Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN MALARIA

KASUS
Nadhirrafie A. Albaihaqi

Pembimbing :
dr. Rizki Ayu Rizal, Sp. A
BAB I
LAPORAN KASUS
Nama
Umur
: An SR
: 12 tahun
IDENTITAS
PASIEN
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Batu Gantung
Masuk Rumah Sakit : 18 Januari 2022
Mulai dijadikan Kasus : 20 Januari 2022
Anamnesis
• Keluhan Utama : Demam
• Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan demam yang dialami 3 minggu SMRS, demam hilang
timbul terkadang demam muncul pagi hari sore hilang, keluhan disertai menggigil dan
berkeringat yang terjadi saat demam hilang, keluhan lainnya nyeri punggung, mual
muntah saat makan, sakit kepala, napsu makan menurun. BAK dan BAB normal
• Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah terdiagnosis malaria tanggal 30 desember, 14 hari kemudian pasien
mengalami kencing berwarna hitam setelah minum obat
• Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama
• Riwayat Pengobatan
Pasien mendapat obat program malaria selama 14 hari
• Riwayat Sosial
Disekitar rumah pasien banyak anak yang mengalami keluhan serupa
Anamnesis
Riwayat Pribadi
• Riwayat kehamilan ibu
Pasien merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara. Tidak terdapat riwayat keguguran
sebelumnya. Selama masa kehamilan ibu rutin ANC di puskesmas
• Riwayat persalinan
Pasien lahir dengan masa kehamilan cukup bulan. Pasien lahir di rumah secara normal
dan ditolong oleh bidan. Berat badan lahir pasien adalah 2900 gram, panjang badan dan
lingkar kepala tidak di ingat
• Riwayat nutrisi
Pasien minum ASI hanya sampai usia 8 bulan. Selanjutnya dilanjutkan dengan
mnegkonsumsi susu formula
• Riwayat imunisasi
Lengkap
Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang Kepala : Normocephal
Kesadaran : M6V5E4 Mata : CA (+/+), SI (-/-), edema (-/-),
Tekanan darah : 100/70 Cekung (-/-)
Nadi : 98 x/menit Telinga : Otorrhea (-)
Respirasi : 24x/m Hidung : Rhinorrhea (-)
Suhu : 37,7 oC Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-), pucat (+)
Saturasi oksigen : 98% tanpa oksigen Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax : Normochest, retraksi dinding dada (-)
Status Antropoetri Jantung : BJ I/II regular, murmur (-), Gallop (-)
BB : 29 kg Paru-paru : BN Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-),
TB : 145 cm Rhonki (-/-)
Abdomen : Bising usus (+) normal, distensi (-),
Status Gizi menurut kurva CDC hepatomegali (-), splenomegali (-)
BB/U : 72,5% Ekstremitas : Akral dingin, edema (-), CRT <2
TB/U : 97,3% detik
BB/TB : 78,3% Urogenital : Tidak dilakukan pemeriksaan
Status Gizi : Gizi kurang dengan Kulit : turgor kembali cepat, pucat (+)
perawakan normal
Pemeriksaan Penunjang
HASIL 17/01/2022 18/01/2022 21/012022 NORMAL
WBC 7,4 9,4 3,4 4.0 – 9.0 103/L
NE % 78,3 65,2 28 – 78 %
LYM % 9,6 13,9 17 – 57 %
MON % 8,9 10,9 0 – 10 %
EO % 1,7 6,7 0 – 10 %
BA % 1,5 3,3 0–2%
RBC 2,1 2,29 3,4 3,76 – 5,70 106/L
HGB 6,2 6,3 9,2 12 - 16 g/dL
HCT 18 20,5 29,6 33,5 – 52,0 %
MCV 89,5 87,1 80 – 100 fl
MCH 27,5 27,1 28 – 32 pg
MCHC 30,7 31,1 31 – 35 g/dL
RDW-CV 16,5 16,9 11,6 – 14,0 %
RDW-SD 59,1 59,9 39,0 – 46,0 fl
PLT 278 243 150 – 450 103/L
PCT 0,16 0,15 0,16 – 0,33 %
MPV 5,7 6,1 7,0 – 11,0 fl
PDW 17,5 18,5 15 – 17 %
Malaria Positif Pf Negatif
Pemeriksaan Penunjang
Apusan darah tepi (19/01/2022)

Nama pemeriksaan Hasil


Eritrosit Anemia mikrositik hipokrom,
Anisopoikilositosis (+),Ovalosit (+),
Annnulosit (+), Benda inklusi (-),
Normoblas tidak ditemukan

Leukosit Jumlah cukup, PMN > limfosit,


morfologi normal, sel muda (-)
Trombosit Jumlah cukup, Goant trombosit

Kesan Anemia mikrositik hipokrom suspek


causa defisiensi Fe DD penyakit
kronik
RESUME
An. SR datang dengan keluhan demam yang dialami 3 minggu SMRS, demam hilang timbul
terkadang demam muncul pagi hari sore hilang, keluhan disertai menggigil dan berkeringat
yang terjadi saat demam hilang, keluhan lainnya nyeri punggung, mual muntah saat makan,
sakit kepala, napsu makan menurun. BAK dan BAB normal. Disekitar rumah pasien banyak
anak yang mengalami keluhan serupa. Pasien pernah terdiagnosis malaria tanggal 30
desember, pasien juga mengalami kencing berwarna hitam setelah minum obat program
malaria. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/70, nadi 98 x/menit, respirasi
24x/m, suhu 37,7 oC, saturasi oksigen 98%, conjungtiva anemis, akral dingin, kulit pucat. Pada
pemeriksaan Laboratorium ditemukan adanya penurunan hemoglobin yaitu 6,3 g/dl, eritrosit
2,29 x 106/ L, dan hematokrit 20,5 %. Sedangkan pada pemeriksaan RDT: positif Pf.
Tatalaksana
• Kebutuhan cairan 1656 cc/24 jam
• Infus RL 22 tpm
• Transfusi PRC 2 kolf
• Artesunat 3 x 70 mg/iv
DIAGNOSIS KERJA
• MALARIA BERAT
• ANEMIA Rencana pemeriksaan
• Cek ADT post terapi
• Cek darah rutin post transfusi
• Pemeriksaan retikulosit, feritin
Follow Up
HP-3 (20/01/2022) HP-4 (21/01/2022)
S: Demam (-), muntah (-), pasien sudah diberikan transfusi pertama, S: Demam (-), muntah (-), sudah diberi transfusi ke-2, BAK dan BAB normal
sesak saat pemberian transfusi (+), BAB dan BAK normal
KU : Tampak sakit sedang Keadaan Umum: Tampak Sakit sedang
Kes : E4V5M6 E4M6V5
Suhu : 36,9’C Suhu : 36,8°C
Pernapasan: 22 x/menit RR : 22x/menit
SpO2 : 98% tanpa oksigen Nadi : 96x/menit
Nadi : 90 x/m SpO2 : 99% tanpa oksigen

Status General Status General


Kepala : Normocephal, kaku kuduk (-) Kepala : Normocephal, kaku kuduk (-)
Mata : CA (+/+), SI (-/-), Cekung (-/-), Edema (-/-) Mata : CA (+/+), SI (-/-), Cekung (-/-), Edema (-/-)
Telinga : Otorrhea (-) Telinga : Otorrhea (-)
Hidung : Rhinorrhea (-) Hidung : Rhinorrhea (-)
Mulut : Bibir tampak kering (-), pucat (+) Mulut : Bibir tampak kering (-), pucat (+)
Tenggorokan : Faring hiperemis (-) Tenggorokan : Faring hiperemis (-)
Leher : Tidak ada pembesaran KGB Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Thorax : Simetris, retraksi dinding dada (-) Thorax : Simetris, retraksi dinding dada (-)
Pulmo : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-) Pulmo : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Cor : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-), ictus cordis (+) teraba Cor : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-), ictus cordis (+) teraba
Abdomen : Supel, BU (+), hepatomegali (-), splenomegali (-) Abdomen : Supel, BU (+)
Ekstremitas inf dan sup : Akral hangat, CRT <2 detik Ekstremitas inf dan sup : Akral hangat, CRT <2 detik
Kulit : Turgor kembali cepat Kulit : Turgor kembali cepat
- Malaria berat - Malaria berat
- Anemia - Anemia
- Kebutuhan cairan (1656cc/24jam) - Kebutuhan cairan (1656cc/24jam)
- Infus RL 22 tpm - Infus RL 22 tpm
- Dihidroartemisin-piperakuin 1 x 1,5 tab (3 hari) - Dihidroartemisin-piperakuin 1 x 1,5 tab (3 hari)
- Primakuin 1 x 0,5 tab (1 hari) - Paracetamol 290mg/8jam/iv (prn)
- Paracetamol 290mg/8jam/iv (prn) - Cek darah rutin post transfusi
- Transfusi PRC ke 2
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi
• Malaria adalah penyakit disebabkan oleh parasit protozoa genus Plasmodium yang
menginfeksi sel darah merah, ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles
betina yang terinfeksi
• Lima spesies Plasmodium (P. falciparum, P. vivax, P. malariae dan P. ovale dan P.
knowlesi)
• P. falciparum adalah yang paling berbahaya
• P. knowlesi lebih sering menginfeksi primata

World Health Organization. WHO Guidelines for malaria. Geneva: WHO; 2021
Epidemiologi
Global
2019 → 227 juta kasus
2020 → 241 juta kasus

Asia Tenggara
2020 → 5 juta kasus,
9 negara endemik malaria

Indonesia
2019 → 250.628 kasus
2020 → 226.364 kasus,
World Malaria Report. Global malaria programme. Geneva: WHO; 2021
2021 → 94.610 kasus.
Kementerian Kesehatan RI. Profil Malaria: Penyebab Kematian Tertinggi di Dunia. Direktorat Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan RI; 2021
World Malaria Report. Global malaria programme.
Geneva: WHO; 2021

Kementerian Kesehatan RI. Profil Malaria:


Penyebab Kematian Tertinggi di Dunia. Direktorat
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular
Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan RI;
2021
Siklus Malaria

Pedoman Tatalaksana Malaria. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013


Patogenesis
Rangsang sel
Sitokin dibawa ke
Skizon Keluar berbagai makrofag, monosit
hipotalamus →
pecah macam antigen atau limfosit
demam.
mengeluarkan sitokin

Perubahan P. vivax dan P.


autoantigen ovale hanya
Hemolisis Anemia
eritrosit oleh menginfeksi
parasit eritrosit muda (2%)

Primakuin P. malariae hanya


pada menginfeksi
defisiensi eritrosit tua (1%)
(G6PD)
↑ billirubin hemoglobinuria P. falciparum
serum (blackwater fever) menginfeksi
semua jenis
eritrosit
Manifestasi Klinis
• Demam merupakan gejala utama.
• Pada awal sakit → dapat dijumpai demam yang tidak teratur. Sifat demam akut
(paroksismal) yang didahului oleh stadium dingin (menggigil) diikuti demam tinggi
kemudian berkeringat banyak.
• Gejala lain → nyeri kepala, mual, muntah, diare, pegal-pegal, dan nyeri otot.
• Pada orang-orang yang tinggal di daerah endemis (imun) gejala klasik tidak selalu
ditemukan

Kementerian Kesehatan RI. Buku saku penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia. Jakarta: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI; 2020
Diagnosis
Anamnesis Pemfis Pemeriksaan
Penunjang
• Keluhan: demam, menggigil,
berkeringat dan dapat disertai • Suhu tubuh aksiler > 37,5 °C • Pemeriksaan dengan
sakit kepala, mual, muntah, • Konjungtiva atau telapak mikroskop → gold standard
diare dan nyeri otot atau tangan pucat • Rapid Diagnostic Test
pegal-pegal • Sklera ikterik • Polymerase Chain Reaction
• Riwayat sakit malaria dan • Pembesaran Limpa
riwayat minum obat malaria. (splenomegali)
• Riwayat berkunjung ke daerah • Pembesaran hati
fokus atau endemis tinggi (hepatomegali)
malaria.
• Riwayat tinggal di daerah
fokus atau endemis tinggi
malaria.
Kementerian Kesehatan RI. Buku saku penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia. Jakarta:
Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI; 2020

Pedoman Tatalaksana Malaria. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013


Gambaran Mikroskopik
Stadium Cincin trofozoit skizon Gametosit
Spesies
P. falciparum

P. vivax

P. malariae

P. ovale

P. knowlesi Poostchi M, Silamut K, Maude RJ, Jaeger S. Image


analysis and machine learning for detecting malaria.
Translational Research. 194. 2018. DOI:
10.1016/j.trsl.2017.12.004.
Diagnosis Malaria Berat
Penderita dikatakan menderita malaria berat bila malaria berat bila ditemukannya Plasmodium falciparum
atau Plasmodium vivax atau Plasmodium knowlesi stadium aseksual dengan minimal satu dari manifestasi
klinis sebagai berikut:9

1. Perubahan kesadaran (GCS<11, Blantyre <3)


2. Kelemahan otot (tak dapat duduk/berjalan)
3. Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
4. Asidosis metabolik (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
5. Edema paru (didapat dari gambaran radiologi atau saturasi oksigen <92% dan frekuensi pernafasan > 30
kali/menit)
6. Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler > 3 detik, tekanan sistolik <80 mm Hg (pada anak: <70 mmHg)
7. Jaundice (bilirubin>3mg/dL dan kepadatan parasit >100.000/ uL pada malaria falciparum, pada malaria
knowlesi kepadatan parasit >20.000/uL)
8. Perdarahan spontan abnormal
9. Hipoglikemi (gula darah <40 mg%)
10. Anemia berat pada anak < 12 tahun : Hb <5 g/dl , Hematokrit <15% pada endemis tinggi dan ; Hb <7g/dl,
Hematokrit <21% untuk endemis sedang-rendah ; pada dewasa Hb<7g/dl atau hematokrit <21%
11. Hiperparasitemia (parasit >2 % eritrosit atau 100.000 parasit/ul di daerah endemis rendah atau > 5%
eritrosit atau > 250.000 parasit/ul di daerah endemis tinggi)
12. Hiperlaktemia (asam laktat >5 mmol/L)\Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg/dL) atau ureum
darah >20 mmol/L

Kementerian Kesehatan RI. Buku saku penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia. Jakarta: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI; 2020
Tatalaksana Malaria tanpa
komplikasi
• Pengobatan → pengobatan radikal malaria dengan membunuh semua stadium parasit
termasuk stadium gametosit. tujuan → mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik
serta memutuskan rantai penularan
• Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena
bersifat iritasi lambung.
• Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini → DHP dan Primakuin
• kombinasi → ↑ efektifitas dan mencegah resistensi
• Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 bulan dan ibu hamil juga ibu menyusui
bayi usia < 6 bulan dan penderita kekurangan G6PD.

Kementerian Kesehatan RI. Buku saku penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia. Jakarta:
Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI; 2020

Pedoman Tatalaksana Malaria. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013


Tatalaksana
Pengobatan malaria falsiparum
Hari Jenis Jumlah tablet per hari menurut berat badan
Obat ≤5 kg >5-6 >6-10 >10- >17- >30- >40- >60- >80
kg kg 17 kg 30 kg 40 kg 60 kg 80 kg kg
0-1 2-<6 6-12 <5 5-9 10-14 ≥15 ≥15 ≥15
bulan bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun tahun
1-3 DHP 1/ 1/ 1/ 1 1 1/2 2 3 4 5
3 2 2
1 Primakuin - - 1/ 1/ 1/ 3/ 1 1 1
4 4 2 4

Pengobatan malaria vivaks


Hari Jenis Jumlah tablet per hari menurut berat badan
Obat ≤5 kg >5-6 >6-10 >10- >17- >30- >40- >60- >80
kg kg 17 kg 30 kg 40 kg 60 kg 80 kg kg
0-1 2-<6 6-12 <5 5-9 10-14 ≥15 ≥15 ≥15
bulan bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun tahun
1-3 DHP 1/ 1/ 1/ 1 1 1/2 2 3 4 5
3 2 2
14 Primakuin - - 1/ 1/ 1/ 3/ 1 1 1
4 4 2 4

Kementerian Kesehatan RI. Buku saku penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia. Jakarta: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI; 2020

Pedoman Tatalaksana Malaria. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013


Tatalaksana
Pengobatan malaria ovale
Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP selama 3 hari ditambah dengan Primakuin selama
14 hari. Dosis pemberian obatnya sama dengan untuk malaria vivaks.

Pengobatan malaria malariae


Pengobatan P. malariae diberikan DHP selama 3 hari, dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan
tidak diberikan primakuin.

Pengobatan malaria knowlesi


Pengobatan malaria knowlesi sama seperti malaria falciparum.

Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax /P. ovale


Pada penderita dengan infeksi campur diberikan DHP selama 3 hari serta primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari
selama 14 hari.

Hari Jenis Obat Jumlah tablet per hari menurut berat badan
≤5 kg >5-6 >6-10 >10- >17- >30- >40- >60- >80
kg kg 17 kg 30 kg 40 kg 60 kg 80 kg kg
0-1 2-<6 6-12 <5 5-9 10-14 ≥15 ≥15 ≥15
bulan bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun tahun
1-3 DHP 1/ 1/ 1/ 1 1 1/2 2 3 4 5
3 2 2
14 Primakuin - - 1/ 1/ 1/ 3/ 1 1 1
4 4 2 4

Kementerian Kesehatan RI. Buku saku penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia. Jakarta: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI; 2020

Pedoman Tatalaksana Malaria. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013


Tatalaksana Malaria Rekuren
Menurut WHO:
Kekambuhan malaria dapat terjadi akibat infeksi ulang atau rekrudesensi (kegagalan pengobatan)

1. Kekambuhan dalam 28 hari


Pengobatan lini kedua yang direkomendasikan adalah ACT alternatif yang dikenal efektif di wilayah tersebut

2. Kekambuhan setelah 28 hari


Kekambuhan demam dan parasitemia > 4 minggu setelah pengobatan mungkin disebabkan oleh kekambuhan
atau infeksi baru. Perbedaan hanya dapat dibuat dengan PCR. Karena PCR tidak secara rutin digunakan, semua
dugaan kegagalan pengobatan setelah 4 minggu pengobatan dianggap sebagai infeksi baru dan diobati dengan
ACT lini pertama

Menurut Kemenkes RI:


Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan dengan regimen ACT yang sama tetapi dosis Primakuin
ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari (harus disertai dengan pemeriksaan laboratorium kadar enzim G6PD).

WHO. Guidelines for malaria. Geneva: World Health Organization; 2021.

Kementerian Kesehatan RI. Buku saku penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia. Jakarta: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI; 2020
Tatalaksana pada ibu hamil
Pengobatan yang paling aman untuk ibu hamil trimester I → kina + klindamisin (10mg/kg bb dua kali sehari) selama
7 hari (atau monoterapi kina jika klindamisin tidak tersedia). ACT atau artesunat + klindamisin oral merupakan
alternatif

wanita di awal kehamilan sering kali secara tidak sengaja terpapar pengobatan lini pertama yang tersedia. Data
prospektif yang dipublikasikan pada 700 wanita yang terpapar pada trimester pertama kehamilan menunjukkan tidak
ada efek samping terhadap artemisinin (atau obat pasangannya) pada kehamilan atau pada kesehatan janin atau
neonatus.

Menurut Kemenkes 2013: Menurut Kemenkes 2020:


Pengobatan Malaria falcifarum pada Ibu Hamil
Umur Kehamilan Pengobatan Umur Kehamilan Pengobatan
Trimester I (0-3 bulan) Kina tablet + Klindamisin selama 7 hari Trimester I-III (0-9 bulan) DHP tablet selama 3 hari
Trimester II (4-6 bulan) ACT tablet selama 3 hari
Trimester III (7-9 bulan) ACT tablet selama 3 hari
Pengobatan Malaria falcifarum pada Ibu Hamil
Umur Kehamilan Pengobatan
Trimester I (0-3 bulan) Kina tablet selama 7 hari
Trimester II (4-6 bulan) ACT tablet selama 3 hari
Trimester III (7-9 bulan) ACT tablet selama 3 hari

WHO. Guidelines for malaria. Geneva: World Health Organization; 2021.


Kementerian Kesehatan RI. Buku saku penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia. Jakarta: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI; 2020
Pedoman Tatalaksana Malaria. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013
Tatalaksana Malaria Berat
Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik non Perawatan
pasien malaria berat harus langsung dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap. Sebelum dirujuk
berikan pengobatan pra rujukan.
1. Diberikan suntikan artesunate iv/ im dosis 2,4 mg/kgbb (3 mg/kgbb untuk anak BB ≤ 20
kg), satu kali dan dirujuk
2. Bila tak ada artesunate injeksi dapat diberikan DHP per oral, satu kali pemberian dosis
sesuai BB.

Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik Perawatan atau Rumah Sakit


Artesunat diberikan dengan dosis 3 mg/kgbb untuk anak BB ≤ 20 kg, BB > 20 kg dosis 2,4
mg/kgBB. sebanyak 3 kali jam ke 0, 12, 24 di hari pertama. Selanjutnya diberikan 2,4
mg/kgbb intravena setiap 24 jam sehari sampai penderita mampu minum obat oral.
Bila penderita sudah dapat minum obat → DHP atau ACT lainnya (3 hari) + primakuin
(sesuai jenis plasmodiumnya).

Kementerian Kesehatan RI. Buku saku penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia. Jakarta: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI; 2020
Evaluasi pengobatan
Rawat Jalan
Evaluasi pengobatan dilakukan pada hari ke 3, 7, 14, 21 dan 28 dengan pemeriksaan klinis
dan sediaan darah secara mikroskopis.

Rawat Inap
Evaluasi pengobatan dilakukan setiap hari dengan pemeriksaan klinis dan darah malaria
secara kuantitatif hingga klinis membaik dan hasil mikroskopis negatif. Evaluasi
pengobatan dilanjutkan pada hari ke 3, 7, 14, 21 dan 28 dengan pemeriksaan klinis dan
sediaan darah secara mikroskopis

Kementerian Kesehatan RI. Buku saku penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia. Jakarta: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI; 2020

Pedoman Tatalaksana Malaria. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013


Kriteria Keberhasilan Pengobatan
Sembuh → Penderita dikatakan sembuh apabila : gejala klinis (demam) hilang dan parasit
aseksual tidak ditemukan pada hari ke-4 pengobatan sampai dengan hari ke-28.

Gagal pengobatan dini/Early treatment failure


1. Menjadi malaria berat pada hari ke-1 sampai hari ke-3 dengan parasitemia
2. Hitung parasit pada hari ke-2 > hari ke-0
3. Hitung parasit pada hari ke-3 > 25% hari ke-0
4. Ditemukan parasit aseksual dalam hari ke-3 disertai demam

Gagal Pengobatan kasep/Late treatment failure


1. Gagal Kasep Pengobatan Klinis dan Parasitologis
a. Menjadi malaria berat pada hari ke-4 sampai ke-28 dan parasitemia
b. Ditemukan kembali parasit aseksual antara hari ke-4 sampai hari ke-28 disertai demam
2. Gagal kasep Parasitologis
Ditemukan kembali parasit aseksual dalam hari ke-7, 14, 21 dan 28 tanpa demam.

Pedoman Tatalaksana Malaria. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013


BAB III
DISKUSI
DISKUSI
Anamnesis
Kasus Teori

Pada anamnesis di dapatkan pasien


Pada malaria demam merupakan
datang dengan keluhan demam yang
gejala utama. Pada permulaan sakit,
dialami 3 minggu SMRS, demam hilang
dapat dijumpai demam yang tidak
timbul terkadang demam muncul pagi
teratur. Sifat demam akut
hari sore hilang atau demam hilang 1-2
(paroksismal) yang didahului oleh
hari baru muncul kembali, keluhan
stadium dingin (menggigil) diikuti
disertai menggigil dan berkeringat yang
demam tinggi kemudian berkeringat
terjadi saat demam hilang, keluhan
banyak. Periodisitas gejala demam
lainnya nyeri punggung, mual muntah
tergantung jenis malaria. Selain gejala
saat makan, sakit kepala, napsu makan
klasik diatas, dapat ditemukan gejala
menurun
lain seperti nyeri kepala, mual, muntah,
diare, pegal-pegal, dan nyeri otot

Kementerian Kesehatan RI. Buku saku penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia. Jakarta: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI; 2020
DISKUSI
Pemeriksaan fisik
Kasus Teori

Pada pemeriksaan fisik didapatkan


pemeriksaan fisik pada malaria yaitu
tekanan darah 100/70, nadi 98 x/menit,
suhu tubuh aksiler > 37,5 °C,
respirasi 24x/m, suhu axila 37,7 oC,
konjungtiva atau telapak tangan pucat,
saturasi oksigen 98%, conjungtiva
sklera ikterik, pembesaran Limpa
anemis, akral dingin, kulit pucat
(splenomegali), pembesaran hati
(hepatomegali).

Kementerian Kesehatan RI. Buku saku penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia. Jakarta: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI; 2020
DISKUSI
Pemeriksaan penunjang
Kasus Teori

Pada pemeriksaan Laboratorium


Diagnosis pasti malaria harus
ditemukan adanya penurunan
ditegakkan dengan pemeriksaan
hemoglobin yaitu 6,3 g/dl, eritrosit 2,29
sediaan darah secara mikroskopis atau
x 106/L, dan hematokrit 20,5 %.
uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic
Sedangkan pada pemeriksaan RDT:
Test=RDT).
positif Pf
pada malaria berat dapat di temukan
anemia berat pada anak < 12 tahun :
Hb <5 g/dl , Hematokrit <15% pada
endemis tinggi dan ; Hb <7g/dl,
Hematokrit <21% untuk endemis
sedang-rendah ; pada dewasa
Hb<7g/dl atau hematokrit <21%.

Kementerian Kesehatan RI. Buku saku penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia. Jakarta: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI; 2020

Pedoman Tatalaksana Malaria. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013


DISKUSI
Tatalaksana
Kasus Teori

Tatalaksana pasien ini adalah


Artesunat intravena merupakan pilihan
kebutuhan cairan 1656 cc/24 jam,
utama pada malaria berat. Artesunat
Infus RL 22 tpm, Transfusi PRC 2 kolf,
diberikan dengan dosis artesunat 3
Artesunat 3 x 70 mg/iv
mg/kgbb untuk anak BB ≤ 20 kg, Anak
dengan BB > 20 kg menggunakan dosis
2,4 mg/kgBB. sebanyak 3 kali jam ke 0,
12, 24 di hari pertama. Selanjutnya
diberikan 2,4 mg/kgbb intravena setiap
24 jam sehari sampai penderita
mampu minum obat oral

Kementerian Kesehatan RI. Buku saku penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia. Jakarta: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI; 2020
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai