Kegiatan Inti TM Ke 3 Bab 3 Kls Xi4
Kegiatan Inti TM Ke 3 Bab 3 Kls Xi4
Tata hukum adalah susunan hukum yang berasal mula dari istilah recht orde (bahasa Belanda). Susunan
hukum terdiri atas aturan-aturan hukum yang tertata sedemikian rupa sehingga orang mudah
menemukannya bila suatu ketika membutuhkan untuk menyelesaikan peristiwa hukum yang terjadi dalam
masyarakat. Aturan yang ditata sedemikian rupa menjadi “tata hukum“ tersebut antara yang satu dengan
yang lainnya saling berhubungan dan saling menentukan.
Tata hukum, suatu negara adalah tata hukum yang ditetapkan atau disahkan oleh pemerintah negara. Di
Indonesia sebagai negara hukum terdapat beberapa lembaga peradilan, antara lain:
1. Peradilan Umum
Peradilan Umum terdiri dari Pengadilan Negeri di tingkat kabupaten/kota, Pengadilan Tinggi di tingkat
provinsi dan Mahkamah Agung hanya satu-satunya bertempat di Ibu Kota Negara. Demikian juga
Peradilan Agama ada di setiap kabupaten/kota.
Pengadilan Tata Usaha Negara diatur dalam UU RI No. 5/1986. Pengadilan ini menyelesaikan sengketa-
sengketa tata usaha negara antara orang atau badan hukum perdata dengan hukum atau pejabat tata
usaha negara tentang Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh
Badan dan Pejabat Tata Usaha Negara agar supaya SK tersebut dicabut.
3. Pengadilan Agama
Pengadilan Agama diatur dalam UU RI No. 7/1989. Merupakan pengadilan tingkat pertama untuk
memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan perkara-perkara antara orang-orang yang beragama Islam
di bidang perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, wakaf, dan sedekah berdasarkan hukum Islam.
4. Peradilan Militer
Peradilan Militer diatur dalam UU RI No. 31/1997. Pengadilan Militer dan Pengadilan Militer Tinggi
bersidang untuk memeriksa dan memutuskan perkara pidana pada tingkat pertama dengan satu orang
hakim ketua dan dua orang Hakim Anggota yang dihadiri satu orang oditur militer/oditur militer tinggi dan
dibantu satu orang panitera.
Pengadilan Militer Tinggi bersidang untuk memeriksa dan memutuskan perkara sengketa Tata Usaha
Angkatan Bersenjata (TNI) pada tingkat pertama dengan satu orang hakim ketua dan dua orang hakim
anggota yang dibantu satu orang Panitera. Pengadilan Militer Tinggi dan Pengadilan Militer Utama
bersidang untuk memeriksa dan memutuskan perkara pidana pada tingkat banding dengan satu orang
hakim ketua dan dua orang hakim anggota yang dibantu satu orang panitera.
Pengadilan Militer Utama bersidang untuk memeriksa dan memutuskan perkara sengketa Tata Usaha
Angkatan Bersenjata (TNI) pada tingkat banding dengan satu orang hakim ketua dan dua orang hakim
anggota yang dibantu satu orang panitera.
P engadilan adalah segala sesuatu atau sebuah proses yang dijalankan di pengadilan
berhubungan dengan tugas memeriksa, memutus, dan mengadili perkara dengan menerapkan hukum
dan/atau menemukan hukum "in concreto" (hakim menerapkan peraturan hukum kepada hal-hal yang
nyata yang dihadapkan kepadanya untuk diadili dan diputus) untuk mempertahankan dan menjamin
ditaatinya hukum materiil dengan menggunakan cara prosedural
yang ditetapkan oleh hukum formal. Lembaga peradilan di Indonesia memiliki kedudukan yang
independen (tidak memihak).
1. Dasar Hukum
Pada dasarnya, lembaga peradilan nasional adalah keseluruhan komponen peradilan nasional
dari berbagai pihak dalam proses peradilan atau berbagai aspek yang saling berkaitan satu sama
lainnya sedemikian rupa. Adapun yang menjadi dasar hukum lembaga peradilan nasional, di
antaranya sebagai berikut.
Pasal 1 Ayat 3 UUD 1945 yang menegaskan bahwa kekuasaan negara dijalankan atas dasar hukum
yang baik dan adil.
Pasal 24 Ayat 1 UUD 1945 yang menegaskan kekuasaan hakim harus bebas dari campur tangan
kekuasaan lain.
Pasal 24 Ayat 2 UUD 1945 yang menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada di bawahnya.
Pasal 24 B UUD 1945 yang mengatur bahwa suatu lembaga baru yang berkaitan dengan
penyelenggaraan kekuasaan hakim.
Pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus perkara dengan hadirnya terdakwa, kecuali undang-
undang menentukan lain.
Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang
diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, tetapi wajib untuk memeriksa dan
mengadilinya.
Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan
untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan.
Hakim harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, jujur, adil, profesional, dan
berpengalaman di bidang hukum.
Terhadap putusan pengadilan tingkat pertama dapat dimintakan banding kepada pengadilan tinggi
oleh pihak-pihak yang bersangkutan, kecuali undang-undang menentukan lain.
Semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum.
Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan/atau dihadapkan di depan pengadilan
wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya.
Semua pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus dengan sekurang-kurangnya tiga orang
hakim, kecuali undang-undang menentukan lain.
Tidak seorang pun dapat dikenakan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan selain
atas perintah tertulis oleh kekuasaan yang sah dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang.
Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup
dalam masyarakat. Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib memperhatikan
pula sifat yang baik dan jahat dari terdakwa.
Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut, atau diadili tanpa alasan berdasarkan undang-undang
atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan, berhak menuntut ganti
kerugian dan rehabilitasi, dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Hal ini disebut dengan "asas
praduga tak bersalah".
Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali undang-undang menuntut ganti
kerugian dan rehabilitasi.
Tidak seorang pun dapat dihadapkan ke pengadilan selain daripada yang ditentukan oleh undang-
undang.
Terhadap putusan pengadilan dalam tingkat banding dapat kasasi kepada Mahkamah Agung oleh
pihak-pihak yang bersangkutan, kecuali undang-undang menentukan lain.
Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, pihak-pihak yang
bersangkutan dapat mengajukan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung apabila terdapat hal
atau keadaan tertentu yang ditentukan dalam undang-undang.
3. Macam-Macam Lembaga
Peradilan
Lembaga peradilan adalah alat perlengkapan negara yang bertugas mempertahankan tetap
tegaknya hukum nasional. Lembaga peradilan (pengadilan) adalah badan atau organ yang
melaksanakan peradilan. Peradilan adalah tugas atau fungsi yang dijalankan oleh pengadilan
(lembaga peradilan).
a. Mahkamah Agung
b. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi (MK) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah
Agung.
c. Komisi Yudisial
Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UU No. 22 tahun 2004
yang berfungsi mengawasi perilaku hakim dan mengusulkan nama calon hakim agung. Komisi Yudisial
berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan wewenang lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran, martabat, serta perilaku hakim.
Pada pasal 10 ayat 1 UU No. 14/1970 tentang pokok-pokok kekuasaan kehakiman ditegaskan bahwa tugas
kehakiman dilaksanakan oleh badan pengadilan di empat lingkungan: 1) peradilan umum, 2) peradilan agama,
3) peradilan militer, dan 4) peradilan tata usaha negara. Keempat lingkungan peradilan itu mempunyai
lingkungan wewenang mengadili tertentu, dan meliputi badan peradilan tingkat pertama dan tingkat banding.
Peradilan militer, peradilan agama, dan peradilan tata usaha negara merupakan peradilan khusus karena
mengadili perkara-perkara tertentu. Peradilan umum merupakan peradilan bagi rakyat secara umumriya, baik
mengenai perkara perdata maupun pidana.
a. Peradilan Umum
Peradilan umum merupakan satu di antara pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada
umumnya. Rakyat pada umumnya, menurut peraturan, apabila melakukan sesuatu pelanggaraan atau kejahatan
dapat dihukum akan diadili dalam lingkungan pengadilan umum.
Saat ini, peradilan umum diatur dalam UU No. 2/ 86 yang dituangkan dalam Lembaran Negara 1986 No. 30.
Pada pasal 3 ayat 1 undang-undang itu dijelaskan bahwa kekuasaan kehakiman di lingkungan pengadilan
umum dilaksanakan oleh pengadilan-pengadilan negeri dan pengadilan tinggi. Puncak kekuasaan kehakiman di
lingkungan pengadilan umum berada di Mahkamah Agung sebagai pengadilan negara tertinggi.
b. Peradilan Agama
Peradilan agama memeriksa dan memutuskan perkara-perkara yang timbul antara orang¬orang yang beragama
Islam tentang persoalan nikah, talak, rujuk dan masalah lain yang berkaitan dengan rumah tangga.
Wewenang peradilan agama, menurut pasal 2a ayat 1, staatsblad nomor 152 tahun 1882 meliputi:
1. Mengadili perselisihan antarsuami istri yang keduanya beragama Islam;
2. Mengadili perkara-perkara perdata antarmuslim tentang perkawinan talak, rujuk, dan penghentian
perkawinan secara paksa sekadar ditentukan campur tangan dari peradilan agama Islam;
c. Peradilan Militer
Wewenang peradilan militer menurut UU Darurat No. 16/1950 bertugas untuk memeriksa dan memutuskan
perkara pidana terhadap kejahatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh:
1. Seorang yang pada waktu itu adalah anggota perang RI;
2. Seorang yang waktu itu adalah orang yang oleh Presiden, dengan peraturan pemerintah, ditetapkan
sama dengan angkatan perang RI;
3. Seorang yang waktu itu ialah anggota golongan yang dipersembahkan atau dianggap sebagai angkatan
perang RI oleh atau berdasarkan undang-undang.
4. Orang yang tidak termasuk golongan (1), (2), (3), tetapi atas keterangan menteri kehakiman harus
diadili oleh pengadilan dalam lingkungan pengadilan militer.
Pada pasal 1 ayat 1 undang-undang itu disebutkan bahwa tata usaha negara adalah administrasi negara yang
melaksanakan fungsi penyelenggaraan urusan pemerintah, baik pusat maupun daerah. Peradilan tata usaha
negara adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa tata
usaha negara.
Dalam peradilan tata usaha negara ini, pihak yang menjadi tergugat bukanlah orang atau pribadi, tetapi badan
atau pejabat tata usaha negara yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang dimiliki atau
dilimpahkan kepadanya. Sebaliknya, pihak penggugat dapat dilakukan oleh seseorang atau badan hukum
perdata.
Banyumas - Nenek Minah (55) tak pernah menyangka perbuatan isengnya memetik 3 buah kakao di
perkebunan milik PT Rumpun Sari Antan (RSA) akan menjadikannya sebagai pesakitan di ruang
pengadilan. Bahkan untuk perbuatannya itu dia diganjar 1 bulan 15 hari penjara dengan masa percobaan
3 bulan.
Ironi hukum di Indonesia ini berawal saat Minah sedang memanen kedelai di lahan garapannya di Dusun
Sidoarjo, Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah, pada 2 Agustus lalu.
Lahan garapan Minah ini juga dikelola oleh PT RSA untuk menanam kakao.
Ketika sedang asik memanen kedelai, mata tua Minah tertuju pada 3 buah kakao yang sudah ranum. Dari
sekadar memandang, Minah kemudian memetiknya untuk disemai sebagai bibit di tanah garapannya.
Setelah dipetik, 3 buah kakao itu tidak disembunyikan melainkan digeletakkan begitu saja di bawah
pohon kakao.
Dan tak lama berselang, lewat seorang mandor perkebunan kakao PT RSA. Mandor itu pun bertanya,
siapa yang memetik buah kakao itu. Dengan polos, Minah mengaku hal itu perbuatannya. Minah pun
diceramahi bahwa tindakan itu tidak boleh dilakukan karena sama saja mencuri.
Sadar perbuatannya salah, Minah meminta maaf pada sang mandor dan berjanji tidak akan
melakukannya lagi. 3 Buah kakao yang dipetiknya pun dia serahkan kepada mandor tersebut. Minah
berpikir semua beres dan dia kembali bekerja.
Namun dugaanya meleset. Peristiwa kecil itu ternyata berbuntut panjang. Sebab seminggu kemudian dia
mendapat panggilan pemeriksaan dari polisi. Proses hukum terus berlanjut sampai akhirnya dia harus
duduk sebagai seorang terdakwa kasus pencuri di Pengadilan Negeri (PN) Purwokerto.
Dan hari ini, Kamis (19\/11\/2009), majelis hakim yang dipimpin Muslih Bambang Luqmono SH
memvonisnya 1 bulan 15 hari dengan masa percobaan selama 3 bulan. Minah dinilai terbukti secara sah
dan meyakinkan melanggar pasal 362 KUHP tentang pencurian.
Selama persidangan yang dimulai pukul 10.00 WIB, Nenek Minah terlihat tegar. Sejumlah kerabat,
tetangga, serta aktivis LSM juga menghadiri sidang itu untuk memberikan dukungan moril.
Hakim Menangis
Pantauan detikcom, suasana persidangan Minah berlangsung penuh keharuan. Selain menghadirkan
seorang nenek yang miskin sebagai terdakwa, majelis hakim juga terlihat agak ragu menjatuhkan hukum.
Bahkan ketua majelis hakim, Muslih Bambang Luqmono SH, terlihat menangis saat membacakan vonis.
"Kasus ini kecil, namun sudah melukai banyak orang," ujar Muslih.
Vonis hakim 1 bulan 15 hari dengan masa percobaan selama 3 bulan disambut gembira keluarga,
tetangga dan para aktivis LSM yang mengikuti sidang tersebut. Mereka segera menyalami Minah karena
wanita tua itu tidak harus merasakan dinginnya sel tahanan.