Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

CARA DETEKSI DINI, FAKTOR PENYEBAB DAN EFIDEMIOLOGI HIPERTERMIA,


KEJANG, INFEKSI, ASFEKSIA DAN BBLR

DI SUSUN OLEH
DARUL BAIDA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MITRAHUSADA MEDAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
CARA DETEKSI DINI, FAKTOR PENYEBAB DAN EFIDEMIOLOGI HIPERTERMIA,
KEJANG, INFEKSI, ASFEKSIA DAN BBLR
1.Hipertermi
Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh sehubungan dengan ketidak
mampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi
panas, menurut ( Tim Pokja SDKI DPP, PPNI.2016)
Suhu tubuh yang normal berada pada rentang 36–37,5 0C. Hipertermia
didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas 37,5 0C. Kondisi ini terjadi akibat
ketidak mampuan tubuh untuk menyeimbangkan suhu tubuh. 

Penyebab Hipertermia
Pada umumnya, hipertermia disebabkan oleh paparan suhu panas yang berlebihan dari
luar tubuh serta kegagalan sistem regulasi suhu tubuh untuk mendinginkan tubuh.
Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan hipertemia adalah:

 Peningkatan suhu yang ada di lingkungan


 Peningkatan produksi panas dari dalam tubuh, misalnya akibat aktivitas
berlebihan, krisis tiroid, atau keracunan obat, seperti obat antikolinegik, obat
MDMA (methylenedioxymethamphetamine), dan obat simpatomimetik
 Ketidakmampuan tubuh untuk membuang panas, misalnya karena tidak mampu
memproduksi keringat

Tanda Gejala Hipertermia


a. Suhu tubuh lebih dari 37.5 oc
b. Frekuensi pernapasan bayi > 60x/m
c. Tanda-tanda dihidrasi yaitu BB menurun, turgor kulit kurang , banyaknya air
kemih berkurang
Penatalaksanaan Hipertermia
a. Letakkan bayi dalam lingkungan yang bersuhu normal (25 o C sampai 28 o
C);
b. Lepaskan baju bayi sebagian atau seluruhnya selama 10 menit, kemudian
beri baju dan selimuti bayi
c. Jika suhu tubuh bayi lebih dari 39 o C: – Lap bayi dengan spons atau
mandikan bayi selama 10 sampai 15 menit dalam air yaitu sekitar 4 o C di
bawah suhu tubuh bayi saat ini, Jangan menggunakan air dingin atau air es
d. Ukur suhu tubuh bayi setiap jam
e. Jika suhu tubuh bayi masih tidak normal setelah dua jam, atasi sepsis
f. Penatalaksanaan lanjutan berikan asi

Efidemiologi Hipertermia
2.Kejang

Penyebab Kejang
a. Miningitis
b. Ensepalopati atau hipogekimia berat

Tanda Gejala Kejang


Kejang pada bayi baru lahir kadang sulit di bedakan dengan Gerakan normal.Kejang
pada bayi baru lahir atau saat anak berusi kurang dari 1 bulan dapat berupa gerakan-
gerakan kecil yang seringkali tidak disadari oleh orang tua. Adapun gejala kejang pada
bayi tanpa demam misalnya:

 Perubahan pola napas


 Gerakan/kedutan pada kelopak mata atau bibir, atau mata tampak berkedip-kedip
 Kaki bergerak seperti mengayuh sepeda
 Lengan, tungkai, atau tubuh tersentak atau menjadi kaku
 Bayi mungkin menjadi kurang responsif dan sulit untuk menarik perhatian bayi

Penatalaksanaan Kejang

a. Bayi diletakkan dilam tempat yang hangat


b. Bila bayi apnu dilakukan pertolongan agar bayi dapat bernapas lagi
c. Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang
d. Menjaga jalan napas tetap bebas
e. Mencari paktor penyebab kejang
f. Memberikan anti kejang

Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2 – 5% anak usia 6 bulan – 5 tahun pada negara maju. 70
– 75%

3.Infeksi
Sepsis neonatorum adalah infeksi darah yang terjadi pada bayi yang baru lahir. Infeksi
ini bisa menyebabkan kerusakan di berbagai organ tubuh bayi. WHO memperkirakan
terdapat sekitar 3 juta bayi di seluruh dunia meninggal karena sepsis neonatorum
setiap tahunnya.

Penyebab infeksi
 Riwayat kehamilan
a. Infeksi pada ibu selama kehamilan antara lain TORCH
b. Ibu menderita eklamsi
c. Ibu dengan diabetes mwelitus
d. Ibu mempunyai penyakit bawaaan
 Riwayat kelahiran
a. Persalinan lama
b. Persalinan dengan Tindakan
c. Ketuban pecah dini
d. Air ketuban hijau kental
 Riwayat bayi baru lahir
a. Trauma lahir
b. Lahir kurang bulan
c. Bayi kurang mendapat cairan dan kalori
d. Hipotermia pada bayi
Tanda gejala infeksi
a. Malas minum
b. Geluisah atau mungkin tampak letargis
c. Perekuensi pernapasan meningkat
d. Berat badan tiba-tiba menurun
e. Muntah dan diare
f. Suhu tubuh dapat meninggi,normal atau dapat pula kurang dari normal
Epidemiologi
a. Di negara berkembang sebesar (1,8 – 18/1000 kelahiran bayi)
b. negara maju sebesar (1–5/1000 kelahiran bayi) (Gerdes, 2004).
c. Berdasarkan kejadian kematian neonatal di Asia Tenggara sebesar 39 per 1000
kelahiran bayi (Depkes, 2007)

4.Asfeksia
Asfiksia neonatorum adalah suatu kondisi dimana bayi tidak bisa bernapas
secara spontan dan teratur setelah lahir.
Penyebab Aspeksia
 Tekanan darah ibu terlalu tinggi atau rendah selama persalinan.
 Persediaan oksigen dalam darah ibu tidak tercukupi sebelum maupun selama
persalinan.
 Ada masalah pada saluran pernapasan bayi.
 Bayi mengalami anemia sehingga sel-sel darah tubuhnya tidak mendapatkan
cukup oksigen.
 Ada penyakit infeksi yang menyerang ibu atau bayi.
 Proses persalinan yang sulit atau memakan waktu lama.
 Ada masalah pada plasenta yang membungkus tubuh bayi.
 Plasenta lepas terlalu cepat saat melahirkan sehingga membuat bayi susah
bernapas.
 Prolaps tali pusat atau tali pusat yang keluar lebih dulu daripada bayi.
 Terjadi sindrom aspirasi mekonium, yaitu mekonium bayi terhirup sebelum,
selama, ataupun setelah persalinan.
 Saat kelahiran bayi sebelum 37 minggu (bayi prematur), paru-paru bayi prematur
mengalami komplikasi karena belum berkembang sehingga sulit bernapas.

Tanda Gejala Aspeksia


 Kulit tampak pucat atau berwarna agak kebiruan.
 Susah bernapas, hingga menyebabkan bayi bernapas dengan cepat atau
terengah-engah, dan menggunakan perut.
 Detak jantung agak melambat.
 Otot melemah.
 Bayi terlihat lemas.
 Ada mekonium (feses pertama bayi) di cairan ketuban, kulit, kuku, atau tali pusar
Penatalaksanaan Aspeksia
Resusitasi
a. Langkah awal
b. Pentilasi
Epidemiologi
BBLR 29 %
5.BBLR
BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram.
Klasifikasi BBLR dibagi menjadi 3
c. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram
d. Bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR), berat lahir < 1500 gram
e. Bayi berat lahir ektrim rendah ( BBLER), berat lahir < 1000 gram

Penyebab BBLR

a. Terlahir dari ibu yang memiliki masalah kesehatan selama hamil, misalnya
preeklamsia, tekanan darah tinggi, atau kekurangan gizi.
b. Infeksi selama kehamilan.
c. Adanya kelainan genetik atau cacat bawaan lahir pada bayi.
d. Terlahir dari ibu dengan berat badan kurang selama kehamilan.
e. Usia ibu saat hamil kurang dari 17 tahun atau lebih dari 35 tahun.
f. Kehamilan kembar.
g. Kelahiran premature

Tanda Gejala BBLR

Berat badan kurang dari 2500 gram

Penatalaksanaan BBLR

a. Menjaga bayi tetap hangat dengan cara Perawatan metode kangguru (PMK)
b. Memberikan Asi

Epidemoilogi

prevalensi berat badan lahir rendah diperkirakan sebesar 15-20% dari seluruh kelahiran
di dunia. Indonesia menduduki peringkat ke-6 dari 7 negara di Asia Tenggara dengan
prevalensi BBLR tertinggi yakni sebesar 7%.

Anda mungkin juga menyukai