Anda di halaman 1dari 9

KIMIA FARMASI II

LAPORAN PRAKTIKUM

DOSEN PENGAMPU : Drs. Hisran H,ME.,Apt


DISUSUN OLEH :
Nastiti azzahra (PO71390200056)
Syifa Izzatul Fayyadh (PO71390200060)
Dea afrionita (PO71390200066)
Salsabila Rifdah (PO71392000072)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


TA 2021/2022
I. JUDUL : Penetapan Kadar Vitamin C Dalam Tablet Vitacimin dengan Metode
Iodimetri

II. TUJUAN : Untuk menghitung penetapan kadar Vitamin C dengan metode Iodimetri

III. DASAR TEORI :


Titrasi Iodometri dan Iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang didasarkan
pada reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan dalam Analisa jika
dibandingkan dengan metode lain. Alasan dipilihnya metode ini karena perbandingan
stokiometri yang sederhana pelaksanaan nya, praktis dan tidak banyak masalah dan
mudah.
Iodimetri adalah jika titrasi terhadap zat-zat reduktor dengan titrasi langsung dan
tidak langsung. Dilakukan percobaan ini untuk menentukan kadar-kadar zat oksidator
secara langsung, seperti kadar yang terdapat pada serbuk vitamin C.
Vitamin C atau asam askorbat (ascorbic acid) adalah vitamin yang diperlukan
untuk mencegah dan mengatasi kekurangan vitamin C. Kekurangan vitamin C bisa
menyebabkan terjadinya penyakit skorbut atau scurvy. Selain itu, vitamin C juga
memiliki efek antioksidan yang dapat membantu tubuh melawan radikal bebas. Vitamin
C berperan penting dalam berbagai proses yang terjadi di dalam tubuh, termasuk menjaga
dan mengoptimalkan kerja sistem kekebalan tubuh, pembentukan kolagen, protein,
neurotransmiter, dan meningkatkan penyerapan zat besi.
Praktikum kali ini, kelompok kami menggunakan sampel vitacimin. Vitacimin
merupakan tablet hisap dengan kandungan Ascorbic acid atau Vitamin C 500 mg. Tablet
hisap ini digunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan vitamin C, membantu
menjaga daya tahan tubuh, sehingga tubuh tetap fit dan bebas beraktivitas sepanjang hari.
Untuk membantu memenuhi kebutuhan vitamin C harian seperti kondisi sariawan dan
membantu menjaga daya tahan tubuh.

IV. MONOGRAFI BAHAN


1. Vitamin C
 Nama lain : Asam Askorbat
 Rumus Molekul : C6H8O6
 Berat Molekul : 176,13
 Pemerian :  Hablur atau serbuk putih atau agak kuning, tidak berbau, rasa
asam. Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi berwarna gelap.
 Kelarutan : mudah larut dalam air, agak sukar larut dengan etanol, tidak larut
dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzen.

2. HCL
 Nama Resmi : ACIDUM CHLORIDIUM
 Nama Lain : Asam Klorida
 RM/BM : HCL / 36,46 gr/mol
 Pemerian :Cairan, tidak berwarna, berasap, bau merangsang,jika di
encerkan dengan dua bagian air asap dan bau hilang.
 Kelarutan : Larut dalam etanol, asam asetat, tidak larut dalam air
 Penyimpanan: Baik dalam wadah tertutup

3. IODIUM
 Nama Lain : YODIUM
 Rumus Molekul : I2
 Berat Molekul : 126,93 gr/mol
 Pemerian : keping atau granul, berat, hitam kecoklatan, bau khas, dan
berkilau, sifat iodium merangsang (nyeri bila digunakan pada luka terbuka),
kadang terjadi dermatitis atau alergi kulit
 Kelarutan : sukar larut dalamair; mudah larut dalam karbon disulfide, dalam
kloroform, dalam tetraklorida dan dalam eter;larut dalam etanol dan dalam larutan
iodide; agak sukar larut dalam gliserin.
 Penyimpanan : rata-rata lama penyimpanan 13 hari, suhu 29.760C dan
kelembaban relatif 68.82%, dengan kondisi penyimpanan demikian.

4. NATRIUM TIOSULFAT
 Nama resmi : NATRI THIOSULFAS
 Nama lain : Natrium tiosulfat/hipo
 Rumus Molekul : Na2S2O3 .5H2O
 Berat Molekul : 248,17
 Pemerian : Hablur besar tidak berwarna /serbuk hablur kasar. Dalam
lembab meleleh basah, dalam hampa udara merapuh.
 Kelarutan : larut dalam 0,5 bagian air,praktis tidak larut dalam etanol
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

5. Aquadest
 Nama resmi : AQUA DESTILLATA
 Nama lain : Ar suling
 Rumus Molekul : H2O
 Berat Molekul : 18,02
 Kelarutan : Larut dalam etanol dan gliserol
 Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

V. ALAT DAN BAHAN


 Alat-alat :
1. Erlenmenyer
2. Batang Pengaduk
3. Buret
4. Gelas Ukur
5. Karet Penghisap
6. Pipet volume
7. Pipet ukur
8. Sendok Tanduk
9. Klem dan Statif
10. Timbangan Digital

 Bahan :
1. HCL
2. Iodium
3. Natrium tiosulfat
4. Aquadest
5. Tablet vitacimin
6. Indikator Amylum
VI. PROSEDUR DAN CARA KERJA
A. Penyiapan Bahan
 Pembuatan IODIUM
- Timbang Iodium 6,3452 gram
- Timbang KI 9,5178 gram
- Masukkan KI ke beaker glass tambahkan aquadest secukupnya, aduk homogen
- Tambahkan Iodium yang telah di timbang sedikit demi sedikit
- Aduk hingga semua terlarut
- Setelah larut masuk botol gelap yang telah disiapkan

 Pembuatan Natrium Tiosulfat


- Timbang Natrium Thio sebanyak 18,97 gram/1000ml
- Tambahkan air secukup nya, aduk homogen
- Masukkan labu ukur 1000ml ad aquadest

 Pembuatan Amylum
- Timbang Amylum sebanyak 500 mg
- Masukkan ke beaker glass tambahkan air sebanyak 100 ml, aduk homogen
- Panaskan beaker di atas kompor hingga mendidih
- Setelah di panaskan, diamkan terlebih dahulu hingga dingin
- Masukkan ke labu ukur 100 ml, tutup labu.

B. Pembakuan
 Pembakuan I2
 Timbang Na Thio 1,902
 Masukkan Erlemenyer Tambahkan air 100 ml
 Tambahkan Indikator Amylum 3 tetes
 Lakukan titrasi dengan I2
 Hitung volume yang keluar

C. PENENTUAN KADAR VITAMIN C


PERHITUNGAN

PEMBAKUAN I2
Volume titrasi : 13 ml NaOH
Na thio yang ditimbang 1,902 gr ad 100 ml
1 ,902
=0,0012
158,11
Maka , Mol NAOH
1000
= × 0,0012
11
=0,1 mol

TITRASI
1. Nastiti Azzahra
Volume titrasi 1 : 7 ml I2
Mol VIT C = 7/1000 × 0,1 = 0,0007
Berat VIT C = 0,0007 × 176= 0,1232/ 10 ml
Dalam 100 ml = 100/10 × 0,1232 =1,232 gr = 1232 mg
%= 500/1232 X 100 = 40,58 %
Volume titrasi 1 : 6 ml I2
Mol VIT C = 6/1000 × 0,1 = 0,0006
Berat VIT C = 0,0007 × 176= 0,1056/ 10 ml
Dalam 100 ml = 100/10 × 0,1056 =1,056 gr = 1056 mg
%= 500/1056 X 100 = 47,34 %

2. Salsabila Rifdah
Volume titrasi 1 : 6,7 ml I2
Mol VIT C = 6,7/1000 × 0,1 = 0,00067
Berat VIT C = 0,00067 × 176= 0,11792/ 10 ml
Dalam 100 ml = 100/10 × 0,11792 =1,1792 gr = 1179,2 mg
%= 500/1179,2 X 100 = 42,40 %
Volume titrasi 1 : 6,3 ml I2
Mol VIT C = 6,3/1000 × 0,1 = 0,00063
BeraT VIT C= 0,00063 × 176= 0,11088/ 10 ml
Dalam 100 ml = 100/10 × 0,11088 =1,1088 gr = 1108,8 mg
%= 500/108,8 X 100 = 45,09 %

3. Dea Afrionita
Volume titrasi 1 : 6 ml I2
Mol VIT C = 6/1000 × 0,1 = 0,0006
Berat VIT C = 0,0007 × 176= 0,1056/ 10 ml
Dalam 100 ml = 100/10 × 0,1056 =1,056 gr = 1056 mg
%= 500/1056 X 100 = 47,34 %
Volume titrasi 1 : 6,4 ml I2
Mol VIT C = 6,4/1000 × 0,1 = 0,00064
BeraT VIT C= 0,00064 × 176= 0,11264/ 10 ml
Dalam 100 ml = 100/10 × 0,11264 =1,1264 gr = 1126,4 mg
%= 500/1126,4X 100 = 44,38 %

4. Syifa Izzatul F.
Volume titrasi 1 : 7 ml I2
Mol VIT C= 7/1000 × 0,1 = 0,0007
Berat VIT C= 0,0007 × 176= 0,1232/ 10 ml
Dalam 100 ml = 100/10 × 0,1232 =1,232 gr = 1232 mg
%= 500/1232 X 100 = 40,58 %
Volume titrasi 1 : 6,4 ml I2
Mol VIT C = 6,4/1000 × 0,1 = 0,00064
BeraT VIT C= 0,00064 × 176= 0,11264/ 10 ml
Dalam 100 ml = 100/10 × 0,11264 =1,1264 gr = 1126,4 mg
%= 500/1126,4X 100 = 44,38 %

VII. PEMBAHASAN
Dalam analisis titrimetri atau analisis volumetri atau analisis kuantitatif dengan
mengukur volume, sejumlah zat yang diselidiki direaksikan dengan larutan baku
(standar) yang kadar konsentrasi nya telah diketahui secara teliti dan reaksinya
berlangsung secara kuantitatif. Semua perhitungan dalam titrimetri didasarkan pada
konsentrasi titran sehingga konsentrasi titran harus dibuat secara teliti. Titran semacam
ini disebut dengan larutan baku (standar). Konsentrasi larutan baku dapat dinyatakan
dengan normalitas, molaritas, atau bobot per volume.
Kelebihan penetapan kadar secara volumetri dibandingkan secara gravimetri yaitu
teliti sampai 1 bagian dalam 1000 dan alat sederhana, cepat, serta tidak memerlukan
pekerjaan yang menjemukan seperti pengeringan dan penimbangan berulang-
ulang.Iodimetri merupakan titrasi langsung dengan merupakan baku iodium (I2) dan
digunakan untuk analisis kuantitatif senyawa-senyawa yang mempunyai potensial
oksidasi lebih kecil dari pada sisitem iodium-iodida sebagaimana persamaan di atas atau
dengan kata lain digunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat reduktor yang cukup
kuat seperti vitamin C, tiosulfat, arsenit, sulfida, sulfit, stibium (III), timah (II), dan
ferosianida. Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai potensial
reduksi yang lebih kecil daripada iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung
dengan iodium. Larutan baku iodium yang telah dibakukan dapat digunakan untuk
membakukan larutan natrium tiosulfat. Deteksi titik akhir pada iodimetri ini dilakukan
dengan menggunakan indikator amilum yang akan memberikan warna biru pada saat
tercapainya titik akhir.
Ada pun penyebab terjadinya kesalahan atau ketidaksesuaian TAT pada percobaan
dengan literatur dalam percobaan ini diperkirakan karena beberapa faktor kesalahan
yaitu:
1. Alat yang digunakan tidak steril.
2. Ada langkah yang dilakukan tidak sesuai dengan prosedur kerja semestinya.
3. Terjadi kesalahan dalam pembuatan pereaksi atau terjadi kesalahan dalam perhitungan
pembuatan larutan pereaksi.
4. Terdapat kontaminasi dalam pereaksi.
5. Ada beberapa langkah yang tertinggal atau kurang teliti dalam melakukan praktikum.
6. Kurangnya pemahaman praktikan dalam memahami prinsip-prinsip metode iodimetri
dan sifat vitamin C sehingga terjadinya kesalahan dalam hasil yang diperoleh.

VIII. KESIMPULAN
Prinsip-prinsip dasar iodimetri yaitu ;
1. iodimetri merupakan titrasi langsung dengan merupakan baku iodium (I2).
2. Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai potensial reduksi
yang lebih kecil daripada iodium.
3. Deteksi titik akhir pada iodimetri ini dilakukan dengan menggunakan indikator
amilum yang akan memberikan warna biru pada saat tercapainya titik akhir.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka didapatkan bahwa sampel vitamin
C produksi Kimia Farma memiliki kadar rata-rata yaitu 44,011%. Hasil tersebut tidak
sesuai dengan literatur Farmakope Indonesia Edisi IV halaman 39 yang menyatakan
bahwa “ tablet asam askorbat mengandung asam askorbat C6H8O6, tidak kurang dari 90
% dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah yang tertera dari etiket”.

Anda mungkin juga menyukai