Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di dunia

masih terbilang tinggi, menurut data World Health Organization (WHO) pada

tahun 2013, ada sekitar 800 ibu di dunia meninggal setiap harinya akibat

komplikasi kehamilan dan persalinan. Penyebab utama dari kematian ibu

antara lain sumber daya yang rendah, perdarahan, hipertensi, infeksi, dan

penyakit penyerta lainnya yang diderita ibu sebelum masa kehamilan. Wanita

yang tinggal di negara berkembang memiliki resiko kematian 23 kali lebih

besar dibandingkan dengan wanita yang tinggal di negara maju sehubungan

dengan faktor yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan (WHO,

2013).

Selain angka kematian ibu, angka kematian anak di dunia juga masih

tinggi. Meskipun begitu, menurut hasil pengamatan yang dilakukan oleh

WHO terhadap program Global Health Observatory (GHO), terutama yang

berisi tentang mengurangi angka kematian anak terlihat bahwa angka

kematian anak di dunia mengalami penurunan sekitar 50% pada tahun 2013

bila dibandingkan dengan tahun 1990 (WHO, 2013).

Angka Kematian Ibu (AKI) (yang berkaitan dengan kehamilan,

persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini

masih cukup jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015, dan saat ini

telah bergeser kembali menjadi SDGs, dimana pembangunan MDGs sebagai

pembangunan pada abad milenium yang diikuti oleh 189 negara, termasuk

1
Indonesia, dan telah memasuki tahap akhir evaluasinya pada tahun 2015 yang

lalu.

Dari semua target MDGs, kinerja penurunan angka kematian ibu secara

global masih rendah. Di Indonesia, telah terjadi penurunan AKI menjadi 228

per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Namun demikian, target

pencapaian MDGs pada tahun 2015 adalah sebesar 102 per 100.000 kelahiran

hidup, sehingga diperlukan upaya yang lebih keras untuk mencapai target

tersebut. Walaupun pelayanan antenatal dan pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan telah menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan,

namun adanya beberapa kendala seperti temuan resiko tinggi pada ibu hamil

dan aborsi perlu mendapat perhatian. Berdasarkan data diatas diketahui

bahwa target penurunan AKI di Indonesia bahkan belum mencapai setengah

dari angka yang diharapkan (BAPPENAS, 2010).

Penyebab tingginya AKI dan AKB juga disebabkan karena

terlambatnya mendeteksi tanda bahaya pada ibu hamil. Hal ini disebabkan

oleh beberapa faktor, diantaranya adalah rendahnya pengetahuan ibu dalam

perawatan kesehatan ibu dan bayi, serta pengenalan tanda-tanda bahaya

obstetri dan neonatal sehingga terlambat dalam pengambilan keputusan

(Kemenkes, 2012). Untuk mengurangi AKI dan AKB di Indonesia,

pemerintah mengeluarkan beberapa program dan upaya antara lain penerapan

program Kelas Ibu Hamil, gerakan sayang ibu pada tahun 1996, Making

pragnancy safe pada tahun 2000, bantuan operasional kesehatan (BOK) pada

tahun 2010, jampersal yang di mulai pada tahun 2011, dan juga program

2
Expanding Mathernal And Neonatal Safer pada tahun 2012 (Kemenkes RI,

2013)

United Nation Children's Fund (UNICEF) menyatakan bahwa

kesakitan dan kematian ibu dan neonatal sebagai indikator luaran dipengaruhi

oleh faktor langsung, faktor yang mendasari di tingkat rumah tangga dan

kabupaten/kota, serta penyebab mendasar di tingkat sosial. Penyebab

mendasar ini meliputi pengetahuan yang kurang dan atau tidak sesuai.

Pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan penting untuk diketahui

oleh ibu dan keluarganya agar bila terjadi kegawatdaruratan ibu dan

keluarga dapat segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan yang terdekat

untuk deteki dini dan segera mendapatkan penanganan yang tepat. Pelayanan

yang cepat dan tepat dapat menurunkan AKI dan AKB, namun tidak semua

ibu hamil mengetahui adanya tanda bahaya pada kehamilannya.

Kelas ibu hamil adalah sarana untuk belajar tentang kesehatan bagi ibu

hamil alam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu dan keluarga

mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas

penyakit atau komplikasi saat hamil-bersalin dan nifas, perawatan bayi baru

lahir menggunakan buku KIA sebagai materi utama,dan senam ibu hamil.

Tujuan pertemuan kelas ibu hamil yaitu meningkatkan pengetahuan,

keterampilan ibu-ibu dan keluarga mengenai perawatan kehamilan,

persalinan, nifas, penyakit dan komplikasi saat hamil, bersalin dan nifas,

perawatan bayi baru lahir, dan senam hamil menggunakan buku KIA.

3
Keikutsertaan ibu hamil dan keluarga pada kelas ibu hamil diharapkan

dapat meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku ibu hamil dan

keluarga. Dengan meningkatnya pengetahuan dan perubahan perilaku ini

diharapkan kesadaran terhadap pentingnya perawatan kesehatan selama

kehamilan dan pengenalan tanda komplikasi menjadi meningkat. Pengenalan

tanda bahaya komplikasi kehamilan ini sebagai upaya kesiapsiagaan ibu dan

keluarga dalam menghadapi kejadian komplikasi sehingga dapat mencegah

terjadinya kasus kematian ibu.

Cakupan kepemilikan buku KIA di Kabupaten Kolaka tahun 2015

sudah mencapai 100 persen. Namun demikian berdasarkan laporan

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA tahun 2017 jumlah kematian

neonatal di kabupaten Kolaka sebanyak 47 jiwa dan kematian ibu 6 jiwa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka peneliti membuat

rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah hubungan pelaksanaan

kelas ibu hamil dan status ekonomi dengan kesiapan kegawat daruratan di

Puskesmas Kolaka tahun 2019”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan pelaksanaan kelas ibu hamil dan status

ekonomi dengan kesiapan dalam menghadapi kegawat daruratan di

Puskesmas Kolaka tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

4
a. Diketahui distribusi frekuensi kesiapan ibu hamil dalam

menghadapi kegawatdaruratan , pelaksanaan kelas ibu hamil dan

Status ekonomi di Puskemas Kolaka Tahun 2019

b. Diketahui hubungan pelaksanaan kelas ibu hamil dan status

ekonomi dengan kesiapan dalam menghadapi kegawatdaruratan di

Puskemas Kolaka Tahun 2019.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi peneliti

Untuk memperdalam ilmu hubungan pelaksanaan kelas ibu hamil dan

status ekonomi dengan kesiapan dalam menghadapi kegawat

daruratan.

1.4.2 Bagi Puskesmas

Dapat digunakan sebagai masukan mengenai hubungan pelaksanaan

kelas ibu hamil dengan status ekonomi dalam kesiapan dalam

menghadapi kegawat daruratan.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Menambah wacana dan informasi ilmiah pembaca, khususnya

mahasiswa dan sebagai pedoman bagi institusi kebidanan unruk

penulisan skripsi selanjutnya

1.4.4 Bagi Profesi

Sebagai bahan informasi mengenai hubungan pelaksanaan kelas ibu

hamil dengan status ekonomi dalam kegawat daruratan.

1.4.5 Bagi Ibu Nifas

5
Sebagai informasi untuk dapat memperhatikan hubungan pelaksanaan

kelas ibu hamil dengan status ekonomi dalam kegawatdaruratan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Kehamilan

Kehamilan adalah masa berkembangnya hasil konsepsi dari awal

konsepsi sampai proses awal persalinan yang merupakan sesuatu yang wajar

pada wanita yang produktif. Selama masa kehamilan terjadi perubahan pada

ibu baik fisik maupun psikis (Pieter & Lubis, 2010).

Kehamilan yang dialami oleh setiap wanita pasti akan banyak

menimbulkan dampak bagi wanita tersebut. Secara fisik, ibu hamil akan

merasakan letih, lemah, lesu, dan sebagainya, sehingga ibu hamil akan

bergantung kepada orang yang berada disekitarnya. Sedangkan secara

psikologis, ibu hamil akan merasakan kecemasan dengan kehamilannya

(Janiwarty & Pieter, 2013).

Ibu hamil mempunyai tingkat metabolisme tinggi. Misalnya, untuk

membuat jaringan tubuh janin, membentuknya menjadi organ, dan juga

untuk memproduksi energi agar ibu hamil bisa tetap beraktivitas normal

sehari-hari. Karena itu, ibu hamil lebih banyak memerlukan zat besi

dibanding ibu yang tidak hamil (Sinsin, 2008).

2.1.2 Kondisi Ibu Hamil

Masa ibu hamil adalah masa dimana seorang wanita memerlukan

berbagai unsur gizi yang jauh lebih banyak dari pada yang diperlukan dalam

keadaan tidak hamil, karena pada kehamilan terjadi peningkatan

metabolisme energi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan

janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan

7
metabolisme tubuh ibu, sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang

diperlukan pada saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna

(Hernawati, 2013).

Kondisi yang sering dialami ibu hamil yaitu anemia. Anemia terjadi

akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa hamil atau

kurangnya sel-sel darah merah di dalam darah daripada biasanya dengan

kadar hemoglobin di bawah 11 gr% (Harmatuti, 2015). Selama kehamilan

terjadi peningkatan volume darah total, peningkatan sebagian besar terjadi

pada volume plasma, sedangkan volume sel darah merah tidak sebanding

dengan peningkatan volume plasma. Hal tersebut berakibat terjadinya

hemodilusi atau pengenceran darah meningkat sehingga kadar hemoglobin

menurun (Siswosuharjo, 2010).

Ketidakcukupan asupan makanan, misalkan seperti mual dan muntah

atau kurang asupan zat besi juga dapat menyebabkan anemia zat besi.

Anemia adalah berkurangnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah. Hb

adalah komponen di dalam sel darah merah untuk menyalurkan oksigen ke

seluruh tubuh. Jika Hb beerkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen.

Oksigen digunakan untuk bahan bakar proses metabolisme. Sedangkan zat

besi adalah bahan baku pembuat sel darah merah (Sinsin, 2008).

2.1.3 Tanda-tanda Kehamilan

Kehamilan datang dengan perubahan-perubahan awal. Menurut

Anggarani (2013) tanda-tanda kehamilan yang umum dialami oleh wanita

adalah :

2.1.3.1 Terlambat Datang Bulan

Tidak lagi datang bulan ketika siklus haid normal tiba merupakan

tanda yang paling lazim, saat itu rahim sedang dipersapkan untuk

8
mengandung janin karena sel telur sudah dibuahi dan tidak ada yg

harus dibuang.

2.1.3.2 Mual atau Muntah (Emesis)

Mual merupakan salah satu tanda kehamilan yang mudah dikenali.

Mual saat awal kehamilan karena dipicu oleh adanya peningkatan

hormon secara tiba-tiba pada aliran darah. Mual biasanya terjadi

selama enam minggu awal kehamilan. Mual biasanya akan hilang

ketika memasuki trimester kedua.

2.1.3.3 Hipersaliva (Air Liur Berlebihan)

Air liur berlebihan biasanya terjadi di awal kehamilan. Kejadian ini

dapat diatasi dengan sikat gigi atau memakan permen. Rasa mint

atau mentol dipercaya dapat mengurangi air liur ini.

2.1.3.4 Anoreksia (Hilangnya Selera Makan)

Penyebab anoreksia adalah perubahan hormon dalam tubuh dan

biasanya akan hilang sengan sendirinya.

2.1.3.5 Ngidam (craving)

Ngidam terhadap makana tertentu terjadi karena pengaruh

perubahan hormon dalam tubuh. Padahal, ngidam sebenanrnya

berkaitan erat dengan kondisi psikologis ibu hamil. Sebagai akibat

dari perubahan hormon kehamilan, ngidam akan hilang dengan

sendirinya ketika telah melewati bulan-bulan awal kehamilan

karena hormon ibu hamil sudah mulai stabil.

2.1.3.6 Anemia

Anemia adalah kekurangan sel darah merah atau jumlah sel darah

merah lebih rendah dari biasanya. Di awal kehamilan akan

mengalami 5L (lemah, letih, lesu, lunglai, dan loyo). Kelima gejala

9
tersebut adalah gejala anemia. Tanda lain anemia yaitu wajah pucat

terutama di daerah kelopak mata, mata berkunang-kunang, sering

merasakan bumi berputar ketika sedang berjalan. Dari tanda-tanda

tersebut, terdapat salah satu tanda yang akan memperburuk

keadaan ibu hamil yaitu anemia. Anemia pada ibu hamil dapat

menyebakan abortus, persalinan preterm, partus lama karena

inersia uteri, perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri, syok,

mudah terjadi infeksi, hiperemis gravidarum, dan ketuban pecah

dini (Amperaningsih, 2011).

2.1.4 Kebutuhan Gizi Ibu Hamil

Kesehatan ibu hamil dan tumbuh kembang janin sangat dipengaruhi

oleh zat-zat gizi yang dikonsumsi ibu. Kebutuhan gizi selama hamil lebih

tinggi dibandingkan dengan kondisi pra hamil. Makin bertambah usia

kehamilan makin tinggi juga jumlah zat gizi yang dibutuhkan. Untuk

mencapai kehamilan yang sehat dibutuhkan asupan gizi yang optimal. Jika

ibu hamil tidak dapat memenuhi kebutuhan tambahan gizinya, maka

cadangan gizi dalam tubuh ibu akan digunakan untuk memenuhinya

(KEMENKES RI, 2010).

Cara terbaik bagi ibu hamil untuk tetap sehat adalah dengan makan

yang baik dan memperhatikan jenis makanannya. Menurut Megasari (2012),

agar tetap sehat ibu harus memakan lima jenis makanan yaitu :

2.1.4.1 Makanan pokok (sumber energi ).

Makanan pokok sebagai sumber energi. Tambahan

kebutuhan kalori 300 kkal/hari. Sumbernya bisa seperti dari biji-

bijian seperti beras, jagung, padi-padian atau gandum, singkong,

dan pisang.

10
2.1.4.2 Makanan pembangun (mengandung protein).

Protein berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan

janin, membantu pembentukan tulang dan otot agar tubuh menjadi

kuat, jaringan otak, kulit, kuku, dan rambut. Tambahan kebutuhan

protein 60 gram/hari. Sumber protein hewani seperti daging sapi,

ikan, unggas, telur, susu, dan produk olahan susu seperti keju dan

yogurt. Sumber protein nabati seperti kacang- kacangan dan

olahannya seperti tempe, tahu, oncom, dan selai kacang.

2.1.4.3 Makanan pelengkap (mengandung vitamin).

Vitamin diperlukan tubuh untuk mempertahankan kesehatan,

perkembangan janin, dan kekebalan tubuh. Beberapa vitamin

hanya sedikit disimpan dalam tubuh, seperti vitamin B dan C

sehingga harus dikonsumsi setiap hari.

2.1.4.4 Makanan penunjang (gula dan lemak).

Dibutuhkan tubuh terutama untuk membentuk energi dan

membangun sel-sel baru dan perkembangan sistem syaraf janin.

Asam lemak jenuh bersumber dari daging sapi, kambing, ayam,

telur, ikan, susu, dan olahannya. Sedangkan asam lemak tak jenuh

bersumber dari minyak zaitun, lemak nabati, minyak kepala,

minyak jagung, minyak kelapa sawit.

2.1.4.5 Makanan tiga mineral penting (besi, kalsium, yodium).

Wanita hamil membutuhkan mineral penting setiap hari.

Untuk mencegah anemia, ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi satu

tablet zat besi sehari segera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap

tablet mengandung FeSO4 320mg (zat besi 60mg). Minimal

masing-masing 90 tablet selama hamil. Tablet besi sebaiknya tidak

11
diminum bersama teh atau kopi karena akan mengganggu

penyerapan.

2.1.5 Konsep Kelas Ibu Hamil

A. Pengertian Kelas Ibu Hamil

Kelas Ibu Hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil

dengan umur kehamilan antara 4 minggu s/d 36 minggu

(menjelang persalinan) dengan jumlah peserta maksimal 10

orang. Di kelas ini ibu-Ibu hamil akan belajar bersama, diskusi

dan tukar pengalaman tentang kesehatan Ibu dan anak (KIA)

secara menyeluruh dan sistimatis serta dapat dilaksanakan secara

terjadwal dan berkesinambungan. Kelas ibu hamil difasilitasi

oleh bidan/tenaga kesehatan dengan menggunakan paket Kelas

Ibu Hamil yaitu Buku KIA, Flip chart (lembar balik), Pedoman

Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, Pegangan Fasilitator Kelas Ibu

Hamil dan Buku senamIbu Hamil (Kemenkes, 2011).

B. Tujuan Kelas Ibu Hamil

Tujuan Kelas Ibu Hamil berdasarkan Kemenkes RI (2011)

adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum :

Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu

agar memahami tentang Kehamilan, perubahan tubuh dan

keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan,

perawatan Nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru

12
lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit

menular dan akte kelahiran.

2. Tujuan Khusus

Berdasarkan Kemenkes RI (2011) tujuan khusus Kelas Ibu

Hamil (KIH) adalah sebagai berikut :

a) Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta

(ibu hamil dengan ibu hamil) dan antar ibu hamil dengan

petugas kesehatan/bidan tentang kehamilan, perubahan

tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan

kehamilan, persalinan, Perawatan Nifas, KB pasca

persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos/

kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan

akte kelahiran.

b) Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil

tentang :

1. kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan (apakah

kehamilan itu?, perubahan tubuh selama kehamilan,

keluhan umum saat hamil dan cara mengatasinya, apa

saja yang perlu dilakukan ibu hamil dan pengaturan gizi

termasuk pemberian tablet tambah darah untuk

penanggulangan anemia).

2. Perawatan kehamilan (kesiapan psikologis menghadapi

kehamilan, hubungan suami isteri selama kehamilan,

13
obat yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh ibu

hamil, tanda bahaya kehamilan.

3. Persalinan (tanda-tanda persalinan, tanda bahaya

persalinan dan proses persalinan, Inisiasi Menyusu Dini

(IMD), perawatan nifas, bagaimana menjaga kesehatan

ibu nifas, tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas).

4. KB pasca persalinan.

5. Perawatan bayi baru lahir (perawatan bayi baru lahir,

pemberian injeksi, tanda bahaya bayi baru lahir,

pengamatan perkembangan bayi/anak dan pemberian

imunisasi pada bayi baru lahir).

6. Mitos/ kepercayaan/ adat istiadat setempat yang

berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.

7. Penyakit menular (IMS, informasi dasar HIV-AIDS

dan pencegahan dan penanganan malaria pada ibu

hamil).

8. Akte kelahiran.

C. Sasaran Kelas Ibu Hamil

Peserta kelas ibu hamil berdasarkan buku panduan kelas

ibu hamil (Kemenkes,2011) sebaiknya ibu hamil pada umur

kehamilan 4 s/d 36 minggu, karena pada umur kehamilan ini

kondisi ibu sudah kuat, tidak takut terjadi keguguran, efektif

untuk melakukan senam hamil. Jumlah peserta kelas ibu hamil

14
maksimal sebanyak 10 orang setiap kelas. Suami/keluarga ikut

serta minimal 1kali pertemuan.

D. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Penyelenggaraan kelas ibu hamil dapat di dilaksanakan

oleh pemerintah, swasta, LSM dan masyarakat. Berdasarkan

panduan kelas ibu hamil (Kemenkes,2011) pelaksanaan kelas ibu

hamil adalah sebagai berikut :

a. Fungsi dan Peran (Provinsi, Kabupaten dan Puskesmas)

Pelaksanaan kelas ibu hamil dikembangkan sesuai dengan

fungsi dan peran pada masing-masing level yaitu : Provinsi,

Kabupaten dan Puskesmas.

b. Fasilitator dan Nara Sumber

Fasilitator kelas ibu hamil adalah bidan atau petugas kesehatan

yang telah mendapat pelatihan fasilitator kelas ibu hamil (atau

melalui on the job training) dan setelah itu diperbolehkan

untuk melaksanakan fasilitasi kelas ibu hamil. Dalam

pelaksanaan kelas ibu hamil fasilitator dapat meminta bantuan

nara sumber untuk menyampaikan materi bidang tertentu. Nara

sumber adalah tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian

dibidang tertentu untuk mendukung kelas ibu hamil

(Kemenkes RI, 2011).

c. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan

kelas ibu hamil berdasarkan Buku Kemenkes RI (2011) :

15
1. Ruang belajar untuk kapasitas 10 orang peserta kira-kira

ukuran 4 m x 5m, dengan ventilasi dan pencahayaan yang

cukup

2. Alat tulis menulis (papan tulis, kertas, spidol, bolpoin) jika

ada

3. Buku KIA

4. Lembar Balik kelas ibu hamil

5. Buku pedoman pelaksanaan kelas ibu hamil

6. Buku pegangan fasilitator

7. Alat peraga (KB kit, food model, boneka, metode

kangguru, dll) jika ada

8. Tikar/karpet (matras)

9. Bantal, kursi(jika ada)

10. Buku senam hamil/CD senam hamil(jika ada)

Idealnya kelengkapan sarana dan prasarana seperti tersebut

diatas, namun apabila tidak ada ruangan khusus, dimanapun

tempatnya bisa dilaksanakan sesuai kesepakatan antara ibu

hamil dan fasilitator. Sedangkan kegiatan lainnya seperti

senam hamil hanya merupakan materi tambahan bukan yang

utama (Kemenkes,2011).

E. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Pertemuan kelas ibu hamil dilakukan 3 kali pertemuan

selama hamil atau sesuai dengan hasil kesepakatan fasilitator

dengan peserta. Pada setiap pertemuan, materi kelas ibu hamil

16
yang akan disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan dan

kondisi ibu hamil tetapi tetap mengutamakan materi pokok. Pada

setiap akhir pertemuan dilakukan senam ibu hamil. Senam ibu

hamil merupakan kegiatan/materi ekstra di kelas ibu hamil, jika

dilaksanakan, setelah sampai di rumah diharapkan dapat

dipraktikkan. Waktu pertemuan disesuaikan dengan kesiapan ibu-

ibu, bisa dilakukan pada pagi atau sore hari dengan lama waktu

pertemuan 120 menit termasuk senam hamil 15-20 menit (Depkes

RI, 2009).

a. Pertemuan Kelas Ibu Hamil Ke 1

Setelah pertemuan pertama kelas ibu hamil, peserta

mampu (Depkes RI, 2009) :

1) Memahami apa yang disebut dengan kelas ibu hamil

2) Memahami bahwa kehadiran tepat waktu dan

berpartisipasi aktif penting untuk keberhasilan kelas ibu

hamil

3) Memahami bahwa kelas ibu penting untuk meningkatkan

pengetahuan ibu tentang kehamilan, persalinan dan

perawatan anak

4) Memahami bagaimana terjadinya kehamilan

5) Memahami adanya perubahan tubuh ibu selama

kehamilan

6) Memahami bagaimana mengatasi berbagai keluhan saat

hamil

17
7) Memahami apa saja yang harus dilakukan oleh ibu

selama kehamilan

8) Memahami pentingnya makanan sehat dan pencegahan

anemia saat kehamilan

9) Memahami bahwa kesiapan psikologis diperlukan dalam

menghadapi kehamilan

10) Memahami bagaimana hubungan suami istri selama

kehamilan

11) Mengetahui obat-obatan yang boleh dan tidak boleh

dikonsumsi oleh ibu semasa kehamilan

12) Mengetahui tanda-tanda bahaya pada kehamilan

13) Memahami perlunya perencanaan persalinan sejak awal

agar dapat memperlancar proses persalinan

b. Pertemuan Kelas Ibu Hamil Ke 2

Setelah sesi ke 2 ini peserta mampu(Depkes RI, 2009) :

1) Mengetahui apa saja tanda-tanda persalinan telah dimulai

2) Mengetahui apa yang disebut dengan tanda-tanda bahaya

pada persalinan

3) Memahami proses persalinan yang dapat dialami oleh

ibu dan mengapa proses persalinan tersebut dipilih

4) Mengetahui tentang IMD dan cara melakukannya

5) Memahami apa yang harus dilakukan ibu pada masa

nifas agar dapat menjaga kesehatannya

18
6) Memahami apa yang harus dilakukan ibu pada masa

nifas agar dapat menjaga kesehatannya

7) Mengetahui tanda-tanda bahaya dan penyakit pada masa

nifas

8) Memahami manfaat vitamin A dosis tinggi bagi ibu dan

bayinya

9) Memahami bahwa setelah bersalin ibu perlu ikut

program KB

10) Mengetahui dan memahami alat kontrasepsi dan cara

kerjanya

c. Pertemuan Kelas Ibu Hamil Ke 3

Setelah sesi ke 3 ini peserta mampu 1 (Depkes RI,

2009) :

1) Mengetahui apa saja tanda-tanda bayi lahir sehat dan

tanda bayi sakit berat

2) Memahami apa yang harus dilakukan pada bayi baru

lahir

3) Memahami manfaat pemberian vitamin K1 pada bayi

baru lahir

4) Memahami apa saja tanda bahaya bayi baru lahir

5) Memahami manfaat pengamatan perkembangan bayi/

anak

19
6) Memahami manfaat imunisasi dan mengetahui jadwal

pemberian imunisasi yang benar memahami apa yang

disebut dengan mitos dan bagaimana mengatasinya

7) Memahami apa yang disebut IMS

8) Memahami apa itu HIV dan AIDS dan tahu bagaimana

menghindarinya

9) Memahami apa yang harus dilakukan jika ibu hamil

terinfeksi HIV

10) Memahami apa yang disebut penyakit malaria dan tahu

bagaimana menghindarinya

11) Memahami pentingnya untuk segera mengurus akte

kelahiran bagi bayi yang baru lahir.

F. Monitoring dan Evaluasi

1) Monitoring

Monitoring atau supervisi dilakukan dalam rangka

melihat/memantau perkembangan dan pencapaian, serta

masalah dalam pelaksanaan kelas ibu hamil, hasil monitoring

dapat dijadikaan bahan acuan/petunjuk untuk perbaikan dan

pengembangan kelas ibu hamil selanjutnya. Hal-hal yang

perlu dimonitor berdasarkan Kemenkes (2011) :

1. Peserta (keadaan dan minat peserta, kehadiran peserta,

keaktifan bertanya)

2. Sarana prasarana (tempat, fasilitas belajar)

20
3. Fasilitator (persiapan, Penyampaian materi, penggunaan

alat bantu, membangun suasana belajar aktif)

4. Waktu (mulai tepat waktu, efektif ).

2) Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan

dampak baik positif maupun negatif pelaksanaan kelas ibu

hamil berdasarkan indikator. Dari hasil evaluasi tersebut bisa

dijadikan sebagai bahan pembelajaran guna melakukan

perbaikan dan pengembangan kelas ibu hamil berikutnya.

Evaluasi oleh pelaksana (bidan/koordinator bidan) dilakukan

pada setiap selesai pertemuan kelas ibu. Evaluasi dilakukan

untuk menilai (Kemenkes, 2011) :

1. Evaluasi pada pelaksanaan kelas ibu hamil

2. Evaluasi kemampuan fasilitator pelaksanaan kelas ibu

hamil

3. Ketrampilan memfasilitasi

4. Ketrampilan merangkum sesi

5. Penggunaan buku KIA pada pertemuan kelas ibu hamil

6. Indikator Keberhasilan

Indikator Keberhasilan Program Kelas Ibu Hamil

berdasarkan Kemenkes (2011) :

a. Petugas kesehatan sebagai fasilitator Kelas Ibu Hamil

b. Ibu hamil yang mengikuti Kelas Ibu Hamil

21
c. Suami/anggota keluarga yang hadir mengikuti Kelas Ibu

Hamil

d. Kader yang terlibat dalam penyelenggaraan Kelas Ibu

Hamil.

Indikator proses (Kemenkes, 2011) :

a. Fasilitator : manajemen waktu, penggunaan variasi

metode/cara pembelajaran, bahasan penyampaian materi,

penggunaan alat bantu, kemampuan melibatkan peserta,

informasi Buku KIA

b. Peserta : frekuensi kehadiran, keaktifan bertanya dan

berdiskusi

c. Penyelenggaraan : tempat, sarana, waktu

Indikator output (Kemenkes, 2011) :

a. Peningkatan jumlah ibu hamil yang memiliki Buku KIA

b. Ibu yang datang pada K4

c. Ibu/keluarga yang telah memiliki Perencanaan Persalinan

d. Ibu yang datang untuk mendapatkan tablet Fe

e. Ibu yang telah membuat pilihan bersalin dengan Nakes

f. KN

g. IMD (Inisiasi Menyusu Dini)

h. Kader dalam keterlibatan penyelenggaraan

2.1.6 Kegawat Daruratan Persalinan


Kegawat daruratan Persalinan atau Kedaruratan obstetrik adalah

kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan

22
atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian

banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam

keselamatan ibu dan bayinya. Jenis-jenis kegawatdaruratan obstetri

yang dibahas yakni :

1. Pendarahan Pasca Salin (PPS)

2. Ruptur uteri

3. Distosia Bahu

4. Hipertensi Dalam Kehamilan

1) Perdarahan Pasca Salin(PPS)


Perdarahan pasca salin merupakan penyebab penting kematian

maternal meliputi ¼ dari seluruh kematian di dunia.Menurut WHO,

perdarahan pasca salin diklasifikasikan sebagai perdarahan pasca

Salindini (perdarahan dari jalan lahir ≥ 500 ml dalam 24 jam pertama

setelah bayi lahir) dan perdarahan pascasalin lanjut (perdarahan dari jalan

lahir ≥ 500 ml setelah 24 jam pertama persalinan).

Berdasarkan jumlah perdarahan, dibagi menjadi perdarahan pasca

salin minor (jumlah perdarahan antara 500-1000 ml tanpa tanda syok

secara klinis) dan perdarahan pasca salin mayor (jumlah perdarahan >

1000 ml atau <1000 ml dengan disertai tanda syok). Penyebab PPS

adalah satu atau lebih dari 4 faktor yakni tonus, tissue, trauma, dan

trombin. Atonia Uteri merupakan penyebab utama PPS dini. Penata

laksanaan PPS disingkat dengan istilah HAEMOSTASIS.

H ˗ ask for Help


A ˗ Assess (vital parameters, blood loss) and resuscitate

23
E ˗ Establish the cause, ensure availability of blood
M ˗ Massage uterus
O ˗ Oxytocin infusion
S ˗ Shift to theatre/anti-shock garment–bimanual compression
T ˗ Tamponade test
A ˗ Apply compression sutures
S ˗ Systematic pelvic devascularisation

I ˗ Interventional radiologist –if appropriate, uterine artery


embolization

S ˗ Subtotal/total abdominal hysterectomy

2) Ruptura Uteri
Rupturauteri terjadi jika terdapat robekan dinding uterus saat

kehamilan atau persalinan.Kasus ini merupakan keadaan emergensi

obstetri yang mengancam nyawa ibu dan janin. Rupturauteri dapat

bersifat komplit atau inkomplit. Disebut rupturauteri komplit apabila

robekan yang menghubungkan rongga amnion dan rongga peritoneum

sehingga semua lapisan dinding uterus terpisah. Sedangkan ruptur uteri

inkomplit terjadi jika rongga abdomen dan rongga uterus masih dibatasi

oleh peritoneum viserale. Bila terjadi ruptur uteri total maka biasanya

akan berakibat fatal bagi ibu dan janin.

Faktor risiko terjadinya rupturauteri adalah adanya riwayat

rupturauteri sebelumnya, riwayat seksio sesarea atau histertektomi,

riwayat reseksi kornu pada kehamilan ektopik, riwayat perforasi uterus,

kuretase, overdistensi uterus, kehmailan multifetus, polihidramnion,

persalinan dengan forceps atau vakum, plasenta akreta, dan partus

24
macet.Tanda dari ruptur uteri berupa kematian janin, syok hipovolemik,

atau perdarahan pervaginam. Secara umum diagnosis ruptur uteri

ditegakkan dengan ditemukannya Van Bandl Ring yang semakin tinggi,

segmen bawah uterus menipis, nyeri abdomen, his kuat terus menerus,

dan tanda gawat janin. Manajemen yang dilakukan setelah terjadi

rupturauteri adalah mengatasi syok dengan resusitasi cairan/transfusi

darah, tindakan operatif (histerorafi atau histerektomi), dan pemberian

antibiotika.

3) Distosia Bahu
Distosia bahu adalah suatu keadaan gawat darurat yang tidak dapat

diprediksi dimana kepala janin sudah lahir tetapi bahu terjepit dan tidak

dapat dilahirkan.

Diagnosa :
1. Kepala janin lahir tetapi bahu tetap terjepit kuat didalam vulva

2. Dagu mengalamiretraksi dan menekan perineum

3. Traksi pada kepala gagal untuk melahirkan bahu yang terjepit

dibelakang symphisis pubis.

Penatalaksanaan :

1. Ask for Help

2. Episiotomi

3. Posisikan ibu :

a. Lakukan Manuver McRobert

b. Perasat Masanti

c. Manuver Wood corkscrew

d. Manuver Rubine1,2

25
e. Perasat dan tindakan lanjutan lain seperti pengeluaran lengan

posterior, kleidotomi bahkan simfisiolisis.

Pengawasan harus dilakukan akibat trauma yang ditimbulkannya

terhadap ibu & bayi.

4) Hipertensi dalam Kehamilan1

Hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi kehamilan setelah

kehamilan 20 minggu yang ditandai dengan timbulnya hipertensi, disertai

salah satu dari : edema, proteinuria, atau kedua-duanya. Yang merupakan

kegawatdarutan adalah preeklampsia dan eklampsia.Komplikasi

preeklampsia berat yang umumnya dapat dijumpai pada kehamilan lebih

dari 20 minggu yaitu bila dijumpai :

1. Tekanan darah sistolik > 160 mmhg, diastolik > 110 mmhg

2. Proteinuri lebih dari 5 gram /24 jam

3. Gangguan cerebral atau visual

4. Edema

5. Nyeri epigastrik atau kwadran atas kanan

6. Gangguan fungsi hati tanpa sebab yang jelas

7. Trombositopeni

8. Pertumbuhan janin terhambat

9. Peningkatan serum kreatinin

Permasalahan yang ditemukan terutama berkaitan dengan

Preeklampsia Berat, apalagi yang onset dini maupun Eklampsi. Kondisi

lain yang sering menyulitkan termasuk Sindroma HELLP, Edema Paru,

26
Krisis Hipertensi dan IUGR.Apabila ditemukan kejang pada keadaan ini

(eklampsia), maka penanganan yang diberikan berupa :

1. Beri obat anti kejang (anti konvulsan) Magnesium sulfat merupakan

obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada preeklampsia

dan eklampsia. Alternatif lain adalah Diazepam, dengan risiko

terjadinya depresi neonatal.

2. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, penghisap lendir,

masker oksigen, oksigen)

3. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma

4. Aspirasi mulut dan tenggorokan

5. Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk

mengurangi risiko aspirasi

6. Berikan O2 4-6 liter/menit

Pengelolaan umum :

1. Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai

tekanan diastolik antara 90-100 mmHg

2. Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar no.16 atau lebih

3. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap, enzim hati, dan profil

metabolik

4. Pemberian magnesium sulfat (MgSO4) dosis initial4 gr diberikan


dalam 20 menit,dilanjutkan dosis maintenance 6 gr dalam cairan
Ringer Laktat 500 ml.
5. Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan

proteinuria

6. Infus cairan dipertahankan 1.5 –2 liter/24 jam

27
7. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat

mengakibatkan kematian ibu dan janin

8. Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap 1 jam

9. Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya krepitasi

merupakan tanda adanya edema paru.Jika ada edema paru, hentikan

pemberian cairan dan berikan diuretik (mis. Furosemide 40 mg IV)

10. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika pembekuan

tidak terjadi setelah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati

Pasien yang diberi cairan perlu dievaluasi input dan outpus. Pulse

oxymetry dan auskultasi penting dilakukan khususnya pada pasien

dengan hipertensi kronis, fungsi ginjal abnorma, dan solutio

plasenta. Pemberian MgSO4 dilanjutkan sedikitnya 24 jam

pascasalin atau setelah kejang terakhir atau keduanya. Jika terjadi

insufisiensi ginjal, kurangi MGSO4 dan rasio pemberian cairan.

Setelah persalinan, obat antihipertensi oral dapat diberikan untuk

memelihara sistolik < 155 mmHg dan diastolik <105 mmHg. Dapat

diberikan setiap 6 jam atau nifedipine 10 mg setiap 6 jam. Nifedipine

oral serta diuretik diberikan pascasalin dan pemberiannya bersamaan

dengan MgSO4 tidak memberikan resiko efek samping. Diuretik oral

diberikan jika ingin meningkatkan diuresis.

2.1.7 Persiapan Kegawatdaruratan

Persiapan yang harus dilakukan sebelum merujuk adalah :


1. Persiapan tenaga kesehatan,pastikan pasien dan keluarga didampingi
olehminimal dua tenaga kesehatan (dokter dan/atau perawat) yang
kompeten.

28
2. Persiapan keluarga, beritahu keluarga pasien tentang kondisi terakhir
pasien, serta alasan mengapa perlu dirujuk. Anggota keluarga yang
lain harus ikutmengantar pasien ke tempat rujukan.
3. Persiapan surat, beri surat pengantar ke tempat rujukan, berisi
identitas pasien,alasan rujukan, tindakan dan obat–obatan yang telah
diberikan pada pasien.
4. Persiapan Alat,bawa perlengkapan alat dan bahan yang diperlukan.
5. Persiapan Obat, membawa obat–obatan esensial yang diperlukan
selama perjalananmerujuk.
6. Persiapan Kendaraan, persiapkan kendaraan yang cukup baik, yang
memungkinkanpasien berada dalam kondisi yang nyaman dan dapat
mencapai tempat rujukansecepatnya.Kelengkapan ambulance, alat,
dan bahan yang diperlukan.
7. Persiapan uang, ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam
jumlah cukup untuk membeli obat-obatan dan bahan kesehatan yang
diperlukan di tempat rujukan.
8. Persiapan donor danar, siapkan kantung darah sesuai golongan darah
pasien atau calon pendonor darah dari keluarga yang berjaga – jaga
dari kemungkinan kasus yang memerlukan donor darah.

2.2 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Modifikasi Green dan Kruater (2005), Notoadmojo (2007)

29
2.3 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori pada Bab II, maka disusunlah kerangka konsep

penelitian.

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.4 Hipotesis Penelitian

Ha : Ada hubungan pelaksanaan kelas ibu hamil dengan kesiapan

dalam menghadapi kegawat daruratan di Puskesmas Kolaka

Tahun 2019.

Ho : Tidak hubungan pelaksanaan kelas ibu hamil dengan kesiapan

dalam menghadapi kegawat daruratan di Puskesmas Kolaka

Tahun 2019.

Ha : Ada hubungan status ekonomi dengan kesiapan dalam

menghadapi kegawat daruratan di Puskesmas Kolaka Tahun

2019.

Ho : Tidak hubungan status ekonomi dengan kesiapan dalam

menghadapi kegawat daruratan di Puskesmas Kolaka Tahun

2019.

30
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik observasional

dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan kelas ibu hamil dan status ekonomi dengan kesiapan dalam

menghadapi kegawatdaruratan di Wilayah kerja Puskesmas Kolaka Tahun

2019 dalam waktu yang bersamaan.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas objek dan

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah

semua ibu nifas pada bulan Maret 2019 berjumlah 30 ibu nifas.

3.2.2 Sampel penelitian

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi ini (Notoatmodjo,

2002). Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah Total

Sampling yaitu seluruh ibu nifas pada bulan Maret 20219. (Sugiyono,

2007) berjumlah 30 ibu nifas.

31
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kolaka Kelurahan Lalombaa

Kecamatan Kolaka Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara

3.3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan

Agustus 2019.

3.4 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Cara
Definisi Skala
Variabel ukur/Alat Hasil Ukur
Operasional Ukur
Ukur
Dependent
Kesiapan Persiapan dalam Kuesioner a. Siap < median Ordinal
dalam kondisi kesehatan (<67,5)
kegawat yang mengancam
daruratan jiwa yang terjadi b. Tidak siap ≥
dalam kehamilan median (≥ 67,5)
atau selama dan
sesudah
persalinan dan
kelahiran

Independent
Kelas Ibu Kelas ibu hamil Lembar 0. Sesuai standar Ordinal
Hamil dilakukan 3 kali ceklist (≥ 4 pertemuan)
pertemuan
selama hamil 1. tidak sesuai
standar (< 4 kali
pertemuan)
Status Pendapatan PUS Kuesioner 1. ≤ UMR Ordinal
Ekonomi dalam 1 bulan
sesuai standar 2. > UMR
UMR (Rp.
2.300.000)

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

32
3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Jenis data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung dari objek

penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi. Dalam

penelitian ini, penilitian ini menggunakan kuesioner yang

dibagikan pada responden yang telah menjadi sampel yang

variabel-variabel penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari

Puskesmas Kolaka.

3.5.2 Pengumpulan Data

Adapun cara pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan lembar kuesioner.

3.6 Validasi dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu index menunjukan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini tidak

dilakukan uji validitas dan reliabilitas karena untuk mengukur pengetahuan

responden menggunakan kuesioner yang sebelumnya telah dipakai untuk

penelitian lain sehingga tidak dilakukan uji validitas kembali, karena semua

butir soal sudah valid. Sumber Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini

adalah penelitian Anifatul (2016) yang berjudul hubungan keikutsertaan ibu

dengan pengeatahuan ibu di Puskesmas Cempiring.

33
3.7 Pengolahan Data

3.7.1 Editing

Merupakan langkah pengecekan kembali terhadap data yang telah

masuk, data di periksa kelengkapan, keseragaman dan kesinambungan

3.7.2 Coding

Yaitu memberikan kode berupa angka-angka setiap hasil jawaban

pada kuesioner.

3.7.3 Entry data/memasukan data

Kegiatan memasukan data ke dalam komputer untuk di lakukan

analisis data dengan menggunakan program SPSS

3.7.4 Tabulasi/pengolahan data

Menyajikan data dalam bentuk tabel. Tabulasi di lakukan agar mudah

dalam menyajikan data.

3.8 Analisis Data

Analisis dilakukan untuk melihat hubungan masing-masing variabel

Independent dan variabel Dependent dengan menggunakan uji Chi-Square

(X²) (Hidayat, 2010) :

( fo−fh ) ²
ΣX 2 =
fh

Keterangan :
X² : Chi kuadrat
Fo : Frekuensi yang diobservasi
Fh : Frekuensi yang diharapkan
Σ : Sigma

34
Interpretasi hasil uji, dengan menggunakan taraf signifikasi 5% (α =

0,05) dengan tingkat kepercayaan 95%. a. X² hitung > X² tabel maka,

hipotesis diterima berarti ada hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen. b. X² Hitung < X² tabel maka, hipotesis ditolak berarti

tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

3.9 Etika Penelitian

Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subjek penelitian sehingga

tidak boleh bertentangan dengan etik. Hal-hal yang harus dilindungi oleh

peneliti adalah (Hidayat, 2007) :

3.9.1 Prinsip manfaat (Beneficience)

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur

penelitian agar mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal

mungkin bagi subjek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat

populasi.Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek

yaitu dengan memberi posisi yang nyaman bagi ibu saat mengikuti

kelas ibu hamil.

3.9.2 Prinsip menghormati hak responden (Confidentiality)

Setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk

privasi dan kebebasan individu.Pada dasarnya penelitian memberikan

akibat terbukanya informasi individu termasuk informasi yangbersifat

pribadi. Sedangkan tidak semua orang menginginkan informasinya

diketahui oleh orang lain maka peneliti tidak mencantumkan nama

responden pada alat ukur tetapi hanya mencantumkan inisial pada

35
lembar alat ukur dan menuliskan kode responden berupa angka pada

lembar.

3.9.3 Prinsip keadilan (Justice)

Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, professional,

berprikemanusiaan dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,

keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius

subjek penelitian.Lingkungan penelitian dikondisikan agar memenuhi

prinsip keterbukaan yaitu penjelasan prosedur penelitian.

36
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam tugas ini, maka yang menjadi

kesimpulan adalah sebagai berikut :

1. Responden yang siap dalam menghadapi kegawat daruratan pada persalinan

sebanyak 17 responden ( 68% ), pelaksanaan kelas ibu hamil sesuai dengan

standar sebanyak 22 responden ( 44% ) dan dengan status ekonomi sebagian

besar diatas UMR sebanyak 11 responden (22%).

2. Ada hubungan yang signifikan antara pelaksanaan kelas ibu hamil (p =

0,038), dan status ekonomi (p = 0,024) terhadap kesiapan dalam menghadapi

kegawat daruratan di Puskesmas Kolaka Tahun 2019.

SARAN

a. Bagi Responden

Diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang

pentingnya kesiapan dalam menghadapi kegawatdaruratan.

b. Bagi Fakultas Kesehatan D-IV Kebidanan Universitas Mega Buana Palopo

Diharapkan dengan adanya tugas proposal ini dapat menjadi bahan atau

sumber bacaan di perpustakaan instansi pendidikan sekaligus sebagai

referensi tambahan untuk melakukan penelitian selanjutnya untuk memenuhi

persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada Diploma IV Kebidanan di

Universitas Mega Buana Palopo.

c. Bagi Penulis

37
Diharapkan dapat dikembangkan menjadi Karya Ilmiah dengan metode

yang berbeda, variabel yang berbeda dan dapat mengembangkan tugas

tersebut ini lebih lanjut dari faktor lain.

38
DAFTAR PUSTAKA

Anitasari. Y I, Nurul E W. 2012. Hubungan Cakupan K4 Bidan Dengan Deteksi

Dini Resiko Tinggi Kehamilan Di Kecamatan Rembang. Akademi Kebidanan

Estu Utomo Boyolali. Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 02, Desember 2012

Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka

Cipta. 2006

Astuti, Sri Puji. Pola pengambilan keputusan keluarga dan bidan dalam merujuk

ibu bersalin ke rumah sakit pada kasusu kematian ibu di kabupaten Demak.

http://eprints.undip.ac.id/18304/. (30 Desember 2010)

Diflayzer1, Syahredi S.A 2, Eka Nofita. 2014. Gambaran Faktor Risiko Kegawat

daruratan Obstetri pada Ibu Bersalin yang Masuk di Bagian Obstetri dan

Ginekologi RSUD Dr. Rasidin Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 6(3)

Edy. Analisa Pelayanan KIA Jawa Tengah. http://gusedy.blogspot. com/2007/06/

analisa-pelayanan-kia-jawa tengah.html diakses tanggal 30 Desember 2010

Fikawati, Sandra. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kesediaan bidan di

desa untuk tetap bekerja dan tinggal di desa di Kabupaten Tangerang

Provinsi Banten.2003

Hanifatur, Rosyidah. Antenatalcare. http://hanifatur.wordpress.com /2011/05/29/

antenatal-care-anc/ (15 juli 2011)

Immamuddin. Urgensi Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi. http://imamuddin29.

blogspot.com/2009/05/urgensi-deteksi-dini-ibu-hamil-risiko.httml di akses

tanggal (27 Desember 2010)

Kurnia, Ahmad. Analisis Korelasi. http://skripsimahasiswa.blogspot.com/2010/11

/analisis-korelasi.html. (16 Juli 2011)

39
Kusmarjadi, Diki. Kehamilan Resiko Tinggi.http://www.drdidispog. com/2008/10/

kehamilan-risiko-tinggi-kehamilan.html.(4 Desember 2010)

Kusmiyati, Yuni. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Yogyakarta :

Fitramaya. 2009

Lukmawati, Dwi. Hubungan tingkat pendidikan dan lama praktek bidan praktek

swasta dengan penerimaan metode hypnobirthing. UNS.2008

Manuaba, Ida Bagus. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : ECG. 2007

Mestuti, Hadi. Hubungan karakteristik individu dan motivasi bidan dengan

cakupan deteksi dini ibu hamil resiko tinggi di Kabupaten Jepara.

http://eprinst.undip.ac.id./9962/

Muhaj, Khaidir. Resiko Kehamilan.http://khaidirmuhaj. blogspot.com/2009/03/

resiko-kehamilan.html.(17 Januari 2011)

Muliadi, Awi. Kondisi Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi

(AKB), Angka Kematian Balita (AKBAL), Angka Kematian Ibu (AKI) dan

penyebabnya di Indonesia. ( 23 Desember 2010)

Murdiati. Ari, Sutopo Patria Jati. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Perilaku Ibu Hamil Dalam Merencanakan Persalinan

Untuk Pencegahan Komplikasi di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo

Kota Semarang. Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro

Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari

2017

Murdiyah. Hubungan Antara Kunjungan Antenatal Care Dengan Deteksi Dini

Pada Ibu Hamil di Desa Kebonan. EUB. 2010

40

Anda mungkin juga menyukai