TTr.nyy A TT A 1U
'fTr.rT ATA .. ,
nr.a• A •tr.A AT
organisasi-organisasi komunitas.
68
4.2.1. Birokrasi
Birokrasi dipand
ang Seba .
pada implementasi kebiiak ga, agen administrasi Y
.. k i an p ang bert
ke bIJa an negara . . andangan . . b anggung jawab
maJu mau '"' erfaku .
mempunyai kewenangan pun negara yang sedang be:ntuk implementasi
implementasi keb·· k Yang besar untuk embang. Birokrasi
IJa an dalam . sepenuhnya m
lembaga legislatif Hal . . Wllayah operasinya karena enguasai area
· 1m juga d. mendapat m d .
legislatif dan . isebabkan peratur an at dan
pres1den bersifat an perundangan yang dib t
segala aspek t . umum dan tidak m ua
ekms yang dibut hk engatur secara mendetail
mencapai tujuannya. Dengan k tu la~ agar implementasi berbagai program
pe a a am para rf .
rumusan undang-undang tid k , pa rs1pan yang terlibat dalam
d I . . a mengembangka be .
a am guide/mes yang rinc. d . n rbagar ketentuan/kebijakan
k . ' an operas,onal Hal . . . .
ompleks1tas masalah . · '"' mungk,n d1sebabkan oleh
. . yang d1hadapi, keterbata
part1s1pan, atau bahkan k . san waktu, kepentingan/ nilai
urangnya infonnasi Ak'bat 1 . .
kewenangan melak k . . · nya b1rokras1 mempnyai
u an d1skres1 kebijakan S
merupakan tindakan Y d' · ecara konseptual diskresi
masalah k ang itempuh oleh administrator untuk menyelesaian
. asus tertentu ., ' da1am rmplementasi)
(yang teriad· • yang tidak atau belum
d1atur dalam regulasi yang baku.
.Peran
. birokrasi yang ·
domrnan dalam area implementasi cukup
menJad1kannya sebagai aktor yang powerful/. Karena kekuatan birokrasi atas
diskresi kebijakan tanpa disertai dengan kontrol ekstemal yang memadai
menyebabkan birokrasi kuat pula secara politik. Kekuatan birokrasi dalam
diskresi ditambah dengan rekruitmen birokrat tanpa melalui pemilihan
menyebabkan birokrasi berada dalam posisi yang berseberangan dengan
demokrasi. Birokrasi dan demokrasi merupakan dua konsep yang dilematis. Jika
pemerintahan demokratis menekankan pluralisme sementara birokrasi
menekankan pada efektivitas implementasi kebijakan. Di satu pihak pluralisme
menghendaki adanya peran publik dalam proses kebijakan, termasuk peran
kontrol. Di sisi lain, kontrol akan menghilangkan kreativitas birokrasi dalam
melakukan diskresi sehingga memungkinkan hambatan pencapaian tujuan
.. k & kt·t Sekalipun deskresi secara teoritis dianggap
ke b1Ja an secara e,e r .
. k t ks masyarakat yang dinamis diperlukan agar
peny,mpangan , namun dalam one
·an dengan aspirasi masyarakat.
suatu kebijakan dapat melakukan penyesuar
69
4.2.2.Badan Legislatif
Seca ra tradisional ada pandan .
.. . . gan dalam llmu administrasi negara yaitu
ah. Politik dianggap lebih
polrt1k dan admm1strasi adalah aktivitas yang terpis
an kebijakan publik yang
mem usatk an perhatiannya pada aktivitas merumusk
dan eksekutif. Sedangkan
ditan gani oleh lemb aga politis negara, yaitu legislatif
implementasi kebijakan yang
kebijakan administrasi lebih terkonsentrasi pada
bervariasi. Kenyataannya
ditangani oleh agen-agen administratif (birokasi) yang
perumusan kebijakan di
banyak agen administrasi yang justru terlibat dalam
kan publik. Hal ini terjadi
samp ing tugas utamanya mengimplementasikan kebija
kung kebijakan yang sudah
saat birokrasi mem buat serangkaian peraturan pendu
terlibat dalam implementasi
ada. Seda ngka n lembaga legislatif dapat juga
yang spesifik dan mendetail.
kebijakan ketika mereka ikut menentukan peraturan
kin terbatas ruang· gerak
Sem akin mend etail legislasi yang dibuat, akan sema
si menetapkan adanya
yang dimil iki agen-agen administrasi. Misalnya, legisla
k yang ditetapkan ·dalam
adan ya pemb atasa n spesifik sumber biaya suatu proye
kin menolak kecuali harus
Unda ng-U ndan g, agen-agen administrasi tidak mung
berbagai risiko administrasi
mela ksan akan . Namun dengan mempertimbangkan
(ini terjadi dalam negara
tertentu administrasi dapat melakukan penolakan
a,
. . . d at berbeda kalau ada ketentuan. .yang lebih. . leluas
demokrat1s). Keadaan 1m ap
menJa d1kan para
.. 1 8 k dibatasi. Dalam kasus im
rd . . .
misalnya J1ka sumb er dana
engaruhi tindakan agen adm1mstras1 dalam
legislator akan terus berupaya memp
70
implementasinya diangg .
ap merug1kan
hukum. Menang gapi t t masyarakat sehingga menjadl perkara
un utan tersebut I .
ketentuan-ketentuan im . ' embaga perad1lan dapat merevisi
1
P ementas, agar tid k .
banyak kasus, pengaruh . a merug,kan masyarakat. Oalam
1
pa mg besar lemba .
kebijakan publik adal h . . ga perad,lan terhadap implementasi
a melalu, mterpret .
statuta aturan adm· . t as, aparat hukum terhadap berbagai
' tnlS ratif dan reg I .
admins itratif yang dihadapi. ' u aSi serta review mereka terhadap kasus
71
menjadi fokus sentral dalam kegiatan administrasi bukan berfokus pada
kepentingan publik. '
72
~encapai tu!u~n yang telah ditetapkan
1mplementas1 mi pada d dalam kebijakan tersebut. Model
asamya tidak . h
pendekatan top-down d Jau berbeda dengan model
. alam hal h
hngkungan kebijakan H . per atian terhadap kebijakan dan
· · anya saJa dalam hal ini diangga bahwa suatu
implementasi akan efekff . P
yang telah d" . ' apab1la birokrasi pelaksananya mematuhi apa
iganskan oleh t
. . pera uran (petunjuk pelaksanaan maupun
petunJuk tekms). Dengan de .k. .
• • b" mi ian dapat d1pahami jika model implementasi
lnl 1e lh difokuskan pad k .
. . a esesua1an antara apa yang ditetapkan/
d1ganskan/diatur den
gan pe1aksanaan program tersebut.
c) Model Bottom-Up .
Model ini merupakan krTk
1' an terhadap model pendekatan top-down terkait
dengan pentingnya faktor-faktor lain dan interaksi organisasi. Misalnya
implementasi harus memperhatikan interaksi antara pemerintah dengan
warga negara. lmplementasi dalam konteks model ini dapat dipahami dari
pemahaman bahwa implementasi sebagai p"roses yang disusun melalui
konflik dan tawar menawar, implementasi harus memakai multiple
frameworks, implementasi harus dianalisis dalam institusional structures,
implementasi kebijakan merupakan proses alur. Model proses atau alur ini
melihat proses kebijakan dari perspektif perubahan sosial dan politjk, dimana
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah bertujuan untuk mengadakan
perbaikan atau perubahan dalam masyarakat sebagai kelompok sasaran.
Dengan demikian, dapat dipahami jika model implementasi ini lebih
memberikan fokus pada perubahan secara sosial dan politik yang dirasakan
sektor publik.
73
lmplementasi kebijakan sesungguhnya bukan sekedar berhubungan dengan
penerjemahan pemyataan kebijakan (policy statement) ke dalam aksi kebijakan
(pOlicy action). Dalam Aktivitas implementasi terdapat berbagai faktor-faktor yang
akan mempengaruhi terlaksananya kegiatan atau kebijakan tersebut. secara
umum faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi te\ah banyak dikemukakan
oleh para ahli kebijakan. Pada awalnya pengkategorian kebijakan dilakukan
sebagai salah satu alat bantu dalam analisis kebijakan yang kemudian
berkembang menjadi tipologi kebijakan yang berguna dalam menganalisis
proses dan masalah-masalah implementasi.