Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ILMU NEGARA

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Negara
Dari Bayu Dwi Widdy Jatmiko, SH.,M.Hum

Disusun oleh:
Putri Farah Azzahra (202110110311359)
Kelas (G)

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021/2022
BAB XIV
TEORI ORGANISASI/ KERJASAMA ANTAR NEGARA
Sebagai penunjang dari penelitian ini, maka penulis akan memaparkan teori-
teori para ahli yang berhubungan dengan tema, judul dan masalah yang dibahas
dalam tulisan dan objek penelitian ini. Teori-teori ini dijadikan sebagai landasan
pemikiran bagi penulis dalam menulis penelitian ini. Adapun teori-teori yang
digunakan merupakan teori-teori yang berkait dengan permasalahan dalam Hubungan
Internasional.

Kerangka pemikiran atau kerangka teoritis merupakan salah satu hal yang
penting dalam sebuah penelitian, karena dengan adanya kerangka pemikiran dalam
sebuah penelitian maka tujuan dari penelitian dan proses analisis permasalahan yang
diteliti dapat didukung oleh teori-teori dan ditopang oleh pendapat para ahli. Dengan
adanya kerangka pemikiran maka akan memudahkan penulis dan memberikan
pedoman kepada penulis dalam melakukan penelitian. Penggunaan kerangka
pemikiran yang ilmiah akan mempermudah analisa suatu masalah dan menghasilkan
jawaban yang konsisten (Suriasumantri, 1985).

Kajian mengenai hubungan internasional muncul pasca Perang Dunia I pada


tahun 1920-an dan menjadi bidang studi yang berdiri sendiri di Amerika dan Eropa
(Mas’oed, 1990). Hubungan internasional pada masa lampau berfokus kepada kajian
mengenai perang dan damai serta kemudian meluas untuk mempelajari
perkembangan, perubahan dan kesinambungan yang berlangsung dalam hubungan
antar negara atau antar bangsa dalam konteks sistem global tetapi masih bertitik berat
kepada hubungan politik high politics. Sedangkan hubungan internasional
kontemporer selain memfokuskan pada kajian hubungan politik antar negara yang
ruang lingkupnya melintasi batas-batas wilayah negara, juga mencangkup peran dan
kegiatan yang dilakukan oleh aktor-aktor bukan negara (non-state) (Rudy, 2011).
Istilah hubungan internasional akan berkaitan erat dengan segala bentuk
interaksi di antara masyarakat negara-negara, baik yang dilakukan oleh pemerintah
atau warga negara. Pengkajian hubungan internasional, termasuk didalamnya
pengkajian terhadap politik luar nengeri atau politik internasional, dan meliputi segala
segi hubungan di antara berbagai negara di dunia meliputi kajian terhadap lembaga
perdagangan internasional, Palang Merah Internasional, pariwisata, perdagangan
internasional, transportasi, komunikasi dan perkembangan nilai-nilai dan etika
internasional (Holsti, 1987).

Pengertian dari hubungan internasional menurut Banyu Perwita dalam


bukunya “Pengantar Hubungan Internasional” sebagai berikut:

“Hubungan Internasional didefinisikan sebagai studi tentang interaksi antar


beberapa aktor yang berpartisipasi dalam politik internasional, organisasi non-
pemerintah, kesatuan subnasional seperti birokrasi dan pemerintah domestik
serta individu-individu.” (Perwita & Yani, 2014)

Politik Luar Negeri pada hakikatnya juga merupakan alat suatu negara untuk
mencapai kepentingan nasionalnya. Kebijakan luar negeri merupakan aspek cita-cita
suatu negara dan oleh karenanya politik luar negeri merupakan aspek pula dari
strategi nasional dan harus sesuai dengan tujuan nasional beserta sasarannya.

Mochtar Kusumaatmadja berpendapat, bahwa “Politik Luar Negeri pada


hakikatnya adalah alat negara untuk mencapai kepentingan nasionalnya.
Kebijaksanaan luar negeri merupakan aspek cita-cita suatu bangsa dan oleh
karenannya politik luar negeri merupakan aspek pula dari strategi nasional beserta
jangka pendek dan jangka panjang” (Kusumaatmadja, 1983).
Sedangkan Kebijakan Luar Negeri itu sendiri, sebagaimana diungkapkan oleh Jack C.
Plano dan Roy Olton dalam bukunya The International Relations, yaitu “Foreign
policy is strategy of plan course of action developed by decision makers of a state or
international entities aimed at achieving specific goals defined intern of national
interest” (Olton, 1982).

Dalam melakukan hubungan internasional terdapat beberapa interaksi antar


negara-negara, interaksi tersebut dapat berbentuk perang, konflik, kerjasama dalam
organisasi internasional (Mas’oed, 1990). Pasca Perang Dingin, hubungan antar
negara lebih erat dengan banyaknya negara yang melakukan hubungan internasional
melalui kerjasama internasional. Menurut K. J. Holsti, kerjasama internasional dapat
didefinisikan sebagai berikut (Holsti, 1988):

a) Pandangan bahwa dua atau lebih kepentingan, nilai, atau tujuan saling
bertemu dan dapat menghasilkan sesuatu, dipromosikan atau dipenuhi oleh
semua pihak sekaligus.
b) Pandangan atau harapan dari suatu negara bahwa kebijakan yang diputuskan
oleh negara lainnya akan membantu negara itu untuk mencapai kepentingan
dan nilai-nilainya.
c) Persetujuan atau masalah-masalah tertentu antara dua
d) negara atau lebih dalam rangka memanfaatkan persamaan kepentingan atau
berbenturan kepentingan.
e) Aturan resmi atau tidak resmi mengenai transaksi dimasa depan yang
dilakukan untuk melaksanakan persetujuan.
f) Transaksi antar negara untuk memenuhi persetujuan mereka.

Kerjasama merupakan salah satu dari interaksi antar aktor hubungan


internasional dimana didalamnya terdapat kepentingan setiap negara. EPA Indonesia-
Jepang merupakan interaksi antara aktor hubungan internasional yang berbentuk
kerjasama internasional antara Indonesia dan Jepang. EPA Indonesia-Jepang sebagai
kerjasama internasional yang dilakukan oleh Indonesia dan Jepang merupakan akibat
dari hubungan interdependensi antara kedua negara tersebut. Kedua negara yang
saling bergantung itu sepakat untuk melakukan kerjasama. Kerjasama itu dilakukan
dengan tujuan untuk mencapai kepentingan masing-masing negara, karena hubungan
interdependensi antara negara merupakan ketergantungan untuk memenuhi
kepentingan nasional suatu negara.

Terbentuknya kerjasama IJEPA ini tidak terlepas dari sejarah diplomasi antara
Indonesia dan Jepang dimana awal mulanya dimana Indonesia merupakan salah satu
negara jajahan Jepang pada tahun 1958 Jepang dan Indonesia memulai hubungan
diplomatik bilateral secara resmi untuk memperbaiki hubungan diplomatik antar
kedua negara. S.L Roy dalam buku Diplomacy mempunyai definisi tentang diplomasi
yang diterjemahkan oleh Harwanto dan Mirsawati, sebagai berikut:

“Diplomasi yang sangat erat hubungannya dengan hubungan antar Negara,


adalah seni mengedepankan kepentingan suatu Negara melalui negosiasi dengan
caracara damai apabila mungkin dalam berhubungan dengan Negara lain.
Apabila cara-cara damai gagal dalam memperoleh tujuan yang diinginkan,
diplomasi mengijinkan penggunaan ancaman atau kekuatan nyata sabagai cara
untuk mencapai tujuannya. Sehingga diplomasi biasanya didefinisikan sebagai
praktek pelaksanaan politik luar negeri suatu Negara dengan cara negosiasi
dengan Negara lain.” (Roy, 1995)

Diplomasi merupakan usaha yang dilakukan oleh suatu negara untuk


mencapai tujuan, mewujudkan nilai atau menetapkan kepentingan terhadap negara
yang tindakan dan perilakunya hendak ditangkal, diubah atau diperkuat. Untuk
mencapai suatu tujuan yang telah disusun matang oleh suatu negara, diperlukan
kerjasama antara pihak-pihak yang terlibat. Adapun pengertian kerjasama
internasional yang dikemukakan oleh Koesnadi Kertasasmita dalam bukunya
Organisasi Internasional, yaitu:

“Kerjasama Internasional terjadi karena nation understanding dimana


mempunyai arah dan tujuan yang sama, keinginan didukung oleh kondisi
internasional yang saling membutuhkan. Kerjasama ini didasari oleh
kepentingan-kepentingan bersama diantara negar-negara, namun kepentingan
tersebut tidak identik”. (Kartasasmita, 1983)

Isu utama dalam kerjasama internasional yaitu berdasarkan pada sejauh mana
keuntungan bersama yang diperoleh melalui kerjasama dapat mendukung konsepsi
dari kepentingan tindakan yang unilateral. Kerjasama internasional terbagi atas dua
bentuk, antara lain:
1) Kerjasama Pertahanan-Keamanan (Collective Security);
2) Kerjasama Fungsional (Functional Co-operation), kerjasama ini biasanya
kerjasama di bidang ekonomi, politik, dan sosial-budaya.

Selain bentuk-bentuk di atas, kerjasama internasional juga dibagi dalam


bentuk kerjasama bilateral, multilateral dan regional. Kerjasama antara Indonesia dan
Jepang termasuk kedalam kerjasama bilateral karena 18 dilakukan oleh dua negara.
Serta kerjasama EPA Indonesia-Jepang termasuk kedalam kerjasama fungsional,
yaitu kerjasama yang bertujuan untuk meningkatkan bidang ekonomi antara kedua
negara tersebut.
Kerjasama bilateral yang dikoordinasikan oleh Bagian Kerjasama Bilateral, lazimnya
dapat dilaksanakan antara Indonesia dan suatu negara yang memiliki hubungan
diplomatik dengan Indonesia dan keduanya telah menandatangani persetujuan atau
Agreement yang akan menjadi dasar atas semua bentuk kerjasama yang akan
dilakukan. Kerjasama dalam bidang perindutrian, ekonomi dan perdagangan,
pengembangan sumber daya manusia dan capacity building, dan bidang lainnya yang
akan disepakati bersama oleh para pihak dituangkan dalam Nota Kesepahaman atau
MoU (Memorandum of Understanding).

Penjelasan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 kemudian memberikan


penjelasaan tentang munculnya istilah “perjanjian internasional” sebagai berikut:
“Yang dimaksud dengan perjanjian internasional dalam ketentuan ini adalah
perjanjian antar Pemerintah dengan pihak luar negeri yang terkait dengan
kepentingan nasional” . Berikut adalah teori perjanjian internasional menurut Prof.
Dr. Mochtar Kusumaatmadja: “Perjanjian internasional adalah perjanjian yang
diadakan antarbangsa yang bertujuan untuk menciptakan akibat-akibat hukum
tertentu” (Kusumaatmaja & Agoes, 2003). Kerjasama ekonomi antara dua negara
termasuk kedalam studi Ekonomi Politik Internasional. Ekonomi politik internasional
merupakan 19 studi yang mempelajari saling keterhubungan antara ekonomi
internasional dengan politik internasional, yang muncul akibat berkembangnya
masalah masalah yang terjadi dalam system internasional (Perwita & Yani, 2014).

Mohtar Mas’oed mendefinisikan Ekonomi Politik Internasional sebagai berikut :


“…tentang saling-kaitan dan interaksi antara fonemena politik dengan
ekonomi, antar “negara” dan “pasar”, antar lingkungan domestic dengan
internasional dan antara pemerintah dengan masyarakat… ekonomi
didefinisikan sebagai system produksi, distribusi dan konsumsi kekayaan;
sedang politik sebagai sehimpinan lembaga dan aturan yang mengatur berbagai
interaksi social dan ekonomi.” (Mas’oed, 2003)

Adapun definisi ekonomi internasional menurut Boediono dalam bukunya


yang berjudul ekonomi internasional, adalah:
“Masalah –masalah yang berkaitan dengan hubungan internasional antara satu
Negara dengan Negara yang lain. Hubungan ekonomi bisa berupa pertukaran
hasil atau output Negara satu dengan yang Negara lain, hubungan ekonomi bisa
berbentuk pertukaran atau aliran sarana produksi, hubungan ekonomi bisa
berbentuk hubungan kreditnya” (Dr Budiono, 1981)

Menurut Apridar dalam bukunya Ekonomi Internasional: Sejarah, Teori, Konsep dan
Permasalahan dalam Aplikasinya menjelaskan definisi Perdagangan Internasional
sebagai berikut: “Perdagangan internasional adalah perdagangan yang
dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar
kesepakatan bersama.” (Apridar, 2009)

Adapun tujuan dari ekonomi internasional seperti yang dijelaskan oleh R.E.A
Ma’oer dalam bukunya yang berjudul Ekonomi internasional, bahwa tujuan ekonomi
internasional adalah sebagai berikut:

“Tujuan dari ekonomi internasional adalah mencapai tingkat kemakmuran


yang lebih tinggi bagi umat manusia. Pelaksanaan dari ekonomi internasional
merupakan kerjasama membantu antar negara. Dengan adanya kerjasama ini,
maka kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi, akan dipenuhi.” (Ma’moer, 1974)

Dalam segi praktisnya, ekonomi internasional adalah meliputi seluruh


kegiatan perekonomian yang dilakukan antar negara, bangsa maupun antara orang-
orang perorangan dari negara yang satu dengan negara yang lain. Adapun tujuan dari
ekonomi internasional seperti yang dikemukakan oleh Dominic Salvatore dalam
bukunya Ekonomi Internasional, yaitu “ Untuk mencapai tingkat kemakmuran yang
lebih tinggi bagi umat manusia. Pelaksanaan ekonomi internasional adalah kerjasama
bantu-membantu antar bangsa dan negara. Dengan adanya kerjasama ini, maka
kebutuhan yang tidak terpenuhi oleh persediaan di dalam negeri dapat dipenuhi
melalui bantuan atau kerjasama dengan negara lain” (Salvatore, 1990).
Dalam pelaksanaan ekonomi internasional harus ada pengukur dalam
pertumbuhan ekonomi, untuk mengukur pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari
pendapatan nasional. Carla Poli dalam Pengantar Ilmu Ekonomi berpendapat tentang
pertumbuhan ekonomi sebagai berikut:

“Bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses, bukan suatu


gambaran ekonomi pada saat tertentu. Suatu perekonomian tumbuh, apabila
dalam jangka waktu yang cukup lama, yaitu 10, 20, atau 50 tahun bahkan lebih
lama lagi mengalami kenaikan pendapatan perkapita”. (Poli, 1992)

Menurut Sumitro Djodjohadikusumo dalam bukunya Perkembangan


Pemikiran Ekonomi : Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi
Pembangunan mengatakan bahwa:

“Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara sendiri dapat


dilihat dari pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi itu sendiri
tergantung dari terjadinya peningkatan produksi barang dan jasa dalam
kegiatan ekonomi masyarakat yang mendukung pertambahan pendapatan
nasional”. (Djojohadikusumo, 1994)

Data pendapatan per kapita dari berbagai negara pada suatu tahun tertentu,
dan perubahannya dalam jangka waktu tertentu, sangat berguna dalam analisa
pembangunan. Menurut Boediono dalam bukunya : Teori Pertumbuhan Ekonomi,
mengatakan bahwa:

“Jadi, perhatian utamanya adalah produktivitas negara tersebut tiap tahunnya,


yang diukur dari tingginya Gross National Product (GNP) atau Produk
Domestik Bruto. Oleh karena itu, suatu perekonomian dapat dikatakan
berkembang apabila pendapatan per kapita masyarakatnya menunjukkan
kecenderungan untuk naik dalam jangka panjang”. (Budiono, 1985)

Untuk mengetahui kriteria Negara berkembang, perlu dilihat indikator


pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial di negara tersebut. Menurut pendapat T.
May Rudi tentang tolak ukur Negara berkembang dalam bukunya Masalah Negara
Berkembang sebagai berikut:

“Biasanya Kriteria utamanya adalah:


1. GNP perkapita (Pendapatan Nasional Kotor, dihitung jatah perkepala / per orang)
sampai batas tertentu. Hal ini dapat berubah tiap tahun menurut perkembangan
ekonomi dunia dan tingkat harga tertentu.
2. Andil industri (Manufaktur). Ini biasanya sampai batas dibawah 0% dari GNP
untuk Least Development 22 Counters (LDCS), atau berkisar sampai 20% untuk
Development Countries.
3. Tingkat pengangguran total. Batasnya kira-kira lebih dari 25% angkatan kerja yang
ada.
4. Tingkat melek hurup yang masih dibawah 80% penduduk yang berumur 15 tahun
ke atas atau yang buta huruf masih diatas 20%
5. Persentase urbanisasi diatas 3% setiap tahun
6. Tingkat pendidikan yang tercapai sebagian besar penduduk masih rendah.
7. Angka kematian bayi masih tinggi”.

Adapun konsep pembangunan ekonomi aktif menurut Sumitro Djodjohadi


dalam synopsis Perkembangan Pemikiran Ekonomi dinyatakan sebagai berikut:

“Pembangunan ekonomi adalah suatu proses peralihan (transisi) dari tingkat


ekonomi tertentu yang bercorak sederhana menuju tingkat ekonomi yang lebih
maju. Ditandai oleh adanya pergeseran dari kegiatan di sektor produksi primer
(sumber daya alam) ke sektor produksi sekunder (Industri manufaktur
konstruksi) dan sektor tersier (jasa-jasa)” (Djojohadikusumo, 1994)

Salah satu strategi yang ditempuh untuk mendukung pembangunan atau


pertumbuhan suatu negara dalam bidang ekonomi yaitu industrialisasi. Industrialisasi
sendiri menurut Edi Suwandi Hamid dalam bukunya Industrialisasi mengatakan
bahwa industrialisasi adalah:

“Industrialisasi adalah proses percepatan pertumbuhan produksi barang yang


dilaksanakan di dalam negeri, yang di imbangi dengan pertumbuhan yang
serupa di bidang permintaannya, baik yang berasal dari dalam maupun dari
luar” (Hamid, 1990)

Negara-negara yang lemah dalam kekayaan relatifnya, namun kuat dalam


daya saingnya, membutuhkan gerakan-gerakan strategis yang akan 23 memperbaiki
posisi kekayaannya. Menurut Alan. B Mountjoy dalam bukunya, mengemukakan
bahwa:

“Pilihan strategi industrialisasi banyak diterapkan oleh negara-negara sedang


berkembang khususnya untuk mengembangkan industri manufaktur karena
pertama, menyediakan lapangan kerja bagi penduduk yang jumlahnya semakin
meningkat pendapatan bersih per kapita nasional dan ketiga, untuk
memperbaiki situasi neraca pembayaran”. (Mountjoy, 1985)

Dalam perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan Jepang, kedua


negara sepakat untuk menurunkan tarif dari bea masuk barang. Definisi dari tarif
adalah “pembebanan pajak atau custom duties terhadap barang-barang yang melewati
batas suatu negara (Nopirin Ph.D, 2013).
Tarif digolongkan menjadi tiga, antara lain (Nopirin Ph.D, 2013):
1) Bea Ekspor (export duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang yang
diangkut menuju ke negara lain.
2) Bea Transito (transit duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang
yang melalui wilayah suatu negara dengan ketentuan bahwa barang tersebut sebagai
tujuan akhirnya adalah
negara lain.
3) Bea Impor (Import duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang-
barang yang masuk dalam custom area suatu negara dengan ketentuan bahwa negara
tersebut sebagai tujuan terakhir. Dalam kerjasama EPA Indonesia-Jepang terdapat
kegiatan ekspor dan impor, maka definisi dari keduanya sebagai berikut:

“Ekspor adalah kegiatan menjual barang/jasa dari daerah pabean sesuai


peraturan dan perundang-undangan yang berlaku…. Impor dapat diartikan
membeli barang-barang 24 dari luar negeri sesuai dengan kebutuhan
pemerintah yang dibayar dengan mempergunakan valuta asing.” (Purnamawati
& Fatmawati, 2013)
Dalam pemenuhan kebutuhan suatu negara tentu negara tersebut pasti
membutuhkan bantuan negara lain untuk saling mendukung satu sama lainnya, yakni
dengan melakukan sebuah kerjasama baik secara bilateral maupun multilateral.
Kerjasama bilateral yang terjalin antara Indonesia dan Jepang mengantarkan kita
dalam upaya membentuk kerjasama ekonomi dalam pertumbuhan industri dalam
negeri melalui Economic Partnership Aggreement (EPA) dengan Jepang. Pasar bebas
IJEPA merupakan implementasi kerjasama antara Indonesia-Jepang yang
meliberalisasi sektor perdagangan. Pasar itu sendiri menjadi sangat penting bagi
kedua negara dalam pemanfaatannya Jepang menerapkan pasar bebas dalam
perluasan sektor pasar dalam industri tekstil. Dalam perjanjian IJEPA Indonesia dan
Jepang pasti masing-masing negara memiliki kepentingan nasionalnya yang harus
terpenuhi. Karena pada dasarnya kerjasama dilakukan untuk memenuhi kepentingan
nasionalnya. Konsep mengenai hal ini memang sangat sulit generalisasikan mengenai
apa saja yang termasuk dalam national interest melihat pemerintah yang berbeda-
beda tiap negara yang tentu menghasilkan national interest yang berbeda pula,
bahkan tidak jarang national interest duduk berlawanan antar negara satu dengan
negara yang lain.

Berdasarkan data dan teori diatas, dapat ditarik beberapa asumsi yang sesuai
dengan pokok bahasan yang akan dikaji penulis adalah sebagai berikut:
1. Munculnya WTO yang memiliki tujuan liberalisasi pasar di dunia membuat banyak
bermunculan kerjasama-kerjasama perdagangan bebas antar negara sebagai bentuk
kontribusi terhadap pencapaian tujuan WTO.
2. Indonesia dan Jepang yang juga anggota WTO ikut berkontribusi dengan
menyepakati Indonesia - Japan Economic Partnership Agreement (IJ-EPA).
3. Dengan disepakatinya perjanjian bilateral tersebut diharapkan hubungan
perdagangan Indonesia dan Jepang semakin erat serta adanya peningkatan ekspor
produk unggulan Indonesia ke Jepang, salah satunya produk TPT Indonesia.
4. Selain peningkatan ekspor, diharapkan terdapat bantuan lain dari Jepang untuk
meningkatkan perkembangan industri TPT Indonesia.

1. HUBUNGAN ANTAR NEGARA.


Ilmu Hubungan Internasional dimulai ketika istilah nation‘atau bangsa mulai
ada. Ilmu Hubungan Internasional memakai kata atau istilah nation‘atau bangsa,
walaupun ilmu ini sebenarnya membahas tentang hubungan antar negara atau state‘
maupun non-negara atau non-state‘. Hubungan internasional berawal ketika sistem
negara modern mulai dikembangkan, yaitu pada tahun1968 di Perjanjian Perdamaian
Westphalia, yang mengakhiri perang 30 tahun di eropa. Westphalia mendorong
pembentukan konsep tentang kedaulatan negara, sehingga mendorong pula
bangkitnya negaranegara nasional modern yang independen, pelembagaan diplomasi
dan tentara. Dari perjanjian ini juga mulai muncul hukum internasional modern yang
mengatur hubungan antar negara-negara, lahir atas masyarakat internasional yang
didasarkan oleh negara-negara
internasional.
Pentingnya hubungan antar negara dapat dirasakan pada awal perang dunia I.
Perang dunia I pada tahun 1914-1918 yang mengakibatkan banyak korban yang
berjatuhan, menimbulkandampak tersendiri bagi masyarakatnya. Terjadinya perang
pada masa itu membuat negara-negara dunia untuk selalu dapat menjalin kerjasama
dan menjaga perdamaian. Sebelum Perang Dunia I, pembahasan hubungan
internasional dimasukan dalam Fakultas sejarah, hukum dan filsafat. Dalam catatan
sejarah bahwa teori diplomasi dan teori strategi ditafsirkan oleh para ahli negara dan
ahli filsafat sebagai sifat alamiah manusia, perang dan keadilan.

Sementara itu para ilmuan sejak lama mempelajari fenomena sosial seperti
hukum yang mengatur hubungan antar bangsa, hakekat kekuasaan, negara dan
kedaulatan, masalah pengelolaan hubungan kekuasaan, dan pengembangan lembaga-
lembaga Internasional. Dari berbagai studi ini muncullah pada abad 20 suatu bidang
studi yang terorganisasi dan dimasukkan dalam kurikulum
beberapa universitas di Amerika Serikat, yaitu bidang studi Hubungan Internasional.
Hubungan internasional pada mulanya bercita – cita ingin menciptakan keadaan yang
lebih teratur. Pada tahun 1919, hubungan internasional mulai dilembagakan sebagai
jurusan politik internasional di Universitas Wales di kota Aberystwythes. Dari sinilah
perkembangan hubungan internasional mengawali perjalanannya sebagai ilmu.

Cita – cita awal dibentuknya jurusan hubungan internasional adalah untuk


meniadakan perang dan berusaha menciptakan perdamaian di dunia ini. Tujuan yang
idealis ini dipelopori oleh Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson setelah melihat
dampak negatif dari Perang Dunia Pertama (1914-1918) bagi umat manusia, di mana
perang hanyalah menghasilkan kematian dan penderitaaan baik itu bagi pihak
pemenang maupun bagi pihak yang kalah perang. Menurut Wilson, cara untuk
menciptakan perdamaian dan mencegah terjadinya kembali perang antarnegara besar
adalah dengan membentuk kondisi dunia yang safe for democracy (Vasques, 1996).
Kepercayaan Wilson dan para penstudi hubungan internasional pada saat itu akan
rasionalitas manusia dan lembaga supranasional yang kemudian memuncul
pendekatan yang pertama dalam Studi Hubungan Internasional yaitu idealisme.
Pedekatan idealisme ini mendominasi Studi Hubungan Internasional pada periode
1920-an (R. Jackson dan G. Sorensen, 1999).

Keterkaitan Ilmu Hubungan Internasional dengan disiplin-disiplin ilmu


lainnya sangat penting adanya, seperti politik, ekonomi, sejarah, hukum, filsafat,
geografi, sosiologi, antropologi, psikologi, budaya, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan
hubungan international berusaha menganalisis serta merumuskan kebijakan luar
negeri suatu negara tertentu, yang ditujukan untuk menghasilkan kepentingan
nasional yang paling positif untuk negaranya, dan pasti akanmelibatkan negara yang
berbeda-beda sehingga keterkaitan Ilmu Hubungan Internasional dengan berbagai
disiplin ilmu-ilmu sosial khususnya, tidak dapat dipisahkan.

Sejak berakhirnya perang dingin, studi hubungan internasional di hampir


semua universitas terkemuka di dunia, termasuk Indonesia, melakukan reorientasi,
redefinisi dan reformulasi keberadaan studi hubungan internasional sebagai disiplin.
Meski tidak semua berhasil keluar dengan jatidiri baru meyakinkan, tak pelak
beberapa perubahan mewarnai perkembangan studi hubungan internasional periode
ini. Yang mencolok, bila sebelumnya studi hubungan internasional fokus semata pada
persoalanpolitik dan keamanan, memasuki periode itu kajian-kajian hubungan
internasional menjadi lebih beragam, lebih interdisipliner dan lebih ―global‖ (Dept.
Hub. Int.
Universitas Airlangga, 2005, hal 1-2).
2. PENGERTIAN DAN FUNGSI ORGANISASI ANTAR NEGARA.
Organisasi dapat dikatakan sebagai alat untuk mencapai tujuan, oleh karna itu
organisasi dapat dikatakan wadah kegiatan dari pada orang-orang yang bekerjasama
dalam usahanya untuk mencapai tujuan. Di kegiatan itu orang-orang harus jelas tugas,
wewenang dan tanggung jawabnya, hubungan dan tata kerjanya. Pengertian yang
demikian disebut organisasi yang “statis”, karena sekedar hanya melihat dari
strukturnya. Di samping itu terdapat pengertian organisasi yang bersifat “Dinamis".
Pengertian ini organisasi dilihat dari pada sudut dinamikanya, aktivitas atau tindakan
dari pada tata hubungan yang terjadi di dalam organisasi itu, baik yang bersifat
formal maupun informal.

Waldo yang dikutip oleh Silalahi dalam bukunya “Studi tentang Ilmu
Administrasi Konsep, Teori, dan Dimensi” (2003:124) menyatakan definisi
organisasi adalah : “Organisasi adalah struktur hubungan-hubungan di antara orang-
orang berdasarkan wewenang dan bersifat tetap dalam suatu sistem administrasi”.

Sedangkan pengertian organisasi menurut Thoha yang dikutip oleh Silalahi dalam
bukunya “Studi tentang Ilmu Administrasi Konsep, Teori, dan Dimensi” (2003:124)
mengemukakan bahwa:

“Organisasi merupakan suatu kerangka hubungan yang berstruktur yang


menunjukkan wewenang, tanggung jawab, dan pembagian kerja untuk menjalankan
suatu fungsi tertentu. Hubungan yang berstruktur ini disebut hirarki dan konsekuensi
dari hirarki ialah adanya kategori kelompok superior dengan kelompok subordinasi.”

Adapun pengertian Organisasi menurut Weber yang dikutip oleh Thoha dalam
bukunya “Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya” (2014:113) bahwa :
“Organisasi merupakan suatu batasan-batasan tertentu (boundaries), dengan demikian
seseorang yang melakukan hubungan interaksi dengan lainnya tidak atas kemauan
sendiri. Mereka dibatasi oleh aturan-aturan tertentu.”

Sejalan dengan definisi-definisi di atas menurut Handayaningrat (1981:43),


menyatakan ciri-ciri organisasi sebagai berikut:
1. Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal.
2. Adanya kegiatan yang berbeda-beda tapi satu sama lain saling berkaitan.
3. Tiap-tiap anggota memberikan sumbangan usahanya ataupun tenaganya.
4. Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan.
5. Adanya suatu tujuan.
Dari definisi diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa Organisasi adalah
kesatuan dari seluruh kegiatan yang erat saling berkaitan antara setiap anggota yang
ada di dalamnya secara terkoordinir dan memiliki tujuan tertentu.

Hubungan Internasional (HI sering disebut Studi Internasional (SI) meski


keduanya tidak sama) adalah ilmu yang mempelajari hubunganantarnegara, termasuk
peran sejumlah negara, organisasi antarpemerintah (IGO), organisasi nonpemerintah
internasional (INGO), organisasi non-pemerintah (NGO), dan perusahaan
multinasional (MNC).

HI merupakan sebuah bidang akademik dan kebijakan publik dan dapat bersifat


positif atau normatif, karenakeduanya berusaha menganalisis serta merumuskan
kebijakan luar negeri negara-negara tertentu. HI sering dianggap sebagai cabang ilmu
politik (khususnya setelah tata nama UNESCO tahun 1988), namun pihak academia
lebih suka menganggapnya sebagai suatu bidang studi interdisipliner.

Aspek-aspek hubungan internasional telah dipelajari selama ribuan tahun sejak


masa Thucydides, namun HI sendiri menjadi disiplin yang terpisah dan tetap pada
awal abad ke-20. Berbeda dengan ilmu politik, HI menggunakan berbagai bidang
ilmu seperti ekonomi, sejarah, hukum internasional, filsafat, geografi, kerja
sosial,sosiologi, antropologi, kriminologi, psikologi, studi gender, dan ilmu
budaya/kulturologi.

HI mencakup rentang isu yang luas, termasuk globalisasi,kedaulatan negara,


keamanan internasional, kelestarian lingkungan, proliferasinuklir, nasionalisme,
pembangunan ekonomi, keuangan global, terorisme,kejahatan terorganisasi,
keamanan manusia, intervensionisme asing, dan hak asasi manusia.

3. PENGERTIAN DAN FUNGSI ORGANISASI INTERNASIONAL.


Definisi universal dari organisasi internasional sangat sulit untuk didefinisikan.
Menurut pasal 2 ayat 1 Konvensi Wina tentang Hukum Perjanjian 1969, organisasi
internasional adalah organisasi antar pemerintah. Definisi yang diberikan Konvensi
ini adalah sempit, karena membatasi diri hanya pada hubungan antara pemerintah.
Penonjolan aspek antar pemerintah ini kiranya dimaksudkan untuk membedakan
antara organisasi-organisasi antar pemerintah (inter-governmental organizations-
IGO’s) dan organisasi-organisasi non-pemerintah (nongovernmental organizations-
NGO’s).

Perumusan definisi yang sempit ini mungkin didasarkan atas keberhati-hatian,


karena dibuatnya definisi yang baku akan melahirkan konsekuensi hukumnya baik di
tingkat teori maupun praktis. Para sarjana hukum internasional pada umumnya
mendefinisikan organisasi internasional dengan memberikan kriteria-kriteria, serta
elemen-elemen dasar atau syarat minimal yang harus dimiliki oleh suatu entitas yang
bernama organisasi internasional. Hal inilah yang menyulitkan untuk didapatkannya
suatu definisi yang umum. Beberapa definisi yang diutarakan antara lain:

(1) Bowett D.W.


Dalam bukunya” Hukum organisasi internasional” Bowet memberikan batasan
definisi organisasi internasional, bahwa:” tidak ada suatu batasan mengenai
organisasi publik internasional yang dapat diterima secara umum. Pada umumnya
organisasi ini merupakan organisasi permanen yang didirikan berdasarkanperjanjian
internasional yang kebanyakan merupakan perjanjian multilateral daripada perjanjian
bilateral yang disertai beberapa kriteria tertentu mengenai tujuannya”.

(2) Starke.
Dalam bukunya ” An introduction to international law”, starke membandingkan
fungsi, hak, dan kewajiban serta wewenang berbagai organ lembaga internasional
dengan negara yang modern. Starke menegaskan ” pada awalnya seperti fungsi suatu
negara modern mempunyai hak, kewajiban, dan kekuasaan yang dimiliki beserta alat
perlengkapannya, semua itu diatur oleh hukum nasional yang dinamakan Hukum Tata
Negara sehingga dengan demikian organisasi internasional sama halnya dengan alat
perlengkapan negara modern yang diatur oleh hukum konstitusi internasional”.

(3) Sumaryo Suryokusumo.


” Organisasi internasional adalah suatu proses; organisasi internasional juga
menyangkut aspek-aspek perwakilan dari tingkat proses tersebut yang telah dicapai
pada waktu tertentu. Organisasi internasional juga diperlukan dalam rangka
kerjasama menyesuaikan dan mencari kompromi untuk menentukan kesejahteraan
serta memecahkan persoalan bersama serta mengurangi pertikaian yang timbul”.

(4) Daniel S. Cheever dan H. Field Haviland Jr.


“Organisasi internasional adalah pengaturan bentuk kerjasama internasional yang
melembaga antara Negara-negara, umumnya berlandaskan suatu persetujuan dasar
untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberikan manfaat timbal balik yang
dilaksanakan melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staf secara
berkala”.
(5) NA Maryan Green.
Green memberikan batasan langsung tentang organisasi internasional dengan
mengatakan: “organisasi internasional adalah organisasi yang dibentuk berdasarkan
suatu perjanjian dengan tiga atau lebih Negara-negara menjadi peserta”.

(6) Dr. Boer Mauna.


“Organisasi internasional adalah suatu perhimpunan Negara-negara yang merdeka
dan berdaulat yang bertujuan untuk mencapai kepentingan bersama
melalui organ-organ dari perhimpunan itu sendiri”.

(7) Teuku May Rudy.


“Organisasi internasional didefinisikan sebagai pola kerjasama yang melintasi batas-
batas Negara dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta
diharapkan/diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara
berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan
yang diperlukan serta disepakati bersama baik antara pemerintah dengan pemerintah
maupun antara sesama kelompok non pemerintah pada dasar Negara yang berbeda”.

Fungsi organisasi:

 organisasi politik: yaitu organisasi yang didalam kegiatannya menyangkut


masalah-masalah politik dalam hubungan internasional.

 Organisasi administratif: yaitu organisasi yang sepenuhnya hanya


melaksanakan kegiatan teknis secara administratif.

 Organisasi peradilan (judicial organization): yaitu organisasi yang


menyangkut penyelesaian sengketa pada berbagai bidang atau aspek (politik,
ekonomi, sosial, dan budaya) menurut prosedur hukum dan melalui proses
peradilan (sesuai dengan ketentuan internasional dan perjanjian internasional).
Fungsi organisasi internasional dapat dikelompokkan kedalam lima kategori besar
menurut Harold K. Jacobson, yaitu: fungsi informatif, normatif, role-creating, role
supervisory, dan operasional.

Fungsi informatif meliputi pengumpulan, penganalisaan, penukaran dan


penyebaran berbagai data dan fakta yang terjadi di dunia internasional. Dalam hal ini
organisasi internasional menggunakan staff mereka untuk tujuan ini di dunia
internasional.
Fungsi normatif dari organisasi internasional meliputi standar tujuan dan deklarasi
organisasi tersebut. Dalam hal ini tidak terikat oleh legalisasi instrumen melainkan
ketetapannya dipengaruhi keadaan lingkungan domestik dan politik internasional.

Fungsi role-creating dari organisasi internasional sama seperti fungsi normatif


yaitu meliputi standar tujuan dan deklarasi organisasi tersebut tetapi disini dibatasi
oleh frame legalitas yang memengaruhinya.
Fungsi role-supervisory dari organisasi internasional meliputi pengambilan
tindakan untuk menjamin penegakan berlakunya peraturan oleh para aktor
internasional. Fungsi ini memerlukan beberapa langkah dalam pengoperasiannya,
berawal dari penyusunan fakta-fakta yang didapat dari pelanggaran yang terjadi
kemudian fakta-fakta diverifikasi untuk pembebanan saksi.

Fungsi operasional dari organisasi internasional meliputi pemanfaatan dan


pengoperasian segala sumber daya di organisasi tersebut. Sebagai contoh dalam hal
ini yaitu pendanaan, pengoperasian, sub organisasi dan penyebaran operasi militer.

 Organisasi Internasional menurut kegiatan administrasi:


 Organisasi internasional antar pemerintah (inter-governmental organization).
Anggotanya adalah pemerintah atau instansi yang mewakili pemerintah suatu
negara secara resmi. Ex: PBB, ASEAN, SAARC, OAU, NAM 2.
 Organisasi International non-pemerintah (nInternational non-governmental
Organization)/ INGO (International non-governmental Organization). INGO
ini merupakan organisasi di bidang olah raga, sosial, keagamaan, kebudayaan
dan kesenian. Kegiatan administrasinya diatur berlandaskan hukum perdata.
ex; IBF, Dewan Masjid Sedunia, Dewan Gereja Sedunia, Perhimpunan Donor
Darah Sedunia.

4. DAFTAR PUSTAKA.
 https://www.academia.edu/12370388/
Hubungan_Internasional_dan_Organisasi_Internasional
 http://repository.unpas.ac.id/45343/1/BAB%20II.pdf
 http://repository.unpas.ac.id/11971/4/BAB%201.pdf
 http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t22542.pdf
 https://www.academia.edu/24755700/
BAB_II_TINJAUAN_MENGENAI_ORGANISASI_INTERNASIONAL

Anda mungkin juga menyukai