Anda di halaman 1dari 3

Efektifitas Kecukupan Umur Perspektif UU Perkawinan

Credit Foto: Ilustrasi Pernikahan, Sumber foto : https://pixabay.com/

Dewasa ini, Pemerintah telah menetapkan peraturan baru terkait perubahan usia batas
perkawinan yang disebutkan dalam UU No.16 tahun 2019 tentang batas minimal usia
perkawinan bagi perempuan. Semula pada UU No.1 tahun 1974 tentang perkawinan disana
disebutkan, bahwa batas minimal usia perkawinan bagi seorang perempuan ialah 16 tahun
kemudian dinaikkan menjadi 19 tahun. Hal ini didasari, karena seorang perempuan yang
sudah menginjak usia 19 tahun dinilai sudah siap dan matang secara psikologi dan mental
untuk membangun rumah tangga. Tentunya ini berpengaruh terhadap keberlangsungan
kehidupan perkawinan antara suami dan istri di masa nanti, termasuk ketika mereka sudah
memiliki anak.

Belakangan kecukupan umur juga berpengaruh terhadap kelangsungan rumah tangga,


banyak kasus perceraian yang di akibatkan pernikahan muda, penyebab pernikahan dini ini
karena kurang matangnya umur seseorang sehingga berpengaruh juga terhadap pola berpikir
seseorang dalam mengambil keputusan dalam berumah tangga.

Berbicara pernikahan tidak hanya berbicara hal-hal tentang percintaan, akan tetapi ada hal
yang lebih besar dari pada percintaan. Perihal tanggung jawab juga menjadi persoalan krusial
dalam berumah tangga, bisa kita ambil contoh ada seorang suami tidak bisa menafkahi
istrinya secara lahir tentunya ini akan menjadi kendala dalam keluarga serta mempengaruhi
psikologis istri itu sendiri dan akan berdampak pada anak, entah itu adanya tindak kekerasan
dalam rumah tangga atau penelantaran anak.

Pada hakikatnya, pernikahan itu suatu ikatan lahir dan batin yang terbangun dari dua insan
yang berbeda baik secara latar belakang, keluarga, finansial, kebiasaan, sifat dan sebagainya
antara seorang pria dengan seorang wanita, juga menyatukan antara dua keluarga yang
berbeda. Makanya pernikahan suatu hal krusial juga merupakan suatu anugerah dan karunia
dari Tuhan yang maha esa.

Dari definisi di atas, bisa kita konklusikan bahwa membentuk keluarga yang sakinah,
mawaddah, warrahmah, akan tetapi pada kenyataannya tidak mudah. Banyak halangan dan
rintangan yang tentu akan terjadi, termasuk karena kurangnya kecukupan umur dan
kematangan dalam berpikir, bahkan karena hal ini bisa berujung pada perceraian. Juga
permasalahan dalam rumah tangga yang disebabkan karena kurang kecukupan umur dan
kematangan berpikir bisa berupa finansial yang belum stabil seperti krisis keuangan, emosi
yang belum terkendali dalam menghadapi masalah rumah tangga dan kekerasan rumah
tangga yang bisa berdampak kepada perceraian di usia muda. Ini baru Sebagian contoh kecil
yang sering terjadi dari pernikahan dini yang disebabkan kurang kecukupan umur dan
kecakapan dalam berpikir.

Oleh sebab itu, dispensasi pernikahan secara regulasi harus diperketat kembali mengingat dan
menimbang banyak nya hal-hal yang berdampak negatif dalam pernikahan di usia dini, guna
menekan angka perceraian yang terjadi akibat kurang kecukupan umur serta kecakapan
berpikir, mengingat pernikahan bukan hal yang main-main. Seperti penulis narasi kan di atas,
pernikahan sebuah hal yang sakral dalam kehidupan seseorang, anugerah dan karunia yang
diberikan oleh Tuhan yang maha esa yang diberikan kepada insan manusia untuk
berkembang biak melanjutkan peradaban dan keberlangsungan hidup manusia. Mengutip
Sabda Nabi Muhammad S.A.W “ Nikahilah (Wanita) yang penyayang dan subur, karena
sungguh aku (Nabi) memperbanyak umat dengan kalian” berdasarkan sabda nabi ini,
keharmonisan rumah tangga sangatlah penting, dibangun dengan cinta yang abadi lalu
melahirkan anak-anak yang kelak bisa menjadi penerus bangsa dan peradaban manusia dia
masa yang akan datang.

Tujuan penulisan artikel ini untuk memberikan wawasan dan edukasi berkaitan dengan
efektifitas kecukupan umur dan kematangan pemikiran dalam perspektif Undang-undang
perkawinan No.16 tahun 2019 tentang batas usia minimal pernikahan, sehingga banyak
masyarakat yang tahu terkait manfaat pernikahan di usia matang dan kemantapan dalam
berpikir, hal ini penulis angkat karena banyak masyarakat yang masih belum paham bahwa
usia yang sudah ditentukan dalam pernikahan ternyata memiliki dampak yang sangat besar
terhadap keberlangsungan usia pernikahan yang kekal abadi sampai maut memisahkan,
manusia hanya bisa berikhtiar, Tuhan lah yang berkehendak kepada-Nya kita berserah diri.

Agung Izzul Haq 075

Anda mungkin juga menyukai