Anda di halaman 1dari 11

HAKIKAT MANUSIA DAN ALAM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:
Muhammad Roihan Alhaddad, M.Pd

Disusun Oleh:
Rindi Dwi Yuniarti (19-001.1827)
Novi Oktaviani (19-001.1811)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH RAUDHATUL ULUM
SAKATIGA INDRALAYA OGAN ILIR
2021 M./ 1443 H.

i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT,
karena atas perkenannya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
yang berjudul Hakikat Manusia dan Alam. Shalawat beserta salam selalu tercurah
kepada junjungan kita, pemimpin kita, suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Semoga makalah ini juga dapat menjadi referensi
pembaca untuk membuat makalah selanjutnya yang lebih spesifik dan lebih baik.
Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman dan
pengetahuan yang kami miliki sangat kurang.
Oleh karena itu, penulis harapkan kepada para pembaca untuk dapat
memberikan masukan-masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini. Apabila terdapat banyak kesalahan penggunaan
kata dan ejaan tanda baca penulis mohon dimaklumi. Akhir kata penulis ucapkan
terima kasih.

Indralaya, September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Manusia Perspektif Filsafat Pendidikan ................................... 3
B. Pemikiran Tentang Hakikat Manusia .................................................... 4
C. Pandangan Islam Tentang Hakikat Manusia ......................................... 5
D. Hakikat Alam dalam Islam ................................................................... 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................... 7
B. Saran .................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membicarakan manusia tentu tidak akan pernah habisnya. Manusia
merupakan makhluk yang sangat menarik. Oleh karena itu, manusia dan berbagai
hal dalam dirinya sering menjadi perbincangan diberbagai kalangan. Jika
seseorang merasa tuntas membicarakannya berarti sama dengan memperkecil
makna dan kandungan kapabilitas manusia itu sendiri. Hakikat manusia tidak akan
pernah ditangkap secara utuh karena banyaknya dimensi yang dikandungnya.
Maka setiap kali seseorang selesai memahami dari satu dimensi tentang manusia,
maka muncul dimensi lain yang dibahas.
Alam semesta atau jagat raya dapat diartikan sebagai suatu ruangan atau
lingkup atau cakupan yang maha besar. Dimana didalamnya terjadi segala sesuatu
peristiwa alam yang yang dapat diungkapkan manusia maupun yang belum dapat
diungkapkan oleh manusia.
Alam semesta terbentuk kira-kira ribuan juta tahun yang lalu yang bersamaan
dengan adanya ledakan besar. Namun bukan hanya teori ledakan besar saja yang
menjadi satu-satunya teori terbentuknya alam semesta. Ada teori-teori lain yang
memiliki bukti yang kuat tentang terbentuknya alam semesta.
Peristiwa penciptaan alam semesta terjadi selama enam masa dalam
perspektif islam, sebagaimana dinyatakan oleh Allah, dan disepakati oleh
ilmuwan ahli ilmu alam dalam enam tahap. Namun terlepas dari itu semua kita
tetap menyadari kalau adanya alam semesta ini karena kehendaknya. Karena
beliaulah yang maha kuasa dan berkehendak dimuka bumi ini atas ciptaanya. Oleh
sebab itu kita tidak boleh heran bahwa sejak zaman purbakalah hingga sekarang
manusia dari berbagai peradaban mencoba menemukan model terbentuknya bumu
sesuai dengan tingkat perkembangan pengetahuan dan cendekiannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat manusia perspektif filsafat pendidikan?

1
2. Bagaimana pemikiran tentang hakikat manusia?
3. Apa pandangan islam tentang hakikat manusia?
4. Bagaimana hakikat alam dalam Islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hakikat manusia perspektif filsafat pendidikan.
2. Untuk mengetahui pemikiran tentang hakikat manusia.
3. Untuk mengetahui pandangan islam tentang hakikat manusia.
4. Untuk mengetahui hakikat alam dalam Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia Perspektif Filsafat Pendidikan


Dalam konteks pendidikan, manusia adalah makhluk yang selalu mencoba
memerankan diri sebagai subjek dan objek. Sebagai subjek, dia selalu berusaha
mendidik dirinya. Sedangkan sebagai objek untuk perbaikan perilakunya.
1. Manusia makhluk pengetahuan
Berbeda dengan makhluk lainnya, manusia lahir dengan potensi kodratnya
berupa cipta, rasa, dan karsa. Dengan ketiga potensi itu manusia selalu
terdorong untuk ingin tahu dan bahkan mendapatkan nilai-nilai kebenarannya,
keindahannya dan kebaikan yang terkandung di dalam segala sesuatu yang
ada (realitas). Ketiga jenis nilai tersebut dibingkai dalam satu ikatan system,
selanjutnya dijadikan landasan dasar untuk mendirikan filsafat hidup,
menentukan pedoman hidup, dan mengatur sikap dan perilaku hidup agar
senantiasa terarah ke pencapaian tujuan hidup.
2. Manusia makhluk berpendidikan
Dengan kemampuan pengetahuan yang benar, manusia berusaha menjaga
dan mengembangkan kelangsungan hidupnya. Manusia berusaha
mengamalkan pengetahuannya dalam perilaku sehari-hari. Dalam berperilaku
sehari-hari, pengetahuan berubah menjadi moral, kemudian menjadi etika
kehidupan, sedemikian rupa sehingga hakikat perilaku tersebut berupa
kecenderungan untuk mempertanggungjawabkan kelangsungan dan
perkembang hdiup dalam kehidupan ini sepenuhnya.
Sejak lahir,
Pada pokoknya, persoalan pendidikan adalah persoalan yang lingkupnya
seluas persoalan kehidupan manusia itu sendiri. Masalah pendidikan secara
kodrati melekat pada manusia dan tumbuh dari dalam diri manusia. Secara
langsung atau tidak, setiap kegiatan hidup manusia selalu mengandung arti
dan fungsi kependidikan jadi antara manusia dan pendidikan terjalin
hubungan kausalitas.

3
3. Manusia makhluk berkebudayaan
Dengan kegiatan pendidikan dan pembelajaran, secara terus menerus
manusia mendapatkan ilmu pengetahuan yang sarat dengan nilai kebenaran
baik yang universal-abstrak, teoritis, maupun yang praktis. Kebudayaan yang
material maupun spiritual adalah upaya manusia untuk mengubah dan
membangun keterhubungan berimbang secara horizontal maupun vertikal.
Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa seorang disebut berkebudayaan jika
senantiasa mampu melakukan pembatasan diri dan menjalani kehidupan
menuru asas kecukupan, bukan malah menuruti keinginan.

B. Pemikiran Tentang Hakikat Manusia


Memikirkan dan membicarakan mengenai hakikat manusia inilah yang
menyebabkan orang tak henti-hentinya mencari jawaban yang biasa memuaskan
tentang manusia. Ada 4 aliran yaitu aliran serba zat, aliran serba ruh, aliran
dualism, dan aliran eksistensialisme.
1. Aliran serba zat
Aliran serba zat mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah
zat atau materi. Zat atau materi itulah hakikat dari sesuatu. Alam merupakan
zat atau materi, dan manusia adalah unsur dari alam. Maka dari itu hakikat
dari manusia itu adalah zat atau materi.
2. Aliran serba ruh
Aliran serba ruh berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia
ini ialah "Ruh". Juga hakikat manusia adalah "Ruh". Ruh adalah sesuatu yang
tidak menemppati ruang, sehingga tak dapat disentuh atau dilihat oleh panca
indra
3. Aliran dualisme
Aliran dualisme menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari
dua substansi yaitu jasmani dan rohani, badan dan ruh. Kedua substansi
tersebut masing-masing merupakan unsur asal yang adanya tidak tergantung
satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari ruh juga sebaliknya ruh tidak
berasal dari badan. Hanya dalam perwujudannya, manusia itu serba dua, jasad

4
dan ruh, yang keduanya berintegrasi membentuk yang disebut manusia.
Badan dan ruh terjalin hubungan yang bersifat kausal, sebab akibat. Artinya
antara keduanya saling pengaruh mempengaruhi.
4. Aliran eksistensialisme
Aliran eksistensialisme memandang manusia tidaak dari sudut serba zat
atau serba ruh atau dualisme dari dua aliran itu, tetapi memandangnya dari
segii eksistensi manusia itu sendiri, yaitu cara beradanya manusia itu sendiri
di dunia ini.
Islam berpandangan bahwa hakikat manusia ialah manusia itu merupakan
perkaitan antara badan dan ruh. Badan dan ruh masing-masing merupakan
subtansi yang berdiri sendiri, yang tidak tergantung adanya oleh yang lain.
Proses perkembangan dan pertumbuhan fisik manusia, tidak ada bedanya
dengan proses perkembangan dan pertumbuhan pada hewan. Hanya pada
kejadian manusia, sebelum makhluk yang disebut manusia itu dilahirkan dari
rahim ibunya, Tuhan telah meniupkan ruh ciptaannya ke dalam tubuh
manusia. Ruh yang berasal dari Tuhan itulah yang menjadi hakikat manusia.

C. Pandangan Islam Tentang Hakikat Manusia


Dalam konsepsi Islam, manusia merupakan satu hakikat yang mempunyai
dua dimensi, yaitu dimensi material (jasad) dan dimensi immaterial (ruh, jiwa,
akal dan sebagainya). Unsur jasad akan hancur dengan kematian, sedangkan unsur
jiwa akan tetap dan bangkit kembali pada hari kiamat.
Manusia adalah makhluk yang mulia, bahkan lebih mulia dari malaikat
Bahkan manusia adalah satu-satunya mahluk yang mendapat perhatian besar dari
Al-Qur’an, terbukti dengan begitu banyaknya ayat al-Qur‟an yang membicarakan
hal ikhwal manusia dalam berbagai aspek-nya, termasuk pula dengan nama-nama
yang diberikan al-Qur’an untuk menyebut manusia, setidaknya terdapat lima kata
yang sering digunakan Al-Qur’an untuk merujuk kepada arti manusia, yaitu insan
atau ins atau al-nas atau unas, dan kata basyar serta kata bani adam atau durriyat
adam. Berbicara dan berdiskusi tentang manusia memang menarik dan tidak
pernah tuntas. Pembicaraan mengenai makhluk psikofisik ini laksana suatu

5
permainan yang tidak pernah selesai. Selalu ada saja pertanyaan mengenai
manusia. Para ahli telah mencetuskan pengertian manusia sejak dahulu kala,
namun sampai saat ini pun belum ada kata sepakat tentang pengertian manusia
yang sebenarnya.
Tuhan menciptakan manusia terdiri dari unsur ruh dan jasad. Proses
penciptaanya rumit dan penuh misteri sebanding dengan jadi dirinya yang unik,
misteri, dan tak terduga. Ruh dan jasad adalah unsur yang tidak bisa dipisahkan
antara satu dengan lainnya yang merupakan satu kesatuan dan saling
menyempurnakan dalam pembentukan yang namanya manusia. Penyebutan asal
usul penciptaan manusia beragam dalam alquran. Alquran memakai istilah-istilah
yaitu tin, turab, salsal seperti fakhkhar yang berasal dari hama masnun, serta
peniupan ruh.

D. Hakikat Alam dalam Islam


Islam memandang bahwa alam ini diciptakan allah, yang mempunyai
keteraturan dan diciptakan dengan tujuan yang mulia. Alam ini tunduk pada
sunnah yang telah menciptakannya yang berlangsung penuh keteraturan, setiap
unsur bergantung pada unsur lain sehingga menjadi sempurna yang menurut
konsep lain disebut sunnatullah.
Al-Nahlawi dalam bukunya Maragustam memyimpulkan bahwa
pandangan islam terhadap alam memiliki enam prinsip yaitu:
(Maragustam,2010:64)
1. Seluruh alam ini adalah makhluk allah dan diciptakan dengan punya tujuan.
2. Alam tunduk kepada sunnatullah sesuai ukuran yang telah ditentukannya.
3. Alam ini diciptakan dengan penuh keteraturan dan atas kekuasaan allah yang
menjalankannya.
4. Kehidupan manusia tunduk kepada sunnah kemasyarakatan.
5. Seluruh alam ini tunduk kepada allah, baik pengaturan, perintah, dan
kehendaknya.
6. Alam ini merupakan nikmat allah bagi manusia.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan berpegang dari beberapa prinsip tersebut di atas, Filsafat Pendidikan
Islam akan dapat menentukan arah pemikiran dan implementasi pendidikan Islam
di antara filsafat-filsafat pendidikan lainnya. Di samping itu, sebagai sebuah
disiplin ilmu maka Filsafat Pendidikan Islam dapat pula menentukan sikapnya
dari permasalahan-permasalahan seputar alam. Sikap ini pada akhirnya akan
melahirkan berbagai prinsip yang dapat dijadikan sebagai landasan filosofis dalam
menentukan tujuan, metode, kurikulum, dan berbagai komponen lainnya dalam
pendidikan Islam.

B. Saran
Dari uraian diatas penulis berharap saran dan kritik yang bersifat konstruktif
dari para mahasiswa sangat kami harapkan untuk penulisan makalah dimasa yang
akan datang, akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga makalah ini bisa
menambah wawasan keilmuan kita tentang filsafat pendidikan islam.

7
DAFTAR PUSTAKA

Alhaddad, Muhammad Roihan. 2019. Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan


Teoritis dalam Pendidikan Islam). Pekanbaru: Cahaya Firdaus.
Khoiroh, Ninik Jazilatul. 2020. “Filsafat Pendidikan tentang Hakikat Manusia,
Masyarakat, Alam, dan Ilmu Pengetahuan”.
https://www.kompasiana.com/ninikjazila/5e8586a8d541df7d7d070c72/filsa
fat-pendidikan-tentang-hakikat-manusia-masyarakat-alam-dan-ilmu-
pengetahuan. Diakses pada 14 september 2021 pukul 19.14

Anda mungkin juga menyukai