Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN II

“Penggabungan Badan Usaha (Business Combinations)”

DISUSUN OLEH:

1) LM BINTANG PRASETYO (B1C118112)


2) MAISHA EKY CAHYANI FARID (B1C119122)
3) MARDATILLAH AISYAH PUTRI (B1C119123)
4) MUHAMMAD BINTANG PASYA (B1C119136)
5) DEVI PERMATASARI (B1C119194)
6) ELSA APRILIA A. WALUKOU (B1C119198)

KELAS D

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

KENDARI

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

menganugerahkan rahmat-Nya, karunia, dan ridha-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Penggabungan

Badan Usaha (Business Combinations)” tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan Terima Kasih kepada Dosen

pembimbing serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah,

sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan semestinya.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk

itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran perbaikan dari semua pihak yang terkait.

Sehingga kekurangan yang ada dapat diperbaiki dan disempurnakan.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis berharap semoga dapat berguna dan bermanfaat

sebagaimana mestinya dan berharap pula bisa menambah pengetahuan dan wawasan bagi para

pembaca, khususnya mahasiswa.

Kendari, Maret 2022

Penulis,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 5
C. Tujuan .................................................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6
A. Pengertian ............................................................................................................................ 6
B. Bentuk Penggabungan Usaha .............................................................................................. 6
C. Alasan-Alasan Penggabungan Usaha .................................................................................... 8
D. Metode Akuntansi untuk Penggabungan Usaha .................................................................... 9
E. Penerapan Metode Penyatuan Kepentingan ........................................................................ 12
F. Penerapan Metode Pembelian ............................................................................................. 16
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 23
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 23
B. Saran .................................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 25

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggabungan usaha terjadi apabila dua perusahaan atau lebih membentuk suatu organisasi

tunggal untuk menjalani usaha. Penggabungan usaha dapat dilakukan dalam banyak bentuk yang

berbeda. Penggabungan kesatuan-kesatuan usaha ini sering kali dicapai melalui penyatuan

bermacam-macam perusahaan menjadi unit unit tunggal yang lebih besar. Pengendalian terhadap

kesatuan usaha dapat dicapai melalui pemilikan saham atau melalui dewan pimpinan yang saling

berpautan satu sama lain. Bermacam-macam tujuan dapat dicapai dalam penggabungan usaha.

Tujuan ini diantaranya adalah perolehan daerah pemasaran yang lebih luas dan volume penjulan

yang lebih besar.perolehan atau pengembangan organisasi yang lebih kuat dan produksi yang

lebih baik serta bakat manajemen,penghematan biaya,efisiensi pada skala operasi yang lebih

besar, peningkatan pengendalian pasar,perbaikan posisi bersaing dan lainnya.

Akuntansi untuk penggabungan usaha terdiri dari dua metode yaitu penggabungan usaha

berdasarkan penyatuan kepentingan (Pooling of interest) dan dengan metode pembelian

(purchase Method). Metode penyatuan kepemilikan dianggap kurang relevan dan mengabaikan

nilai ekonomis yang ditukar dalam transaksi sehingga dilarang penggunaannya diberbagai

Negara maju, namun di Indonesia kedua metode ini masih digunakan.

Secara umum, metode pembelian mengikuti prinsip akuntansi yang sama dalam pencatatan

penggabungan usaha yang diikuti dalam akuntansi untuk aktiva dan kewajiban berdasarkan

prinsip akuntansi yang berlaku secara umum.

4
Biaya perolehan bagi entitas pembeli untuk memperoleh perusahaan lain dalam suatu

penggabungan usaha diukur dengan jumlah kas yang dikeluarkan atau nilai wajar aktiva lain

yang didistribusikan atau surat berharga yang diterbitkan. Aktiva dinilai sesuai dengan nilai

wajarnya pada saat transaksi penggabungan terjadi, biasanya perusahaan menggunakan jasa

independen untuk menilai nilai wajar atau pun nilai pasar aktiva tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian penggabungan Usaha ?

2. Apa saja Bentuk Penggabungan Usaha ?

3. Apa Alasan-Alasan Penggabungan Usaha ?

4. Apa saja Metode Akuntansi untuk Penggabungan Usaha ?

5. Bagaimana Penerapan Metode Penyatuan Kepentingan?

6. Bagaimana Penerapan Metode Pembelian ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian penggabungan Usaha

2. Untuk mengetahui Bentuk Penggabungan Usaha

3. Untuk mengetahui Alasan-Alasan Penggabungan Usaha

4. Untuk mengetahui Metode Akuntansi untuk Penggabungan Usaha

5. Untuk mengetahui Penerapan Metode Penyatuan Kepentingan

6. Untuk mengetahui Penerapan Metode Pembelian

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Penggabungan usaha (business combination) adalah sebagai penyatuan dua tau lebih

perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan

(uniting) perusahaan lain ataupun memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi

perusahaan lain. Berdasarkan definisi tersebut, penggabungan tidak hanya terjadi ketika dua atau

libih perusahaan yang terpisah lebur menjadi satu entitas hukum, melainkan kedua atau lebih

perusahaan yang terpisah berada dalam satu pengendalian dimana salah satu perusahaan penjadi

pihak pengendali.

B. Bentuk Penggabungan Usaha

Adapun bentuk-bentuk penggabungan usaha menurut Arifin S (2002: 240-241) dapat

dibedakan ke dalam beberapa golongan, antara lain sebagai berikut:

1. Ditinjau dari bentuk penggabungannya, terdapat tiga bentuk penggabungan usaha sebagai

berikut :

- Penggabungan horisontal, yaitu penggabungan perusahaan-perusahaan yang sejenis

yang menjadi satu perusahaan yang lebih besar. Padal umumnya dasar dibentuknya

penggabungan usaha ini adalah untuk menghindari adanya persaingan diantara

perusahaan yang sejenis dan meningkatkan efisiensi diantara perusahaan-perusahaan

yang bersangkutan tersebut.

- Penggabungan vertikal, yaitu penggabungan perusahaan yang sebelumnya, keduanya

mempunyai hubungan yang saling menguntungkan, misalnya suatu perusahaan lain

6
yang kemudian pemasok (supplier) bahan baku perusahaan lain yang kemudian

bergabung agar dapat terjaga adanya kepastian bahan baku dan kontinuitas produksi.

- Penggabungan konglomerat, yaitu merupakan kombinasi dari penggabungan

horisontal dan vertikal. Penggabungan konglomerat ini merupakan gabungan dari

perusahaan-perusahaan yang memiliki usaha yang berlainan misalnya perusahaan

angkutan bergabung dengan perusahaan jasa hotel dan perusahaan makanan

(catering).

2. Sedangkan dari segi hukumnya, penggabungan usaha dibagi menjadi:

- Merger statutori (merger). Jenis penggabungan usaha dimana hanya ada satu dari

perusahaan yang bergabung yang bertahan dan perusahaan lainnya dibubarkan.

Aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang diakuisisi dipindahkan ke perusahaan

pengakuisisi dan perusahaan yang diakuisisi dibubarkan atau dilikuidasi. Setelah

merger operasi dari perusahaan yang dulunya terpisah sekarang berada di bawah satu

entitas.

- Konsolidasi statutori (konsolidasi). Penggabungan usaha di mana kedua perusahaan

yang bergabung dibubarkan serta aktiva dan kewajiban dari perusahaan perusahaan

tersebut dipindahkan ke perusahaan yang baru dibentuk. Operasi dari perusahaan

yang dulunya terpisah sekarang berada di bawah satu entitas dan tidak satu pun

perusahaan yang bergabung masih tetep berdiri sejak dilakukan konsolidasi.

- Akuisisi saham. Terjadi jika satu perusahaan mengakuisisi saham berhak suara dari

perusahaan lain dan kedua perusahaan tetap beroperasi sebagai dua entitas yang

terpisah, tetapi mempunyai hubungan istimewa (hubungan afiliasi). Karena tidak ada

7
perusahaan yang dilikuidasi, perusahaan pengakuisisi memperlakukan

kepemilikannya di perusahaan yang diakuisisi sebagai investasi. Dalam akuisisi

saham, perusahaan pengakuisisi tidak perlu mengakuisisi seluruh saham milik

perusahaan yang diakuisisi untuk memperoleh kendali. Hubungan yang timbul dari

akuisisi saham disebut hubungan induk dan anak perusahaan. Induk perusahaan

(parent company) adalah perusahaan yang mengendalikan perusahaan lain yang

disebut sebagai perusahaan anak (subsidiary), biasanya. melalui pemilikian mayoritas

di saham biasa.

C. Alasan-Alasan Penggabungan Usaha

Jika perluasan adalah sasaran utama dari perusahaan, mengapa usaha diperluas melalui

penggabungan dan bukan dengan melakukan konstruksi fasilitas-fasilitas baru? Beberapa alasan

yang mungkin untuk memilih penggabungan usaha sebagai alat perluasan adalah:

1. Manfaat Biaya (Cost Adventage). Seringkali lebih murah bagi perusahaan untuk

memperoleh fasilitas yang dibutuhkan melalui pengembangan. Hal ini benar, terutama

pada periode inflasi.

2. Risiko Lebih Rendah (Lower Risk). Membeli lini produk dan pasar yang telah didirikan

biasanya lebih kecil risikonya dibandingkan dengan mengembangkan produk baru dan

pasarnya. Penggabungan usaha kurang berisiko terutama ketika tujuannya adalah

diversifikasi.

3. Penundaan Operasi Pengurangan (Fewer Operating Delays). Fasilitas fasilitas pabrik

yang diperoleh melalui penggabungan usaha dapat diharapkan untuk segera beroperasi

dan memenuhi peraturan yang berhubungan dengan lingkungan dan peraturan pemerintah

yang lainnya.

8
4. Mencegah Pengambilalihan (Avoidance of Takeovers). Beberapa perusahaan bergabung

untuk mencegah pengakuisisian diantara mereka. Karena perusahaan-perusahaan yang

lebih kecil cenderung lebih mudah diserang untuk diambilalih, beberapa di antara mereka

memakai strategi pembeli yang agresif sebagai pertahanan terbaik melawan usaha

pengambilalihan oleh perusahaan lain. Perusahaan-perusahaan dengan rasio hutang-

terhadap ekuitas yang tinggi biasanya bukan merupakan calon pengambilalih yang

menarik. Dalam industri perbankan, contohnya, bank-bank yang independent

mengakuisisi bank-bank tetangganya untuk memperluas pangsa pasar (market share) dan

berkembang menjadi bank regional. Bank menggunakan penggabungan sebagai suatu

cara untuk mencegah pengambilalihan oleh bank asing.

5. Akuisisi Harta Tidak Berwujud (Acquisition of Intangible Assets). Penggabungan usaha

melibatkan penggabungan sumber daya tidak berwujud maupun berwujud.

D. Metode Akuntansi untuk Penggabungan Usaha


- Metode Penyatuan Kepentingan (pooling of interest)

Suatu penggabungan usaha yang memenuhi kriteria PSAK tahun 2007 No. 22

untuk penyatuan kepemilikan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan metode

penyatuan. Dalam metode penyatuan kepemilikan. diasumsikan bahwa kepemilikan

perusahaan-perusahaan yang bergabung adalah satu kesatuan dan secara relatif tetap

tidak berubah pada entitas akuntansi yang baru. Karena tidak ada salah satupun dari

perusahaan perusahaan yang bergabung telah dianggap memperoleh perusahaan

perusahaan yang bergabung lainnya, tidak ada pembelian, tidak ada harga pembelian,

sehingga karenanya tidak ada dasar pertanggungjawaban yang baru.

9
Pada metode penyatuan, aktiva dan kewajiban dari perusahaan perusahaan yang

bergabung dimasukkan dalam entitas gabungan sebesar nilai bukunya. Oleh karena

itu setiap goodwill pada buku masing-masing perusahaan yang bergabung akan

dimasukkan sebagai aktiva pada entitas yang masih beroperasi (disatukan). Laba

ditahan dari perusahaan-perusahaan yang bergabung juga dimasukkan dalam entitas

yang disatukan, dan pendapatan yang bergabung untuk seluruh tahun dengan

mengabaikan tanggal penggabungan usaha dilakukan.

Perusahaan-perusahaan terpisah dalam suatu penggabungan usaha masing-masing

dapat menggunakan metode akuntansi yang berbeda untuk mencatat aktiva dan

kewajiabannya. Dalam penggabungan secara penyatuan kepemilikan, jumlah yang

dicatat oleh masing-masing perusahaan dengan menggunakan metode akuntansi yang

berbeda dapat disesuaikan menjadi dasar akuntansi yang sama apabila perusahaan

tersebut diperlukan oleh perusahaan lainnya. Perubahan metode akuntansi untuk

menyesuaikan masing-masing harus berlaku surut, dan laporan-laporan keuangan

yang disajikan untuk periode-periode sebelumnya harus disajikan kembali (restated).

Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Pooling Of Interest

a) Semua aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang bergabung dinilai pada

nilai buku saat diadakan penggabungan.

b) Besarnya nilai investasi pada perusahaan yang bergabung sebesar jumlah

modal perusahaan yang digabung atau sebesar aktiva bersih perusahaan yang

digabung.

10
c) Bila terjadi selisih antara jumlah yang dibukukan sebagai modal saham yang

diterbitkan ditambah kompensasi pembelian lainnya dalam bentuk kas

ataupun aktiva lainnya dengan jumlah aktiva bersih yang diperoleh. maka

harus diadakan penyesuaian terhadap modal perusahaan yang akan digabung.

d) Laporan keuangan gabungan adalah penjumlahan dari laporan keuangan milik

perusahaan yang bergabung.

- Metode Pembelian (purchase)

Metode pembelian didasarkan pada asumsi bahwa penggabungan usaha

merupakan suatu transaksi yang salah satu entitas memperoleh aktiva bersih dari

perusahaan-perusahaan lain yang bergabung. Berdasarkan metode ini perusahaan

yang memperoleh atau membeli mencatat aktiva yang diterima dan kewajiban yang

ditanggung sebesar nilai wajarnya.

Biaya untuk memperoleh perusahaan (biaya perolehan) ditetapkan dengan cara

yang sama seperti pada transaksi lain. Biaya ini dialokasikan pada aktiva dan

kewajiban yang dapat diidentifikasikan sesuai dengan nilai wajarnya pada tanggal

penggabungan. Menurut PSAK tahun 2007 No.19 setiap kelebihan biaya perolehan

atas nilai wajar aktiva bersih yang diperoleh dialokasikan ke goodwill dan

diamortisasikan selama maksimum 20 tahun.

Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Purchase

 Menyesuaikan nilai aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang akan

digabung sebesar nilai wajarnya

11
 Mencatat transaksi penggabungan sebesar nilai investasinya (biaya perolehan).

Jika pengakuisisi mengeluarkan saham, maka nilai wajar saham tersebut

sebesar harga pasar pada tanggal transaksi penggabunga. Bila harga pasar tidak

dapat digunakan sebagai indikator, maka diestimasi secara proporsional

perusahaan pengakuisisi atau yang diakuisisi (mana yang lebih dapat

ditentukan).

 Membuat jurnal pemilikan aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang

digabung. Apabila terjadi selisih antara nilai investasi dengan aktiva bersih

yang diterima perusahaan pengakuisisi, maka selisih tersebut dicatat ke dalam

rekening goodwill pada kelompok aktiva.

E. Penerapan Metode Penyatuan Kepentingan

Dalam metode ini, jumlah yang dicatat berdasarkan metode yang berbeda harus disesuaikan

dan laporan keuangan harus dinyatakan kembali. Disini tidak ada pembelian oleh salah satu

perusahaan yang bergabung terhdap yang lain.

Dalam MERGER

Contoh : Menjelang penggabungan dengan metode penyatuan kepentingan, ekuitas

pemegang saham PT Jala dan PT Keti adalah sebagai berikut:

Keterangan PT Jala PT Keti Jumlah

Modal Saham @Rp 1000 Rp. 10.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 15.000.000

12
Tambahan Modal Setor Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000

Total Modal Setor Rp. 12.000.000 Rp. 8.000.000 Rp. 20.000.000

Saldo Laba Rp. 8.000.000 Rp. 2.000.000 Rp. 10.000.000

Saldo Neto dan Ekuitas Rp. 20.000.000 Rp. 10.000.000 Rp. 30.000.000

KASUS I (Modal Setor melebihi Modal Saham)

PT. Jala menerbitkan 7000 sahamnya untuk asset neto PT Keti. Dalam hal ini modal setor

Rp. 20.000.000, dan modal saham Rp. 17.000.000. tambahan modal setor Rp. 3.000.000, dan

saldo laba Rp. 10.000.000.

JURNAL PT. JALA

Asset Neto Rp. 10.000.000

Modal Saham @1000 Rp. 7.000.000

Tambahan Modal Setor Rp. 1.000.000

Saldo Laba Rp. 2.000.000

Mencatat penerbitan 7.000 saham dengan penyatuan kepentingan dengan PT Keti

KASUS 2 (Modal Saham melebihi Modal Setor)

PT. Jala menerbitkan 11.000 sahamnya untuk asset neto PT Keti. Disini modal saham PT.

Jala Rp. 21.000.000, dan modal setor Rp. 20.000.000. tidak ada tambahan modal setor dan saldo

laba Rp. 9.000.000. maksimum gabungan saldo laba Rp. 10.000.000 telah berkurang Rp.

1.000.000.

13
JURNAL PT. JALA

Asset Neto Rp. 10.000.000

Saldo Laba Rp. 1.000.000

Modal Saham @1000 Rp. 11.000.000

Mencatat penerbitan 11.000 saham dengan penyatuan kepentingan dengan PT Keti

Dalam KONSOLIDASI

Contoh PT Jala dan PT Keti bergabung dengan konsolidasi metode penyatuan kepentingan. PT

Jala dan PT Keti bubar, dan dibentuk PT Pede.

Keterangan PT Jala PT Keti Jumlah

Modal Saham @Rp 1000 Rp. 10.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 15.000.000

Tambahan Modal Setor Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000

Total Modal Setor Rp. 12.000.000 Rp. 8.000.000 Rp. 20.000.000

Saldo Laba Rp. 8.000.000 Rp. 2.000.000 Rp. 10.000.000

Aset Neto dan Ekuitas Rp. 20.000.000 Rp. 10.000.000 Rp. 30.000.000

KASUS 3 (Modal Setor melebihi Saham yang diterbitkan)

PT. Pede menerbitkan 17.000 sahamnya Rp. 1000 pari; untuk PT Jala 10.000 dan untuk PT Keti

7000 atas asset neto mereka. Dalam hal ini modal setor PT. Pede Rp. 20.000.000 melebihi saham

yang diterbitkannya Rp. 17.000.000.

JURNAL PT. PEDE

14
Asset Neto Rp. 30.000.000

Modal Saham @1000 Rp. 17.000.000

Tambahan Modal Setor Rp. 3.000.000

Saldo Laba Rp. 10.000.000

Mencatat penerbitan 10.000 saham untuk PT. Jala dan 7.000 untuk PT. Keti dengan penyatuan

kepentingan

KASUS 4 (Saham yang diterbitkan melebihi modal setor)

PT. Pede menerbitkan 21.000 sahamnya Rp. 1000 pari; untuk PT Jala 10.000 dan PT Keti 11.000

atas asset neto mereka. Disini saham yang diterbitkan PT Pede melebihi modal setornya Rp.

20.000.000.

JURNAL PT. PEDE

Asset Neto Rp. 30.000.000

Saldo Laba Rp. 9.000.000

Modal Saham @1000 Rp. 21.000.000

Mencatat penerbitan 10.000 saham dengan saham untuk PT. Jala dan 11.000 untuk PT. Keti

dalam penyatuan kepentingan

15
F. Penerapan Metode Pembelian

Metode pembelian didasarkan pada asumsi bahwa penggabungan usaha merupakan suatu

transaksi yang salah satu entitas memperoleh aktiva bersih dari perusahaan-perusahaan lain yang

bergabung. Berdasarkan metode ini perusahaan yang memperoleh atau membeli mencatat aktiva

yang diterima dan kewajiban yang ditanggung sebesar nilai wajarnya.

Biaya untuk memperoleh perusahaan (biaya perolehan) ditetapkan dengan cara yang sama

seperti pada transaksi lain. Biaya ini dialokasikan pada aktiva dan kewajiban yang dapat

diidentifikasikan sesuai dengan nilai wajarnya pada tanggal penggabungan. Menurut PSAK

tahun 2007 No.19 setiap kelebihan biaya perolehan atas nilai wajar aktiva bersih yang diperoleh

dialokasikan ke goodwill dan diamortisasikan selama maksimum 20 tahun.

Merger, konsolidasi, akuisisi adalah hal yang sangat umum dilakukan agar perusahaan dapat

memenangkan persaingan, serta terus tumbuh dan berkembang. Merger merupakan salah satu

pilihan terbaik untuk memperkuat fondasi bisnis, jika merger tersebut dapat memberikan sinergi.

Dalam makalah ini kami akan lebih memfokuskan pembahsan terhada penggabungan usaha yang

berbentuk meregr. Sutan Remy Syahdeini dalam makalah berjudul "Merger, Konsolidasi dan

Akuisisi Bank" memberikan definisi merger atau penggabungan usaha adalah penggabungan dari

dua Bank atau lebih dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu Bank dan

melikuidasi Bank-bank lainnya.

Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Purchase:

a. Menyesuaikan nilai aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang akan digabung sebesar

nilai wajarnya

16
b. Mencatat transaksi penggabungan sebesar nilai investasinya (biaya perolehan). Jika

pengakuisisi mengeluarkan saham, maka nilai wajar saham tersebut sebesar harga pasar

pada tanggal transaksi penggabunga. Bila harga pasar tidak dapat digunakan sebagai

indikator, maka diestimasi secara proporsional perusahaan pengakuisisi a yang lebih

dapat ditentukan). yang diakuisisi (mana

c. Membuat jurnal pemilikan aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang digabung. Apabila

terjadi selisih antara nilai investasi dengan aktiva. bersih yang diterima perusahaan

pengakuisisi, maka selisih tersebut dicatat ke dalam rekening goodwill pada kelompok

aktiva.

d. Apabila penggabungan dianggap sebagai pembelian maka harus ada dasar baru untuk

membukukan dan mempertanggungjawabkan aktiva yang diperoleh. Dalam hal ini,

aktiva harus dicatat sebesar harga pokoknya bagi pembeli sehingga jumlahnya tidak perlu

sama dengan nilai yang perlu dilaporkan pada buku penjual.

e. Ketika transaksi pembelian berlangsung kita perlu menyesuaikan atau menentukan nilai

aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang akan digabung sebesar nilai wajarnya pada

saat itu.

f. Nilai agregat yang diberikan kepada aktiva bersih yang diperoleh (termasuk goodwill)

akan sama dengan biaya yang terpakai dalam transaksi pembelian tersebut.

g. Pada penggabungan usaha yang tergolong sebagai pembelian alat tukar yang diberikan

untuk mengambil alih perusahaan lain bisa berupa uang bisa juga berupa aktiva lain atau

surat berharga dari pembeli. Jika aktiva selain kas digunakan ,maka nilainya saat itu perlu

diperhatikan agar total harga beli bisa ditentukan.

17
h. Mencatat transaksi penggabungan sebesar nilai investasinya (biaya. perolehan). Jika

pengakuisisi mengeluarkan saham, maka nilai wajar saham tersebut sebesar harga pasar

pada tanggal transaksi penggabungan. Bila harga pasar tidak dapat digunakan sebagai

indikator, maka diestimasi secara proporsional perusahaan pengakuisisi atau yang

diakuisisi (mana yang lebih dapat ditentukan dengan menggali factor-faktor lain dari

transaksi pertukaran).

i. Membuat jurnal pemilikan aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang digabung. Apabila

terjadi selisih antara nilai investasi dengan aktiva bersih yang diterima perusahaan

pengakuisisi, maka selisih tersebut dicatat ke dalam rekening goodwill pada kelompok

aktiva.

j. Jika harga beli lebih rendah dari jumlah aktiva bersih yang dapat diidentifikasi ada

beberapa perlakuan akuntansi yang bisa dipertimbangkan untuk digunakan.mungkin kita

berpendapat bahwa penghematan tersebut yang diperoleh berkat kemampuan pembeli

untuk membeli dengan harga lebih murah harus diakui sebagai laba periode berjalan.

Akan tetapi aktiva yang dibeli lazimnya dicatat sebesar harga pokoknya dan keuntungan

pada umumnya tidak diakui dari pembelian tetapi justru dari penjualan perlakuan lain

dengan memperlakukan selisih tersebut sebagai goodwill negative dan memasukkan

saldonya bersama sama dengan ekuitas pada neraca.

Negative Goodwill adalah lawan dari Goodwill, entah kenapa ini lebih dikenal sebagai

goodwill negative dibandingkan dengan BADWILL. Goodwill negative terjadi apabila suatu

perusahaan dibeli oleh perusahaan lain lebih rendah dari net asset-nya. Dengan contoh

perhitungan dan pengakuan goodwill di atas, goodwill negative didapatkan dari beberapa

kemungkinan yang tertera pada beberapa kasus diatas.

18
Ekses Pembelian dalam Penggabungan

Pada 27 desember 20x4 PT A memperoleh asset neto PT X dalam penggabungan dengan

pembelian. Asset dan liabilitas PT Y saat itu adalah sebagai berikut.

Selisih antara biaya perolehan diatas nilai wajar asset neto yang diperoleh diakui sebagai

goodwill. Sebaliknya selisih lebih nilai wajar asset neto yang diperoleh diatas biaya perolehan

diakui sebagai negative goodwill.

19
Kasus 1 (Goodwill)

PT X membayar Rp. 40.000.000 kas dan menerbitkan 50.000 sahamnya Rp. 1.000 par,

harga pasar Rp. 2.000/saham untuk asset neto PT. Y. Jurnal mencatat penggabungan pada buku-

buku X saat itu sbb:

Jurnal yang dicatat PT X

Investasi dalam Y Rp. 140.000.000

Kas Rp. 40.000.000

Saham Biasa Rp. 1000 par Rp. 50.000.000

Tambahan Modal Setor Rp. 50.000.000

Mencatat penerbitan 50.000 saham ditambah Rp. 40.000.000 kas dalam penggabungan Y

dengan metode pembelian.

Jurnal yang dicatat PT X

Kas Rp. 5.000.000

Piutang Net Rp. 15.000.000

Persediaan Rp. 25.000.000

Tanah Rp. 10.000.000

Gedung Rp. 50.000.000

Peralatan Rp. 35.000.000

Paten Rp. 5.000.000

Goodwill Rp. 20.000.000

20
Hutang Rp. 7.000.000

Hutang Wesel Rp. 13.500.000

Liabilitas Lain Rp. 4.500.000

Investasi dalam Y Rp. 140.000.000

Membebankan biaya Y ke aset identifiable yang diperoleh dan liabilitas berdasarkan nilai wajar

dan ke goodwill

Kasus 2 (Negative Goodwill)

PT X menebitkan 40.000 saham Rp. 1.000 par dengan harga pasar Rp. 2.000/saham dan juga

memberikan wesel bayar 5 tahun bunga 10% Rp. 20.000.000 untuk asset neto PT Y. Jurnal

pencatatan dengan pembelian saat itu adalah :

Jurnal yang dicatat PT X

Investasi dalam Y Rp. 100.000.000

Wesel Bayar 10% Rp. 20.000.000

Saham Biasa Rp. 1.000 par Rp. 40.000.000

Tambahan Modal Setor Rp. 40.000.000

Mencatat penerbitan 40.000 par ditambah Rp. 20.000.000 wesel bayar 10% dengan

penggabungan Y dengan pembelian

Jurnal yang dicatat PT X

Kas Rp. 5.000.000

21
Piutang Net Rp. 14.000.000

Persediaan Rp. 25.000.000

Tanah Rp. 8.000.000

Gedung Rp. 40.000.000

Peralatan Rp. 28.000.000

Paten Rp. 4.000.000

Hutang Rp. 6.000.000

Hutang Wesel Rp. 13.500.000

Liabilitas Lain Rp. 4.500.000

Investasi dalam Y Rp. 100.000.000

Jumlah yang ditetapkan pada tiap-tiap akun aktiva dan kewajiban pada jurnal diatas

ditetapkan sesuai dengan ketetapan PSAK No.22 untuk penggabungan usaha secara pembelian.

Karena nilai sebesar Rp120.000.000 dari aktiva bersih yang diperoleh dapat diidentifikasi

melebihi harga beli Rp 100.000.000 sebesar Rp20.000.000 jumlah yang ditetapkan atas aktiva

tidak lancar dikurangkan sebesar 20 persen (kelebihan sebesar Rp20.000.000/nilai wajar aktiva

tidak lancar Rp100.000.000).

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penggabungan usaha dilakukan untuk tujuan tertentu dari dua perusahaan atau lebih menjadi

unit-unit tunggal yang lebih besar. penggabungan usaha dapat dilakukan dalam banyak bentuk

yang berbeda. Akuntansi untuk penggabungan usaha terdiri dari dua metode,antara lain metode

penyatuan kepemilikan (pooling of interest) dan metode pembelian (Purchase Method) dimana

kedua-duanya masih dipakai di Indonesia.

Metode pembelian merupakan suatu metode penggabungan usaha dimana berupa transaksi

yang salah satu entitas memperoleh aktiva bersih dari perusahaan-perusahaan lain yang

bergabung. Berdasarkan metode ini perusahaan yang memperoleh atau membeli mencatat aktiva

yang diterima dan kewajiban yang ditanggung sebesar nilai wajarnya.

Secara umum,metode pembelian mengikuti prinsip akuntansi yang sama dalam pencatatan

penggabungan usaha yang diikuti dalam akuntansi untuk aktiva-aktiva dan kewajiban-kewajiban

berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum.

Ada tiga kelompok biaya yang dikeluarkan pada saat penggabungan usaha dilakukan yaitu

biaya langsung yang berhubungan dengan penerbitan saham,biaya langsung yang tidak

berhubungan dengan penerbitan saham dan biaya tidak langsung seperti gaji manajemen.

Ada beberapa ketentuan atau poin penting dari metode pembelian. diantaranya: (a) Apabila

penggabungan dianggap sebagai pembelian aktiva harus dicatat sebesar harga pokoknya bagi

pembeli sehingga jumlahnya tidak perlu sama dengan nilai yang perlu dilaporkan pada buku

penjual, (b) Ketika transaksi pembelian berlangsung ,kita perlu menyesuaikan atau menentukan

23
nilai aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang akan digabung sebesar nilai wajarnya pada

saat itu, (c) Jika pengakuisisi mengeluarkan saham, maka nilai wajar saham tersebut sebesar

harga pasar pada tanggal transaksi penggabungan perusahaan pengakuisisi, (d) Apabila terjadi

selisih antara nilai investasi dengan aktiva bersih yang diterima perusahaan pengakuisisi, maka

selisih tersebut dicatat ke dalam rekening goodwill pada kelompok aktiva dan Jika harga beli

lebih rendah dari jumlah aktiva bersih yang dapat diidentifikasi selisih tersebut sebagai goodwill

negative dan memasukkan saldonya bersama sama dengan ekuitas pada neraca.

B. Saran

Indonesia sebaiknya sudah tidak lagi menggunakan metode penyatuan kepemilikan, karena

dianggap kurang relevan dan mengabaikan nilai ekonomis yang ditukar dalam transaksi. Negara

maju telah melarang metode penyatuan kepentingan ini, dan lebih memilih menggunakan metode

pembelian. Namun, di Indonesia kedua metode ini masih digunakan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Baker, Richard E. Lembke, Valdean C. King, Thomas E. 2013. Akuntansi Keuangan Lanjutan

(Perspektif Indonesia) Buku I. Jakarta: Salemba Empat

A. Beams, Floyd, dan Amir Abadi Yusuf. 2004. Akuntansi Keuangan Lanjutan Di Indonesia.

Buku I. Salemba Empat: Jakarta

https://id.scribd.com/document/455678996/MAKALAH-AKL-PENGGABUNGAN-USAHA

25

Anda mungkin juga menyukai