Anda di halaman 1dari 7

WAKTU TEDUH (1)

26 Februari 2021

Pembacaan: (Matius 5:1-10)

Kebahagiaan Versi Tuhan Yesus

Kebahagiaan pada umumnya diidentikkan dengan kondisi yang baik. Kekayaan,


kesuksesan, dan kuasa biasanya menjadi prasyarat untuk mendapatkan kebahagiaan. Lalu,
bagaimana memperoleh kebahagiaan menurut Tuhan Yesus?

Mengawali khotbah-Nya di bukit, Tuhan Yesus berbicara tentang bagaimana


memperoleh kebahagiaan dalam hidup. Syarat untuk memperoleh kebahagiaan yang
disampaikan oleh Tuhan Yesus sangat kontradiktif dengan konsep dunia. Misalnya, orang
yang miskin, berdukacita, lemah lembut, lapar, dan hauslah yang disebut berbahagia. Setiap
ucapan berbahagia dari Tuhan Yesus adalah mengenai berkat. Kata diberkati memiliki
makna sesuatu yang hanya kita dapatkan di dalam Allah. Kata ini juga bermakna sebagai
sebuah pengalaman ketika kita mengikuti Tuhan Yesus dan cara hidup serta ajaran-Nya.
Kata diberkati memiliki arti bahwa kita bergantung pada Allah yang bertakhta di dalam
Kerajaan Surga. Kita hidup menurut nilai-nilai Kerajaan Surga. Nilai-nilai Kerajaan Surga
tersebut tidak didasarkan pada kekayaan dan kekuasaan.

Nilai-nilai Kerajaan Surga didasarkan pada:

1) kesadaran terhadap keberadaan diri kita di hadapan Allah sebagai orang berdosa

2) kehausan akan firman dan kebenaran Allah

3) sikap lemah lembut

4) murah hati

5) menjaga kesucian

6) dan pembawa damai.

Untuk melakukan semua hal di atas dibutuhkan pemberian dan pengorbanan diri.
Kebahagiaan berdasarkan nilai-nilai Kerajaan Surga tidak diukur dari seberapa banyak harta
dan kuasa yang kita kumpulkan di dalam dunia ini. Kebahagiaan diukur berdasarkan
seberapa banyak kita memberi dan mengorbankan diri untuk mengikut Yesus Kristus.

Sebagai murid Tuhan Yesus Kristus, kita seharusnya belajar memberi yang terbaik
ketika mengikuti-Nya. Kita diundang oleh Dia untuk menjadi pribadi yang rendah hati mau
melayani Dia dan sesama manusia atas dasar Kasih (Matius 22:37-40)

Bagikanlah ke temanmu 2 pertanyaan refleksi berikut:

1. Apakah saya mau memberikan yang terbaik bagi Tuhan selama saya hidup?

2. Apakah saya mau melayani Tuhan dan sesama?


WAKTU TEDUH (2)

27 Februari 2021

Pembacaan: (Matius 6:5-10)

Doa adalah sarana kita berkomunikasi dengan Allah. Sebagai murid-murid Yesus,
kita menikmati hubungan yang sangat akrab dengan Bapa. Kita dapat datang kapan pun
dan di mana pun kita ingin memanggil nama-Nya. Kita dapat mencurahkan seluruh isi hati
kita di dalam doa dan tahu bahwa Bapa peduli dengan setiap hal yang kita curahkan.
Namun, ada kalanya kita merasa bosan dengan doa kita. Mungkin kita sering menemukan
diri kita mendoakan hal yang itu-itu saja. Atau kita sering mendapati pikiran kita
mengembara jauh saat berdoa.

Murid-murid Yesus merasakan keresahan yang sama saat mereka meminta Yesus
untuk mengajar mereka berdoa (Lukas 11:1). Mungkin mereka bosan mengucapkan doa-
doa yang sama dari Taurat. Yesus merespon permintaan mereka dengan Doa Bapa Kami
atau The Lord’s Prayer. Meskipun Yesus telah menyusun setiap kata dengan sangat indah,
doa ini tidak hanya bisa diucapkan dengan kata-kata aslinya. Ini bukan doa yang bersifat
ritual. Saat kita mempelajari Doa Bapa Kami, kita akan melihat sebuah pola yang dapat
mengubahkan kehidupan doa kita. Marilah kita memulai dengan meneliti tiap-tiap
bagiannya.

“Bapa kami”

Yesus mengubah secara radikal cara kita memanggil Tuhan dan bentuk hubungan
kita dengan-Nya. Kita bukan lagi seorang hamba, tetapi putra dan putri-Nya! (Galatia 4:7).
Dari sini kita tahu bahwa Tuhan berkenan kepada kita. Kita adalah milik-Nya yang berharga.
Saat kita menyadari sepenuhnya betapa istimewa hubungan ini, kita akan semakin
bersyukur kepada-Nya. Saat mendoakan bagian ini, kita dapat mengungkapkan rasa syukur
kita atas hubungan kita dengan Bapa.

“Yang di surga”

Ya, Dia berada di surga dengan segala kemuliaan-Nya. Di dalam doa, tinggalkanlah
segala hal duniawi yang memenuhi pikiran kita dan fokuskanlah perhatian kita ke surga.
Ingatlah bahwa kita memperoleh kasih karunia bukan dari kemampuan kita tapi dari dia
sang pemilik surga. Saat kita mengingat surga, pujilah Tuhan dengan segala
ketidakterbatasan-Nya. Pujilah Dia Sang Pemilik alam semesta, baik yang fana maupun
kekal!

“Dikuduskanlah Nama-Mu”

Doa tidak hanya untuk meminta sesuatu dari Tuhan. Doa adalah bentuk
penyembahan dan penghormatan kita kepada-Nya. Kita mengakui, menghormati, dan
memproklamirkan kekudusan-Nya. Hal ini seharusnya menyadarkan kita bahwa kita datang
kepada-Nya dalam keadaan kudus (Umat yang diselamatkan / Umat pilihan Allah). Pada
bagian ini juga, kita dapat menyatakan penghormatan kita kepada Bapa.
“Datanglah Kerajaan-Mu”

Pada awal pelayanan-Nya, Yesus mengatakan bahwa Kerajaan Surga sudah dekat.
Kita kemudian melihat kehadiran kerajaan Allah di dalam kehidupan murid-murid Yesus.
Namun, banyak orang yang belum merasakan kehadiran Kerajaan-Nya! Inilah saatnya kita
mendoakan keselamatan orang-orang yang belum mengetahui perihal kerajaan Allah
terbuka bagi manusia yang diselamatkan. Berdoalah juga untuk semua orang percaya agar
Tuhan membukakan jalan untuk membagikan iman kita.

“Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga”

Tuhan ingin agar kita dapat berserah kepada kehendak-Nya di dalam doa. tetapi,
seringkali kita malah mendoakan sebaliknya! Kita memohon agar Tuhan mengabulkan apa
yang kita kehendaki. Doa Bapa Kami membantu meluruskan prioritas kita.

Kita dapat mencontoh sikap hati Daud, yang meminta Tuhan menyelidiki hatinya dan
memberi tahu apa kesalahannya (Mazmur 139:23-24). Atau, sama seperti Yesus, mungkin
kita harus berdoa semalaman sampai kita yakin bahwa kita harus melakukan kehendak
Tuhan, sesulit apa pun itu (Matius 26:36-44). Pikirkanlah hal-hal yang sedang Anda
gumulkan. Doakanlah agar Tuhan menguatkan kita untuk dapat melakukan apa yang benar
di mata-Nya.

Pada bagian pertama dari perenungan doa Bapa kami kita diperkenalkan tentang
fungsi doa yang sering disampingkan oleh orang percaya. Doa tidak hanya soal meminta
namun doa juga menguatkan hubungan manusia dengan Allah.

Bagikanlah ke temanmu 2 pertanyaan refleksi berikut:

1, Apakah saya seringkali berdoa hanya untuk meminta kepada Tuhan?

2. Hal apa yang akan saya lakukan mulai hari ini untuk memperbaiki diri saya?
WAKTU TEDUH (3)

27 Februari 2021

Pembacaan: (Matius 6:10-15)

Pada perenungan sebelumnya kita telah membahas paruh pertama dari doa yang
diajarkan oleh Yesus yakni doa Bapa Kami. Pada perenungan kali ini kita akan diperlihatkan
lanjutan dari doa Bapa kami serta membahas apa hal yang ingin Yesus ajarkan kepada
murid-muridnya.

“Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya”

Kata “makanan” dalam Bahasa aslinya bisa diterjemahkan sebagai “Roti”

Inilah saatnya kita mendoakan kebutuhan-kebutuhan kita secara spesifik. Tidak ada
yang terlalu besar atau terlalu kecil bagi Tuhan. Dia memedulikan setiap hal kecil dalam
hidup kita. Mungkin banyak di antara kita yang khawatir tentang keuangan, kesibukan,
kesehatan, ataupun pekerjaan dan sekolah kita. Bawalah semua itu ke hadapan Tuhan.
Yesus berkata bahwa kita tidak dapat melakukan apa-apa di luar Dia (Yohanes 15:5).

“Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang
yang bersalah kepada kami”

Ketika kita tidak mengakui dosa-dosa kita, hati kita akan mengeras dan kita akan
semakin berani berbuat dosa. Di dalam setiap doa, kita harus memeriksa hati kita sendiri
dan selalu mengakui dosa-dosa kita.

Telanjangilah hati kita di hadapan Tuhan. Jika kita perlu meminta maaf kepada
seseorang, lakukanlah segera. Jika kita perlu bantuan untuk mengalahkan dosa, minta
bantuan teman kita di dalam persekutuan entah dalam lingkup pelayanan di gereja, kampus
atau bahkan dalam kelompok tumbuh bersama anda. Ini juga waktunya untuk memeriksa
hati dan melihat adakah orang yang harus kita ampuni. Ampunilah sebagaimana kita ingin
Tuhan mengampuni kita.

“Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari
pada yang jahat”

Yesus memberikan contoh terbaik saat Dia bergumul dalam doa di Taman
Getsemani (Matius 26:36-43). Dia menantang murid-muridNya untuk bangun dan berdoa
juga, tetapi murid-muridNya tidak bisa. Kita dapat melihat hasil doa-Nya ketika Dia datang
kepada salib dengan penuh kemenangan. Kita juga dapat melihat kegagalan murid-
muridNya dalam menghadapi pencobaan besar pertama mereka. Apa kelemahan Anda?
Apa dosa-dosa yang selalu mengejar Anda? Ke mana iblis mengarahkan senjatanya? Kita
harus meminta kekuatan Tuhan bahkan sebelum iblis melancarkan serangannya kepada
kita. Doakanlah secara spesifik!
“Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai
selama-lamanya. Amin.”

Saat kita menutup waktu kita bersama Tuhan, kita harus mengembalikan fokus kita kepada-
Nya. Pujilah dan muliakanlah Dia sekali lagi. Ingatlah selalu bahwa Dialah yang memiliki
Kerajaan-Nya dan semua kuasa serta kemuliaan.

Seperti yang dapat kita lihat, doa adalah wujud nyata hubungan kita dengan Tuhan.
Doa adalah bahan bakar kehidupan rohani kita dan senjata ampuh untuk menghadapi iblis.
Doa juga merupakan oasis yang menyegarkan dan memberikan kita kelegaan. Kita harus
selalu mencari cara-cara baru untuk membuat kehidupan doa kita semakin dalam.

Jangan puas dengan kehidupan doa yang biasa saja. rasakanlah bagaimana kuasa
Tuhan bekerja melalui doa. Yesus mengajarkan murid – muridNya berdoa demikian supaya
lewat kehidupan doa yang benar mereka bisa menjalankan visiNya. Lewat doa, orang
percaya akan sanggup menjalankan “HIDUP YANG MELAYANI ALLAH”.

Saat menjalankan kehidupan yang melayani Allah. Jangan lupa untuk berdoa!
Betapa anehnya jika kita hidup dalam Allah tapi tidak berkomunikasi dengan Allah.

Bagikanlah ke temanmu 2 pertanyaan refleksi berikut:

1, Apakah saya selalu melibatkan Allah dalam menjalankan kehidupan yang melayani-Nya?

2. Apakah saya sendiri masih ragu untuk melayani Allah karena merasa tidak mampu?
WAKTU TEDUH (4)

28 Februari 2021

Pembacaan: (Matius 13:1-23)

Firman yang Berbuah

Keberadaan Yesus selalu menarik perhatian banyak orang (2). Namun, kali ini ahli-
ahli Taurat dan orang-orang Farisi tidak mengikuti Yesus sebab Yesus tidak sedang
mengajar di rumah ibadat. Pengajaran Tuhan Yesus saat itu ditujukan kepada orang banyak
dan Ia mengajar tentang Kerajaan Allah.

Tuhan Yesus berbicara dan mengajar mereka dengan menggunakan perumpamaan


(ayat 3). Perumpamaan yang disampaikan berbicara tentang hal sehari-hari yang sudah
dipahami oleh orang Yahudi pada zaman itu. Dengan menggunakan perumpamaan, ajaran
Tuhan Yesus dapat dengan mudah dipahami oleh banyak orang.

Perumpamaan tentang seorang penabur mencerminkan kehidupan masyarakat


agraris atau suka bercocok tanam pada masa itu. Seorang penabur biasanya akan menaruh
benih di sebuah kantong dan ia akan mengambil segenggam sambil berjalan melintasi
ladang. Ia akan melemparkan benih itu ke sisi kiri dan sisi kanan ladang yang dilintasinya.

Benih yang dilemparkan oleh penabur itu bisa jatuh di pinggir jalan, tanah berbatu,
tempat penuh semak duri, atau tempat subur (4-8). Arti dari perumpamaan ini, Sang
Penabur adalah Yesus sendiri, dan benih yang ditabur adalah firman Tuhan yang diajarkan-
Nya. Hasil dari pemberitaan firman Tuhan dijelaskan melalui empat jenis benih yang jatuh di
tempat yang berbeda-beda.

Ada orang yang menolak firman Tuhan sehingga tidak bertumbuh. Ada yang tidak
berakar mendalam sehingga tidak tahan menghadapi tantangan hidup. Ada yang tidak
menjadikan firman Tuhan sebagai prinsip hidup sehingga selalu khawatir tentang hidupnya.
Ada yang punya hati yang terbuka, tekun, dan tidak mudah menyerah sehingga hidupnya
senantiasa berada dalam penyertaan Tuhan. Lalu, kita masing-masing termasuk tipe yang
mana?

Bagikanlah ke temanmu 3 pertanyaan refleksi berikut:

1. Selama mengikut Yesus, sudahkah kita mengalami perubahan? Apakah kita bersedia
diubah?
2. Bagaimana kita merespons firman Tuhan dengan baik?
3. Bagaimana kita menerapkan firman Tuhan sebagai prinsip hidup kita?
“Salah satu cara untuk menerapkan firman Tuhan adalah mengambil komitmen untuk
melayani”

Komitmen untuk Melayani

Lukas baru menjadi orang percaya ketika ia berusia 40 tahun. Sebagai seorang
petobat baru, Lukas sudah memiliki komitmen untuk melayani Tuhan. Komitmen Lukas
dapat kita lihat dari pembukaan bukunya yang pertama, yaitu Injil Lukas. Simaklah
pernyataannya, (Lukas 1:2-3)

Pernyataan tersebut bukan sekadar pernyataan biasa. Dia menuliskannya dengan


penuh kehati-hatian dan komitmen untuk menyatakan keyakinannya yang kuat akan Injil
Yesus Kristus. Lebih lagi, komitmen kuat yang dimiliki Lukas dibuktikan bahwa Injil yang ia
tulis adalah hasil karya penelitian dan disusun dalam usaha pelayanan misi. Sungguh luar
biasa, bukan? Apabila seseorang menyusun karya tulis dalam keadaan tenang dan
kondusif, Lukas justru menulis dan menyusun Injilnya ketika ia menemani Paulus
mewartakan Injil di Akhaya yang penuh rintangan.

Lukas adalah seorang tokoh Alkitab yang sudah memberikan contoh bagi kita semua
pada masa ini untuk berani mengambil komitmen dalam melayani Tuhan dan melakukan
pekerjaan-Nya. Melayani dengan penuh komitmen akan menunjukkan karakter dan
integritas kita sebagai anak-anak Tuhan yang setia

Bagikanlah ke temanmu 1 pertanyaan refleksi berikut:

1. Sudah siapkah kita memberikan waktu, tenaga, potensi, dan kemampuan kita untuk
melayani Tuhan?

Anda mungkin juga menyukai