Sentralisasi
2. dapat mencegah nafsu memisahkan diri dari negara dan dapat meningkatkan rasa
persatuan.
5. dalam keadaan tertentu, sentralisasi dapat lebih efesien (Bagir Manan, 1994 : 38)
Desentralisasi
3. dalam rangka memelihara keutuhan negara kesatuan atau integrasi nasional.
5. guna memberikan peluang bagi masyarakat untuk membentuk karir dalam
bidang politik dan pemerintahan.
6. sebagai wahana yang diperlukan untuk memberikan peluang bagi masyarakat
untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pemerintahan.
8. guna mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (Syaukani, 2003 : 7
– 8).
Menurut The Liang Gie (dikutip oleh Muhammad Fauzan, 2006 : 48), desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah didasarkan pada :
Menurut Josef Riwu Kaho (dikutip Krishna D. Darumurti dan Umbu Rauta, 2000 : 12 –
13) :
Kelebihan desentralisasi :
3. dapat mengurangi birokrasi dalam arti buruk karena setiap kebutusan
dapat segera dilaksanakan.
5. dapat memberikan kepuasan bagi daerah karena sifatnya lebih langsung.
Kelemahan desentralisasi :
Menurut J. In het Veld (dikutip oleh Muhammad Fauzan, 2006 : 59), konsep desentralisasi
mengandung beberapa kebaikan, yaitu :
1. memberikan penilaian yang tepat terhadap daerah dan penduduk yang beraneka
ragam.
3. dapat dihindarkan adanya beban yang melampaui batas dari perangkat pusat oleh
sebab tunggakan kerja.
4. unsur individu atau daerah lebih menonjol karena dalam ruang lingkup yang
sempit seseorang dapat lebih mempergunakan pengaruhnya daripada dalam
masyarakat yang lebih luas.
Dekonsentrasi
5. dapat menjadi alat yang efektif untuk menjamin persatuan dan kesatuan nasional
(Muhammad Fauzan, 2006 : 56).
Tugas Pembantuan
Tugas pembantuan dalam bahasa Belanda disebut medebewind. Tugas pembantuan dapat
diartikan sebagai pemberian kemungkinan kepada pemerintah pusat/ pemerintah daerah
yang tingkatannya lebih atas untuk dimintai bantuan kepada pemerintah
daerah/pemerintah daerah yang tingkatannya lebih rendah di dalam menyelenggarakan
tugas-tugas atau kepentingan-kepentingan yang termasuk urusan rumah tangga daerah
yang dimintai bantuan tersebut (Muhammad Fauzan, 2006 : 69).
Ada beberapa latar belakang perlunya diberikan tugas pembantuan kepada daerah dan
desa, yaitu :
2. adanya political will atau kemauan politik untuk memberikan pelayanan yang lebih
baik kepada seluruh lapisan masyarkat dengan prinsip lebih murah, lebih cepat,
lebih mudah dan lebih akurat.
4. kemajuan negara secara keseluruhan akan sangat ditentukan oleh kemajuan daerah
dan desa yang ada di dalam wilayahnya.
5. citra masyarakat akan lebih mudah diukur oleh masyarakat melalui maju atau
mundurnya suatu desa atau daerah. Citra inilah yang akan memperkuat atau
memperlemah dukungan masyarakat terhadap pemerintah yang sedang berkuasa
(Sadu Wasistiono, 2006 : 2 – 3 ).
Menurut Ateng Syafrudin (dikutip Muhammad Fauzan, 2006 : 73), dasar pertimbangan
pelaksanaan asas tugas pembantuan antara lain :
2. sifat sesuatu urusan yang sulit dilaksanakan dengan baik tanpa mengikutsertakan
pemerintah daerah.
Referensi :
Bagir Manan. 1994. Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945. Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan.
Hanif Nurcholis. 2005. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta : PT.
Grasindo.
Krishna D. Darumurti dan Umbu Rauta. 2000. Otonomi Daerah Perkembangan Pemikiran dan
Pelaksanaan. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Muhammad Fauzan. 2006. Hukum Pemerintahan Daerah Kajian tentang Hubungan Keuangan
antara Pusat dan Daerah. Yogyakarta : UII Press.
Sadu Wasistiono, dkk. 2006. Memahami Asas Tugas Pembantuan Pandangan Legalistik,
Teoritik dan Implementatif. Bandung : Fokusmedia.
Samodra Wibawa. 2005. Good Governance dan Otonomi Daerah dalam Mewujudkan Good
Governance Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
S.H. Sarundajang. 2005. Babak Baru Sistem Pemerintahan Daerah. Jakarta : Kata Hasta.
Syaukani, dkk. 2003. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan. Jakarta : Pustaka Pelajar.