keuangan
negara merupakan keseluruhan undang-undang yang ditetapkan secara periodik yang
memberikan kekuasaan pemerintah untuk melaksanakan pengeluaran mengenai periode
tertentu dan menunjukan alat pembiayaan yang diperlukan untuk menutup pengeluaran
tersebut.3 Melihat keuangan negara secara lebih luas, dalam disertasinya, Arifin P. Soeria
Atmadja menggambarkan dualisme pengertian keuangan Negara, yakni pengertian keuangan
Negara dalam arti yang luas dan pengertian keuangan dalam arti yang sempit. Pengertian
keuangan Negara dalam arti luas yang dimaksud ialah keuangan yang berasal dari APBN,
APBD, dan keuangan yang berasal dari Unit Usaha Negara atau Perusahaan-perusahaan milik
negara. Sedangkan pengertian keuangan Negara dalam arti yang sempit adalah keuangan yang
berasal dari APBN saja.4
Berbeda dengan Arifin P. Soeria Atmadja, Van Der Kemp memahami keuangan negara
sebagai keseluruhan hak yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu (baik
berupa uang ataupun barang) yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan hak-hak
tersebut. Pendapat Van Der Kemp ini pula yang kemudian secara konseptual diserap oleh
pembentuk undang-undang dalam merumuskan pengertian keuangan negara di dalam undang-
undang.

1
https://kbbi.kata.web.id/keuangan/, dikunjungi pada Senin, 21 Februari 2022, Pukul 16.04 WIB.
2
https://kbbi.kata.web.id/negara/,dikunjungi pada Senin, 21 Februari 2022, Pukul 16.10 WIB.
3
W. Ryawan Tjandra, 2014, Hukum Keuangan Negara, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta,
hlm,1.
4
Arifin P. soeria Atmadja, 2005, “Keuangan Publik dalam Perspektif Hukum Praktik dan Kritik”, Badan
Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, hlm, 54.

2
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara “Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan
uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.”. Pengertian ini, jika
dikaitkan berdasarkan sejarah berdirinya NKRI sangat dekat dengan konsep negara
kesejahteraan (welfare state) yang secara implisit tergambar di dalam UUD 1945.
Perbendaharaan negara didalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang perbendaharaan negara menyebutkan bahwa perbendaharaan negara adalah
pengelolaan dan pertanggung jawaban keuangan negara termasuk investasi dan kekayaan yang
dipisahkan yang ditetapkan dalam APBN dan APBD.
2. Ruang Lingkup Pengelolaan Keuangan Negara
Untuk mendukung terwujudnya pemerintahan yang baik (good governance) dalam
penyelenggaraan negara, perlu adanya pengelolaan keuangan negara yang diselenggarakan
secara profesional, akuntabel, dan bertanggung jawab sesuai dengan amanat konstitusi. Oleh
karena itu, UU Keuangan Negara kemudian menjabarkan aturan pokok yang sebelumnya telah
diatur secara implisit di dalam UUD tersebut, ke dalam asas-asas umum pengelolaan keuangan
negara. Asas-asas tersebut meliputi asas-asas yang telah lama dikenal dalam pengelolaan
keuangan negara, maupun asas-asas baru sebagai pencerminan best practice (penerapan
kaidah-kaidah yang baik). Terdapat empat prinsip dasar pengelolaan keuangan negara, yaitu
sebagai berikut:
(1) Akuntabilitas berdasarkan hasil atau kinerja;
(2) Keterbukaan dalam setiap transaksi pemerintah;
(3) Pemberdayaan manajer profesional; dan
(4) Adanya lembaga pemeriksa eksternal yang kuat, professional dan mandiri serta
dihindarinya duplikasi dalam pelaksanaan pemeriksaan.

Merujuk pada Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan, secara garis besar pengelolaan keuangan negara mencakup seluruh ruang
lingkup kegiatan yang dilaksanakan dalam proses keuangan negara itu sendiri. Bercermin
kepada pemahaman terkait dengan pengelolaan keuangan negara itu, maka penting untuk
mengetahui ruang lingkup keuangan negara. Ruang lingkup dari keuangan negara yang diatur
dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 meliputi:
(1) Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman;

3
(2) Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintah
negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
(3) Penerimaan negara;
(4) Pengeluaran negara;
(5) Penerimaan daerah;
(6) Pengeluaran daerah;
(7) Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa
uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan
daerah;
(8) Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan
tugas pemerintah dan/atau kepentingan umum; dan
(9) Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah.

Lebih jauh lagi, ruang lingkup keuangan negara tersebut kemudian dikelompokkan lagi
ke dalam tiga bidang pengelolaan, hal itu ditujukan untuk membentuk pengklasifikasian
terhadap pengelolaan keuangan negara. Adapun pengelompokan pengelolaan keuangan negara
menurut UU Keuangan Negara adalah:
(1) Bidang pengelolaan fiskal
(2) Bidang pengelolaan moneter
(3) Bidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan
Sub bidang fiskal, dan sub bidang moneter merupakan kelompok keuangan negara
dalam hal negara sebagai pemegang otoritas dalam membentuk kebijakan pemerintah terkait
pengelolaan keuangan negara yang ditujukan sepenuhnya untuk kemakmuran rakyat. Adapun
sub bidang kekayaan negara yang dipisahkan merupakan lingkup keuangan negara dalam hal
negara sebagai individu/private organ yang dalam setiap tindakannya ditujukan untuk
penyediaan layanan publik.
3. Pendekatan dalam Perumusan Keuangan Negara:
 Pendekatan dari sisi obyek; Dari sisi obyek, keuangan negara meliputi seluruh hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, di dalamnya termasuk berbagai
kebijakan dan kegiatan yang terselenggara dalam bidang fiskal, moneter dan atau
pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan. Selain itu segala sesuatu dapat berupa uang

4
maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban tersebut.
 Pendekatan dari sisi subyek; Dari sisi subyek, keuangan negara meliputi negara, dan/atau
pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada
kaitannya dengan keuangan negara.
 Pendekatan dari sisi proses; Dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian
kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek keuangan negara mulai dari proses
perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban.
 Pendekatan dari sisi tujuan; Dari sisi tujuan, keuangan negara meliputi seluruh kebijakan,
kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan
obyek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.
4. Negara Sebagai Badan Hukum “Sui Generis”

Negara sebagai pendukung hak dan kewajiban hukum menempatkan posisi sebagai
badan hukum dan secara mutatis mutandis merupakan subjek hukum. Pemerintah bukan subjek
hukum, ia hanya sekedar alat dari subjek hukum badan hukum negara yang dalam
melaksanakan pemerintahannya ia bertindak untuk dan atas nama negara. Pemerintah daerah
adalah alat dari badan hukum daerah, sama halnya dengan direksi dan komisaris pada PT
(termasuk BUMN persero) bukan merupakan subjek hukum yang dapat bertindak untuk dan
atas nama dirinya sendiri.

Peraturan perundang-undangan keuangan negara (daerah)

• UUD 1945; Pasal 23, Pasal 23 A, Pasal 23 B, Pasal 23 C, dan Pasal 23 D

• UU No. 20 Tahun 1997 Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak

• UU No. 24 Tahun 2002 Tentang Surat Utang Negara

• UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

• UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN

• UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

• UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab


Keuangan Negara

• UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan
Pemerintahan Daerah
5
• UU No. 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang

• UU No.. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan

• UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

• PP No. 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

• PP No. 74 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

• PP No. 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

• PP No. 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

• Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Tuntutan Ganti Kerugian
Negara/Daerah Terhadap Pegawai Negeri Bukan Bendahara Atau Pejabat Lain

• Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Anda mungkin juga menyukai