Anda di halaman 1dari 3

NAMA : SUCI MUTIARA DEWI

NIM : 8216118007
KELAS : PENDIDIKAN OLAHRAGA (B/2021)
TUGAS : TR 3 AZAS & FILSAFAT OLAHRAGA

1. Apa itu physical literasi?

Penjelasan :

Tremblay et al. (2018) menjelaskan bahwa PL adalah kondisi individu yang


memiliki kemampuan secara fisik, motivasi, percaya diri, tanggung jawab, pengetahuan
dan pemahaman terhadap aktivitas yang dilakukan. Sehingga ketika pembudayaan PL
dilakukan secara terus menerus dan terprogram, maka individu tersebut akan menjadi
individu yang literat secara fisik. Fisik atau jasmani bugar, sudah dipastikan akan sehat,
jika sehat maka belajar setiap mata pelajaran akan berjalan dengan baik dan lancar.

Margaret Whitehead dalam Made Pramono (2017: 4) mendeskripsikan physical


literacy/melek jasmaniah dengan memperluas pandangan dari UNESCO diatas sebagai:
kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, mengintepretasi, mencipta, merespon
secara efektif, dan mengkomunikasikan menggunakan dimensi ketubuhan manusia dalam
cakupan luas situasi dan konteks.

Physical literacy adalah konstruksi yang muncul dalam promosi kesehatan anak-
anak, dan dapat mempengaruhi kebiasaan aktivitas fisik seumur hidup mereka (Belanger
et al., 2018). Kemudian dalam Webinar Pendidikan Jasmani (Mutohir, 2020) menyatakan
bahwa literasi jasmani (physical literacy) adalah kemampuan untuk menggerakan badan
secara percaya diri selama beraktivitas fisik, memilih gaya hidup sehat dan mempraktikan
variasi keterampilan olahraga disekolah, rumah dan komunitas lainya.

2. Siapa yang terlibat dalam physical literasi?


Penjelsan :
Adapun yang terlibat dalam physical literasi adalah siswa SD dan guru, karena
pentingnya PL untuk pengembangan Hal ini disebabkan penjas di SD memiliki peranan
penting dalam perkembangan siswa yaitu mendorong siswa untuk belajar gerak sehingga
dapat meningkatkan keterampilan gerak, mengembangkan kebugaran meningkatkan
pengetahuan tentang gerak, menstimulasi agar aktif dalam melakukan gerak.

3. Mengapa physical literasi tercipta?

Penjelasan : Karena disebabkan banyak siswa SD yang mengalami panyakit degeneratif


yang diakibatkan kurangnya dalam melakukan aktivitas gerak (inactivity) yaitu
noncomunicate diseases (NCDs) dan gangguan kesehatan umum lainnya seperti obesitas,
serangan jantung, hypertensi, kanker, dan diabetes (WHO, 2014). Selain itu, siswa juga
mengalami keterlambatan dalam perkembangan sosial, emosional, dan kognitif yang
terjadi sepanjang hidupnya, memiliki keterampilan gerak rendah, menunjukkan sikap
kurang aktif dalam belajar dibanding siswa yang memiliki keterampilan gerak baik
(Williams, Pfeiffer, O’neill, Dowda, McIver, Brown, & Pate, 2008), penurunan dalam
kemampuan kosa kata dan keterampilan matematika yang dikarenakan siswa sulit untuk
memusatkan perhatian, dan keterlambatan dalam keterampilan gerak (Pagani, Fitzpatrick,
& Barnett, 2013).

4. Kapan physical literasi tercipta?

Penjelasan :

physical literacy mulai muncul pada awal abad 21 tepatnya pada tahun 2004 ketika
UNESCO menyatakan latar belakang dan pendefinisian tentang literasi. Oleh UNESCO,
literasi diidentifikasikan lebih dari sekedar kegiatan membaca dan menulis. Lebih dalam,
bahwa literasi adalah tentang bagaimana berkomunikasi sosial dan ini mencakup juga
praktek dan hubungan-hubungan sosial sebagaimana pengetahuan, bahasa, dan budaya
(Made Pramono, 2017: 3).
5. Dimana physical literasi itu digunakan?

Penjelasan :

Di lingkungan Sekolah khususnya untuk pembelajaran pendidikan jasmani , karena


pendidikan jasmani di sekolah idealnya mampu mengantarkan peserta didik menjadi
insan yang terdidik atau terliterasi secara jasmaniah sebagai akibat dari pengalaman
dalam kegiatan belajar melalui aktivitas jasmani.

6. Bagaimana physical literasi dapat dilaksanakan?

Penjelasan :

Physical literasi dapat terlaksana dalam pembelajaran penjas karena dalam melaksanakan
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan capaian pembelajaran pendidikan jasmani
untuk SD saat ini. Adapun dalam melaksanakan penjas harus dilaksanakan secara
konsisten dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan bagi siswa. Akan tetapi, yang
menjadi permasalahan PL merupakan suatu konsep capaian pembelajaran yang baru dan
masih belum banyak bentuk aktivitas pembelajaran yang bisa digunakan untuk
mengembangkan PL siswa

Anda mungkin juga menyukai