Mohammad Rudiansyah
Bagian Ikm & Ilmu Penyakit Dalam FK UNLAM/RSUD Ulim Banjarmasin
PENGANTAR
volume darah merupakan bentuk terapi medis yang paling efektif dan yang paling
baik1.
jaringan dan sel. Syok bukanlah diagnosis, tetapi sindrom klinis kompleks yang
dapat terjadi setiap waktu pada penderita dan bersifat progresif serta terus
terapi yang dipilih harus mempertimbangkan bukti adanya perbaikan dalam aliran
jaringan, perfusi jaringan dan juga bahaya atau kerugian bila terapi diteruskan.
Salah satu tantangan terbesar adalah memperkirakan cukup tidaknya curah
yang tersedia. Resusitasi cairan hendaknya sesuai untuk setiap pasien. Seperti
organ dan kematian, kelebihan cairan juga dapat mengakibatkan morbiditas yang
cukup tinggi1.
SYOK HIPOVOLEMIK
DEFINISI
cairan dalam waktu singkat dari ruang intravaskular. Keadaan ini secara luas
kerusakan organ vital yang ireversibel. Meskipun perdarahan di luar terlihat jelas,
namun perdarahan tersembunyi dari rongga dada, abdomen, dan pelvis harus
PENYEBAB
lain : 2,3,5
2
(b) Kehilangan plasma, misalnya luka bakar
(c) Dehidrasi: cairan yang masuk kurang (misalnya puasa lama), cairan keluar
terjadi anemia hampir 95% dan rata-rata yang memerlukan transfusi darah sekitar
PATOFISIOLOGI 7
aoutput dan tekanan nadi. Perubahan ini dipicu oleh baroreseptor pada arkus aorta
peningkatan aliran simpatik ke jantung dan organ lain. Respon yang muncul
menjauhi organ non vital seperti kulit, traktus gastrointestinal dan ginjal.
menyebabkan retensi air pada tubulus distal. Renin dilepaskan sebagai respon
3
Perubahan secara global ini menyebabkan terjadinya respon beberapa
organ spesifik. Otak memiliki autoregulasi untuk menjaga aliran darah otak tetap
konstan dalam rentang luas tekanan darah arteri sistemik rata-rata. Ginjal dapat
mentoleransi 90% penurunan aliran darah untuk waktu yang singkat. Dengan
penurunan volume sirkulasi secara signifikan, secara dramatis aliran darah usus
DIAGNOSIS
Diagnosis syok dapat dibuat dengan riwayat adanya trauma baik dengan
perdarahan yang terlihat jelas atau tidak, penyakit dengan dehidrasi atau penyakit
yang dapat menyebabkan syok hipovolemik dan kemudian melihat tanda dan
Sistem Kardiovaskular
darah
sirkulasi darah. Vena perifer kolaps. Vena leher merupakan penilaian yang
paling baik.
CVP rendah.
Sistem Respirasi
4
Pernapasan cepat dan dangkal. Hal ini untuk mengantisipasi penghantaran
Perubahan mental pasien syok sangat bervariasi. Bila tekanan darah rendah
sadar. Obat sedatif dan analgetika jangan diberikan sampai yakin bahwa
Bisa terjadi mual dan muntah. Kondisi ini justru memperberat syok, karena
Produksi urin berkurang. Normal rata-rata produksi urin pasien dewasa adalah
Pemeriksaan Laboratorium7
5
Pemeriksaan laboratorium darah pada awal tidak banyak membantu
sebab nilai tidak akan berubah dari normal sampai redistribusi cairan
perdarahan akut yang banyak sebagai penyebab syok, namun nilai ini tidak
mg/dl.
transfusi.
6
- Pemeriksaan ureum dan kreatinin biasanya normal pada awalnya tetapi
dapat meningkat bila telah terjadi tanda-tanda gagal ginjal akibat dehidrasi
Pemeriksaan Radiologis7
sebab yang jelas atau dugaan perdarahan yang tidak tampak. Perdarahan yang
sering terjadi adalah di daerah rongga abdomen, dada, kepala (otak) dan jaringan.
- Esophagogastroduodenoscopy
- Kolonoskopi
- CT scan
KLASIFIKASI
Kelas I kehilangan darah kurang dari 15% total volume darah (750 ml)
7
Kelas IV kehilangan darah lebih dari 45% (lebih dari 2000 ml) dan
kesadaran.
Kehilangan Darah
% <15 15-30 30-40 >40
ml 750 800-1500 1500-2000 >2000
Tekanan Darah
Sistolik Normal Normal Menurun Sangat Rendah
Diastolik Normal Menurun Menurun Tidak terekam
PENATALAKSANAAN
A. Posisi Tubuh
dengan kaki ditinggikan 30 cm sehingga aliran darah balik ke jantung lebih besar
dan tekanan darah menjadi meningkat. Tetapi bila penderita menjadi lebih sukar
B. Pertahankan Respirasi
8
1. Bebaskan jalan napas.
3. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan nafas
(Gudel/oropharingeal airway).
C. Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi,
tekanan darah, warna kulit, isi vena, produksi urin, dan central venous pressure
Karena penyebab gangguan ini adalah kehilangan darah maka resusitasi cairan
Pasang satu atau lebih jalur infus intravena. Jalur intravena yang baik dan
lancar harus segera dipasang. Gunakan kanula besar (14 - 18 G). Dalam keadaan
khusus mungkin perlu vena sectie. Infus dengan cepat 2 liter pertama larutan
sampai vena (v. jugularis) yang kolaps terisi. Cairan infus harus dihangatkan
sampai suhu tubuh karena hipotermia Hindari cairan yang mengandung glukosa.
Sementara, bila diduga syok karena perdarahan, ambil contoh darah dan mintakan
darah. Bila telah jelas ada peningkatan isi nadi dan tekanan darah, infus harus
9
dilambatkan. Bahaya infus yang cepat adalah udem paru, terutama pasien tua.
Kecepatan infus tergantung dari beratnya syok. Jika tanda syok ditemukan
pada posisi berbaring, kehilangan cairan diperkirakan sebesar 50%. Pada 1 jam
pertama guyur cairan dan evaluasi tekanan darah, nadi dan kesadaran. Jika
tekanan sistolik lebih dari 100 mmHg, infus disesuaikan dengan kondisi pasien.
Jika tanda syok ditemukan dalam posisi duduk, kehilangan cairan diperkirakan
sekitar 30%. Pada kondisi ini guyur sampai 1000 ml, bila tekanan sistolik lebih
dari 100 mmHg, infus disesuaikan dengan kondisi. Jika memungkinkan perlu
adalah terjaminnya tekanan vena sentral antara 7-10 mmH20 atau diuresis > 0,5-1
ml/kgBB/Jam11.
Nadi yang cepat menunjukkan adanya hipovolemia. Bila tekanan darah <
90 mmHg pada pasien normotensi atau tekanan darah turun > 40 mmHg pada
untuk mengukur produksi urin. Produksi urin harus dipertahankan minimal 1/2
sampai vena jelas terisi dan nadi jelas teraba. Bila volume intra vaskuler cukup,
tekanan darah baik, produksi urin < 1/2 ml/kg/jam, bisa diberikan Lasix 20-40 mg
digunakan pengukuran tekanan vena sentral (normal 8-12 cmH2O), dan bila
10
masih terdapat gejala umum pasien seperti gelisah, rasa haus, sesak, pucat, dan
Transfusi darah dapat diperlukan bila keadaan pasien belum stabil setelah
Risiko penularan penyakit juga ada meski donornya adalah keluarga sendiri.
Transfusi harus dipertimbangkan jika sirkulasi pasien tidak stabil meskipun telah
mendapat cukup koloid / kristaloid. Jika golongan darah donor yang sesuai tidak
tersedia, dapat digunakan darah golongan O (sebaiknya pack red cel dan Rhesus
negative). Transfusi harus diberikan jika Hb dibawah 7 g/dl jika pasien masih
terus perdarahan5.
mengembalikan volume darah dan koreksi terhadap daya angkut oksigen darah.
Perdarahan sampai 1 liter yang tidak berlanjut dapat diatasi hanya dengan cairan
kristaloid atau plasma expander tanpa transfusi darah. Kehilangan darah 1-2 liter
diatasi cairan kristatolid atau koloid, mungkin juga diperlukan transfusi darah
pada kasus dengan risiko tinggi seperti orang tua, penderita yang sebelumnya
sudah anemia dan pada penderita dengan penyakit jantung/paru. Kehilangan lebih
dari 2 liter memerlukan koreksi volume darah dan massa eritrosit 12. Transfusi
trauma, baik oleh karena perdarahan yang terlihat maupun perdarahan yang tidak
11
terlihat. Perdarahan yang terlihat, perdarahan dari luka, atau hematemesis dari
tukak lambung. Perdarahan yang tidak terlihat, misalnya perdarahan dari saluran
cerna, seperti tukak duodenum, cedera limpa, kehamilan di luar uterus, patah
reperfusi dan menambah berat kerusakan primer. Alternatif yang disebut “bebat
tekan” itu sering disalah mengerti. Perdarahan hebat karena luka tusuk dan luka
tekanan manual pada arteri disebelah proksimal ditambah bebat kompresif (tekan
Cedera dada
chest tube / pipa drain harus sedini mungkin. Hal ini jika di tambah dengan
Cedera abdomen
dilakukan di samping tempat tidur pasien. Jika pada aspirasi terdapat lebih dari 5
12
ml darah maka dapat dilakukan laparatomi segera. Jika tidak ada darah pada
Bila hitung sel darah merah lebih dari 10,000 per µL atau sel darah putih lebih
dari 500/µL, atau ada nilai amilase, lipase atau bilirubin yang tinggi, atau partikel
packing). Insisi pada garis tengah hendaknya sudah ditutup kembali dalam waktu
hendaknya dikerjakan dengan anestesia ketamin oleh dokter yang terlatih (atau
mungkin oleh perawat untuk rumah sakit yang lebih kecil). Jelas bahwa teknik ini
harus dipelajari lebih dahulu namun jika dikerjakan cukup baik pasti akan
menyelamatkan nyawa.
ketamin9
berlangsung paling baik pada suuh 38,5 C. Hemostasis sukar berlangsung baik
pada suhu dibawah 35 C. Hipotermia pada pasien trauma sering terjadi jika
evakuasi pra rumah sakit berlangsung terlalu lama (bahkan juga di cuaca tropis).
Pasien mudah menjadi dingin tetapi sukar untuk dihangatkan kembali, karena itu
13
pencegahan hipotermia sangat penting. Cairan oral maupun intravena harus
perdarahan tidak tepat atau tidak meyakinkan, volume diberikan dengan menjaga
Resusitasi cairan lewat mulut (per-oral) cukup aman dan efisien jika
pasien masih memiliki gag reflex dan tidak ada cedera perut. Cairan yang
diminum harus rendah gula dan garam. Cairan yang pekat akan menyebabkan
penarikan osmotik dari mukosa usus sehingga timbul efek negatif. Diluted cereal
berulang 0,2 mg/kg. Obat ini mempunyai efek inotropik positif dan tidak
mengurangi gag reflex, sehingga sesuai untuk evakuasi pasien trauma berat.
Syok hipovolemik juga dapat terjadi karena kehilangan cairan tubuh yang
lain. Pada luka bakar yang luas, terjadi kehilangan cairan melalui permukaan kulit
yang hangus atau di dalam lepuh. Muntah hebat atau diare juga dapat
dapat terkumpul beberapa liter cairan di dalam usus. Pada diabetes atau
penggunaan diuretik kuat, dapat terjadi kehilangan cairan karena diuresis yang
14
berlebihan. Kehilangan cairan juga dapat ditemukan pada sepsis berat, pankreatitis
Pada syok hipovolemik, jantung akan tetap sehat dan kuat, kecuali jika
Respons tubuh terhadap perdarahan bergantung pada volume, kecepatan, dan lama
mengorbankan perfusi organ lain seperti ginjal, hati, dan kulit. Akan terjadi
sistem ADH, dan sistem saraf simpatis. Cairan interstitial akan masuk ke dalam
terjadi hemodilusi (dilusi plasma protein dan hematokrit) dan dehidrasi interstitial.
dikoreksi dengan memberikan darah maka masih tetap terjadi defisit interstitial,
dengan akibat tanda-tanda vital yang masih belum stabil dan produksi urin yang
kurang. Pengembalian volume plasma dan interstitial ini hanya mungkin bila
diberikan kombinasi cairan koloid (darah, plasma, dextran, dsb) dan cairan garam
seimbang.
15
Nasogastric tube. Nasogastric lavage harus dikerjakan untuk memindahkan darah
aliran darah mukosa dan produksi prostaglandin lokal. Suklrafat dapat diberikan
sebab konsentrasi lokal dari enzim fibrinolitik tinggi pada saluran pencernaan.
Metaanalisis dari 1267 pasien dengan ulkus peptikum, erosi mukosa dan sebab-
perdarahan ulang, 30-40% keperluan operasi dan 40% kematian16. Namun asam
traneksamat tidak digunakan secara luas pada perdarahan akibat pecahnya varises
esofagus17. Tapi pada kasus-kasus perdarahan lain dapat digunakan secara luas.
pemanjangan APTT dan PPT. Dosis vitamin K adalah 5-25 mg/hari atau
yang diberikan dosis tunggal dapat diulang tiap 8 atau 12 jam 18. Pada kasus sirosis
ditandai pemanjangan APTT dan PPT. Vitamin K berperan dalam produksi faktor
pembekuan ini yaitu faktor II, VII, IX dan X19. Defisiensi vitamin K menyebabkan
16
pemanjangan APTT dan PPT. Defisiensi vitamin K terjadi karena hati tidak bisa
memproduksinya.
dalam resusitasi awal. Sebagai aturan umum, penggunaan larutan isotonik saline
(0,9%) merupakan cairan yang cocok untuk memulai volume resusitasi. Setelah
ekspansi volume lebih jauh diperlukan. Sekali 30-40% volume darah harus
1. Kristaloid
elektrolit seimbang, kapasitas buffer (laktat), tidak ada risiko anafilaksis, sedikit
ekspansi volume plasma jelek, memerlukan jumlah yang banyak, risiko hipotermi,
2. Koloid
17
menyediakan volume restorasi lebih efisien dibandingkan kristaloid. Setelah satu
atau dua jam, volume plasma efek volume plasma sama dengan cairan kristaloid.
● Gelofusine
plasma dan risiko edema jaringan minimal. Sedangkan kerugiannya adalah risiko
Hypertonic saline
efeknya lebih lama bila dikombinasikan dengan efek hidrofilik dekstran 70. Pada
saline normal 0,9%. Hypertonic saline beraksi melalui berbagai cara pada syok
hipovolemik yaitu : 4
darah
Darah
18
Pada seorang pasien yang kehilangan darah/cairan 30-40% dari volume
oksigen yang adekuat. Sewajarnya cross-matched darah ideal, tetapi situasi yang
kritis hanya mengijinkan waktu untuk tipe spesifik cross-matched atau diperlukan
hipotermi; 500 ml darah pada suhu 4oC akan menurunkan temperatur pusat sekitar
0,5 oC. jumlah besar cairan yang dingin akan menyebabkan hipotermi secara
Pada perdarahan aktif dan masif, whole blood dapat merupakan pilihan
utama karena masih mengandung faktor pembekuan darah selain dapat memenuhi
melalui pack red cell (PRC) dan bila masih diperlukan suplemen faktor
Plasma)10. Dalam menghadapi perdarahan masif, 1 unit plasma beku segar harus
diberikan untuk setiap 5 unit PRC yang ditransfusikan 14. Setiap pemberian 1 liter
sitrat12.
19
Keputusan untuk dilakukan pembedahan pada pasien dengan syok hipovolemik
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum pembedahan pada pasien syok
hipovolemi yaitu : 7
DIAGNOSA BANDING
pada hampir semua organ tubuh. Hipovolemia adalah penyebab utama syok pada
karena penyuntikan insulin berlebihan. Hal ini tidak jarang terjadi pada pasien
yang dirawat di Unit Gawat Darurat. Akan terlihat gejala-gejala seperti kulit
20
pemeriksaan laboratorium (gula darah sewaktu), dicoba pemberian 50 ml glukosa
SIMPULAN
respirasi, pertahankan sirkulasi dengan terapi cairan, cari dan atasi penyebab syok
baik dengan tindakan operatif maupun non operatif. Pemilihan cairan untuk
dengan kondisi pasien saat itu. Keberhasilan penanganan syok hipovolemik sangat
tergantung kecepatan mengganti cairan yang hilang, pemilihan jenis cairan yang
DAFTAR PUSTAKA
3. Price, SA, Lorraine, MW. Patofisiologi Konsep Klinis Dasar Penyakit Edisi 6.
4. Colquhoun, MC, Handley, AJ, Evans, TJ. ABC of Resucitation 5th Ed. BMJ
21
5. Rifki, AZ. Syok dan Penanggulangannya. 2008. Lab/SMF Anestesiologi
18 September 2008).
6. Corwin, HL, Carson, JL. Blood Transfusion — When Is More Really Less? N
september 2008).
10. Graham, AS, Ozment, C, Tegtmeyer, K, Lai, S, Braner, DAV. Central Venous
12. Bakta, IM. Kedaruratan dalam bidang hematologi. Dalam: Gawat darurat di
13. Dallal, HJ, Palmer, KR. ABC of the upper gastrointestinal tract, upper
22
14. McQuaid, KR. Gastrointestinal bleeding. In: Laerence M Tierney, Sephen JM,
15. Sung, JJY. Acute gastrointestinal bleeding. In: Te Oh (ed): Intensive care
16. Henry, DA, O’Connell, DL. Effects of fibrinolytic inhibitors on mortality from
http://www.emedicine.com/, 2006.
23