TUKANG BECAK
Oleh :
JEMSLY MAJU JOEL SIMANJUNTAK
NIM : 130100064
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
IDENTIFIKASI SPESIES DERMATOFITA PADA HELM
TUKANG BECAK
SKRIPSI
Oleh :
JEMSLY MAJU JOEL SIMANJUNTAK
NIM : 130100064
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
i
ii
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh
karena kasih-Nya telah memampukan penulis untuk menyelesaikan penelitian
skripsi dengan judul “Identifikasi Dermatofita pada Helm Tukang Becak”.
Laporan hasil penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam
menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini penulis banyak menemukan
kesulitan. Namun, berkat bantuan dari banyak pihak penulis dapat menyelesaikan
penelitian karya tulis ilmiah. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
dan penghargaan setingi-tinginya kepada:
1. 1.Dr. dr. Aldy S Rambe Sp.S (K) selaku dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp. PD, Sp.JP (K), selaku komisi etik penelitian
bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara yang telah
memberikan izin penelitian
3. Dr. dr. Imam Budi Putra, MHA, Sp.KK dan Dr. dr. Dina Keumala Sari, MG,
Sp.GK selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan tenaga, pikiran, dan
waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan-masukan dalam proses
penulisan proposal penelitian karya tulis ilmiah ini.
4. Dr.dr. Fidel G Siregar M.ked (OG) , Sp.OG (K) dan dr. Feby Harahap Sp.PA
selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang
membangun untuk penelitian ini.
5. Ibu Raffidah, S. Si yang membantu penulis melaksanakan penelitian di
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
6. Pemilik tukang becak pemilik helm yang bersedia menjadi partisipan dalam
penelitian ini.
7. Kedua orang tua penulis yakni, H.Simanjuntak dan E.Siahaan dan juga
saudara, Pretty, Yanty, Desy, Wansry dan Arby yang telah mendoakan,
v
Jemsly M J Simanjuntak
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... i
ABSTRAK.............................................................................................. ii
ABSTRACT............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iv
DAFTAR ISI .......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ix
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR LAMPIRAN
Judul Halaman
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup .............................................................. 40
Lampiran 2 Lembar Penjelasan Menjadi Partisipan penelitian ..................... 41
Lampiran 3 Surat Persetujuan (Informed Consent) ...................................... 42
Lampiran 4 Status Penelitian ....................................................................... 43
Lampiran 5 Surat Ethical Clearence ........................................................... 44
Lampiran 6 Surat Pengantar Penelitian ke Departemen Mikrobiologi
FK USU ................................................................................... 45
Lampiran 7 Surat Selesai Melakukan Penelitian di Laboratorium
Mikrobiologi FK USU ............................................................. 46
Lampiran 8 Gambar Pengambilan Sampel Penelitian (helm) ....................... 47
Lampiran 9 Gambar Saat Melakukan Penelitian di Laboratorium FK USU . 48
Lampiran 10 Gambar Makroskopis .............................................................. 49
Lampiran 11 Gambar Mikroskopis ............................................................... 50
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Indonesia pada tahun 2009-2011 bervariasi yaitu antara 29,4-75%, RS dr. Pirngadi
Medan didapatkan sebesar 43,5%, RS dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta sebesar
39,3%, dan RS dr. Hasan Sadikin Bandung sebesar 64,9%.6
Pada penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Divisi Mikologi Unit Rawat
Jalan Poli Kulit Kelamin RSU Dr. Soetomo Surabaya Periode 2006-2007, spesies
terbanyak penyebab dermatofitosis adalah M. audiouinii (14,6%), T. Rubrum
(12,2%), serta T. mentagrophytes (7,3%). Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat
bahwa penyebab dermatofitosis terbanyak adalah Trichophyton sp. 7
Dermatofitosis dibagi atas beberapa bentuk. Pembagian yang lebih praktis dan
dianut oleh para spesialis kulit ialah yang berdasarkan lokasi, yaitu tinea kapitis, tinea
barbe, tinea kruris, tinea pedis et manum, tinea unguium, dan tinea korporis.8
Tinea kapitis merupakan salah satu mikosis superfisialis yang disebabkan
oleh spesies dermatofita.Tinea kapitis menyerang kulit dan rambut kepala.
Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik,kemerah-merahan,alopesia dan
kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat,yang disebut kerion. 4
Tinea kapitis merupakan salah satu infeksi yang sering terjadi pada anak anak
3-14 tahun.Pada penelitian di Surabaya,kasus tinea kapitis tahun 2001-2006 di RS
Dr.Soetomo didapatkan pasien terbanyak tinea kapitis pada anak anak <14 tahun
10
yaitu 93,3 % ( Laki laki 54,5% dan perempuan 37,5%). Namun penelitian lain
di India , kasus penderita tinea kapitis juga terjadi pada orang dewasa, dengan
didapatkannya 4,9% dari total kasus tinea kapitis11. Hal ini menunjukkan bahwa
pada orang dewasa,tinea kapitis juga bisa terjadi.
Seseorang dapat tertular jamur dermatofita melalui kontak langsung dengan
manusia dan hewan yang terinfeksi atau membawa jamur patogen, maupun secara
tidak langsung melalui tanaman, kayu yang di hinggapi jamur, barang-barang atau
pakaian, debu, atau air.9
Di samping cara penularan tersebut, untuk timbulnya kelainan-kelainan di
kulit tergantung dari beberapa faktor: Faktor virulensi dari dermatofita, Faktor
trauma, Faktor suhu dan kelembapan, keadaan sosial serta kurangnya kebersihan,
dan juga faktor umur dan jenis kelamin. Selain faktor di atas masih ada faktor
3
faktor lain seperti faktor perlindungan tubuh (topi,sepatu dan sebagainya) juga
dapat mempermudah penyakit infeksi jamur ini. 9
Pada penelitian tentang tinea kapitis yang dilakukan di Iraq , didapatkan 30
(25%) dari 120 kasus tinea kapitis pada pasien yang menggunakan pelindung
kepala yaitu sering tukar ganti topi dan 86 (71,7%) karena riwayat tidur
bersama.12
Pada penelitian kali ini, peneliti akan mencoba mengidentifikasi spesies
dermatofita pada helm tukang becak (sebagai faktor resiko pertumbuhan dan
infeksi) dermatofita.
2.1. Dermatomikosis
Dermatomikosis mempunyai arti umum, yaitu semua penyakit jamur yang
menyerang kulit.4 Faktor-faktor yang memegang peranan untuk terjadinya
dermatomikosis adalah iklim yang panas, higiene yang kurang, adanya sumber
penularan disekitarnya, penggunaan antibiotik, steroid dan sitostatika yang
meningkat, adanya penyakit kronis dan penyakit sistemik lainnya.13
5
6
2.3. Dermatofitosis
2.3.1. Defenisi
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk,
misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan
jamur golongan dermatofita.4
2.3.2. Etiologi
Dermatofita termasuk kelas fungi imperfecti, yang terbagi dalam tiga genus,
yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Selain sifat keratofilik
masih banyak sifat yang sama di antara dermatofita, misalnya sifat faali,
taksonomis, antigenik, kebutuhan zat makanan untuk pertumbuhannya, dan
penyebab penyakit. Hingga kini dikenal sekitar 41 spesies dermatofita, masing
masing 2 spesies Epidermophyton, 17 spesies Microsporum, dan 21 spesies
Trichophyton.4
1. Epidermophyton
Genus Epidermophyton memiliki karakteristik berdinding halus, memproduksi
2-4 sel makrokonidia. Tidak menghasilkan mikrokonidia. 15,16,17
a. Epidermophyton floccosum
Epidermophyton floccosum memiliki gambaran makroskopis berbentuk
seperti bulu dengan warna kuning kehijauan pada permukaan dan kuning
kecoklatan pada bagian dasar sedangkan gambaran mikroskopis tidak ada
dijumpai mikrokonidia tetapi dijumpai banyak makrokonidia berbentuk
gada. Berdinding tipis dan halus.15,16,17
7
2. Microsporum
Genus Microsporum memproduksi banyak makrokonidia yang mempunyai
karakteristik multisepta, berdinding tebal, dinding sel echinulate atau
verrucose yang tebal dengan ukuran 7-20 x 30-160 µm dan sedikit atau tidak
ada mikrokonidia yang berbentuk seperti tetesan air atau elips, terikat
langsung ke sisi hipa dengan ukuran 2.5-3.5 x 4-7 μm.15,16,17
a. Microsporum audouinii
Makroskopis : Bentuk koloni datar dan berwarna putih keabuan pada
permukaan dan kecoklatan pada bagian dasar.
Mikroskopis : Dapat dijumpai terminal klamidokonidia dan hifa berbentuk
sepertisisir.15,16,17
b. Microsporum canis
Makroskopis: Bentuk koloni datar berwarna putih kekuningan, dengan
alur-alurradial yang rapat. Pada bagian dasar berwarna kekuningan
Mikroskopis: Terdapat beberapa mikrokonidia dan banyak makrokonidia
berdinding tebal dan bergerigi dengan knob pada ujungnya. 15,16,17
c. Microsporum gypseum
Makroskopis: Koloni berbentuk granuler dengan pigmen coklat
kekuningan.
Mikroskopis: Ditemukan beberapa mikrokonidia dan sejumlah
makrokonidia berdinding tipis tanpa knob. 15,16,17
2. Trichophyton
Genus Trichophyton memproduksi banyak mikrokonidia dengan karakteristik
berbentuk piriform sampai clavate dengan ukuran 2-3 x 2-4mm dan sedikit
atau tidak ada makrokonidia yang memiliki karakteristik berdinding tipis dan
halus, berbentuk clavate sampai fusiform dengan ukuran 4-8 x 8-50 mm in
size.15,16,17
a. Trichophyton mentagrophytes
Makroskopis: Koloni berwarna putih krem dengan permukaan seperti
gundukan.Dasar tidak berwarna hingga coklat.
Mikroskopis: Dijumpai banyak mikrokonidia bulat yang bergerombol,
jarangyang berbentuk cerutu, terkadang dijumpai hifa spiral.15,16,17
b. Trichophyton rubrum
Makroskopis: Koloni berwarna putih bertumpuk di tengah dan maroon
pada tepinya, berwarna maroon pada bagian dasar.
Mikroskopis: Beberapa mikrokonida berbentuk seperti tetesan air, dan
makrokonidia berbentuk pensil jarang di jumpai. 15,16,17
10
c. Trichophyton schoenleinii
Makroskopis: Koloni berupa tumpukan tidak beraturan dengan warnaputih
kekuningan hingga coklat.
Mikroskopis: Dijumpai hifa dengan knob berbentuk tanduk rusa, dan
dijumpai banyak klamidokonidia.15,16,17
d. Trichophyton tonsurans
Makroskopis: bentuk dan warna koloni bervariasi. Dapat berbentuk
sepertitepung sampai beludru. Dapat berwarna putih, krem, kuning,coklat
ataumaroon. Warna dasar biasanya merah.
Mikroskopis: Banyak mikrokonidia beraneka bentuk dan
kadangmakrokonidia berbentuk cerutu.15,16,17
11
e. Trichophyton verrucosum
Makroskopis: Koloni kecil dan bertumpuk, kadang datar, warna
putihhingga abu kekuningan.
Mikroskopis: Rantai klamikonidia pada SDA. Makrokonidia yang panjang
dan tipis seperti “ekor tikus”.15,16,17
f. Trichophyton violaceum
Makroskopis: Seperti lilin dan bertumpuk, warna merah violet.
Denganwarna dasar violet.
Mikroskopis: hifa irreguler dengan klamikonidia di antaranya. Pada
SDAtidak ada mikro atau makrokonidia.15,16,17
12
2. Tinea manum
Tinea manum adalah dermatofitosis pada tangan. Semua bentuk yang dilihat
dikaki dapat terjadi pula pada tangan.4Mikroorganisme penyebab tersering
adalah Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton
tosurans, Epidermophyton floccosum .15
3. Tinea unguium(dermatophytic onychomycosis, ringworm of the nail)
Tinea unguium adalah kelainan kuku yang sering disebabkan oleh jamur
Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes dan Epidermophyton
floccosum.18 Gejala klinis dari penyakit ini adalah adanya lesi mengenai satu
kuku atau lebih pada jari tangan atau kaki. Permukaan kuku tidak rata,
berwarna kekuningan, tebal dan rapuh.Kelainan dimulai dari bagian distal.
Penyembuhan memerlukan waktu yang lama . 4
4. Tinea kruris (eczema marginatum, dhobie itch, jockey itch, ringworm ofthe groin)
Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perinium, dan
sekitar anus.Penyebab yang terbanyak adalah Epidermophyton floccosum
Trichophyton mentagrophytes, dan Trichophyton rubrum.18
Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genito-krural saja, atau meluas ke daerah
sekitar atau bagian tubuh yang lain. Peradangan pada tepi lebih nyata daripada
daerah tengahnya. Bila penyakit ini menjadi menahun, dapat berupa bercak
hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasanya akibat
garukan.4
5. Tinea korporis (tinea sirsinata, tinea glabrosa,Scherende Flechte,
kurap,herpes sircine trichophytique)
Tinea korporis merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut
(glabrous skin ) yang sering disebabkan oleh Microsporum spp dan
Trichophyton spp.18Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat
atau lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang
dengan vesikel dan papul di tepi. Lesi-lesi pada umumnya merupakan bercak-
bercak terpisah satu dengan yang lain. Kelainan kulit dapat pula terlihat
sebagai lesi-lesi dengan pinggir yang polisiklik, karena beberapa lesi kulit
yang menjadi satu.4
14
2.4. Nondermatofitosis
2.4.1. Defenisi
Nondermatofitosis adalah mikosis superfisial yang disebabkan jamur yang
tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit, biasanya
menyerang kulit yang paling luar.19
2.4.2. Etiologi
1. Malasasezia furfur
Makroskopis: Koloni berwarna krem-kekuningan, halus atau kasar, bekilau
atau kusam
Mikroskopis: Ditemukan fragmen hifa bercabang dengan berbagai ukuran.17
2. Piedra hortai
Makroskopis: Koloni berwarna coklat atau hitam dengan bagian tengah yang
lebih tinggi dan datar pada bagian tepi. Dengan tekstur lembut.
Mikroskopis: Ditemukan hifa bersepta dan bercabang dengan dinding
tebal,bersamaan dengan sejumlah pembesaran sel seperti klamidokonia
diantara sel.17
16
3. Clasdoporium werneckii
Makroskopis: Koloni awalnya basah, berlumpur, seperti ragi, dan berwarna
hitam kemudian menjadi olive-black dan ditutupi oleh miselium
hitamkeabuan.
Mikroskopis: Koloni muda menunjukan spora yang bervariasi dari
warna,berbentuk oval atau elips, satu atau dua sel spora bersepta. 17
4. Trichosporon beigelii
Makroskopis: Koloni tumbuh dengan cepat, seperti ragi, dan berwarna kuning
pucat. Semakin lama permukaan menjadi keriput, bagian tengah
menumpuk,dan warna menjadi kuning gelap.
17
2.5.2. Penicillium
Penicillium adalah salah satu jamur yang dapat dijumpai di beragam habitat
seperti tanah, udara, lingkungan dalam ruangan dan berbagai produk makanan.
Penicillium marneffei adalah satu-satunya spesies dari genus Penicillium yang dapat
menginfeksi manusia, dan sering menjadi infeksi penyerta pada pasien HIV.21
19
2. Bentuk hifa
Bentuk hifa ini dapat dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu:
a. Menurut fungsinya hifa dibagi menjadi hifa vegetatif yaitu hifa yang
berfungsi untuk perkembangan dan mengambil makanan dan hifa
reproduktif yaitu hifa dikhususkan untuk membentuk atau memperbanyak
diri dengan spora.14
b. Menurut jenisnya hifa bibagi menjadi hifa berseptum dan hifa tidak
berseptum (sunositik).14
3. Bentuk spora
Bentuk spora dapat dibagi menjadi:
a. Spora seksual yaitu spora yang dibentuk dalam suatu organ khusus yang
sebelumnya terjadi penggabungan dari dua hifa. 14
b. Spora aseksual yaitu spora yang langsung dibentuk oleh hifa tanpa melalui
penggabungan dari hifa-hifa reproduktif.14
Faktor Resiko
Diagnosa
- Kultur Jamur
Dermatofitosis
23
24
KOH
Helm Tukang Spesies
Becak Dermatofita
KULTUR
4.3.2. Sampel
Sampel adalah helm pada tukang becak ,Medan yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi dan eksklusi sampel penelitian ini adalah:
1. Kriteria Inklusi
a. Helm tukang becak yang berlokasi di salah satu pangkalan becak di kota
Medan.
25
26
n = Besar sampel
Zα = Tingkat kemaknaan, skor Z untuk α= 0,05 (tingkat kepercayaan 95%) dari
table Zα adalah 1,96
P = Proporsi/ persentase kepositifan Candida = 60 %
Q = (1-P) 40%
d = Tingkat kesalahan yang dikehendaki
Karena keterbatasan di laboratorium Mikrobiologi FK USU, jadi, jumlah
sampel hanya berjumlah 30 sampel
30
31
Dari Tabel 5.1 diketahui bahwa dari 30 helm yang digunakan proporsi lama
penggunaan helm terbesar adalah 2 Tahun (43,3%) dan yang terkecil yaitu ½
tahun (3,3%)
Dari Tabel 5.2 diketahui bahwa dari 30 helm tukang becak yang diambil untuk
penelitian, yang paling banyak adalah helm yang tidak pernah dibersihkan
sebanyak yaitu 25 helm (83,3 %) sedangkan jumlah helm yang dibersihkan
sebanyak 5 helm (16,7%). Dan tidak ada jadwal yang tetap dalam hal
membersihkan helm pada tukang becak.
32
Dari Tabel 5.3 diketahui bahwa dari 5 (100%) helm yang pernah dibersihkan
tukang becak membersihkannya dengan cara dibersihkan dengan kain lap.
Dari Tabel 5.4 Dapat diketahui bahwa dari pemeriksaan langsung KOH
didapatkan 30 (100%) helm positif (+) spora dan positif (+) hifa.
Dari Tabel 5.5 didapatkan hasil bahwa, spesies jamur yang teridentifikasi pada
helm tukang becak didapatkan jamur dermatofita yang paling banyak yaitu
T.mentagrophytes sebanyak 7 sampel (23,3%), kemudian ditemukan spesies
dermatofita yang lain yaitu T.scholenii yaitu sebanyak 2 sampel (6,7%),
T.violaceum yaitu sebanyak 2 sampel (6,7%), M.audonii yaitu sebanyak 4 sampel
(13,3%), M.gyepsum yaitu sebanyak 1 sampel (3,3%) , selain itu ditemukan juga
jamur golongan lain (bukan dermatofita) yaitu Penicillium spp yaitu sebanyak 2
sampel (6,7%), Cladosporidium spp yaitu sebanyak 5 sampel ( 16,7%),
Aspergillus spp yaitu sebanyak 6 sampel (20%), mucor spp yaitu sebanyak 1
sampel (3,3%).
Dari tabel 5.6. dapat diketahui bahwa hasil kultur positif dermatofita
terbanyak terdapat pada helm dengan lama penggunaan 2 tahun yaitu sebanyak 7
helm (23.3%) dan yang terkecil pada helm penggunaan ½ tahun yaitu 1 helm
(3.3%).
Dari tabel 5.7 didapatkan 25 helm tidak pernah dibersihkan dan 5 helm
dibersihkan. Dari hasil kultur 5 helm yang pernah dibersihkan didapatkan 4
(13,3%) helm positif (+) spesies dermatofita dan 1 (3,3%) positif (+) jamur lain,
Sedangkan dari 25 helm yang tidak pernah dibersihkan didapatkan 12 (40%) helm
positif dermatofita dan 13 (43,3%) helm positif (+) jamur lain.
5.2. Pembahasan
Dari hasil penelitian ini didapatkan 30 sampel helm dari masing masing orang
yang berbeda. Dari 30 sampel tersebut didapatkan 13 helm (43,3%) telah
digunakan selama 2 tahun, 4 helm (13,3)% selama 1 tahun, 4 helm (13,3)%
selama 3 tahun, 3 helm (10%) selama 8 tahun, 2 helm (6,7%) selama 4 tahun, 2
helm (6,7%) selama 5 tahun, 1 helm (3,3%) selama ½ tahun dan 1 helm (3,3%)
selama 7 tahun. Dari 30 sampe helm yang digunakan pada penelitian ini diketahui
juga 25 helm (83,3%) tidak pernah dibersihkan dan sisanya yaitu hanya 5 (6,7%)
helm yang pernah dibersihkan.
Penularan dermatofitosis (penyakit yang disebabkan dermatofita) dapat
terjadi melalui peralatan yang dipakai bersama maupun dari sumber lain seperti
fasilitas umum dan fasilitas olahraga. 8Pada sebuah penelitian di Jakarta Selatan
mendapatkan bahwa dermatofitosis memiliki hubungan dengan demografi, gaya
hidup dan prilaku seorang pasien.3
Dari hasil pewarnaan KOH didapatkan 30 (100%) sediaan kerokan helm
teridentifikasi positif (+) spora dan hifa, dan dari hasil pemeriksaan kultur dengan
Media Saboraud Dextrose Agar (SDA) didapatkan Dermatofita sebesar 16
(53,3%) dan 14 (46,7%) jamur dari golongan lain.
Dari 16 dermatofita yang teridentifikasi pada kultur di Media Saboraud
Dextrose Agar (SDA), didapatkan 5 spesies dermatofita yaitu T.Mentagrophytes
sebanyak 7 (23,3)%, T.violaceum sebanyak 2 (6,7%), T.schlenii sebanyak 2
(6,7%), M.audonii sebanyak 4 (13,3%), dan M.gyepsum sebanyak 1(3,3%).
Kemudian 14 jamur yang bukan dermatofita lainnya terdiri dari Penicillium spp
sebanyak 2 (6,7%), Cladosporidium spp sebanyak 5 (16,7%), Aspergillus spp
sebanyak 6 (20%), dan Mucor Spp sebanyak 1 (3,3%).
36
Dalam teori semua jenis jamur dermatofita dapat menyebabkan tinea kapitis
yaitu jamur dermatofita baik dari genus Trichophyton, Microsporum, dan
Epidermophyton yang mennginfeksi kulit superfisialis kepala manusia kecuali
Spesies Trichophyton concentricum.22
Trichophyton rubrum dilaporkan merupakan jenis dermatofita yang paling
sering menyebabkan gejala klinis di India diikuti Trichophyton mentagrophytes,
sedangkan Trichophyton violaceum adalah spesies yang paling sering
menyebabkan tinea kapitis diikuti Trichophyton rubrum, Trichophyton tonsurans,
dan Trichophyton schoenleinii.22
Dari hasil penelitian ini ditemukan spesies dermatofita pada helm tukang
becak sebanyak 16 (53,3%) dari total 30 sampel. Dimana spesies terbanyak
berasal dari genus Trichophyton yaitu Trichophyton Mentagrophytes yang
merupakan salah satu spesies yang bisa menginfeksi kepala manusia ,sedangkan
spesies lain yang teridentifikasi yaitu T.violaceum , T.schlenii, M.audonii , dan
M.gyepsum. Tidak ada jadwal yang teratur pada tukang becak dalam hal
membersihkan helmnya.
Dari penelitian didapatkan hasil bahwa beberapa spesies dermatofita dapat
tumbuh pada helm yang digunakan tukang becak.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian indentifikasi dermatofita pada helm tukang becak
didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Spesies dermatofita yang ditemukan pada helm tukang becak adalah
Trichopyton mentagrophytes 7(23,3%), Trichophyton scholenii 2
(6,7%),Trichophyton violaceum 2 (6,7%), Microsporum audonii 4 (13,3%),
Micriosporum gyepsum 1 (3,3%).
2. Helm tukang becak dapat merupakan tempat pertumbuhan jamur spesies
dermatofita.
6.2. Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti ingin memberikan saran kepada :
Tukang becak
Bagi tukang becak disarankan untuk selalu menjaga kebersihan helm supaya
tidak menjadi tempat pertumbuhan jamur spesies dermatofita.
37
38
DAFTAR PUSTAKA
3. Riani, Eva, 2014. Hubungan antara Karakteristik Demografi, Gaya Hidup dan
Perilaku Pasien Puskesmas di Jakarta Selatan dengan Dermatofitosis. Ejournal
Kedokteran Indonesia. pp. 353-357.
8. Nenoff, P., Krüger, C., Ginter-Hanselmayer, G., & Tietz, H.J., 2014.
Mycology - an update. Part 1: Dermatomycoses: causative agents,
epidemiology and pathogenesis. J Dtsch Dermatol Ges. pp. 188-209.
10. SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Unair / RSU Dr. Soetomo. Atlas
Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya : Airlangga University Press. 2007.
12. Ardestani MS, Shokravi FA, Rakhshani F, Shirvani ZG. Effective health
education program on reduction of tinea capitis; a quasi-experimental study on
primary school-age children. Iranian J of Clin Infect Dis 2010; 5(4):213-7
39
15. Wolff, Klaus, Goldsmith, Lowell A., Katz, Stephen I., Gilchrest, Barbara A.,
Paller, Amy S., & Leffell, David J., 2008. Fitzpatrick‟s Dermatology in
General Medicine.7th ed. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.
16. Winn, Washington C. et al, 2006. Koneman‟s Color Atlas and Textbook of
Diagnostic Microbiology. 6th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins
17. Frey, D., Oldfield, & R.J., Bridger, R.C., 1985. A Colour Atlas of Phatogenic
Fungi. Holland: Smeets-Weert.
18. Havlickova, B., Czaika, Viktor A., & Friedrich, M., 2008. Epidemiological
Trends in Skin Mycoses Worldwide. Blackwell Publishing Ltd. pp.2-15.
19. Rudramurthy, S.M., Honnavar, P., Dogra S., Yegneswaran P.P., Handa, S, &
Chakrabarti, A., 2014. Association of Malassezia species with dandruff.
Indian J Med Res. pp. 431-437.
21. Cao, C. et al, 2011. Common Reservoirs for Penicillium marneffei Infection in
Humans and Rodents, China. Emerging Infectious Deseases.
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan :
1. Sekolah Dasar Negeri 174581 Sipahutar (2001-
2007)
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sipahutar
(2007-2010)
3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sipahutar (2010-
2013)
4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
(2013-sekarang)
41
Lampiran 2
Jemsly M J Simanjuntak
42
Lampiran 3
SURAT PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)
Pemilik helm
(.....................................)
43
Lampiran 4
STATUS PENELITIAN
NO
I.Identitas Partisipan
-Jenis Kelamin :
2.identitas Sampel
*Ya :
*Tidak
3. Hasil Kultur :
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11