Fisiologi Tulang
Fisiologi Tulang
KALSIUM
Stabil
27200 mmol
Penyerapan
15 mmol
Saluran
Reabsorbsi
7,5 mmol
Penambahan
7,5 mmol
cerna
Sekresi
12,5 mmol
feses
22,5 mmol
Reabsorbsi
7,5 mmol
Filtrate golemulus
250 mmol
Urine
2,5 mmol
1. TULANG
Sistem skelet (tulang) dibentuk oleh sebuah matriks dari serabut-
serabut dan protein yang diperkeras dengan kalsium, magnesium
fosfat, dan karbonat. Bahan bahan tersebut berasal dari embrio
hyalin tulang rawan melalui osteogenesis kemudian menjadi
tulang, proses ini oleh sel-sel yang disebut osteoblast. Terdapat 206
tulang di tubuh yang diklasifikasikan menurut panjang, pendek,
datar, dan tak beraturan, sesuai dengan bentuknya. Permukaan
tulang bagian luar yang keras disebut Periosteum, terbentuk dari
jaringan pengikat fibrosa. Kualitas kerasnya tulang merupakan
hasil deposit kalsium. Periosteum mengandung pembuluh darah
yang memberikan suplai oksigen dan nutrisi ke sel tulang. Rongga
tulang bagian dalam diisi dengan sumsum kuning dan sumsum
merah. Sumsum tulang merah adalah tempat hematopolesis yang
memproduksi sel darah putih dan merah (RBCs; WBCs) serta
platelet.
2. OTOT
Otot dibagi kedalam tiga kelompok utama menurut fungsi
kontraksi dan hasil gerakan dari seluruh bagian tubuh.
Pengelompokannya adalah sebagai berikut :
Otot rangka (striated/otot lurik ) terdapat pada sistem skelet
,memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan postur
tubuh dan menghasilkan panas
Otot visceral (otot polos) terdapat pada saluran pencernaan,
saluran perkemihan, pembuluh darah. Otot-otot ini mendapat
rangsangan dari saraf otonom berkontraksi diluar kesadaran
Otot cardiac hanya terdapat pada jantung, berkontraksi diluar
pengendalian
Seperti halnya tulang, Otot juga mempunyai beberapa fungsi,
antara lain :
1. Untuk menggerakkan skelet
2. Untuk menghasilkan panas
3. Untuk mempertahankan sikap badan
4. LIGAMEN (SIMPAY)
Ligamen adalah suatu susunan serabut yang terdiri dari jaringan
ikat keadannya kenyal dan fleksibel. Ligamen mempertemukan
kedua ujung tulang dan mempertahankan stabilitas. Contoh
ligamen medial, lateral colateral dari lutut yang mempertahankan
diolateral dari sendi lutut serta ligamen cruciate anterior dan
posterior didalam kapsul lutut yang mempertahankan posisi
anterior posterior yang stabil. Ligamen pada daerah tertentu
melengket kepada jaringan untuk mempertahankan struktur, contoh
ligamen ovarium yang melalui ujung tuba ke pritoneum.
5. TENDON
Tendon adalah ikatan jaringan fibrosa yang padat yang merupakan
ujung dari otot dan menempel kepada tulang. Tendon merupakan
ekstensi dari selaput fibrosa yang membungkus otot dan
bersambung dengan periosteum. Selaput tendon berbentuk
selubung dari jaringan ikat yang menyelubungi tendon tertentu,
terutama pada pergelangan tangan dan tumit. Selubung ini
bersambung dengan membran synovia yang menjamin pelumasan
sehingga mudah bergerak.
6. FASCIA
Fascia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang
didapatkan langsung di bawah kulit sebagai fascia superficial, atau
sebagai pembungkus tebal jaringan penyambung fibrous yang
membungkus otot, saraf dan pembuluh darah yang demikian
disebut fascia dalam
7. BURSAE
Bursae adalah kantong kecil dari jaringan ikat yang berisi cairan
yang memudahkan gerakan pada suatu sendi. Misalnya terdapat
diantara tulang dan kulit, antara tulang dan tendon atau diantara
otot-otot. Bursae dibatasi oleh membran sinovial dan mengandung
cairan sinovial. Bursae merupakan bantalan diantara bagian-bagian
yang bergerak seperti pada olekranon bursae, terletak antara
prosesus olekranon dan kulit Bursa dapat terganggu oleh radang
yang disebut bursitis.
8. PERSENDIAN
Persambungan, sendi atau artikulasio adalah istilah yang
digunakan untuk menunjuk pertemuan antara dua atau beberapa
tulang dari kerangka.
Klasifikasi Persendian :
1. Berdasarkan Fungsinya dibagi menjadi :
a. Sendi Fibrus atau Sinartrosis (sendi yang tidak bergerak). Tulang
yang dihubungkan dengan jaringan fibrosa atau tulang rawan
(cartilago), seperti pada tulang tengkorak yang tidak dapat
melakukan pergerakan.
b. Sendi Sinovial atau Diartrosis (sendi yang bergerak) adalah
persendian yang dapat bergerak lebih leluasa, seperti sendi
panggul, lutut, bahu, siku. Bagian akhir yang berdekatan
dibungkus oleh hyalin cartilago dan dikelilingi oleh fibrous
kapsula sendi yang dibatasi oleh membran synovial yang
mensekresi cairan synovial untuk melumas sendi. Ligamen, tendon
dan otot berperan dalam stabilitas sendi.
Bentuk-bentuk pergerakan sendi antara lain, adalah :
• CATATAN :
• Jika gerakan melebihi posisi nol, dikatakan ada Hiperekstensi
Pada tangan atau kaki, garis tengah adalah garis yang berturut-
turut ditarik melalui jari tengah tangan atau kaki•
Histologi tulang
Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh
matrix kolagen ekstraselular (type I collagen) yang disebut sebagai
osteoid. Osteoid ini termineralisasi oleh deposit kalsium
hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat.
STRUKTUR MAKROSKOPIK
PERIOSTEUM
ENDOSTEUM
Endosteum merupakan lapisan sel-sel berbentuk gepeng yang
membatasi rongga sumsum tulang dan melanjutkan diri ke seluruh
rongga-rongga dalam jaringan tulang termasuk Canalis Haversi
dan Canalis Volkmanni. Sebenarnya endosteum berasal dari
jaringan sumsum tulang yang berubah potensinya menjadi
osteogenik.
Osteoblas
Sel ini bertanggung jawab atas pembentukan matriks tulang, oleh
karena itu banyak ditemukan pada tulang yang sedang tumbuh.
Selnya berbentuk kuboid atau silindris pendek, dengan inti terdapat
pada bagian puncak sel dengan kompleks Golgi di bagian basal.
Sitoplasma tampak basofil karena banyak mengandung
ribonukleoprotein yang menandakan aktif mensintesis protein.
Pada pengamatan dengan M.E tampak jelas bahwa sel-sel tersebut
memang aktif mensintesis protein, karena banyak terlihat RE
dalam sitoplasmanya. Selain itu terlihat pula adanya lisosom.
Osteosit
Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada
sediaan gosok terlihat bahwa bentuk osteosit yang gepeng
mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabang-cabang. Bentuk ini
dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit
bersama tonjolan-tonjolannya dalam canaliculi. Dari pengamatan
dengan M.E dapat diungkapkan bahwa kompleks Golgi tidak jelas,
walaupun masih terlihat adanya aktivitas sintesis protein dalam
sitoplasmanya. Ujung-ujung tonjolan dari osteosit yang berdekatan
saling berhubungan melalui gap junction. Hal-hal ini menunjukkan
bahwa kemungkinan adanya pertukaran ion-ion di antara osteosit
yang berdekatan.
Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai
kemampuan menjadi sel osteoprogenitor yang pada gilirannya
tentu saja dapat berubah menjadi osteosit lagi atau osteoklas.
Osteoklas
Sel Osteoprogenitor
Sel tulang jenis ini bersifat osteogenik, oleh karena itu dinamakan
pula sel osteogenik. Sel-sel tersebut berada pada permukaan
jaringan tulang pada periosteum bagian dalam dan juga endosteum.
Selama pertumbuhan tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan
mnghasilkan sel osteoblas yang kemudian akan akan membentuk
tulang. Sebaliknya pada permukaan dalam dari jaringan tulang
tempat terjadinya pengikisan jaringan tulang, sel-sel osteogenik
menghasilkan osteoklas.
Sel – sel osteogenik selain dapat memberikan osteoblas juga
berdiferensiasi menjadi khondroblas yang selanjutnya menjadi sel
cartilago. Kejadian ini, misalnya, dapat diamati pada proses
penyembuhan patah tulang. Menurut penelitian, diferensiasi ini
dipengaruhi oleh lingkungannya, apabila terdapat pembuluh darah
maka akan berdiferensiasi menjadi osteoblas, dan apabila tidak ada
pembuluh darah akan menjadi khondroblas. Selain itu, terdapat
pula penelitian yang menyatakan bahwa sel osteoprogenitor dapat
berdiferensiasi menjadi sel osteoklas lebih – lebih pada permukaan
dalam dari jaringan tulang.
MATRIKS TULANG
Berdasarkan beratnya, matriks tulang yang merupakan substansi
interseluler terdiri dari ± 70% garam anorganik dan 30% matriks
organic.
95% komponen organic dibentuk dari kolagen, sisanya terdiri dari
substansi dasar proteoglycan dan molekul-molekul non kolagen
yang tampaknya terlibat dalam pengaturan mineralisasi tulang.
Kolagen yang dimiliki oleh tulang adalah kurang lebih setengah
dari total kolagen tubuh, strukturnya pun sama dengan kolagen
pada jaringan pengikat lainnya. Hampir seluruhnya adalah fiber
tipe I. Ruang pada struktur tiga dimensinya yang disebut sebagai
hole zones, merupakan tempat bagi deposit mineral.
Kontribusi substansi dasar proteoglycan pada tulang memiliki
proporsi yang jauh lebih kecil dibandingkan pada kartilago,
terutama terdiri atas chondroitin sulphate dan asam hyaluronic.
Substansi dasar mengontrol kandungan air dalam tulang, dan
kemungkinan terlibat dalam pengaturan pembentukan fiber
kolagen.
Materi organik non kolagen terdiri dari osteocalcin (Osla protein)
yang terlibat dalam pengikatan kalsium selama proses mineralisasi,
osteonectin yang berfungsi sebagai jembatan antara kolagen dan
komponen mineral, sialoprotein (kaya akan asam salisilat) dan
beberapa protein.
Matriks anorganik merupakan bahan mineral yang sebagian besar
terdiri dari kalsium dan fosfat dalam bentuk kristal-kristal
hydroxyapatite. Kristal –kristal tersebut tersusun sepanjang serabut
kolagen. Bahan mineral lain : ion sitrat, karbonat, magnesium,
natrium, dan potassium.
Kekerasan tulang tergantung dari kadar bahan anorganik dalam
matriks, sedangkan dalam kekuatannya tergantung dari bahan-
bahan organik khususnya serabut kolagen.
PERTUMBUHAN TULANG
Osteogenesis Desmalis
Nama lain dari penulangan ini yaitu Osteogenesis
intramembranosa, karena terjadinya dalam membrane jaringan.
Tulang yang terbentuk selanjutnya dinamakan tulang desmal. Yang
mengalami penulangan desmal ini yaitu tulang atap tengkorak.
Mula-mula jaringan mesenkhim mengalami kondensasi menjadi
lembaran jaringan pengikat yang banyak mengandung pembuluh
darah. Sel-sel mesenkhimal saling berhubungan melalui tonjolan-
tonjolannya. Dalam substansi interselulernya terbentuk serabut-
serabut kolagen halus yang terpendam dalam substansi dasar yang
sangat padat.
Tanda-tanda pertama yang dapat dilihat adanya pembentukan
tulang yaitu matriks yang terwarna eosinofil di antara 2 pembuluh
darah yang berdekatan. Oleh karena di daerah yang akan menjadi
atap tengkorak tersebut terdapat anyaman pembuluh darah, maka
matriks yang terbentuk pun akan berupa anyaman. Tempat
perubahan awal tersebut dinamakan Pusat penulangan primer.
Pada proses awal ini, sel-sel mesenkhim berdiferensiasi menjadi
osteoblas yang memulai sintesis dan sekresi osteoid. Osteoid
kemudian bertambah sehingga berbentuk lempeng-lempeng atau
trabekulae yang tebal. Sementara itu berlangsung pula sekresi
molekul-molekul tropokolagen yang akan membentuk kolagen dan
sekresi glikoprotein.
Sesudah berlangsungnya sekresi oleh osteoblas tersebut disusul
oleh proses pengendapan garam kalsium fosfat pada sebagian dari
matriksnya sehingga bersisa sebagai selapis tipis matriks osteoid
sekeliling osteoblas.
Dengan menebalnya trabekula, beberapa osteoblas akan terbenam
dalam matriks yang mengapur sehingga sel tersebut dinamakan
osteosit. Antara sel-sel tersebut masih terdapat hubungan melalui
tonjolannya yang sekarang terperangkap dalam kanalikuli.
Osteoblas yang telah berubah menjadi osteosit akan diganti
kedudukannya oleh sel-sel jaringan pengikat di sekitarnya. Dengan
berlanjutnya perubahan osteoblas menjadi osteosit maka trabekulae
makin menebal, sehingga jaringan pengikat yang memisahkan
makin menipis. Pada bagian yang nantinya akan menjadi tulang
padat, rongga yang memisahkan trabekulae sangat sempit,
sebaliknya pada bagian yang nantinya akan menjadi tulang
berongga, jaingan pengikat yang masih ada akan berubah menjadi
sumsum tulang yang akan menghasilkan sel-sel darah. Sementara
itu, sel-sel osteoprogenitor pada permukaan Pusat penulangan
mengalami mitosis untuk memproduksi osteoblas lebih lanjut
Osteogenesis Enchondralis
Awal dari penulangan enkhondralis ditandai oleh pembesaran
khondrosit di tengah-tengah diaphysis yang dinamakan sebagai
pusat penulangan primer. Sel – sel khondrosit di daerah pusat
penulangan primer mengalami hypertrophy, sehingga matriks
kartilago akan terdesak mejadi sekat – sekat tipis. Dalam
sitoplasma khondrosit terdapat penimbunan glikogen. Pada saat ini
matriks kartilago siap menerima pengendapan garam – garam
kalsium yang pada gilirannya akan membawa kemunduran sel –
sel kartilago yang terperangkap karena terganggu nutrisinya.
Kemunduran sel – sel tersebut akan berakhir dengan kematian.,
sehingga rongga – rongga yang saling berhubungan sebagai sisa –
sisa lacuna. Proses kerusakan ini akan mengurangi kekuatan
kerangka kalau tidak diperkuat oleh pembentukan tulang
disekelilingnya. Pada saat yang bersamaan, perikhondrium di
sekeliling pusat penulangan memiliki potensi osteogenik sehingga
di bawahnya terbentuk tulang. Pada hakekatnya pembentukan
tulang ini melalui penulangan desmal karena jaringan pengikat
berubah menjadi tulang. Tulang yang terbentuk merupakan pipa
yang mengelilingi pusat penulangan yang masih berongga –
rongga sehingga bertindeak sebagai penopang agar model bentuk
kerangka tidak terganggu. Lapisan tipis tulang tersebut dinamakan
pipa periosteal.
Setelah terbentuknya pipa periosteal, masuklah pembuluh –
pembuluh darah dari perikhondrium,yang sekarang dapat
dinamakan periosteum, yang selanjutnya menembus masuk
kedalam pusat penulangan primer yang tinggal matriks kartilago
yang mengalami klasifikasi. Darah membawa sel – sel yang
diletakan pada dinding matriks. Sel – sel tersebut memiliki potensi
hemopoetik dan osteogenik. Sel – sel yang diletakan pada matriks
kartilago akan bertindak sebagai osteoblast. Osteoblas ini akan
mensekresikan matriks osteoid dan melapiskan pada matriks
kartilago yang mengapur. Selanjutnya trabekula yang terbentuk
oleh matriks kartilago yang mengapur dan dilapisi matriks osteoid
akan mengalami pengapuran pula sehingga akhirnya jaringan
osteoid berubah menjadi jaringan tulang yang masih mengandung
matriks kartilago yang mengapur di bagian tengahnya. Pusat
penulangan primer yang terjadi dalam diaphysis akan disusun oleh
pusat penulangan sekunder yang berlangsung di ujung – ujung
model kerangka kartilago.
Sel Tulang
Tulang mengandung bahan organic maupun anorganik. Bahan
organik terutama protein. Protein utama pada tulang tercantum
pada tabel 1. Kolagen tipe 1 merupakan protein utama yang
tersusun dari 90-95% bahan organic. Kolagen tipe V juga terdapat
dalam jumlah kecil sebagaimana halnya anggota potein
nonkolagen yang sebagian diantaranya relative spesifik bagi
tulang. Komponen mineral terutama berupa Kristal hidroksiapatit
(Ca10(PO4)6(OH)2 bersama dengan natrium, magnesium,
karbonat dan fluoride; kurang lebih 99% kalsium tubuh terdapat
pada tulang. Hidroksiapatit memberikan kekuatan dan kelenturan
tulang yang diperlukan untuk memenuhi peranan fisiologiknya.
Matriks Tulang
Pada matriks tulang terdapat materi anorganik dan materi organik.
Materi anorganik. Komponen – komponennya sebagai berikut :
kalsium dan fosfor ( sangat banyak ), bikarbonat, sitrat,
magnesium, kalsium dan natrium. Kalsium dan fosfor diketahui
membentuk kristal hidroksiapatit dengan komposisi
Ca10(PO4)6(OH)2 pada pengkajian difraksi sinar-X. Selain itu
juga terdapat cukup banyak kalsium fosfat amorf (non-kristal).
Kristal hidroksiapatit terletak sepanjang serat kolagen namun
dikelilingi oleh substansi dasar amorf. Ion – ion permukaan Kristal
hidroksiapatit terhidrasi, kemudian lapisan air dan ion- ion
terbentuk disekeliling Kristal3. Lapisan ini adalah hydration shell
yang memudahkan pertukaran ion – ion antara Kristal dan cairan
tubuh.
Materi organik yaitu 95 % kolagen tipe 1 dan substansi dasar yang
terdiri dari cairan ekstraselular dan proteoglikan, khususnya
kondroitin sulfat dan asam hialuronat. Terdapat pula beberapa
glikoprotein spesifik, sialoprotein tulang dan osteokalsin.
Osteokalsin mengandung residu asam gamma-karboksiglutamat,
karena itu biasanya bergabung dengan kalsium dan bertanggung
jawab untuk memudahkan pengapuran matriks.
Setiap serat kolagen dari tulang padat terdiri atas segmen periodik
yang berulang setiap 640 angstrom di sepanjang tulang; dimana di
dekat setiap segmen serat ini ada kristal hidroksiapatit, yang terikat
kuat pada segmen tersebut. Ikatan yang erat ini mencegah
terkupasnya tulang. Jadi, ikatan tersebut mencegah Kristal dan
serat kolagen tergelincir dari tempatnya, yang diperlukan untuk
menjaga kekuatan tulang. Selain itu, segmen serat – serat kolagen
yang berdekatan itu saling tumpang tindih seperti susunan batu
bata.
Kolagen tipe V
Kurang lebih 90% dari total protein tulang. Terdiri dari dua rantai
α1(I) dan satu rantai α2(I)
Komponen minor.
Protein non kolagen
Protein plasma
Proteoglikan
CS-PG I (biglikan)
CS-PG II (dekorin)
CS-PG III
Protein tulang SPRAC (ostenektin)
Osteokalsin (protein GIa tulang)
Osteopontin
Sialoprotein tulang
Protein morfogenetik tulang (BMPs)
Campuran berbagai protein plasma
Mengandung dua rantai GAG, ditemukan di jaringan lain
Mengandung satu rantai GAG, ditemukan di jaringan lain
Spesifik tulang
Tidak spesifik pada tulang
Mengandung residu γ-karboksiglutamat yang berikatan pada
hidroksiapatit. Spesifik tulang.
Bukan khusus tulang. Terglikosilasi dan terfosforilasi .
Spesifik tulang. Sangat terglikosilasi dan tersulfasi pada protein
Suatu famili (delapan atau lebih) protein yang disekresikan dengan
pelbagai kerjanya pada tulang; banyak di antaranya yang
menginduksi pertumbuhan ektopik tulang
Tipe sel utama yang terlibat dalam resorpsi dan deposisi tulang
adalah sel osteoklas dan osteoblas. Osteoklas berkaitan dengan
resorpsi dan osteoblas berkaitan dengan deposisi.
Osteoblas
Osteoblas berfungsi mensintesis komponen organic dari matriks
tulang ( kolagen tipe 1, proteoglikan dan glikoprotein ). Terutama
terletak pada permukaan jaringan tulang. Osteoblas mengendalikan
mineralisasi dengan mengatur pelintasan ion kalsium dan fosfat
melintasi membrane permukaannya. Osteoblas mengandung enzim
alkali fosfatase yang digunakan untuk menghasilkan ion fosfat dari
senyawa fosfat organic. Alkali fosfatase berkontribusi pada
mineralisasi tetapi keberadaannya sendiri tidak cukup untuk itu.
Vesikel kecil (vesikel matriks) yang mengandung kalsium dan
fosfat telah dikemukakan pada tapak mineralisasi, tapi perannya
masih belum jelas. Kolagen tipe 1 diperlukan, dengan mineralisasi
yang pertama-tama terlihat di celah antarmolekul yang beturutan.
Sumber: http://www.rndsystems.com/dam_public/5939.jpg
Gambar 1. Banyak faktor turut terlibat dalam pengaturan
metabolisme tulang, dan sebagian di antaranya menstimulasi atau
menghambat osteoblas sementara sebagian lainnya menstimulasi
atau menghambat osteoklas.
Osteoklas
Osteoklas menghasilkan asam, kolagenase, dan enzim proteolitik
lain yang menyerang matriks tulang dan membebaskan substansi
dasar yang mengapur dan secara aktif terlibat dalam pembersihan
debris yang terjadi selama resorpsi tulang. ATPase yang
mentranslokasikan proton mengelurakan proton dan melintasi tepi
berkerut ke dalam daerah resorpsi yang merupakan lingkungan
mikro dengan pH rendah seperti terlihat pada gambar 2. Protease
asam lisosom akan dilepaskan dan mencernakan protein matriks
yang kini terjangkau.
Sumber: http://www.biology-
online.org/js/tiny_mce/plugins/imagemanager/files/boa002/AN-
nothingF03.jpg
Gambar 2. Ilustrasi skematik beberapa aspek peranan osteoklas
pada resorpsi tulang. Enzim lisosomal dan ion hydrogen
dilepaskan ke dalam lingkungan mikro yang terbatas, yang
dibentuk oleh perlekatan antara matriks tulang dan zona bebas
perifer pada osteoklas. Asidifikasi pada ruang yang tebatas akan
memfasilitasi disolusi kalsium fosfat tulang dan merupakan pH
optimal untuk aktivitas hidrolase lisosomal. Matriks tulang
kemudian dipindahkan, dan produk resorpsi tulang diangkut ke
sitoplasma osteoklas, kemungkinan akan dicernakan lebih lanjut,
dan diangkut ke kapiler. Persamaan kimia yang diperlihatkan
dalam gambar mengacu pada kerja enzim karbonik anhidrase II,
yang dijelaskan dalam teks.
Table 2. faktor-faktor yang mempengaruhi osteoblas dan osteoklas
Merangsang osteoblas PTH
1,25-Dihidroksikolekalsiferol
T3,T4
hGH, IGF-1
PGE2
TGFβ
Menghambat osteoblas Kortikosteroid
Merangsang osteoklas PTH
1,25-Dihidroksikolekalsiferol
IL-1,IL-6
TNF
TGFα
Menghambat osteoklas Kalsitonin
Estrogen(dengan menghambat IL-6)
TGFβ
IFNα
PGE2
Persendian
Rawan Sendi
Komposisi bagian rawan sendi adalah 80% air, 50% dari sisa
komposisi matriks rawan sendi adalah kolagen. Jenis terbanyak
adalah kolagen tipe II. Kolagen lainnya dalam jumlah kecil dan
berada di dalam matriks rawan sendi adalah kolagen tipe IV, V, IX,
dan X. Kolagen tipe IX berfungsi sebagai jangkar terhadap
molekul proteoglikan (agrekan). Selanjutnya terdapat fibronektin,
ankhorin, khondronektin yang membantu mempertahankan
integritas dan struktur rawan sendi. Selanjutnya sisa konstituen
organik terbanyak adalah proteoglikan. Makromolekul ini memiliki
panjang sekitar 180-210 nm dan kepadanya melekat tiga jenis
glikosaminoglikan, yaitu khondroitin-6-sulfat, khondroitin-4-sulfat
(5%) dan keratan sulfat (5%). Inti agrekan adalah asam hialuronat
(1% dari total glikosaminoglikan).
Melalui ikatan protein dengan berat molekul rendah terjadi proses
agregasi dengan rantai kolagen tipe II. Konstituen inorganik (5-
6%) terbanyak adalah kalsium. Lemak dijumpai kurang dari 1%
berat kering. Berbagai enzim, sitokin dan faktor pertumbuhan
berperan dalam metabolisme rawan sendi. Khondrosit akan
mensisntesis proteoglikan dan kolagen. Turn over kolagen lebih
stabil dibandingkan proteoglikan. Degradasi rawan sendi
diakibatkan oleh berbagai enzim metaloprotease matriks dan
diperantarai pula oleh kerja sitokin ) baik TNF-a terutama
interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor yang dikeluarkan
oleh sinoviosit, makrofag, atau khondrosit dan fibroblas.
Aktivasi enzim lisis, yang dibentuk dalam keadaan tidak aktif,
akan berinteraksi dengan sistim aktivator plasminogen-plasmin
dalam suatu kaskade degradatif. Kontrol mekanisme ini diperankan
oleh berbagai inhibitor seperti tissue inhibitor of metalloproteases
(TIMP) dan plasminogen activator inhibitor (PAI). Sintesis dan
degradasi matriks rawan sendi dipengaruhi banyak faktor, yaitu:
faktor humoral seperti insulin-like growth factor-1 (IGF-1),
kortisol, obat anti inflamasi non-steroidal, faktor mekanik terhadap
rawan sendi, efek magnetik atau elektrikal.
Membran dan cairan sinovium
Membran sinovium adalah jaringan ikat vaskular dan melapisi sisi
dalam dari kapsul sendi namun tidak menutupi rawan sendi.
Banyaknya pembuluh darah dilapisan subsinovium berperan dalam
proses transfer dan transpor konstituen darah ke ruang sinovium
dan pembentukan cairan sinovium. Sel sinovium akan mensintesis
asam hialuronat sebagai zat tambahan plasma dalam membentuk
cairan sendi. Cairan sinovium berwarna kuning pucat, jernih dan
kental. Biasanya jumlah cairan ini sedikit berkisar antara 1-4 ml
dan lebih sedikit lagi pada sendi-sendi kecil.
Ligamentum dan kapsul sendi
Komponen ini berperan dalam stabilisasi sendi. Ligamentum dapat
mencegah proses luksasio atau dislokasi serta menjadi pembatas
gerak atau penuntun pergerakan sendi. Otot memiliki peran besar
dalam stabilisasi sendi proksimal seperti bahu dan koksa.
Sedangkan pada sendi kecil, selain otot, maka peran perlekatan
antara ligamentum dan tulang sangat penting.
Pada dasarnya komposisi ligamentum dan kapsul sendi adalah
identik baik secara histologik, komposisi kimiawi dan susunan
jaringannya. Secara umum strukturnya merupakan gelendong
kolagen (bersama-sama elastin merupakan protein terbanyak yaitu
90%) dan diantaranya dapat dijumpai fibrosit. Sebagian besar
serabut kolagen 2) Pada beberapa sendi, ligamentum ini
akana1,1aadalah tipe I (2 menyatu dengan kapsul sendi dan pada
sendi lainnya terpisah secara total. Pembuluh darah dan saraf dapat
itemukan disela-sela serabut kolagen. Air adalah komponen utama
(70%) dari kapsul sendi dan ligamentum. Disusul oleh kolagen dan
elastin serta proteoglikan. Perlekatan kapsul sendi dan ligamentum
ke tulang terutama pada stroma fibrokartilaginosa diperankan oleh
kolagen yang akan mengalami kalsifikasi begitu mendekati tulang
dan selanjutnya menembus jaringan tulang kortikal.
Meniskus
Meniskus, lempeng firbokartilago, dijumpai pada sendi tertentu
seperti sendi lutut, sternoklavikular, radioulnar distal, dan
akromioklavikular. Kandungannya sebagian besar (70-78%) adalah
air, bahan inorganik sekitar 3% dan bahan organik terbanyak
berupa kolagen tipe I 2) yaitu antara 60-90%. Selanjutnya dalam
jumlah kecil dapata1,1a(2 dijumpai elastin (<1%), proteoglikan
(<10%). Berbeda dengan rawan sendi, maka meniskus dapat
melakukan perbaikan apabila mengalami kerusakan.
Diketahui bahwa sendi yang memiliki meniskus biasanya jenis
sendi yang tidak hanya megalami tekanan sumbu namun juga
rotasi. Oleh karenanya ujung tulang akan dibentuk membulat.
Meniskus diperlukan untuk menutupi celah yang dibentuk antar
dua tulang dimana umumnya ujung tulang yang membulat yang
mengalami kontak satu sama lain pada sendi tersebut terjadi pada
area yang kecil di tengah-tengah. Dengan kata lain meniskus
memperluas area kontak antar dua ujung tulang yang membentuk
sendi. Selain menahan beban tekanan , meniskus juga bertindak
sebagai peredam kejut.
Lubrikasi sendi
Peran lubrikasi pada sendi memungkinkan gesekan yang sangat
minim dengan tahanan gesek sebesar 0.002. Terdapat dua sistim
lubrikasi yaitu sistim hidrostatik yang berperan pada tekanan besar
dan boundary system yang berperan pada tekanan rendah. Pada
teori sistim hidrostatik, asam hialuronat memiliki peran utama.
Substansi ini memiliki karakteristik thixotropic yaitu akan semakin
mengental apabila flow nya semakin lambat. Pada boundary
system, maka lubricating glycoprotein lain yang berperan. Pada
tekanan tertentu air akan dirembeskan keluar masuk ke dalam
ruang sendi dan akan kembali setelah tekanan tersebut hilang.
Proses ini mirip dengan efek spons dalam menyerap air.
Diskus intervertebralis
Pada sisi anterior terlihat lebih tebal kurang lebih 20 sedangkan sisi
posterior lebih tipis. Sebagian besar, 65-70%, adalah air dan
kolagen diperkirakan sekitar 50-55% dari berat kering. Disamping
itu terdapat pula proteoglikan, khondroitin sulfat, keratan sulfat.
Glikoprotein ditemukan dalam jumlah kecil.
Nukleus pulposus biasanya terletak lebih ke posterior dan tersusun
atas struktur cairan yang kental dimana di dalamnya berjalan
serabut-serabut kecil membentuk pita-pita dengan konfigurasi
membentuk sudut oblique pada sisi atas dan bawah berhadapan
dengan lempeng rawan sendi. Sebagian besar, 88%, adalah air
dimana kadarnya akan jauh berkurang pada usia lanjut (65%).
Serabut kolagen tidak terlalu banyak yaitu 20-30%, dan sebagian
besar adalah proteoglikan. Umumnya khondroitin-6-sulfat berkisar
40%, keratan sulfat 50%, asam hialuronat <2%. Integritas
strukturnya dipertahankan oleh sejumlah kecil glikoprotein.
Lempeng rawan sendi hampir sama pada sendi diartodial, namun
tidak memiliki collagenous skin.
Diskus berfungsi sebagai penahan beban tekanan (weight bearing)
terutama kompresi aksial. Hal ini dimungkinkan oleh adanya
struktur yang banyak mengandung air dari nukleus pulposus yang
mampu memodifikasi tekanan dengan cara barelling yaitu
mengurangi tinggi dan meningkatkan lebarnya. Fungsi ini juga
diperankan oleh anulus fibrosus, sehingga secara keseluruhan
diskus berperan sebagai peredam kejut.