Disusun oleh:
JURUSAN GIZI
2020
Makanan dalam Islam sungguh sangat diperhatikan. Allah SWT sangat mementingkan
masalah makanan dan aktivitas makan bagi makhluk hidup-Nya. Makanan secara etimologi
yaitu tha’am yang berarti “makanan”. Allah SWT memperhatikan apabila seseorang makan,
maka akan menjadikan rasa nikmat dan puas, namun terkadang manusia menjadi lalai
mengenai manfaat makanan yang untuk menjaga kelangsungan hidupnya, bukan sebaliknya
atau “hidup untuk makan”. Kita diharuskan makan makanan yang halal dan thoyyib, artinya kita
harus makan makanan yang sesuai dengan tuntunan agama dan bermutu, tidak merusak
kesehatan.
Dalam hal makanan, ada dua pengertian yang bisa dikategorikan kehalalannya yaitu halal
dalam mendapatkannya dan halal dzat atau subtansi barangnya. Halal dalam mendapatkannya
maksudnya adalah benar dalam mencari dan memperolehnya. Tidak dengan cara yang haram
dan tidak pula dengan cara yang bathil. Jadi, makanan yang pada dasarnya dzatnya halal
namun cara memperolehnya dengan jalan haram seperti: hasil riba, mencuri, menipu, hasil judi,
hasil korupsi dan perbuatan haram lainnya, maka berubah status hukumnya menjadi makanan
haram.
Dalam al-Qur’an, makanan yang diharamkan pada dasarnya hanya ada empat,
sebagaimana dalam surat al-Baqarah ayat 173:
اغ َواَل عَا ٍد فَاَل ِإ ْث َم َعلَ ْي ِه ۚ ِإ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم ُأ
ِ ِإنَّ َما َح َّر َم َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةَ َوال َّد َم َولَحْ َم ْال ِخ ْن ِز
ٍ َير َو َما ِه َّل بِ ِه ِل َغي ِْر هَّللا ِ ۖ فَ َم ِن اضْ طُ َّر َغ ْي َر ب
Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi,
dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam
keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.”
Ayat diatas menerangkan bahwa makanan yang diharamkan itu ada empat macam, yaitu:
1. Bangkai, yang termasuk kategori bangkai adalah hewan yang mati dengan tidak
disembelih, termasuk didalamnya yang mati tercekik, dipukul, jatuh, ditanduk atau
diterkam oleh hewan buas.
2. Darah, maksudnya adalah darah yang mengalir dari hewan yang disembelih.
3. Daging babi, apapun yang berasal dari babi hukumnya haram baik darah, daging,
tulang dan seluruh bagian tubuh babi.
4. Binatang yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah.
َصابُ َواَأْل ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِم ْن َع َم ِل ال َّش ْيطَا ِن فَاجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون
َ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َواَأْل ْن
Larangan mengenai minuman khamr juga terdapat dalam hadits Rasulullah Saw yang berbunyi:
Menurut hukum Islam, secara garis besar, perkara (benda) haram terbagi menjadi dua,
haram lidzatihi dan haram lighairihi.
a. Haram lidzatihi yaitu makanan yang sudah jelas diharamkan oleh Al-Qur’an dan
hadist, seperti daging babi, darah, serta semua jenis makanan yang membahayakan
kesehatan manusia.
b. Haram lighairihi yaitu makanan yang awalnya halal namun karena faktor tertentu
dapat menjadi haram antara lain binatang yang disembelih untuk sesajian, binatang
yang disembelih tanpa menyebut nama Allah (basmalah) dan sebagainya.