Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara

terus-menerus dan berkesinambungan. Pembangunan tersebut bertujuan

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan kesejahteraan rakyat Indonesia

secara adil, makmur dan merata. Agar tujuan tersebut dapat terwujud maka

dibutuhkan dana, yang salah satunya berasal dari penerimaan pajak. Pajak

merupakan pendapatan negara yang cukup potensial, untuk mencapai

tujuan pembangunan nasional. Penerimaan dari sektor pajak ternyata salah

satu sumber penerimaan terbesar negara. Negara akan maju kalau pajak

tetap ada dan negara akan hancur kalau tidak ada pajak.

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang

digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi seluruh rakyat

Indonesia. Pajak dipungut dari warga Negara Indonesia dan menjadi salah

satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya. Pembangunan

nasional Indonesia pada dasarnya dilakukan oleh masyarakat bersama-

sama pemerintah. Oleh karena itu peran masyarakat dalam pembiayaan

pembangunan harus terus ditumbuhkan dengan meningkatkan kesadaran

masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak. Pajak merupakan

alternatif yang sangat potensial. Sebagai salah satu sumber penerimaan

Negara yang sangat potensial, sektor pajak merupakan pilihan yang sangat

1
tepat, selain karena jumlahnya yang relatif stabil juga merupakan cerminan

partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan. Jenis

pungutan di Indonesia terdiri dari pajak Negara (pajak pusat), pajak

daerah, retribusi daerah, bea dan cukai dan penerimaan Negara bukan

pajak. Salah satu pos Penerimaan Asli Daerah (PAD) dalam anggaran

pendapatan belanja daerah (APBD) adalah pajak daerah.

Untuk mengamankan penerimaan negara dan meminimalisir wajib

pajak menunggak dalam pembayaran pajaknya, pemerintah khususnya

Direktorat Jenderal Pajak melakukan tindakan penagihan pajak yang

dilindungi oleh payung hukum berupa Undang-Undang Nomor 19 Tahun

1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000. Pelunasan utang

pajak merupakan salah satu tujuan penting dari pemberlakuan undang-

undang ini. Penagihan pajak yang efektif merupakan sarana yang tepat

untuk mencapai target penerimaan pajak yang maksimal. Apabila

kekurangan pajak sebagaimana tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak

dan Surat Tagihan Pajak tersebut sampai dengan jatuh tempo, maka

penagihan pajak dianggap perlu untuk dilaksanakan sebagai salah satu

upaya pencapaian penerimaan pajak. Adapun dalam pelaksanaan

penagihan pajak tersebut turut melibatkan peran aktif dari aparatur pajak

yang biasa disebut fiskus.

B. Rumusan Masalah

2
Berdasarkan latar belakang di atas maka ditemukan rumusan masalah

dari makalah ini adalah sebagai berikut.

1. pengertian dari pajak?

2. Jelaskan ciri -ciri pajak ?

3. Jelaskan unsur-unsur pajak ?

4. Jelaskan jenis-jenis pajak?

5. Jelaskan dasar hukum pemerintahan dalam Pemungutan pajak?

6. Jelaskan fungsi pajak bagi pembangunan negara?

7. Jelaskan pentingnya peran pajak dalam pembangunan negara?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan dari

makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Menjelaskan pengertian dari pajak

2. Menjelaskan ciri -ciri pajak

3. Menjelaskan Unsur- unsur pajak

4. Menjelaskan jenis-jenis pajak

5. Menjelaskan dasar hukum pemerintahan dalam Pemungutan pajak

6. Menjelaskan fungsi pajak bagi pembangunan negara

7. Menjelaskan pentingnya peran pajak dalam pembangunan negara

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pajak

Kata ‘pajak’ berasal dari bahasa latin ‘taxo’ yang memiliki arti iuran

wajib yang dibayarkan oleh rakyat untuk kepentingan pemerintah dan

kepentingan masyarakat itu sendiri. Menurut Undang-Undang Nomor 28

tahun 2007 Pasal 1 Nomor 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara

yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pajak adalah

pungutan wajib yang biasanya berupa uang. Uang tersebut dibayar oleh

penduduk sebagai sumbangan wajib kepada negara atau pemerintah. Pajak

merupakan penghubung dengan pendapatan, pemilik, harga beli barang,

dan sebagainya.

Definisi pajak menurut para ahli :

1. Prof. Dr. MJH. Smeeths

4
Pajak adalah sebuah prestasi pemerintah yang terhutang

melalui norma-norma dan dapat dipaksakan tanpa adanya suatu

kontra prestasi dari setiap individual. Maksudnya ialah membiayai

pengeluaran pemerintah atau negaranya.

2. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH.

Menurutnya, pajak ialah iuran rakyat kepada negaranya

berdasarkan Undang-Undang atau peralihan kekayaan dari sektor

swasta kepada sektor publik yang bisa dipaksakan dan yang

langsung dapat ditunjuk serta digunakan untuk membiayai

kebutuhan atau kepentingan umum.

3. Prof. Dr. PJA Andriani

Beliau pernah menjadi guru besar di sebuah Perguruan Tinggi

Universitas Amsterdam. Menurutnya, pajak merupakan iuran

rakyat atau masyarakat pada negara yang bisa dipaksakan dan

terhutang bagi yang wajib membayarnya sesuai dengan peraturan

UU dengan tidak memperoleh suatu imbalan yang langsung bisa

ditunjuk serta digunakan untuk pembiayaan yang diperlukan

pemerintah.

4. Dr. Soeparman Soemahamidjaya

Beliau mengemukakan pendapatnya mengenai pajak, dimana

pajak merupakan iuran wajib bagi warga, baik berupa uang

maupun barang yang dipungut oleh penguasa menurut norma-

norma hukum yang berlaku guna untuk menutup segala biaya

5
produksi barang dan jasa untuk mencapai kesejahteraan masyarakat

secara umum.

5. Anderson Herschel M, dkk

Pajak ialah pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor

pemerintah dan bukan suatu akibat dari pelanggaran tetapi sebuah

kewajiban berdasarkan ketentuan yang berlaku tanpa adanya

imbalan dan dilakukan untuk mempermudah pemerintah

menjalankan tugasnya.

6. Cort Vander Linden

Menurutnya pajak merupakan sumbangan pada keuangan

umum suatu negara yang tidak bergantung pada jasa khusus dari

seorang penguasa.

7. Prof. Dr. Djajaningrat

Mengemukakan bahwa pajak merupakan kewajiban untuk

memberikan sebagian harta kekayaan kepada negara karena

kejadian, keadaan juga perbuatan yang memberikan kedudukan

tertentu dimana pungutan itu bukanlah sebuah hukuman, namun

kewajiban berdasarkan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan

pemerintah dan bisa dipaksakan. Tujuannya tetap untuk

memelihara kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

8. Dr. N.J. Fieldman

Pajak yaitu sebuah prestasi yang sifatnya paksaan sepihak

kepada penguasa menurut norma yang ditetapkan tanpa adanya

6
kontraprestasi dan gunanya untuk menutupi segala pengeluaran

umum dari sebuah negara.

9. R.R.A. Seligman

Pajak ialah pemungutan yang sifanya memaksa kepada

pemerintah atau penguasa untuk biaya segala pengeluaran yang

berhubungan dengan masyarakat dan tanpa ditunjuk serta tidak ada

keuntungan khusus yang diperoleh.

10. Leroy Beaulieu

Menyatakan bahwa pajak bantuan baik secara langsung atau

tidak, dimana hal ini bisa dipaksakan oleh pemerintah kepada

warga masyarakatnya yang gunanya untuk menutupi semua biaya

yang dikeluarkan oleh pemerintah suatu negara.

B. Ciri – Ciri Pajak

1) Sebuah kontribusi warga negara yang wajib

Perlu diketahui bahwa pajak sendiri memang sudah diatur di

dalam sebuah Undang – Undang hal ini lantas membuat pajak

bersifat memaksa. Pihak yang diwajibkan untuk membayar pajak

ini sebelumnya sudah termasuk dalam syarat subjektif dan juga

objektif. Di mana, ketika orang tersebut sudah masuk dalam

kriteria tersebut akan diwajibkan untuk membayar pajak.

Jika Anda merupakan pegawai baik swasta maupun negeri

ketika Anda mempunyai penghasilan lebih dari 2 juta maka Anda

juga akan dikenai pajak. Bagi Anda para wirausaha maka Anda

7
juga dikenakan wajib pajak 1 persen dari penghasilan. Sehingga,

para wajib pajak ini harus mengetahui jenis pajak sehingga dirinya

bisa membayarkan pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2) Bersifat memaksa

Segala sesuatu yang sudah di atur di dalam Undang – Undang

tentu harus ditaati, termasuk dalam membayar pajak. Sifat pajak

yang memaksa ini juga ketika pihak tersebut sudah memenuhi

kriteria untuk wajib pajak. Jika seseorang dengan sengaja untuk

tidak membayarkan pajak maka dirinya bisa saja mendapatkan

ancaman administrasi maupun hukuman pidana. Sehingga,

mempelajari pajak ini terbilang cukup wajib untuk anda lakukan.

3) Para wajib pajak tidak mendapat imbalan

Walaupun para wajib pajak ini diwajibkan dan sudah

membayarkan pajak dengan rutin maka bukan berarti wajib pajak

tersebut mendapat imbalan. Ingat, pengertian pajak adalah

pungutan wajib namun dana yang diminta oleh rakyat ini bukan

untuk kepentingan pribadi. Ketika rakyat membayar pajak maka

dana dari pajak ini digunakan untuk melakukan pembangunan di

berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Sehingga pada dasarnya

pajak tersebut akan digunakan untuk kepentingan secara umum.

4) Diatur Berdasarkan Undang – Undang

Karena sifatnya yang memaksa dan wajib untuk dibayarkan

oleh para wajib pajak maka semua hal tersebut mengenai pajak ada

8
di dalam Undang – Undang. Ada beberapa Undang – Undang yang

mengatur berbagai hal mengenai pajak baik mengenai mekanisme

perhitungam, pelaporan, dan juga pembayaran.

C. Unsur – Unsur Pajak

Pada umumnya unsur pajak di Indonesia terbagi menjadi 4 bagian.

Yaitu subjek pajak, wajib pajak, objek pajak dan juga tarif pajak. Berikut

penjelasan detailnya:

1. Subjek Pajak

Subjek pajak merupakan unsur yang pertama. Di dalamnya

terdapat orang dan lembaga yang tinggal di dalam satu negara yang

menjadikan pajak sebagai bentuk kewajiban para warganya.

Disebut unsur yang pertama, karena tanpa subjek pajak, tidak

mungkin ada pajak yang harus dibayarkan. Karena yang akan

membayar saja tidak ada. Kelazimannya memang demikian.

Bahkan yang dikenakan beban pajak adalah orang atau lembaga

bukan benda atau jasa.

Karena alasan inilah, subjek pajak harus ada di dalam sistem

perpajakan. Baru, kebijakan bisa berjalan dengan baik. Tanpanya,

jangan harap pungutan pajak bisa dilakukan. Maka dari itu, wajar

kalau dalam setiap regulasi pajak pasti ada subjek pajak.

2. Wajib Pajak

Unsur pajak selanjutnya ialah wajib pajak. Ini juga termasuk

orang dan lembaga yang sudah layak untuk membayar pajak.

9
Artinya, pajak menjadi beban baginya yang harus dibayarkan. Jika

tidak dibayar, mereka akan mendapatkan denda dan sanksi sesuai

peraturan yang berlaku.

Wajib pajak hanya berupa manusia atau lembaga. Sedangkan

produk dan jasa adalah unsur pajak lain. Artinya produk dan jasa

bukan wajib pajak. Karena yang terbebani untuk membayar pajak

adalah orang atau kantor yang mewadahi produk atau layanan

tersebut. Maka dari itu jangan sampai salah membedakan mana

wajib pajak dan bukan wajib pajak.

Biasanya, orang yang dikenakan wajib pajak, disesuaikan

dengan usianya. Jika masih di bawah umur, maka wajib pajak

masih dipegang oleh kedua orang tuanya. Sedangkan untuk

komunitas atau lembaga, wajib pajak disematkan ketika awal usaha

didirikan.

Yang berbeda hanya nominal pajaknya saja. Karena

disesuaikan dengan besar usaha dan pendapatan yang didapatkan

setiap bulan atau pertahun.

3. Objek Pajak

Jika wajib pajak adalah orang atau lembaga yang harus

membayar pajak, sedangkan objek pajak adalah produk, benda atau

layanan yang harus dibayarkan pajaknya.

Jika Anda memiliki bangunan dan tanahnya. Maka dari

bangunan dan tanah tersebut, Anda harus membayarkan pajaknya

10
kepada pemerintah. Namanya adalah pajak bangunan (PBB). Nah,

bangunan inilah yang disebut objek pajak.

Anda memiliki layanan usaha catering. Penghasilannya

mencapai Rp10.000.000 perhari. Maka beberapa persen dari

penghasilan tersebut, harus diambil untuk dibayarkan pajaknya.

Namanya ialah pajak penghasilan. Nah layanan atau usaha Anda

itulah yang disebut objek pajak.

4. Tarif Pajak

Unsur pajak yang terakhir adalah tarif pajak. Ini merupakan

nominal pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak atas produk

dan layanan yang terbebani pajak (objek pajak).

Untuk Indonesia, cara penentuan tarif pajak ini menggunakan

rumus persentase. Artinya, wajib pajak membayar pajak beberapa

persen saja dari harga produk atau layanan yang dimilikinya.

D. Penggolongan Jenis Pajak

Pajak di Indonesia dapat dibedakan atas tiga kategori yaitu:

1. Berdasarkan pihak yang menanggung

Berdasarkan pihak yang menanggung, pajak terdiri dari dua

macam pajak yaitu

• Pajak Langsung

adalah pajak yang pembayarannya harus ditanggung sendiri

oleh wajib pajak dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain

11
serta dikenakan secara berulang-ulang pada waktu-waktu

tertentu. Contohnya Pajak Penghasilan, Pajak Bumi dan

Bangunan.

• Pajak Tidak Langsung

pajak yang pembayarannya dapat dialihkan kepada pihak

lain dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu atau peristiwa-

peristiwa tertentu saja. Contoh: Pajak Penjualan, PPN, PPn-

BM, Bea Materai, dan Cukai.

2. Berdasarkan sifatnya

Pajak terdiri dari dua macam berdasarkan sifatnya, antara lain:

• Pajak Subjektif

pengenaan pajak dengan pertama-tama memperhatikan

keadaan pribadi wajib pajak (subjeknya). Setelah diketahui

keadaan subjeknya barulah diperhatikan keadaan objektifnya

sesuai gaya pikul apakah dapat dikenakan pajak atau tidak.

Misalnya perhitungan Pajak Penghasilan, jumlah tanggungan

dapat mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar

• Pajak Obyektif

pengenaan pajak dengan pertama-tama

memperhatikan/melihat objeknya, baik berupa keadaan atau

perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya

kewajiban membayar pajak. Setelah diketahui objeknya,

barulah dicari subjeknya yang mempunyai hubungan hukum

12
dengan objek yang telah diketahui. Misalnya Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) tidak memperhitungkan apakah wajib

pajak tersebut memiliki tanggungan atau tidak.

3. Berdasarkan pihak yang memungut pajak

Berdasarkan pihak yang memungut, pajak terdiri dari dua macam,

antara lain:

a) Pajak Pusat

pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat yang

dalam hal ini sebagian dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak -

Kementerian Keuangan. Adapun pajak-pajak pusat yang

dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak meliputi:

 Pajak Penghasilan (PPh)

PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang

pribadi atau badan atas penghasilan yang diterima atau

diperoleh dalam suatu Tahun Pajak. Yang dimaksud

dengan penghasilan adalah setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang berasal baik dari Indonesia

maupun dari luar Indonesia yang dapat digunakan untuk

konsumsi atau untuk menambah kekayaan dengan nama

dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian, maka

penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji,

honorarium, hadiah, dan lain sebagainya. Dasar hukum

diberlakukan PPh adalah UU No. 36 Tahun 2008

13
Tentang Perubahan Keempat Atas UU No. 7 Tahun

1983 Tentang Pajak Penghasilan

 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan PPn BM

PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi

Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak di dalam

Daerah Pabean berdasarkan UU No. 8 Tahun 1983

tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan

atas Barang Mewah yang diubah terakhir kali dengan

UU No. 42 Tahun 2009.

 Bea Meterai

Bea meterai menurut UU Nomor 13 Tahun 1985

merupakan pajak yang dikenakan atas dokumen yang

bersifat perdata dan dokumen untuk digunakan di

pengadilan. Pajak atas dokumen sebagaimana diatur

dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang

Bea Materai. Pada Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 24 Tahun 2000 menjelaskan tentang

Perubahan Tarif Bea Meterai dan Besarnya Pengenaan

Harga Nominal Yang Dikenakan Bea Meterai.

 Bea Keluar / Bea Masuk

UU No. 10 Tahun 1995 jo. UU No. 17 Tahun 2006

tentang Kepabeanan

 Cukai

14
UU No. 11 Tahun 1995 jo. UU No. 39 Tahun 2007

tentang Cukai

b) Pajak Daerah

Pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah baik di

tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota berdasarkan Undang-

undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah (UU PDRD) yang dikelola oleh Dinas

Pendapatan Daerah (Dipenda), antara lain:

 Pajak Provinsi

 Pajak bumi dan bangunan

 Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air;

 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di

Atas Air;

 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor;

 Pajak Air Permukaan; dan

 Pajak Rokok.

 Pajak Kabupaten/Kota

 Pajak Hotel,

 Pajak RestorHote

 Pajak Hiburan,

 Pajak Reklame,

 Pajak Penerangan Jalan,

15
 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan,

 Pajak Parkir,

 Pajak Air Tanah,

 Pajak Sarang Burung Walet

 Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan

 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

E. Dasar Hukum Pemerintah dalam Pemungutan Pajak

Dasar hukum melakukan tindakan penagihan pajak adalah antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana yang telah

berulang kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2007

selanjutnya disebut UU KUP.

2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana yang telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 selanjutnya

disebut UU PPSP.

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23/PMK/.03.2008 sebagaimana

yang telah diubah dengan Nomor 83/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara

Penerbitan Surat Ketetapan Pajak.

4. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

561/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan

Seketika Dan Sekaligus Dan Pelaksanaan Surat Paksa.

16
5. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

562/KMK.04/2000 Tentang Syarat-Syarat, Tata Cara Pengangkatan

Dan Pemberhentian Juru Sita Pajak.

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 189/PMK.03/2007 sebagaimana

yang telah diubah dengan Nomor 84/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara

Penerbitan Surat Tagihan Pajak.

7. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

24/PMK.03/2008 sebagaimana yang telah diubah dengan Nomor

85/PMK.03/2010 Tentang Perubahan Atas Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Penagihan Dengan Surat Paksa Dan Pelaksanaan

Penagihan Seketika Dan Sekaligus.

8. Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2010 Tentang Prosedur

Penerbitan Kembali Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Dan Atau Surat Tagihan

Pajak.

9. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-82/PJ/2010 Tentang

Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-

36/PJ/2010 Tentang Prosedur Penerbitan Kembali Surat Ketetapan

Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,

Dan Atau Surat Tagihan Pajak.

Menurut pendapat para ahli penagihan pajak dapat didefinisikan

menurut Muhammad Rusjdi[2]: ”Penagihan pajak adalah perbuatan yang

dilakukan Direktorat Jenderal Pajak karena Wajib Pajak tidak mematuhi

17
ketentuan Undang-undang pajak, khususnya mengenai pembayaran pajak

yang terutang.” Definisi lain menurut Mardiasmo[3]: “Penagihan pajak

adalah kegiatan yang dilakukan oleh fiskus karena Wajib Pajak tidak

mematuhi ketentuan Undang-undang pajak, khususnya mengenai

pembayaran pajak yang terutang, penagihan pajak meliputi kegiatan,

perbuatan dan pengiriman surat peringatan, surat teguran, surat paksa,

penyitaan, lelang, pencegahan dan penyanderaan.”

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

penagihan pajak adalah perbuatan yang dilakukan Direktorat Jenderal

Pajak atau fiskus karena Wajib Pajak tidak mematuhi ketentuan Undang-

undang pajak, khususnya mengenai pembayaran pajak dengan

melaksanakan pengiriman surat peringatan, surat teguran, surat paksa,

penyitaan dan pelelangan.

Dasar penagihan pajak, antara lain:

1. Surat Tagihan Pajak (STP)

STP diterbitkan apabila pajak dalam tahun berjalan tidak atau

kurang dibayar, Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa

denda administrasi dan/atau bunga. Dari hasil penelitian Surat

Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai

akibat salah tulis dan/atau salah hitung. Surat Tagihan Pajak

mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Surat Ketetapan

Pajak.

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

18
SKPKB diterbitkan terhadap wajib pajak yang nyata-nyata

atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban

formal dan kewajiban material Perpajakan.

3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

SKPKBT dapat diterbitkan Dirjen Pajak dalam jangka waktu

10 tahun sesudah saat terutang pajak, apabila ditemukan data baru

dan atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan

penambahan jumlah pajak yang terutang.

4. Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan

Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar

bertambah.

Tindakan penagihan pajak dilakukan apabila pajak yang terutang

sebagaimana tercantum dalam Surat Tagihan Pajak (STP), SKPKB,

SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,

Putusan Banding yang menyebabkan pajak yang harus dibayar bertambah,

tidak atau kurang bayar setelah lewat tanggal jatuh tempo pembayaran

pajak yang bersangkutan. Dalam bidang administrasi perpajakan dikenal

beberapa bentuk tindakan penagihan yaitu penagihan pasif, penagihan

aktif dan penagihan dengan surat paksa.

1) Penagihan Pasif

Penagihan pasif adalah tindakan yang dilakukan oleh Kantor

Pelayanan Pajak dengan cara memberikan himbauan kepada Wajib

Pajak agar melakukan pembayaran pajak sebelum tanggal jatuh

19
tempo. Penagihan pajak dilakukan dengan menggunakan Surat

Tagihan Pajak (STP), SKPKB, SKPKBT, Surat Keputusan

Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang

menyebabkan jumlah pajak terutang menjadi lebih besar.

Penagihan pasif merupakan tugas pengawasan fiskus atau

kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajibannya sesuai

dengan Undang-undang yang berlaku.

2) Penagihan Aktif

Penagihan aktif adalah penagihan yang didasarkan pada STP,

SKPKB, SKPKBT yang jatuh temponya telah ditetapkan dalam

peraturan perundang-undangan perpajakan yaitu 1 bulan terhitung

mulai dari STP, SKPKB, SKPKBT diterbitkan. Penagihan aktif ini

merupakan kelanjutan dari penagihan pasif, oleh sebab itu dalam

upaya penagihan ini fiskus berperan aktif, dalam arti tidak hanya

mengirim STP atau SKP tetapi juga akan diikuti dengan tindakan

dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.

F. Fungsi Pajak dalam Pembangunan Negara

Terdapat 4 fungsi utama perpajakan dalam perekonomian nasional

menurut UU No. 28 Tahun 2007, yaitu dengan penjelasannya sebagai

berikut :

1. Fungsi Anggaran (Budgeter)

20
Pajak merupakan sumber penerimaan negara paling besar yang

dikumpulkan dari para wajib pajak. Pendapatan dari pajak tersebut

nantinya akan digunakan untuk membiayai semua pengeluaran

pemerintah dan juga membiayai pembangunan nasional.

Dengan begitu maka Fungsi pajak adalah sebagai sumber

pendapatan negara dengan tujuan untuk menyeimbangkan antara

pemasukan negara dengan pengeluaran negara.

2. Fungsi Mengatur (Regulasi)

Pajak dapat digunakan sebagai instrumen untuk mengatur dan

melaksanakan kebijakan negara dalam bidang ekonomi dan sosial.

Misalnya, menaikkan harga bea masuk dari luar negeri untuk

melindungi produksi dalam negeri.

Beberapa fungsi regulasi tersebut yaitu:

• Pajak dapat dipakai sebagai instrumen penghambat laju

iinflasi

• Pajak digunakan sebagai instrumen untuk

meningkatkan aktivitas ekspor, misalnya pajak ekspor

barang.

• Perlindungan terhadap produksi dalam negeri dengan

menaikan bea masuk bagi produk luar.

• Pengaturan pajak untuk menarik investasi modal guna

meningkatkan produktivitas perekonomian.

3. Fungsi Pemerataan (Redistribusi)

21
Pajak dapat berfungsi sebagai instrumen untuk

menyeimbangkan pembagian antara pendapatan dengan

kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat. Dalam hal ini, pajak

digunakan untuk pembangunan infrastruktur secara merata

sehingga tercipta berbagai lapangan kerja baru secara nasional.

Pembangunan yang merata akan membantu perputaran

ekonomi yang semakin baik dan meningkatkan pendapatan

masyarakat secara merata di berbagai daerah.

4. Fungsi Stabilitas

Pajak juga berfungsi untuk menjaga stabilitas perekonomian di

suatu negara. Seperti yang disebutkan sebelumnya, pajak dapat

digunakan untuk mengendalikan laju inflasi yaitu dengan

mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat dengan cara

memungut dan menggunakan pajak secara efektif dan efisien

Fungsi pajak menurut Mardiasmo adanya 2 fungsi pajak, yaitu:

1. Fungsi Penerimaan (Budgeteir)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi

pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

2. Fungsi Mengatur (Reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau

melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.

22
G. Pentingnya Peran Pajak dalam Pembangunan Negara

Penerimaan pajak mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Dimana jumlah penerimaan tersebut baik dalam jumlah nominal maupun

persentase. Selain itu, persentase dari jumlah Wajib Pajak masih relatif

sedikit jika dibandingkan dengan jumlah seluruh penduduk di Indonesia.

Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia untuk

membayar pajak masih rendah. Beberapa bentuk kesadaran yang

mendorong Wajib Pajak untuk membayar pajak salah satunya adalah

kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang

pembangunan negara. Pentingnya peran pajak bagi pembangunan Negara

yaitu:

1. Infrastruktur dan fasilitas umum yang berjalan dengan baik

Berbagai infrastruktur dan fasilitas umum bisa dibangun dengan

baik melalui dana yang diperoleh atau bersumber dari pajak.

Pembangunan fasilitas umum bisa berkembang dengan pesat dengan

dana yang bersumber dari pembayaran pajak. Setiap pasar tradisional

bisa dikembangkan menjadi modern sebagai pusat perbelanjaan yang

nyaman dan aman. Semua itu dibiayai dengan pajak yang telah anda

bayarkan.

2. pendidikan merata dan berkualitas

Dengan taat membayarkan pajak secara tepat waktu, maka anda

bisa membantu untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara merata

23
bagi setiap orang. Ketika setiap orang taat membayar pajak, maka

pendidikan akan lebih terjamin dan merata bagi setiap masyarakat.

3. fasilitas kesehatan yang memenuhi standar bagi setiap masyarakat

ketika anda membayar pajak, maka setiap program untuk

memperbaiki kualitas kesehatan masyarakat juga bisa terlaksana lebih

lancar. Seperti langkah untuk memperbaiki gizi ibu hamil, balita,

masyarakat, serta peningkatan pelayanan kesehatan untuk para lansia.

4. dan ketertiban terjaga

Pajak yang anda bayarkan memiliki peran yang sangat penting,

karena bisa digunakan untuk memperkuat pertahanan keamanan dan

penjagaan ketertiban di dalam negara kita.

5. Pariwisata

Dewasa ini sektor pariwisata memang menjadi fokus utama bagi

banyak orang. Banyak objek wisata baru kekinian yang mulai muncul

dan menarik minat para wisatawan, terutama wisatawan asing dari luar

negeri. Objek wisata yang sudah dibuka akan memerlukan biaya untuk

perawatan dan pengembangannya. Untuk itu, pajak yang anda

bayarkan akan membantu pemerintah dalam mengembangkan objek

wisata tersebut.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-

Undang Perpajakan bersifat memaksa dan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung. Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi

negara. Pajak berperan penting bagi perekonomian dan pembangunan

Indonesia.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 Pasal 1 Nomor 1,

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Penggunaan pajak di Indonesia sudah ada pada saat zaman kerajaan

dulu, kemudian berlanjut sampai masa kolonial hingga sampai saat

sekarang ini. Pajak memiliki empat unsur yaitu subjek pajak, wajib pajak,

objek pajak, dan tarif pajak. Pajak juga dapat digolongkan dalam beberapa

kategori yaitu berdasarkan pihak yang menanggungnya, berdasarkan

sifatnya, dan berdasarkan pihak yang memungutnya.

25
Beberapa bentuk kesadaran yang mendorong Wajib Pajak untuk

membayar pajak salah satunya adalah kesadaran bahwa pajak merupakan

bentuk partisipasi dalam menunjang pembangunan negara. Peran pajak

sangatlah penting dalam pembangunan negara kita yaitu Indonesia.

B. Saran

Sebagai warga negara Indonesia yang baik, seharusnya kita memiliki

kesadaran yang tinggi untuk membayar pajak. Agar pembangunan di

negara kita bisa terlaksana secara merata, baik itu pembangunan ekonomi

maupun pembangunan nasional.

26

Anda mungkin juga menyukai