Anda di halaman 1dari 22

 Merupakan suatu usaha yang dilakukan

untuk memperbaiki kualitas agar memenuhi


syarat penggunaan, prosesnya tergantung
pada kualitas awal. Termasuk didalamnya
peremukan dan pengayakan untuk
mendapatkan ukuran batubara tertentu
serta penghilangan/penurunan kadar air
dan bahan-bahan pengotor yang terdapat
dalam batubara seperti kandungan abu,
belerang dan natrium yang akan
mengganggu dalam pembakaran batubara
apabila batubara tersebut digunakan
sebagai bahan bakar langsung.
 Mengurangi ongkos pengangkutan.
 Meningkatkan nilai kalor .
 Mengurangi/menghilangkan emisi gas dan
partikulat yang mungkin timbul.
 Menghindarkan terjadinya kerusakan (korosi)
pada komponen boiler di PLTU.
ROM

Pencampuran (blending)

Penggerusan (crushing plant)

Pencucian (washing plant)

Konsumen (market)
 Tujuannya adalah untuk mendapatkan
batubara dengan kualitas yang lebih baik
sesuai dengan permintaan pasar yang pada
umumnya berpedoman pada kandungan air
(inherent moisture) dan abu yang rendah
serta nilai kalor yang tinggi.
Batubara yang didapat dari tambang (run of mine
coal) umumnya masih banyak mengandung bahan-
bahan pengotor. Bahan pengotor (impurities) yang
terdapat dalam batubara dapat diklasifikasikan
sebagai:
 Impurities yang akan membentuk abu
 Impurities yang mengandung belerang
Dari segi pencucian batubara, impurities dapat
diklasifikasikan lagi sebagai:
 Inherent impurities, menyatu dengan batubara dan
tidak dapat dipisahkan.
 Extraneous impurities, tersegregasi dan dapat
dipisahkan dengan cara pencucian.
Dalam pekerjaan pencucian batubara terdapat dua kegiatan analisis yang
penting dilakukan, yaitu:
 Analisis distribusi ukuran, dan
 Analisis/uji endap apung (sink-float test)

Analisis distribusi ukuran diperlukan untuk mengetahui:


 Jumlah batubara halus
 Komposisi berat pada berbagai ukuran
 Neraca bahan (material balance) bagi setiap unit yang terdapat di dalam
pabrik pencucian.

Uji endap apung dilakukan untuk mengetahui:


 Perolehan teoritis fraksi terendapkan maupun terapung
 Petunjuk derajat kesukaran yang mungkin timbul pada saat dilakukan
pencucian, misalnya ada sejumlah bahan yang mempunyai relative density
(Rd) hampir sama dengan Rd media pencuci
 Petunjuk efektivitas pada suatu tahap proses pencucian ataupun efektivitas
keseluruhan pabrik (misal adanya pengotor di dalam batubara bersih)
 Petunjuk karakteristik distribusi kualitas batubara dikaitkan dengan berbagai
fraksi Rd, misalnya kadar abu, belerang, nilai kalor, dll.
Kurva ketercucian batubara
 Operasi pencucian dilakukan secara kontinyu
 Operasi pencucian makin sulit dengan makin
kecil ukuran butir umpan batubara
 Setiap alat mempunyai selang ukuran tertentu
dimana ia dapat beroperasi secara efisien.
 Partikel sangat halus, masih akan hilang pada
operasi terakhir yaitu dewatering.
 Konsentrasi gravitasi:
◦ Dense medium separation (DMS)
◦ Jigging
◦ Flowing film
 Flotasi
 Agglomerasi
 Operasi pencucian batubara dengan DMS
dilakukan dengan mencelupkan batubara asal
ke dalam media yang berat jenisnya terletak
di antara batubara bersih dan berat jenis
impurities yang lebih berat. DMS yang
beroperasi secara komersial menggunakan
suspensi padatan di dalam air untuk
mengolah batubara mulai dari ukuran 0,5
mm sampai berukuran 100 mm.
 Jigging adalah proses stratifikasi partikel
yang menghasilkan lapisan-lapisan dengan
berat jenis partikel makin membesar dari atas
ke bawah oleh suatu gerakan bolak balik
fluida. Proses ini dapat mengolah batubara
mulai dari ukuran maksimum 20 cm sampai
ukuran kecil 0,5 mm.
 Konsentrasi batubara pada aliran tipis
(flowing film) hanya diterapkan pada
batubara berukuran kecil yaitu –2 mm dan
dengan laju yang rendah pula (kapasitas
alat kecil). Oleh karena itu tidak semua alat
konsentrasi flowing film dapat digunakan
pada pencucian batubara. Alat yang umum
digunakan adalah Humprey spiral dan
dapat berfungsi dengan baik apabila :
◦ Ukuran partikel yang diolah antara –2,0 sampai
0,15 cm.
◦ Perbedaan berat jenis minimum 1.
 Flotasi diterapkan pada batubara halus yang
berukuran < 0,5mm dan hanya sebagai pelengkap
dari alat lain seperti baum jig.
 Berdasarkan kepada pperbedaan sifat permukaan
 Batubara adalah mineral hidrofobik yaitu bila
dicelupkan ke dalam air tidak akan basah. Partikel
yang tidak dibasahi ini bila berbenturan dengan
gelembung udara akan langsung menempel
(aerofilik).
 Pada kenyataannya permukaan partikel batubara
tidak betul-betul hidrofobik, oleh karena itu perlu
diolah lebih dahulu untuk mengubah permukaan
menjadi betul-betul hidrofobik. Pengolahan seperti
ini disebut conditioning, yaitu partikel padatan
diolah dengan reagen kimia tertentu untuk
mengubah permukaannya menjadi hidrofobik.
Pengolahan Batubara dengan Flotasi
• Merupakan proses yang efektif untuk merecover batubara halus (-500 mikron).
• Prinsipnya, berdasarkan perbedaan permukaan antara batubara dan
pengotornya.
• Batubara pada umumnya tidak senang air (hidrophobik) dan pengotornya
senang air (hidrophilik)
• Dengan menambah kolektor dibuat menjadi lebih tidak senang air bahkan
menjadi senang terhdap udara, sehingga perlu diaduk dan dibuat banyak
gelembung udara
• Pengotor yang senang air akan tetap tinggal dalam bentuk suspensi
• Batubara beserta gelembung udara dikeluarkan ke atas sebagai overflow dan
pengotornya sebagai underflow sehinga terpisah
• Akhir-akhir ini banyak digunakan, karena dari ROM banyak mengandung
batubara halus (10-15%) hal ini akibat dari pemakaian alat penambangan
continuous.
• Kelemahannya :
- Tidak dapat digunakan untuk ukuran ultra halus (-75 mikron).
- Produk flotasi sukar dilakukan dewatering
 Abu yang terdapat dalam batubara merupakan
suatu pengotor dan pada umumnya bersifat
sebagai hidrifilik.
 Berdasarkan hipotesis ini, maka jika batubara
dicampur dengan minyak dan air, maka abu dalam
batubara akan menempel pada minyak.
 Berat jenis minyak lebih ringan daripada berat jenis
air, maka minyak akan terpisah dengan sendirinya
dengan air. Berdasarkan hal tersebut maka abu
yang menempel pada minyak akan dengan mudah
dipisahkan.
 Distribusi ukuran batubara yang baik untuk proses
aglomerasi adalah < 0,5 mm
Pengolahan Batubara dengan Aglomerasi
• Prinsip dasar hampir sama dengan flotasi, hanya peranan
gelembung udara diganti dengan minyak dalam air.
• Dengan bantuan agitasi yang intensif dan produk butiran
minyak yang banyak, maka butiran minyak tersebut akan
menangkap butiran halus batubara. Kemudian butiran
minyak yang penuh batuabra halus tersebut bergabung
membentuk aglomerat berukuran 3-10 mm.
• Aglomerat ini akan mengapung dan dengan bantuan
“scraper” aglomerat dikeruk ke lubang pengeluaran,
sehingga terpisah dari pengotornya yang berada di bagian
bawah karena senang air.
• Minyak sebagai “binder” tidak akan menangkap pengotor ,
sehingga aglomerat ini merupakan batubara kualitas tinggi
karena bercampur dengan minyak dan dapat dijadikan
“coal oil mixture” (COM)
• Sehingga kelemahan flotasi dapat diatasi
 Senyawa belerang dalam batubara dapat dibedakan
dalam dua jenis, yaitu:
 Belerang anorganik berada sebagai senyawa besi
disulfida (pirit, FeS2) dan senyawa sulfat dalam
bentuk besi sebagai ferro sulfat (FeSO4) atau ferri
sulfat (Fe2(SO4)3), kalsium (CaSO4) dan barium
sulfat (BaSO4).
 Belerang organik dalam batubara masih belum
diketahui dengan jelas tetapi diperkirakan
merupakan bagian tak terpisahkan dari matriks
organik. Berdasarkan gugus fungsi belerang
organik dapat dibedakan sebagai sulfida (RSR’),
disulfida (RSSR’) dan merkaptan (RSH).
 Penurunan kadar belerang batubara dapat
dilakukan secara fisika dan kimia.
 Penurunan belerang secara fisika hanya dapat
menghilangkan kandungan mineral saja, yaitu
mengurangi belerang pirit dan belerang sulfat.
Proses yang dapat digunakan adalah dengan
jigging untuk batubara yang berukuran besar dan
dengan flotasi untuk batubara yang berukuran
halus.
 Penurunan belerang secara kimia untuk belerang
organik, di antaranya dengan cara oksidasi
menggunakan oksidator kalium permanganat atau
oksigen.
 Natrium dalam batubara dapat dibedakan menjadi
natrium aktif dan tidak aktif.
 Natrium aktif adalah natrium dalam bentuk garam
anorganik, misalnya, natrium klorida (NaCl), natrium
sulfat (Na2SO4) atau natrium karbonat (Na2CO3) dan
natrium yang terikat dengan bahan organik. Natrium
yang dapat menyebabkan terjadinya fouling adalah
natrium aktif karena natrium tersebut pada saat
pembakaran akan terkondensasi pada partikel-partikel
abu membentuk lapisan yang menempel pada dinding-
dinding boiler.
 Natrium tidak aktif adalah natrium yang terikat dengan
bahan-bahan pengotor seperti mineral-mineral
lempung dan silikat. Natrium tidak aktif, tidak akan
mengganggu karena pada saat pembakaran akan
tertinggal sebagai abu.
 Tingginya kadar air bawaan akan
menimbulkan masalah dalam proses
pemanfaatannya, terutama jika digunakan
sebagai bahan bakar langsung. Pada proses
pembakaran, air bawaan akan mengurangi
nilai kalor batubara sehingga jumlah
batubara yang diperlukan akan lebih besar
hingga gas CO2 yang ditimbulkannya akan
lebih besar pula. Tingginya gas CO2 akan
mempunyai dampak negatif terhadap
lingkungan yang cukup besar dengan
timbulnya efek rumah kaca yang dapat
menyebabkan pemanasan global.
Pengayakan (Screening)
Yaitu untuk memisahkan berbagai fraksi ukuran tertentu sesuai dengan ukuran
bukaan pada ayakan (aperture)
Tujuan pengayakan adalah :
• Untuk menguliti (scalping)
• Untuk pemisahan ukuran (sizing)
• Untuk pengambilan kemabali media berat (washing)
• Untuk pengurangan kadar air (dewatering)
• Untuk meningkatkan efisiensi proses selanjutnya
• Untuk penghilangan butiran halus (desliming)

Tipe ayakan :
1. Ayakan tetap, contoh grizzly
2. Ayakan putar, contoh trammel screen
3. Ayakan goyang (shaking screen)
4. Ayakan getar (vibrating screen)
Variabel pengayakan :
• Variabel material : bentuk, ukuran dan berat jenis partikel, kandungan iar,
kelengketan butiran (cohesivness), ketahanan hancur (degradasi), bulk density,
sifak kelistrikan, kekerasan, abrasivness dsb
• Variabel alat (ayakan) : panjang, lebar, amplitude gerakan, frekuensi gerakan,
arah gerakan, kecepatan pengumpanan, teipe gerakan, sudut datang partikel,
kemiringan, bentuk aperture dsb.

Unjuk kerja ayakan (ferpormance) ayakan dapat dinyatakan dalam :


1. Partition curve : kurva yang dibuat antara %berat dan fraksi ukuran dalam
overflow
2. Efisiensi : persentase dari berat undersize yang diperoleh terhadap berat
undersize yang terdapat dalam umpan
3. Gross efficiency : berat undersize (U) per berat umpan (F), E = U/F
4. Kapasitas ayakan, C = K (da x RDF) 1/3
dimana : da = ukuran rata-rata pada oversize (mm)
RDF = berat jenis relatif umpan
C = kapasitas dalam ton per meter lebar ayakan
K = konstanta tergantung pada material yang diayak
Maksimum kapasitas yang diperbolehkan = 80 ton/hr/m untuk berat jenis 1,5
K untuk desliming batubara pada 0,5 mm = 19
K untuk recovery magnetit = 12
K untuk dewatering = 19

Anda mungkin juga menyukai