Anda di halaman 1dari 4

PRODI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DR. SOETOMO SURABAYA
.............................................................................................................

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2021/2022

MATA KULIAH : POLITIK HUKUM


HARI/TANGGAL : SELASA, 18 JANUARI 2022
SEMESTER/KELAS : GANJIL/
WAKTU/SIFAT : TERBUKA
DOSEN : Dr DUDIK DJAJA SIDARTA, S.H.,M.HUM
....................................................................................................................................
SOAL :
TEMA
POLITIK HUKUM INDONESIA SEJAK PROKLAMASI SAMPAI PADA REFORMASI
TENTANG PROSES DEMOKRASI DI INDONESIA
1. Kaitan antara Perdebatan HAM antara Soekarno-Sopomo dengan Moh Yamin dan Moh
Hatta
2. Sejarah politik hukum sistem pemerintahan di Indonesia awal kemerdekaan sampai Dekrit
Presiden 1959

DITULIS
Di dalam kertas F4 maksimal 3 lembar dengan huruf cetak New Times Romas 12, serta dua
spasi
Nama : Anggun Agung Prasetyo

NIM : 202141950057

1. Kaitan negara hukum menempatkan ide perlindungan HAM sebagai salah satu elemen

penting dengan mempertimbangkan banyak hal. Maka konstitusi harus memuat

pengaturan hak asasi manusia agar ada jaminan negara terhadap warga negara. Salah satu

perubahannya dalam Amandemen UUD 1945 adalah pengaturan hak warga negara lebih

komprehensif dibandingkan dengan UUD 1945 (pra-amandemen) yang mengatur secara

singkat. Adapun cacatan tentang pelanggaran hak asasi manusia yang buruk di era

Pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto memberikan

pelajaran bahwa setidaknya pengaturan hak warga negara harus lebih cermat karena HAM

merupakan nilai-nilai universal yang telah diakui secara universal.

Hal tersebut menunjukkan bahwa perlindungan hak warga negara telah menjadi

pembicaraan serius persiapan kemerdekaan RI. Pertama, Soekarno yang menjabat sebagai

presiden pertama Indonesia dan guru besar Profesor Soepomo menolak memasukkan soal

Hak Asasi menusia ke dalam UUD 1945 dengan alasan negara sebagai kepala keluarga

bagi rakyatnya pasti memberikan perlindungan warga negara dalam konstitusi. Kedua,

Moh. Hatta yang menjabat sebagai wakil presiden dan Moh. Yamin berpendapat tentang

pentingnya memasukkan perlindungan hak warga negara ke dalam konstitusi agar

mendapatkan kepastian hukum. Perlindungan tersebut mencapai momentum ketika

diadakan amandemen UUD 1945. Namun, kecemasan Moh. Hatta dan Moh. Yamin

terbukti di era Demokrasi termpimpin Soekarno dan Orde Baru Soeharto. Pada masa itu,

terjadi pelanggaran hak warga negara, baik dalam kebebasan berkumpul maupun hak

politik memilih pimpinan nasional dalam sebuah pemilu. Bahkan Soekarno mendapatkan

hak menjadi presiden seumur hidup melalui proses hukum Majelis Permusyawaratan

Rakyat Sementara. Adapun soeharto menjadi presiden kedua dan menjadi pemimpin

sampai 32 tahun sebelum mengundurkan diri pada 21 mei 1998 di tengah arus

demonstrasi yang berkelanjutan.

Gelombang reformasi 1998 memicu kembali gagasan pengaturan hak warga negara dalam

UUD dan memiliki cita-cita ketatanegaraan yang demokratis berdasarkan hukum. Salah

satu perubahan penting adalam amandemen UUD 1945 adalah pengaturan hak warga
negara lebih komprehensif dibandingkan dengan UUD 1945 (pra-amandemen).

Amandemen UUD 1945 juga mengurus Lembaga judicial review sebagai upaya menolak

perundang-undangan yang bertentangan dengan hak asasi manusia. Judicial review di

Mahkamah Konstitusi akan menghindarkan hadirnyaa produk undang-undang yang

inkosntitusional,terutama bertentangan dengan hak hak warga negara.

3. Sejarah politik hukum sistem pemerintahan di Indonesia awal kemerdekaan sampai Dekrit

Presiden 1959

Pada masa-masa awal kemerdekaan atau lebih dikenal dengan istilah masa revolusi

kemerdekaan, khususnya antara bulan Agustus sampai November 1945 fungsi MPR,

DPR, dan DPA dijalankan sepenuhnya oleh Presiden Soekarno, sesuai dengan

Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang berlaku saat itu.

a. Periode Revolusi Kemerdekaan (18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949)

Sehari setelah proklamasi dikumandangkan, para pemimpin bekerja keras

membentuk lembaga kepemerintahan sebagaimana layaknya suatu negara merdeka.

Dalam kesempatan ini, PPKI menyelenggarakan rapat pada tanggal 17 Agustus 1945,

sebagai rapat yang pertama setelah proklamasi kemerdekaan. Atas inisiatif Soekarno

dan Hatta, mereka merencanakan menambah 9 orang sebagai anggota baru yang

terdiri dari para pemuda seperti Chairul Saleh dan Sukarni. Namun, karena para

pemuda menganggap bahwa PPKI bentukan Jepang, akhirnya para pemuda

meninggalkan tempat.

1. Pengesahan UUD 1945


2. Pemilihan presiden dan wakil presiden
3. Pembagian wilayah Indonesia
4. Pembentukan kementerian
5. Pembentukan komite nasional Indonesia
6. Membentuk kekuatan pertahanan dan keamanan.
b. Periode Berlakunya Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950)

Untuk menyelesaikan pertikaian Belanda dengan RepubIik Indonesia, Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) turun tangan dengan menyelenggarakan Konferensi Meja

Bundar (KMB) di Den Haag (Belanda) tanggal 23 Agustus – 2 November 1949.

Konferensi ini dihadiri oleh wakil-wakil dari RepubIik Indonesia, BFO (Bijeenkomst
voor Federal Overleg, yaitu gabungan negara-negara boneka yang dibentuk Belanda),

dan Belanda, serta sebuah komisi PBB untuk Indonesia. KMB tersebut menghasilkan

tiga buah persetujuan pokok, yaitu: Didirikannya Negara Republik Indonesia Serikat;

Penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat; dan Didirikan uni antara

RIS dengan Kerajaan Belanda.

c. Periode UUDS 1950 (17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959)

Setelah Indonesia kembali menjadi negara kesatuan RI sampai tahun 1959,

demokrasi Indonesia menganut Demokrasi Liberal. Sistem pemerintahannya juga

liberal. Semenjak tahun 1950 Indonesia dibagi menjadi 10 daerah provinsi yang

otonom. Dalam kurun waktu ini telah terjadi jatuh bangun kabinet hampir setiap

tahun. Sampai berakhirnya UUDS tahun 1950, terdapat 7 kabinet yang memerintah.

Kabinet tersebut adalah kabinet Natsir (September 1950-Maret 1951), Kabinet

Sukiman (April 1951-Februari 1952), Kabinet Wilopo (April 1952-1953), Kabinet

Ali Sastroamidjojo I (Juli 1953-1955), Kabinet Burhanudin Harahap (1955-1956),

Kabinet Ali Sastroamidjojo II (Maret 1955-1957), dan Kabinet Juanda (1957-1959)

d. Perdebatan Konstituante dan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 (Masa Demokrasi

Terpimpin)

Sejak dekrit 5 Juli 1959, negara Indonesia berdasarkan UUD 1945. Masa ini disebut

dengan masa Orde Lama (ORLA) Pada masa itu dipaksakan doktrin seolah-olah

negara berada dalam keadaan revolusi dan presiden sebagai kepala negara otomatis

menjad pemimpin besar revolusi. Badan Konstituante yang sudah terpilih melalui

pemilihan umum dilantik pada tanggal 10 November 1956. Tugas badan ini bersama-

sama dengan pemerintah menetapka Undang-Undang Dasar yang tetap, dan sedianya

untuk menggantikan UUDS 1950. Besar harapan rakyat terhadap kinerja badan ini

untuk segera menghasilkan UUD baru yang mampu memberikan suatu system politik

yang stabil. Namun, nampaknya harapan ini pun harus runtuh di tengah jalan.

Anda mungkin juga menyukai