Anda di halaman 1dari 7

KAJIAN PREFORMULASI SUSPENSI ERITROMISIN

KELOMPOK 1

Dosen Pengampu : Apt. Ina Listiana, M. Farm

Disusun Oleh :

Aditiya Ferdiansyah (2048201001)

Allyyka Nurramadhan (2048201002)

Amatu Syifa Luthfiah (2048201003)

Ceria Mega Mulyani (2048201004)

Dea Putri Prasiswi (2048201005)

Dede Puji Pauziah (2048201006)

Diah Ayu Puspita (2048201007)

Dila Oktaviani (2048201008)

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI SEMESTER 3

STIKES MUHAMMADIYAH KUNINGAN

TAHUN 2021
I. ERITROMISIN

NO PARAMETER URAIAN
1. Rumus Molekul C37H67NO13.

2. Struktur Kimia

3. Bobot Molekul 733,94.


(BM)
4. Pemerian Serbuk hablur putih atau agak kuning; tidak berbau atau praktis
tidak berbau.

5. Kelarutan Sukar larut dalam air; larut dalam etanol, dalam kloroform dan
dalam eter.

6. Penyimpanan dan Dalam wadah tertutup rapat.


Pengemasan

7. Uji – Uji Yang Lain Uji penetapan kadar, Uji potensi, Uji antibakteri, Uji stabilitas.
II. BAHAN TAMBAHAN

NO PARAMETER URAIN
1. Organoleptis Butiran, bentuk bulat seperti ginjal atau bulat telur,
penampang 1 sampai 3 cm, warna putih kekuningan, kuning
atau coklat muda, kadang-kadang berwarna merah muda,
rapuh, buram sering kali dengan permukaan yang retak,
mudah pecah menjadi fragmen bersudut tidak beraturan
dengan patahan melengkung, berwarna agak putih atau agak
kekuningan; seperti kaca dan tembus cahaya. Di dalam pusat
butiran yang tidak pecah sering terdapat rongga kecil.
2. Sifat Fisika dan Kelarutan : Sukar larut dalam air; larut dalam etanol, dalam
Kimia kloroform dan dalam eter.
pH : Antara 8,0 dan 10,5.
3. Inkomfatibilitas 1. Eritromisin dengan obat asma (turunan teofilin) Efek
dengan Zat Aktif obat asma dapat meningkat. Obat asma digunakan
untuk membuka jalan udara paru-paru dan untuk
mempermudah pernapasan penderita asma.
Akibatnya : terjadi efek samping merugikan karena
terlalu banyak obat asma. Gejala yang dilaporkan :
mual, sakit kepala, pusing, mudah terangsang, tremor,
insomnia, aritmia jantung, takhikardia, dan
kemungkinan kejang.
2. Eritromisin dengan Karbamazepin Efek karbamazepin
dapat meningkat. Karbamazepin adalah antikonvulsan
yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada
gangguan seperti ayan. Akibatnya : terjadi efek
samping merugikan yang disebabkan karena terlalu
banyak karbamazepin. Gejala yang dilaporkan :
pusing, mual, nyeri perut, dan nanar.
3. Eritromisin dengan Digoksin Efek digoksin
meningkat. Digoksin digunakan untuk layu jantung
dan untuk menormalkan kembali denyut jantung yang
tak teratur. Akibatnya : terjadi efek samping
merugikan karena terlalu banyak digoksin. Gejala
yang dilaporkan : mual, kehilangan nafsu makan,
aritmia jantung, takhikardia atau bradikardia.
4. Eritromisin dengan Klindamisin atau Linkomisin Efek
antibiotik klindamisin dan linkomisin dapat
berkurang. Akibatnya : infeksi yang diobati mungkin
tidak sembuh seperti yang diharapkan.
5. Eritromisin dengan Antibiotik penisilin Efek masing-
masing antibiotik dapat meningkat atau berkurang.
Karena akibatnya sulit diramalkan, sebaiknya
kombinasi ini dihindari.
4. Keterangan Lain Pulvis Gummi Arabic (PGA) atau gom arab, Gom akasia,
gummi acacia adalah eksudat gom kering yang diperoleh dari
batang dan dahan Acacia Senegal wllid dan beberapa spesies
Acacia lain. Kelarutannya mudah larut dalam air yang akan
menghasilkan larutan yang kental dan tembus cahaya. PGA
praktis tidak larut dalam etanol (95%) P (Anonim, 1979).
PGA mempunyai fungsi sebagai stabilizing agent, suspending
agent, emulsifying agent, viscosity-increasing agent (Rowe
dan Sheskey, 2000).
Karakteristik viskositasnya yang rendah sering digunakan
karena memberikan partikel yang berukuran kecil (Lachman
et al., 198).
Dalam formulasi suspensi eritromisin yang digunakan adalah
PGA karena memiliki sifat alami, tidak merubah struktur
kimia, dapat menghindari pengendapan, dan memberikan
struktur yang homogen.
III. BENTUK SEDIAAN

1. Definisi dan Dasar Pembuatan


Eritromisin adalah salah satu antibiotik golongan makrolida yang tidak larut
dalam air, sehingga dibuat dalam sediaan suspensi. Untuk membuat suspensi stabil
dalam penyimpanan salah satu caranya adalah dengan meningkatkan viskositas
suspensi yaitu dengan penambahan suspending agent salah satunya adalah PGA
(Pulvis Gummi Arabici).
 Pewarnaan Gram
Spesimen dioleskan ke permukaan kaca objek mikroskop. Kaca objek
dilewatkan di atas api bunsen 3-4 kali untuk mematikan mikroorganisme. Kaca
objek ditutup dengan zat warna ungu (metil atau kristal violet) selama 15 detik,
cairan yang berlebihan dibuang. Kemudian dialiri dengan iodium Gram selama 1
menit, dan keringkan. Setelah kering dialiri lagi dengan aseton selama 2-5 detik,
cuci dengan air atau etanol untuk membilas semua zat warna yang tidak diserap
oleh bakteri. Bakteri diberi counterstain (pewarna tandingan) dengan menuangkan
zat warna merah (karbol fuksin) ke kaca selama 20 detik, lalu keringkan dan
diamati.
Bakteri Gram positif memberikan warna ungu dan untuk Gram negatif
memberikan warna merah muda karena tidak menyerap zat warna ungu dan
menyerap warna tandingan.
 Metode Dispersi
Metode pembuatan suspensi dengan cara menambahkan serbuk bahan obat ke
dalam mucilago yang terbentuk kemudian diencerkan, dalam hal ini serbuk
yang terbagi harus terdispersi dalam cairan pembawa, umumnya adalah air
(Nash, 1996).
 Metode Presipitasi
Metode ini dibagi menjadi 3 macam yaitu :
a. Presipitasi dengan pelarut organik
b. Presipitasi dengan perubahan pH dan media
c. Presipitasi dengan dekomposisi rangkap (Nash, 1996).
 Uji antibakteri Staphylococcus aureus secara in vitro
Koloni Staphylococcus aureus diambil dari biakan murni sebanyak 1 ose
kemudian disuspensikan ke dalam media BHI cair dan diinkubasi pada temperatur
37 C selama 24 jam. Biakan tersebut diambil 200 μL dan dimasukkan ke dalam
media BHI DS. Biakan diinkubasi selama 3-5 jam. Setelah itu, biakan tersebut
diencerkan dengan akuades steril untuk disamakan kekeruhannya dengan standar
Mc. Farland (108 CFU/mL).
Suspensi bakteri yang telah distandarkan tersebut diambil 50 μL bakteri dan
dicampur dalam 5 ml media BHI DS sehingga kekeruhannya 106CFU/mL. Biakan
bakteri dalam BHI DS diambil 100 μL menggunakan mikropipet, kemudian
dituang di atas permukaan media MH. Suspensi bakteri diratakan menggunakan
spreader glass.
Pada agar tersebut dibuat sumuran dengan diameter 7 mm untuk masing-
masing perlakuan. Suspensi eritromisin dimasukkan ke dalam sumuran sebanyak
100µl untuk tiap formula. Inkubasi dilakukan suhu 370C selama 24 jam. Diameter
zona hambatan yang terbentuk diukur menggunakan penggaris.
 Metode Analisis
Data hasil evaluasi stabilitas fisik suspensi eritromisin (volume sedimentasi,
mudah tidaknya dituang, ukuran partikel, viskositas, dan redispersibilitas) dan
pengukuran diameter zona hambat pada media agar diuji distribusi normalnya
dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Data kemudian dilakukan uji anava dua jalan
dengan taraf kepercayaan 95%. Analisis dilanjutkan dengan t independent -test.

2. Keunggulan
Suspensi masih memiliki daya antibakteri sampai penyimpanan hari ke-60.

3. Teknik Pembuatan
Suspensi eritromisin dibuat dengan bahan – bahan ( Eritromisin, PGA, Asam
Sitrat, Sodium Benzoat, Natrium Hidroksida, Sirup Simplek, Aqua). PGA dilarutkan
dengan air sebanyak 7 kali, kemudian eritromisin dilarutkan dengan asam sitrat.
Larutan PGA dicampurkan sedikit demi sedikit ke dalam larutan eritromisin.
Sodium benzoat yang telah dilarutkan dengan air ditambahkan pada campuran
PGA dan eritromisin. Sirup simplek dan natrium hidroksida yang telah dilarutkan
dengan air dicampurkan pada campuran PGA dan eritromisin. Diaduk sampai
homogen, suspensi ditempatkan dalam tabung berskala yang kemudian dilakukan
pengamatan selama 2 bulan, pengamatannya mencakup volume sedimentasi,
viskositas, mudah tidaknya dituang, redispersibilitas, ukuran partikel, dan daya
antibakteri.

Anda mungkin juga menyukai