Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL SKRIPSI

KEMAMPUAN MEMBACA NYARING DALAM MATERI


“KULINER INDONESIA” PADA PEMBELAJARAN BIPA
(Program Darmasiswa Politeknik Sahid Jakarta, Pondok Cabe)

Tugas ini Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Proposal Skripsi


Dosen Pengampu : Dr. Elvi Susanti, M. Pd.

Disusun oleh:
siti salhani (11160130000074)

semester: 7 b

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
3
DAFTAR ISI

ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 4
C. Rumusan Masalah 4
D. Batasan Masalah 4
E. Tujuan Masalah 5
F. Manfaat Masalah 5

BAB II KAJIAN TEORI


A. Hakikat Membaca 8
B. Proses Membaca 9
C. Tujuan Membaca 11
D. Jenis-Jenis Membaca 12
E. Kuliner Indonesia 14
F. Perkembangan BIPA 17
G. Pembelajaran BIPA 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu 20
B. Sumber Data 20
C. Metodologi Penelitian 20
D. Objek Penelitian 21
E. Teknik Pengumpulan Data 21

4
5

F. Intrumen Penelitian 22
G. Teknik Analisis Data 23

BAB IV PENUTUP
A. Simpulan 24
B. Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 26
6

BAB l

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Membaca merupakan salah satu kemampuan dasar yang wajib dimiliki
oleh individu yang hidup di abad sekarang dan yang akan datang.
Kemampuan membaca menjadi hal yang penting dalam suatu masyarakat
sebab melalui membaca dapat diserap berbagai informasi dan wawasan
pengetahuan untuk mengembangkan peradabad masyarakat. Pembelajaran
Bahasa Indonesia Bagi Punutur Asing (BIPA) dimaksud untuk
memperkenalkan bahasa Indonesia kepada para penutur asing denga
berbagai kepentingan, baik di bidang pengajaran maupun komunikasi praktis.
Pemelajar asing yang belajar bahasa Indonesia tentunya memiliki tujuan yang
bermacam-macam. Tujuan itu antara lain untuk kepentingan akademik.
Diplomatik, parawisata, perdagangan, tujuan penelitian, serta menambah
pengetahuan atau dapat juga untuk mengenal budaya Indonesia.
Dengan adanya berbagai macam tujuan tersebut, tujuan pembelajaran
Indonesia sebagai bahasa asing berpengaruh pada komponen pembelajaran
seperti kemampuan membaca. Selain itu pembelajaran bahasa Indonesia
sebagai bahasa asing, bertujuan untuk memberikan penguasaan lisan dan
tulisan kepada pemelajar. Dasar pemikiran ini merupakan jawaban atas
pertanyaan mengapa kemampuan keterampilan membaca oleh pemelajar
asing perlu diteliti. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pemelajar
asing yang sedang belajar bahasa Indonesia dapat berbahasa Indonesia,
7

untuk mengetahui sejauh mana kemampuan membaca nyaring pemelajar


asing terhadap suatu teks bacaan.
Pengajaran Bahasa Indonesia bagi penutur asing merupakan salah
satu cara untuk mengenalkan Bahasa Indonesia ke negara-negara lain.
Pengajaran yang di lakukan oleh beberapa lembaga-lembaga dan pusat
pendidikan yang mengajarkan Bahasa Indonesia bagi penutur asing terus
meningkatkan dan memperbaiki mutu dan kualitasnya agar Bahasa Indonesia
semakin dikenal oleh bangsa lain. Penguasaan bahasa Indonesia ini Baik
meliputi kemampuan penguasaan kosa kata, tata bahasa ataupun
penguasaan Struktur Bahasa Indonesia. Berdasarkan kemampuannya,
pembelajar dalam pembelajaran BIPA dapat diklarifikasikan atas tiga tingkat ,
yakni Pemula (Beginner), Menengah (Intermediate) dan Mahir (Advance).
Hanya saja dalam Proposal ini penulis mengutamakan pembelajaran BIPA
tingkat Madya.
Materi pembelajaran BIPA sebaiknya dilandasi oleh pengetahuan dan
pengalaman budaya penduduk asli karena bahasa dan budaya merupakan
ikatan yang saling melengkapi. Ini mengidikasikan bahwa materi bahasa
Indonesia tidak hanya sekedar mengajarkan tata bahasa Indonesia dan
penguatan bahasa Indonesia, tetapi juga mengajarkan budaya Indonesia yang
melandasi pembentukan Bahasa Indonesia.
Dari latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk meneliti
kemampuan membaca yang sasarannya pada keterampilan membaca
nyaring. Penulis memilih subjek penelitian level menrngah (intermediate)
karena pada level ini pemelajar sudah banyak menguasi struktur bahasa
Indonesia.
8

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti
mgengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Peluang pembelajaran BIPA untuk pembelajar masih kesulitan dalam
mempelajari kemampuan membaca nyaring
2. Strategi yang harus dikuasi dan diterapkan agar pembelajaran BIPA efektif
masih belum diketahui.

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah penelitian ini, peneliti membatasi masalah yang
akan dibahas sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan membaca nyaring dalam materi “Kuliner
Indonesia?

D. BATASAN MASALAH
Dari hasil dari identifikasi yang telah dikemukakan di atas, maka untuk lebih
memperjelas masalah yang akan dibahas, peneliti membatasi pada masalah
sebagai berikut:
9

1. Peneliti dibatasi pada masalah keterampilan membaca nyaring yang akan


dilakukan dalam kelas BIPA untuk meningkatan kemampuan membaca
nyaring.
2. Peneliti membahas hubungan antara strategi pembelajaran dan
kemampuan membaca nyaring di kelas BIPA.

E. TUJUANPENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui strategi pembelajaran bahasa
Indonesia bagi penutur asing untuk meningkatkan kemampuan membaca
nyaring pada pemelajar di kelas BIPA Sehingga bisa menjadi acuan dalam
mengajarkan bahasa Indonesia bagi penutur asing.

F. MANFAAT PENELITIAN
Kegiatan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi yang bergelut dalam dunia
pendidikan. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
1. Manfaat bagi peneliti
Dengan adanya penelitian ini, manfaat bagi peneliti diantaranya dapat
meningkatkan kualitas ilmu pendidikan dan mampu mengaplikasikannya.
Selain itu, peneliti dapat memahami berbagai problematika yang terjadi
dalam pembelajaran membaca khususnya membaca nyaring pada
pemelajar asing program BIPA serta dapat menemukan solusi yang
berkaitan dengan strategi pembelajaran. Selain itu, dapat memberikan
rekomendasi atas hasil temuan yang kiranya dapat dimanfaatkan dalam
proses pembelajaran pada program BIPA.
2. Manfaat bagi pengajar program BIPA
Bagi pengajar atau guru bahasa Indonesia program BIPA diharapkan dapat
memperbanyak wawasan dan menambah alternatif pembelajaran
kemampuan membaca nyaring yang tepat dan cermat.
10

3. Manfaat bagi pemelajar program BIPA


Manfaat bagi pembelajar program BIPA adalah mendapatkan pembelajaran yang
sesuai untuk materi membaca sehingga diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan membaca khusunya membaca nyaring pada pemelajar asing.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakikat Membaca
Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengarahkan sejumlah
tindakan yang terpisah-pisah. Meliputi: orang harus menggunakan
pengertian dan hayalan, mengamati dan mengingat-ingat. Kompleks
maksudnya adalah membaca tidak hanya suatu proses pengenalan
lambing-lambang fonetis dan proses penafsiran tentang makna dari
lambing-lambang fonetis tersebut tapi membaca juga melibatkan daya hayal
atau imaji.1 Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk
memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang
terkandung di dalam kata-kata yang tertulis.2 Maksudnya adalah pembaca
dapat memahami makna arti yabg tertera dibalik tulisan.
Dalam membaca seseorang perlu memiliki kemampuan dan pengetahuan
yang luas agar dapat memahami dan mengerti isi suatu bacaan. Pendapat
tersebut dipergegas oleh Burhan yang mengatakan bahwa kegiatan
membaca bukan hanya sekedar melihat atau mengamati kata-kata, tetapi
membaca memerlukan suatu kemampuan untuk menggabungkan beberapa
keterampilan. Seperti keterampialn mengamati kata-kata yang tertulis,
keterampilan memahami makna kata, dan keterampilan memahami makna
kata dengan pengetahuan yang dimiliki.3
Yuliana menuturkan bahwa Membaca merupakan salah satu komponen
keterampilan berbahasa yang sangat penting. Karena melalui aktivitas
membaca pemelajar akan memperoleh banyak informasi dan pengetahuan

1
Harras K.A. Membaca Minat Baca Masyarakat Kita dalam jurnal Mimbar Bahasa dan Seni,
(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1995), h.104.
2
Ibid., h. 8
3
Burhan Nurgiyantoro, Penilaan dan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, (Yogyakarta:
BPFE, 1988), h.90.

11
12

tentang berbagai hal.4 Pemelajar dituntut agar mampu memahami


lambing-lambang tertulis. Membaca dapat juga dianggap sebagai suatu
proses untuk memhami makna.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
membaca adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang tidak hanya sekedar
melafalkan kata-kata dan kalimat tetapi memahami makna yang terkandung
dalam kata-kata dan kalimat tersebut tersebut baik secara tersurat maupun
tersirat. Makna kata-kata tersebut merupakan idea tau gagasan yang
disampaikan penulis melalui tulisan. Dalam membaca seseorang dapat
dituntut untuk memiliki keterampilan, seperti keterampilan memahami,
mengamati, dan memikirkan sehingga pemelajar memiliki kemampuan
dalam memahami isi teks.

B. Proses Membaca

Membaca bukan hanya sekedar kemampuan mengenal huruf huruf yang


membangun kata, atau kata yang membentuk kalimat, kalimat yang
berbentuk wacana.5 Membaca bukan hanya kemampuan melafalkan
bunyi-bunyi fonetis dengan baik. Membaca juga bukan sekedar menemukan
ide pokok atau menemukan pesan-pesan dan informasi tersurat, tetapi
membaca menuntut aktivitas mental yang terarah yang sanggup menangkap
dan memahami gagasan-gagasan terselubung di balik lambing tertulis.

Apa yang terttulis terkadang menyeritkan makna yang lebih jauh jika dikaji.
Membaca sebagai suatu aktivitas, berlangsung dalam empat proses yaitu:6
a. Pengamatan dan pemahamann terhadap lambing-lambang bahasa

4
S. Yuliana, Jurnal Ilmiah PBSID, Edisi Januari No.26, Murah dan Rapi, (Yogyakarta, 2003), h.33.
5
Tampubolon, D.P, Kemampuan Membaca, Teknik Membaca Efektif dan Efisien, (Bandung:
Angkasa, 1989), h.58.
6
Nurhadi, Meningkatkan Kemampuan Membaca, (Bnadung: CV Sinar Baru, 1989), h.118.
13

Ketika proses membaca berlangsung yang pertama dan harus diilakukan adalah
mengamati lambing-lambang bahasa dalam bentuk kata, kalimat,
wacana, dan akhirnya dalam bentuk sebuah buku. Pembaca akan
mengamati dan memahami lambing-lambang bahasa tersebut kemudian
baru mengucapkan melafalkannya. Pemahaman ini bertujuan untuk
memantapkan pengertian pembaca yang nantinya akan diteruskan dalam
penetapan makna atau pengertian dari lambing-lambang bahasa
tersebut.
b. Pemahaman atau penangkapan makna
Pemahaman dan penangkapan makna yang ada di balik lambing bahasa baik
makna pokok maupun makna tambahan harus dilakukan oleh pembaca.
Ini dilakukan agar pembaca dapat memahami dan menangkap makna
pokok atau makna sebenarnya.
c. Bereaksi secara interpretatif
Setelah memahami lambing bahasa tersebut pembaca harus bereaksi sercara
interpretatif. Reaksi dapat secara positif juga dapat secara negative dalam
bentuk menerima atau menolak atau setuju dan tidak setuju sama sekali.
d. Mengidentifikasi gagasan dengan pengalaman dan pengetahuan yang
ada.
e. Dalam proses ini pembaca akan menghubungkan apa yang didapati
setelah membaca dengan pengalam-pengalaman dan kemudian akan
mengidentifikasi dengan pengetahuannya.7 Hal ini akan berpengaruh
terhadap individu pembaca dalam wujud pengayaan pengalaman,
perubahan terhadap sikap kea rah yang lebih baik, perubahan cara
berfikir kea rah yang positif serta yang terpentingg adalah untuk
pembinaan daya nalar. Kegiatan membaca meliputi 3 keterampilan dasar
yaitu recording, decording, dan meaning. Recording merunjuk pada
kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan

7
Ibid., h.62.
14

bunyi-bunyi sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. Proses


decording merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam
kata-kata. Sedangkan meaning merupakan proses memahami makna
yang berlangsung dari tingkat pemahaman, pemahaman interpretative,
kreatif, dan evaluastif. Proses recording dan decoding berlangsung pada
siswa kelas awal, sedangkan meaning lebih ditekankan pada kelas tinggi,8
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses membaca adalah
mengenal huruf-huruf yang membangun kata, atau kata yang
membentuk kalimat, kalimat yang membentuk wacana. Proses membaca
menuntut aktivitas mental yang terarah yang sanggup menangkap dan
memahami gagasan-gagasan terselubung di balik lambing tertulis yang
berpengaruh terhadap individu pembaca dalam wujud pengayaan
pengalaman, perubahan terhadap sikap kea rah yang lebih baik,
perubahan cara berfikir kea rah yang positif serta yang terpenting adalah
untuk pembinaan daya nalar.

C. Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari informasi tentang isi
bacaan atau untuk menemukan sesuatu yang ingin diketahui. Ada
beberapa tujuan membaca yang mencakup9:
a) Kesenangan
b) Menyempurnakan membaca nyaring
c) Menggunakan startegi tertentu
d) Meengetahui perbaharui pengetahuannya tentang suatu topic
e) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah
diketahuinya
f) Memperoleh informasi untuk laporan lisan dan tertulis

8
Ibid., h.115.
9
Sudarso, Sistem Memba Cepat dan Efektif, (Jakarta: Gramedia, 1988), h.15.
15

g) Mengkonfirmasikan atau menolak memprediksi


h) Menampilkan sesuatu eksperimen atau mengaplikasikan
informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa lain
i) Mempelajari tentang struktur teks, dan
j) Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca


adalah untuk memperoleh dan memperbaharui pengetahuan
sekaligus mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah
dimiliki. Membaca dapat memberikan penilaian terhadapa apa yang
disampaikan penulis kepada pembaca dan dapat memahami pesan
yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Serta dapat
membandingkan atau mempertentangkan sebuah bacaan yang lain.
Hanya dengan membaca tanpa memahaminya tujuan membaca
tersebut tidaka akan tercapai dengan baik. Jadi sangat ditekankan
bahwa seacara umum tujuan membaca adalah untuk memperoleh
informasi baik informasi secara umum ataupun informasim secara
khusus tentang suatu topic Selain itu, tujuan membaca juga dapat
dikategorikan sebagai tujuan yang bersifat khusus misalnya membaca
untuk memperoleh kesenangan dan pengalaman. Oleh karena itu,
untuk mencapai tujuan membaca dengan baik harus membaca
dengan pemahaman terhadap isi bacaan.

D. Jenis jenis Membaca


Membaca terdiri atas dua jenis yaitu membaca nyaring dan mebaca senyap.10
a. Membaca Nyaring
Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan mengeluarkan suara
atau kegiatan melafalkan lambing-lambang bunyi bahasa dengan
suara yang cukup keras. Membaca nyaring ini bertujuan agar pembaca

10
Ibid., h.30.
16

menyuarakan tulisan yang dibaca dengan ucapan dan intonasi yang


tepat agar informasi yang disampaikan dapat ditangkap sehingga tidak
terjadi kesalahan dalam menafsirkan makna. Kesalahan dalam
penafsiran makna ini akan berakibat fatal dan menyebabkan
kesalahan dalam penerimaan informasi.
b. Membaca senyap
Membaca senyap adalah membaca yang sangat bertolak dengan membaca
nyaring. Mebaca senyap adalah kegiatan membaca tanpa
mengeluarkan suara, bahkan lebih dari itu membaca senyap adalah
membaca tanpa menggerakan bibir, tanpa gerakan kepala, tanpa
berbisik dan tanpa menggunakan alat tunjuk meskipun dengan jari
telunjuk. Kegiatan membaca senyap ini akan memberikan
pemahaman mendalam terhdap bacaan dan membutuhkan tingkat
konsentrasi yang tinggi. Membaca dalam hati dapat dibagi atas11:
1. mebaca ekstensif
berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks
dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca ekstensif meliputi
12
:
a. membaca survei
membaca guna menemukan informasi dengan cara memriksa,
melihat-lihat, dan meneliti terlebih dahulu apa yang akan kita
telaah.
b. membaca sekilas
membaca sekilas adalah membaca yang membuat mata kita bergerak
dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk
mencari serta mendapatkan informasi.

11
Harjasujana, A. dan Vismaia Damaianti, Memabaca Dalam Teori Dan Praktik, (Bandung:
Penerbit Mutiara, 2003), h.126.
12
Titik Harsiati, Tingkat Keterbacaan Buku Teks Membaca Siswa Sekolah Dasar se Kodya
Malang, (Malang: Lembaga Penelitian IKIP Malang, 1993), h.94.
17

c. Membaca dangkal
d. membaca bahan seacra dangkal dengan tujuan memperoleh
pemahaman secara dangkal. Biasanya dilakukan ketika kita
ingin membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan
guna mendatangkan kebahagiaan di waktu senggang.
2. Membaca Intensif
Membaca intensif adalah studi seksama, telaah, teliti, dan penanganan
terperinci. Membaca intensif dibedakan ata:
a. Membaca teliti
b. Membaca pemahaman
c. Membaca kritis
d. Membaca ide
e. Membaca kreatif

Berdasarkan maksud dan tujuannya membaca dibagi menjadi


beberapa jenis antara lain13:
a. Membaca intensif
b. Membaca teknik
c. Membaca cepat
d. Membaca kritis
e. Membaca indah

E. Kuliner Indonesia
Secara umum kuliner adalah kegiatan yang berhubungan dengan masakan atau
aktiviatas memasak. Kuliner juga dapat dimaknai sebagai hasil olahan
yang berupa masakan berupa lauk-pauk, panganan, maupun minuman.
Kuliner tidak terlepas dari kegiatan masak-memasak yang erat kaitannya

13
Harjasujana, A. dan Vismaianti, Memabaca Dalam Teori Dan Praktik, (Bandung: Penerbit
Mutiara, 2003), h.123.
18

dengan komsumsi sehari-hari. Kata kuliner merupakan unsur serapan


bahasa inggris Culinary yang berarti berhubungan masak-masakan atau
aktivitas memasak. Sedangkan orang yang bekerja di bidang kuliner
disebut koki atau chef. Istilah kuliner semakin menyebar luas di Indonesia
setelah ada acara di televise yang di pandu oleh beberapa koki terkenal
salah satunya yang di pandu oleh Bondan Winarno tentang masakan atau
makanan dengan slogan tang terkenal “ Maknyus”. Sehingga saat ini
istilah kuliner sering disebut, didengar, dibaca lewat media cetak maupun
audio visual.
Dalam perkembangannaya, penggunaan istilah kuliner digunakan untuk berbagai
macam kegiatan, seperti seni kuline yaitu seni persiapan, memasak dan
penyajian makanan, biasanya dalam bentuk makanan. Ada juga wisata
kuliner yaitu wisata bertujuan untuk mencoba menikmati hasil masakan
di tempat wisata tersebut. Misalnya wisata kuliner di Kota Bandung yaitu
mencoba menikmati makanan khas daerah Bandung. Wista kuliner
merupakan perpanduan menikmati suatu makanan sambil menikmati
suasana jalam-lajan, bersantai, atau sedang berlibur, sehingga
memanfaatkan waktu ke tempat-tempat yang menyediakan makanan
khas.14 Berikut contoh kuliner Indonesia

1. Rawon Daging

14
https://www.kanalinfo.web.id/pengertian-kuliner,diakses pada tanggal 13 Desember 2019.
19

2. Rendang

3. Nasi Tumpeng

4. Gado-Gado
20

5. Gudeg

F. Perkembangan BIPA
Lebih dari 240 juta penduduk Indonesia (Data bulan juli 2009: CIA
The World Fact Book) mengguanakan Bahasa Indonesia yang memiliki
kedudukan sebagai bahasa nasional sekaligus bahasa negara. Bahasa
Indonesia juga memiliki penutur asli yang tersebar di luar negeri sebanyak
4.463.950 orang (terbesar kelima di dunia menurut data Kemenlu tahun
2011).15 Penyebaran bahasa Indonesia bertambah Meluas, mulai dari
ASEAN hingga kawasan lain. Pemerintah daerah Ho Chi Minh City,

15
http://kompas.com, diaskes pada tanggal 15 Desember 2019.
21

Vietnam, menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa asing kedua


sejak Desember 2017. Bahasa Indonesia juga digunakan di Negara-negara
berbahasa Melayau, seperti Malaysia, Singapura, Brunai Dasrussalam, dan
masyarakat di benua lain. Diperkirakan ada 45 negara mengajarkan
bahasa Indonesia kepada siswa atau mahasiswa, antara lain: Autralia,
Amerika, Kanada, Vietnam, Rusia, Korea, Jepang, dan Jerman. Untuk
Australia, bahasa Indonesia menjadi bahasa asing terpopuler keempat.
Perkembangan tersebut tidak terlepas dari usaha pemerintah
melalui Biro Perencanaan Kerja Sama Luar Negeri (BPKLN) Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang memberika beasiswa
kepada para siswa asing untuk belajar bahasa dan budaya di Indonesia.
Program tersebut diberi nama Darmawiswa. Darmasiwa adalah program
beasiswa yang ditawarkan kepada semua mahasiswa asing dari Negara
Negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia untuk
belajar bahasa Indonesia, seni, music, dan kerajianan. Peserta dapat
memilih salah satu dari 45 universitas di berbagai kota di Indonesia.
Program ini diselenggarakan Kemendikbud bekerja sama dengan
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).
Program tersebut dimulai tahun 1974 sebagai bagian dari inisiatif
ASEAN dan awalnya hanya berlaku untuk para siswa dari Negara-negara
anggota ASEAN. Namun, pada tahun 1976 program ini diperluas
mencakup siswa dari Negara lain, seperti Autralia, Kanada, Prancis,
Jerman, Hungaria, Jepang, Meksiko, Belanda, Norwegia, Polandia, Swedia,
dan Amerika Serikat.16

G. Pembelajaran Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Asing

16
Muliastut, Liliana, Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing, Acuan Teori dan Pendekatan
Pengajaran, (Jakarta: Obor, 2017), h. 23-29.
22

Penelitian ini akan membahas tentang pembelajaran Bahasa


Indonesia sebagai bahasa asing bagi penutur asing. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing
adalah faktor psikologis dan faktor sosial. Faktor psikologis adalah proses
intelektual termasuk pemahaman struktur gramatikal atau aturan-aturan,
ingatan atau memori yang sangat penting dalam pembelajaran, serta
keterangan motorik yang meliputi penggunaan alat-alat ucap untuk
memproduksi bunyi dalam bahasa asing. Faktor sosial adalah
pertimbangan situasi, termasuk interaksi khususnya situasi alamiah dan
situasi di dalam kelas.
Pemahaman struktur bahasa asing dapat dilakukan dengan cara,
yaitu ekplisit dan induksi. Ekplisit adalah pembelajaran dengan meminta
penjelasan orang lain. Sedangkan induksi adalah pembelajaran dengan
menemukan cara sendiri. Pembelajaran yang sesuai untuk orang dewasa
atau pembelajaran bahasa asing adalah ekplisit karena orang dewasa yang
sedang mempelajari bahasa asing perlu mempelajari struktur dan
aaturan-aturan bahasa dengan jelas. Hal itu bisa didapat dari penjelasan
orang lain yang menguasi bahasa asing tersebut.
Faktor sosial dibagi menjadi dua, yaitu situasi natural dan situasi di
dalam kelas bahasa asing. Situasi natural adalah situasi pembelajaran
alamiah seperti seorang anak dengan bahasa ibu bahasa indonesia dan
tinggal selama 1 bulan di Jepan, anak tersebut dapat berbicara bahasa
Jepan. Berbeda dengan orang dewasa yang memerlukan “kondisi” yang
sesuai sehingga ia merasa “aman” jika meelakukan kesalahan karena ada
pembimbing yang akan membantu memperbaikinya.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran bahasa asing yang sesuai untuk orang dewasa adalah ekplisit
yaitu memerlukan penjelasan orang lain. Maka diperlukan kondisi yang
sesuai dan tepat agar ia dapat menguasai bahasa asing tanpa rasa takut
23

melakukan kesalahan dan situasi di dalam kelas bahasa asing adalah


situasi yang dibutuhkan.
Menurut Syamsul Mappa dan Anisah B, Perbedaan antara belajar bagi orang
dewasa dengan belajar bagi anak-anak dilihat dari segi perkembangan
kognitif mereka.17 Terddapat empat asumsi utama yang membedakan
antara andragogi (pendidik bagi orang dewasa) dengan pedagogi (pendidik
bagi anak-anak), yaitu:
1. Perbedaan pengalaman, orang dewasa mengumpulkan pengalaman
yang makin luas, yang menjadi sumber daya yang kaya dalam
kegiatan belajar.
2. Perbedaan dalam konsep diri, orang dewasa membutuhkan
kebebasan yang lebih bersifat pengarahan diri.
3. Kesipan untuk belajar, orang deawasa ingin mempelajari bidang
permasalahan yang kini mereka hadapi dan anggap relevan.
4. Perbedaan dalam orientasi ke arah kegiatan belajar, orang dewasa
orientasinya berpusat pada masalah dan kurang kemungkinannya
berpusat pada subjek.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

17
Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2009), h. 35-.36.
24

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini berjudul Efektivitas Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing
untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Melalui Audio Visual terhadap
pembelajar Darmasiswa Politeknik Sahid Jakarta, Pondok Cabe. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Oktober 2019

B. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah objek data dapat diperoleh.
Adapun sumber data dalam penelitian ini merupakan Darmasiswa Politeknik
Sahid Jakarta, Pondok Cabe.

C. Metodelogi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif “Penelitian Kualitatif memiliki
tujuan utama mengumpulkan data-data deskriptif yang mendeskripsikan
objek penelitian secara rinci dan mendalam dengan maksud mengembangkan
konsep atau pemahaman dari suatu gejala.”18
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sugiyono
menjelaskan metode deskriptif adalah metode yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti
melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku secara umum.19
“penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan gejala-gejala yang
terjadi pada masa itu. Pemaparan hasil temuannya dilakukan secara
sistematik dengan menekankan pada data faktual.20

18
B.Sandjaja dan Albertus H, Panduan Penelitian. (Jakarta Pustakakarya, 2006), h.49.
19
Sugiyanto, Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. (Bandung: ALFABETA, 2009),h.29.
20
Ibid,h.110.
25

Dengan demikian kualitatif, analisis dilakukan secara komprehensif,


sehingga proses pengumpulan data penyajian data hasil penelitian tidak
hanya bertumpu pada hal-hal mengemuka saja, tetapi juga dengan berupaya
melihat faktor-faktor yang melatarbelakinya.21

D. Objek Penelitian
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa tulisan soal-soal Materi dari peserta didik Darmasiswa
yang dapat diamati. Dengan demikian dalam penelitian ini yang menjadi objek
penelitian adalah peserta Darmasiswa Politeknik Sahid Jakarta, Pondok Cabe
yang berjumlah 8 orang.

E. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia
dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya.
Observasi adalah kemapuan seseorang untuk mengguanakan
pengamatannya melalui hasil kerja.22
Observasi merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengetahui atau menyelidiki tingkah laku nonverbal. Observasi
merupakan kegiatan peneliti untuk langsung turun ke lapangan mangamati
perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian. Peneliti dalam
pengamatan ini merekam/mencatat baik dengan cara terstruktur maupun
semistruktur (misalnya, dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang
memang ingin diketahui oleh peneliti) – aktivitas-aktivitas dalam lokasi
penelitian.23

21
Burhan Bungis, Metodologi Penelitian Kuantitatif (jakart: Kencana, 2005), h.143.
22
Ibid,.h. 144
23
John W. Creswell, Research Design Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed,(Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), h. 267.
26

2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti.24
Wawancara atau interview digunakan untuk mengumpulkan bahan
penelitian berupa informasi dari narasumber. Narasumber adalah
orrang-orang yang dianggap mempunyai kewenangan untuk memberikan
informasi atau pendapat tentang sesuatu.25
3. Dokumen
Dokumen adalah data yang yang tersedia yang berbentuk surat-suarat, catatan
harian, laporan, dan sebagainya. Dokumen ini berisi informasi yang
disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter. Dalam
penelitian ini, peneliti akan melampirkan berupa lembaran tulisan berupa
soal materi peserta didik darmasiswa Politeknik Sahid, baik berupa
lembar tulisan sebelum tes dan setelah tes.

F. Intrumen Penelitian
Muhammad menyebutkan bahwa intrumen dalam penelitian kualitatif
adalah peneliti itu sendiri.26 Untuk mempermudah dalam menganlisis hasil
penelitian, peneliti menggunakan intrumen lain. Intrumen yang akan
digunakan adalah intrumen tes tulis. Tes tulis, yaitu Menyimak suatu materi
melalui audio visual lalu menjawab soal yang telah disediakan pengajar BIPA
pembelajaran ini berjutuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menyimak dan menjawab lembar soal materi yang baik dan benar.

24
Sugiyanto, Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2009),h.188.
25
Akhap, dkk. Retorika, (Jakarta: Universitas Terbuka,2007), h.12.
26
Muhammad, Metode Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Kompetensi,
(Yogyakarta :BPFE, 2012), h.440.
27

G. Teknik Analisis Data


Analisis data pada penelitian ini dimulai dengan pengolahan data
mentah. Pengolahan data dilakukan dengan memberikan lembar materi soal
kepada peserta didik Darmasiswa lalu siswa menyimak melalaui suara atau
gambar yang telah disapkan.
28

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
Pembelajaran membaca nyaring perlu dipertahankan dan ditingkatkan pada level
intermediate atau pada level lainnya.hal ini bertujuan agar dapat
diketahui sejauh mana pemebelajar dapat menangkap dan meahami
suatu bacaan dilihat dari aspek-aspek membaca. Oleh karena itu
persediaan bahan bacaan yang bervariatif dan pemberian materi dan
latihan yang lebih tentang hal-hal yang pemelajar belum mengerti.

B. Saran

1. pengajar
Pengajar hendaknya lebih memperhatikan Strategi apa yang akan diberikan
kepada pemelajar Asing agar peserta mereka memahami apa yang
telah disampaikan.

2. Pemelajar
Diharapkan dengan adanya strategi yang digunaakan bisa meningkatkan
keefektivan pembelajara membaca untuk penutur asing dan membantu
pembelajar dalam mengeksplorasi kemampuan yang mereka miliki.
29

DAFTAR PUSTAKA

Bungil, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana, 2005.


Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan Ciputat: PT Ciputat Press, 2006.
Harjasujana, A. dan Vismaia Damaianti, Memabaca Dalam Teori Dan Praktik,
Bandung: Penerbit Mutiara, 2003.
Harsiati Titik, Tingkat Keterbacaan Buku Teks Membaca Siswa Sekolah Dasar se
Kodya Malang. Malang: Lembaga Penelitian IKIP Malang, 1993.
K.A Harras, Membaca Minat Baca Masyarakat Kita dalam jurnal Mimbar Bahasa
dan Seni. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1995.
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarat: Ar-Ruzz Media, 2011.
Muliastut, Liliana, Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing, Acuan Teori dan
Pendekatan Pengajaran. Jakarta: Obor, 2017.
Nurgiyantoro Burhan, Penilaan dan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Yogyakarta: BPFE, 1988.
Nurgiyantoro, Burhan. Penelitian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.
Yogyakarta: BPFE, 2012
Nurhadi, Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bnadung: CV Sinar Baru, 1989.
Sandjaya, B. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2006.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: kencana, 2010.
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung: ALFABETA,2012.
Subana M, dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia: Berbagai
Pendekatan, Metode, Teknik, dan Pengajaran, Bandung: Penerbit Setia.
30

Sudarso, Sistem Memba Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia, 1988.


Sumantri Mulyani, dan Nana Syaodih, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Universitas Terbuka, 2009.
Syah Muhibin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010
Tarigan, H. Guntur.Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa . Bandung:
Penerbit Angkasa. 1986.
Tarigan Djago , Materi Pokok Pendidikan Keterampilan Berbahasa 1-12. Jakarta:
Universiatas Terbuka, 2005.
Tampubolon, D.P, Kemampuan Membaca, Teknik Membaca Efektif dan Efisien.
Bandung: Angkasa, 1989.
Waknis, Chris dan Lodge. Effective Learning In Clasroom.London: Paul chapman
Publik, 2007.
Yuliana s, Jurnal Ilmiah PBSID, Edisi Januari No.26, Murah dan Rapi. Yogyakarta,
2003.
https://www.kanalinfo.web.id/pengertian-kuliner,diakses pada tanggal 13
Desember 2019.

Anda mungkin juga menyukai