Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Pendidikan kewarganegaraan

Dosen pengampu : Mualamatul Musawamah, M. S. I

Oleh :

1. Zuhriya Aini Rosyidah (2111010041)


2. Novia Nur Amalia Agusthina (2111010059)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM (BKPI)
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Segala puji syukur bagi allah S.W.T. yang telah melimpahkan rahmat-Nya, kita dapat
menyelesaikan makalah ini dengan yang diharapkan dan selesai pada waktunya.

Dan terima kasih kepada dosen pengampu serta bagian yang telah membuat makalah ini.
Makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam teknik penulisannya. oleh karna itu saya,
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini menjadi
bermanfaat.

Wassalamualaikum wr.wb .

Kudus, 11 Maret 2022

penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG ..........................................................................................................1

B.RUMUSAN MASALAH........................................................................................................1

C. TUJUAN MASALAH...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................3

A.PENGERTIAN WARGA NEGARA......................................................................................3

B. ASAS-ASAS WARGA NEGARA........................................................................................5

C.HILANGNYA KEWARGANEGARAAN DAN CARA MENGEMBALIKAN


KEWARGANEGARAAN INDONESIA ..................................................................................5

BAB III PENUTUP...................................................................................................................10

A. KESIMPULAN .....................................................................................................................10

B.SARAN ..................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Warga negara adalah penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan
keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya, yang mempunyai kewajiban dan hak penuh
sebagai warga negara itu, memiliki domisili atau tempat tinggal tetap disuatu wilayah
negara, yang dapat dibedakan menjadi warga negara asli dan warga negara asing. Selain
warga negara resmi, elemen penduduk yang menempati suatu negara juga tidak lepas dari
warga negara asing. Warga negara asing masuk ke wilayah negara Indonesia dengan
maksud yang berbeda-beda setiap individunya, ada yang bermaksud menjadi penanam
modal di perusahaan Indonesia, ada yang menjadi pengusaha di Indonesia, bahkan ada
pula yang hanya ingin berkunjung sekedar berpariwisata dan itu semua merupakan hal
yang wajar pada era globalisasi saat ini.
Warga negara dapat juga diartikan sebagai pendukung negara, merupakan
landasan bagi adanya negara. Keberadaan warga negara merupakan salah satu unsur
hakiki dan unsur pokok suatu negara. Status kewarganegaraan menimbulkan hubungan
timbal balik antara warga negara dan negaranya. Sebaliknya, negara mempunyai
kewajiban memberikan perlindungan terhadap warga negaranya.
Itulah pemaknaan konkret mengenai eksistensi warga negara seperti yang termuat
dalam penjelasan Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia (selanjutnya disebut dengan UndangUndang Kewarganegaraan).
Sebelum Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan tersebut
diberlakukan, Indonesia telah memiliki ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai kewarganegaraan yaitu Undang-Undang RI Nomor 62 Tahun 1958
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Sejak Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, telah dilakukan upaya untuk mengatasi masalah
kewarganegaraan, antara lain dengan pembentukan berbagai peraturan perundang-
undangan sebagai salah satu cara untuk memberikan jaminan kepastian hukum tentang
legalitas status kewarganegaraan. Status hukum kewarganegaraan yang dimaksudkan
disini adalah status seseorang terkait dengan kewarganegaraannya dalam suatu negara
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Konsep status hukum
kewarganegaraan menunjuk pada konsep hubungan hukum antara individu dengan
negara, di samping menunjuk pada ada tidaknya pengakuan dan perlindungan secara
yuridis hak-hak dan kewajiban yang melekat, baik pada individu maupun pada negara
yang bersangkutan.
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Kewarganegaraan, dijelaskan
warga negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan

1
perundang-undangan. Sedangkan yang dimaksud sebagai Warga Negara Indonesia
(WNI) dijelaskan dalam Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD Tahun 1945) dan Pasal 2
UU Kewarganegaraan adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orangorang bangsa
lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
Setiap WNI berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Pasal 28 B ayat (1) mempunyai hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah. Dalam hal perkawinan setiap warga negara
bebas untuk memilih calon suami atau istri, baik dari golongan kaya atau miskin,
golongan etnis maupun golongan diluar etnis, luar daerah bahkan dari luar negeri.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian warga negara?
2. Apa asas-asas warga negara?
3. Apa penyebab hilangnya kewarganegaraan dan cara untuk memperoleh
kewarganegaraan indonesia?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian warga negara
2. Untuk mengetahui asas-asas warga negara
3. Untuk mengetahui hilangnya kewarganegaraan dan cara untuk memperoleh
kewarganegaraan indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Warga Negara


Warga negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Warga negara memiliki hak dan kewajiban yang diatur dalam
UUD 1945.
Warga negara merupakan salah satu unsur hakiki dan unsur pokok dari suatu
negara yang memiliki hak dan kewajiban yang perlu dilindungi dan dijamin
pelaksanaannya. Secara yuridis, kewarganegaraan diatur dalam Undang-undang (UU)
No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Warga negara adalah
warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan yang bukan warga negara adalah mereka yang berada pada suatu negara,
tetapi secara hukum tidak menjadi anggota negara yang bersangkutan dan tunduk pada
pemerintahan dimana mereka berada. Sesuai Pasal 2 UU No.12/2006, yang menjadi
Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-
orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Warga
Negara Indonesia Berdasarkan Pasal 4 UU No.12/2006, Warga Negara Indonesia adalah:
1. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang- undangan dan/atau berdasarkan
perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum Undang-
Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia.
2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia.
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia
dan ibu warga negara asing.
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan
ibu Warga Negara Indonesia.
5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia,
tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya
tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.
6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia
7. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia.
8. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing
yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan

3
pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau
belum kawin.
9. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak
jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
10. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama
ayah dan ibunya tidak diketahui.
11. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.
12. Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah
dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak
tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
13. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
Dalam kehidupan kenegaraan kadang hak warga negara saling berhadapan dengan
kewajibannya. Bahkan tidak jarang kewajiban warga negara lebih banyak dituntut
sementara hak-hak warga negara kurang mendapatkan perhatian. Secara history, baik
antara hak dan kewajiban kewarganegaraan dalam kehidupan kenegaraan maupun hak
dan kewarganegaraan dalam kehidupan pribadi tidak pernah dirumuskan secara sempurna
karena ada banyak pengaruh salah satunya sifat negara yang sangat dinamis. Maksudnya
bahwa organisasi negara mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan
manusia.
Hubungan hak dan kewajiban warga negara yang berjalan beriringan menjadi
sebuah asasi yang akhirnya memiliki konsekuensi logis hidup dalam organisasi negara.
Hak dan kewajiban merupakan salah satu elemen penting yang perlu di rawat oleh
negara. Dalam konteks kewarganegaraan, hak dan kewajiban menjadi nilai dasar secara
intrinsik warga negara dalam membangun sebuah masyarakat sipil. Namun lebih penting
jika Negara yang diwakili oleh pemerintah sebagai pelaksana hukum merekonstruksi
pemahaman hak dan kewajiban warga negaranya melalui Pendidikan. Karena dari hasil
survei yang dilakukan oleh People For The American Way tahun 1989 di Amerika yang
dijelaskan oleh Gonzale, Riedel, Avery, dan Sullivan bahwa dari 1.006 remaja dan
dewasa menemukan bahwa ketika responden ditanya tentang kewarganegaraan yang
baik, mereka memusatkan perhatian pada hak individu dengan mengabaikan tugas-tugas
sipil dan partisipasi sebagai warga negara. Meskipun para responden menghargai
kebebasan yang melekat dalam demokrasi, mereka tidak melaporkan rasa simpati pada
tugas atau kewajiban untuk menjalankan tanggung jawab kewarganegaraan. Dalam
penelitian ini meski telah berlangsung sangat lampau. Namun dapat kita jadikan
pembelajaran bahwa negara besar se-kaliber Amerika masih memiliki permasalahan atas
kesadaran warga negaranya terhadap hak dan kewajiban. Jika dibandingkan dengan
Negara Indonesia, tentunya menjadi persoalan yang sama-sama rumit. Dalam asumsi
penulis Negara Indonesia memiliki masalah yang lebih kompleks dalam hal ini, sehingga
4
dibutuhkan solusi dari berbagai lini. Salah satunya yaitu dengan memberikan pendidikan
kewarganegaraan kepada seluruh warga negara sebagai penguatan nilai intrinsik hak dan
kewajiban.
Dalil Al-Qur’an pentingnya menjadi Warga Negara yang baik dalam Islam,
seperti yang dijelaskan dalam surat :
 Surah ali imran ayat 103

  ‫ص ُموا بِ َح ْب ِل هَّللا ِ َج ِميعًا َواَل تَفَ َّرقُوا ۚ َو ْاذ ُكرُوا نِ ْع َمتَ هَّللا ِ َعلَ ْي ُك ْم ِإ ْذ ُكنتُ ْم َأ ْعدَا ًء فََألَّفَ بَ ْينَ قُلُوبِ ُك ْم فََأصْ بَحْ تُم بِنِ ْع َمتِ ِه‬
ِ َ‫َوا ْعت‬
َّ ‫هَّللا‬ ٰ ‫َأ‬
َ ِ‫ار فَ نقَ َذ ُكم ِّم ْنهَا ۗ َك َذل‬ ْ
َ‫ك يُبَيِّنُ ُ لَ ُك ْم آيَاتِ ِه لَ َعل ُك ْم تَ ْهتَ ُدون‬ ِ َّ‫ِإ ْخ َوانًا َو ُكنتُ ْم َعلَ ٰى َشفَا ُحف َر ٍة ِّمنَ الن‬

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah
kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi
jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Ali ‘Imraan:
103)
Diriwayatkan oleh Al-Faryabi dan Ibnu Abi Hatim, yang bersumber dari Ibnu
‘Abbas bahwa ketikau kaum Aus dan Khajraj duduk-duduk, berceritalah mereka tentang
permusuhannya di jaman jahiliyah, sehingga bangkitlah amarah kedua kaum tersebut.
Masing-masing bangkit memgang senjatanya, saling berhadapan. Maka turunlah ayat
tersebut (Ali ‘Imraan: 101-103) yang melerai mereka.
Sebagai warga negara yang memiliki keanggotaan di suatu negara, warga negara
yang transformatif akan mengambil tindakan untuk mengimplementasikan dan
mempromosikan kebijakan, tindakan, dan perubahan yang konsisten dengan nilai-nilai
seperti hak asasi manusia, keadilan sosial, dan kesetaraan. Tindakan yang diambil oleh
warga negara yang transformatif mungkin melanggar hukum lokal, negara bagian, dan
nasional yang ada. Contohnya adalah tindakan yang diambil oleh warga transformatif
seperti Mahatma Gandhi, Martin Luther King, Jr., dan Rosa Parks yang melanggar
hukum nasional tetapi membantu mengaktualisasikan nilai-nilai seperti hak asasi manusia
dan keadilan sosial dan menghilangkan diskriminasi dan ras yang dilembagakan.
Warga negara yang transformatif mengambil tindakan untuk mengaktualisasikan
nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral yang melampaui negara-bangsa dan batas-batas
nasional. Warga negara transformatif menggambarkan tiga konsepsi warga negara yang
baik yaitu dengan bertanggung jawab secara pribadi, partisipatif, dan berorientasi
keadilan. Mereka mendefinisikan warga negara partisipatif "sebagai individu yang secara
aktif berpartisipasi dalam urusan sipil dan kehidupan sosial masyarakat di tingkat lokal,
negara bagian, atau nasional". Menjadi warga negara penting untuk terlibat mengambil
langkah-langkah dalam membela hak-hak warga negara lainnya yang telah menjadi
kepentingan bersama. Karena warga negara adalah seseorang yang pergi untuk
membantu sesama warga negara yang sedang jatuh merasakan kegagalan dengan turut
5
campur tangan ketika ia mampu mencegah tindakan kriminal yang berlangsung/ telah
terjadi. Menjadi warga negara juga terlibat dan berperan aktif dalam arena politik formal
dan informal. Warga negara memiliki hak dan berhak atas perlindungannya. Setiap warga
negara diharapkan setia kepada negara-bangsanya. warga negara dalam negara-bangsa
yang pluralis dan demokratis harus mendukung cita-cita negara-bangsa secara
menyeluruh, seperti tentang keadilan dan kesetaraan, berkomitmen untuk memelihara dan
melanggengkan cita-cita bangsanya, dan bersedia mengambil tindakan untuk membantu
menutup kesenjangan antara cita-cita dan praktik (seperti diskriminasi ras, etnis, dan
agama dan ketidaksetaraan ekonomi).
B. Asas-asas Warga Negara
Dalam perundang-undangan yang berlaku di suatu negara, ditentukan siapa saja
warga negara, syarat menjadi warga negara, hak dan kewajiban warga negara, hingga apa
yang menyebabkan suatu kewarganegaraan bisa dicabut. Selain itu, dalam perundang-
undangan yang berlaku, diatur pula asas kewarganegaraan, yakni dasar hukum bagi
kewarganegaraan untuk penduduk (warga) sebuah negara. Perlunya asas
kewarganegaraan adalah supaya orang yang sudah memiliki kewarganegaraan tidak jatuh
pada kekuasaan atau wewenang negara lain.
Negara lain tidak berhak memperlakukan kaidah-kaidah hukum kepada orang
yang bukan warga negaranya. Macam-Macam Asas Kewarganegaraan Secara umum,
terdapat dua asas kewarganegaraan yang diterapkan oleh suatu negara.
Penjelasan tentang 4 macam asas tersebut diantaranya sebagai berikut:
1. Asas ius sanguninis (law of the blood): Asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan keturunan dan bukan atas negara tempat lahirnya.
2. Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas: Asas untuk menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang berpaku
terbatas untuk anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur undang-undang.
3. Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas menentukan suatu kewarganegaraan bagi
setiap orang.
4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda untuk anak-anak sesuai ketentuan yang tercantum dalam
undang-undang.

C. Hilangnya Kewarganegaraan dan cara untuk memperoleh Kewarganegaraan Indonesia


Penyebab hilangnya kewarganegaraan Indonesia Seorang warga negara Indonesia
bisa saja kehilangan status kewarganegaraannya. Ada berbagai hal yang membuat status
kewarganegaraan tersebut tidak diakui lagi menurut UU Nomor 12 Tahun 2006, yaitu;
1. Mendapatkan kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri, tidak menolak atau
tidak melepaskan kewarganegaraan lain.
2. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas kemauannya sendiri,
dengan ketentuan: telah berusia 18 tahun dan bertempat tinggal di luar negeri.
3. Masuk ke dalam dinas tentara asing tanpa disertai izin dari Presiden.
6
4. Masuk dalam dinas negara asing atas kemauan sendiri, dan jabatan tersebut di
Indonesia hanya bisa dijabat oleh warga negara Indonesia.
5. Bersumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau bagian dari negara
asing tersebut atas dasar kemauan sendiri.
6. Ikut dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing,
meskipun tidak diwajibkan keikutsertaannya.
7. Memiliki paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang
dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain
atas namanya.
8. Menetap di luar wilayah negara Republik Indonesia selama lima tahun terus menerus
bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah, dan dengan sengaja tidak
menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi warga negara Indonesia sebelum
jangka waktu lima tahun tersebut berakhir, dan setiap lima tahun berikutnya yang
bersangkutan tetap tidak mengajukan pernyataan ingin menjadi warga negara
Indonesia kepada perwakilan Indonesia, meskipun telah diberi pemberitahuan secara
tertulis.

Syarat memperoleh status kewarganegaraan Indonesia juga dapat diperoleh melalui


pewarganegaraan (Naturalisasi). Menurut Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu)
naturalisasi adalah  cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia untuk bangsa asing
melalui permohonan kepada Presiden. Orang asing adalah orang yang bukan warga
negara asli Republik Indonesia. Menurut Pasal 9 UU Kewarganegaraan, beberapa syarat
harus dipenuhi untuk dapat memperoleh kewarganegaraan Indonesia adalah sebagai
berikut:

1. Batas minimal usia pada orang yang mengajukan berusia 18 tahun atau telah
menikah.
2. Paling singkat 5 (lima) tahun atau 10 tahun tinggal di salah salah satu wilayah
negara Republik Indonesia, untuk bisa mengajukan surat permohonan.
3. Sehat jasmani dan rohani
4. Mengakui Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 sebagai dasar negara, serta dapat berbahasa Indonesia.
5. Tidak pernah melakukan kejahatan yang dijatuhi pidana dengan ancaman penjara 1
(satu) tahun atau lebih
6. Hanya memiliki satu kewarganegaraan saja yaitu Kewarganegaraan Republik
Indonesia
7. Mempunyai atau memiliki pekerjaan dan berpenghasilan tetap
8. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara

7
Setiap negara memiliki peraturan tentang bagaimana warga asing atau bangsa lain, untuk
memperoleh kewarganegaraannya, begitu pula di Indonesia. Bagi warga asing cara
memperoleh kewarganegaraan di Indonesia harus melakukan tata cara seperti berikut:
1. Seorang pemohon harus mengajukan surat permohonan kewarganegaraan di
Indonesia secara tertulis dalam bahasa Indonesia, menggunakan materai dan akan
diajukan kepada Presiden melalui Menteri
2. Paling lambat dalam waktu 3 (tiga) bulan Menteri akan meneruskan permohonan
tersebut kepada Presiden sejak tanggal surat permohonan diterima.
3. Presiden berhak mengabulkan atau menolak permohonan pewarganegaraan
4. Keputusan Presiden ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan sejak permohonan
diterima oleh Menteri dan akan diberitahukan kepada pemohon paling lambat
setidaknya 14 hari sejak Keputusan Presiden ditetapkan.
5. Pejabat akan memanggil pemohon paling lambat dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak
keputusan Presiden dikirimkan kepada pemohon, untuk melakukan sumpa dan janji
setia kepada Negara Indonesia.
6. Pemohon akan melakukan sumpah dan janji setia dihadapan pejabat dan dihadiri oleh
2 orang saksi sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.
7. Pemohon wajib mengembalikan dokumen atau surat-surat permohonan paling lambat
14 hari setelah melakukan sumpah dan janji setia.
8. Kemudian Menteri akan mengumumkan nama dalam berita Negara Republik
Indonesia, sebagai tanda sahnya menjadi warga Negara Republik Indonesia.

BAB III

8
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa warga negara merupakan salah satu
unsur hakiki dan unsur pokok dari suatu negara yang memiliki hak dan kewajiban
yang perlu dilindungi dan dijamin pelaksanaannya. Sesuai Pasal 2 UU No.12/2006,
yang menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang-orang bangsa Indonesia
asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai
warga negara. Warga Negara Indonesia Berdasarkan Pasal 4 UU No.12/2006, Warga
Negara Indonesia adalah:
1. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang- undangan dan/atau berdasarkan
perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum Undang-
Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia.
2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia.
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia
dan ibu warga negara asing.
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan
ibu Warga Negara Indonesia.
5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia,
tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya
tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.
6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia
7. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia.
8. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing
yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan
pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau
belum kawin.
9. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak
jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
10. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama
ayah dan ibunya tidak diketahui.
11. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.
12. Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah
dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak
tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.

9
13. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
Seperti yang sudah dijelaskan dalam surat Al-Imran ayat 103 bahwa sebagai
warga negara yang memiliki keanggotaan di suatu negara, warga negara yang
transformatif akan mengambil tindakan untuk mengimplementasikan dan
mempromosikan kebijakan, tindakan, dan perubahan yang konsisten dengan nilai-nilai
seperti hak asasi manusia, keadilan sosial, dan kesetaraan. Tindakan yang diambil oleh
warga negara yang transformatif mungkin melanggar hukum lokal, negara bagian, dan
nasional yang ada. Contohnya adalah tindakan yang diambil oleh warga transformatif
seperti Mahatma Gandhi, Martin Luther King, Jr., dan Rosa Parks yang melanggar
hukum nasional tetapi membantu mengaktualisasikan nilai-nilai seperti hak asasi manusia
dan keadilan sosial dan menghilangkan diskriminasi dan ras yang dilembagakan. Dalam
perundang-undangan yang berlaku di suatu negara, ditentukan siapa saja warga negara,
syarat menjadi warga negara, hak dan kewajiban warga negara, hingga apa yang
menyebabkan suatu kewarganegaraan bisa dicabut. Negara lain tidak berhak
memperlakukan kaidah-kaidah hukum kepada orang yang bukan warga negaranya.
Macam-Macam Asas Kewarganegaraan Secara umum, terdapat 4 asas kewarganegaraan
yang diterapkan oleh suatu negara.
Penjelasan tentang 4 macam asas tersebut diantaranya sebagai berikut:
1. Asas ius sanguninis (law of the blood): Asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan keturunan dan bukan atas negara tempat lahirnya.
2. Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas: Asas untuk menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang berpaku
terbatas untuk anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur undang-undang.
3. Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas menentukan suatu kewarganegaraan bagi
setiap orang.
4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda untuk anak-anak sesuai ketentuan yang tercantum dalam
undang-undang.

Menurut Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu) naturalisasi adalah  cara memperoleh


kewarganegaraan Indonesia untuk bangsa asing melalui permohonan kepada Presiden.
Orang asing adalah orang yang bukan warga negara asli Republik Indonesia. Menurut
Pasal 9 UU Kewarganegaraan, beberapa syarat harus dipenuhi untuk dapat memperoleh
kewarganegaraan Indonesia adalah dengan batas minimal usia pada orang yanga
maengajukan surat permohonan berusia 18 tahun atau telah menikah, paling singkat 5
tahun atau 10 tahum tinggal disalah satu wilayah negara republic Indonesia, untuk bisa
mengajukan surat permohonan, sehat jasmani dan rohani.tidak pernah melakukan
kejahatan yang dijatuhi pidana dengan ancaman penjara 1 tahun atau lebih dan lain-lain.

10
B. SARAN

Tanpa mengurangi rasa hormat dengan penulisan makalah ini diharapkan


pembaca dapat melaksanakan materi tentang pengantar pendidikan kewarganegaraan
secara optimal sesuai dengan materi yang sudah dibuat. Dalam penulisan makalah ini
masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisan maupun
dari segi penyusun kalimatnya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada
para pembaca makalah ini agar dapat memberi kritikan dan masukan yang bersifat
membangun supaya dapat membuat makalah dengan lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

11
https://katadata.co.id/intan/berita/6205fe4fc4143/pengertian-warga-negara-beserta-hak-dan-
kewajibannya
https://tirto.id/kenali-macam-macam-asas-kewarganegaraan-indonesia-dan-masalahnya-
ginR
file:///C:/Users/acer/Downloads/kajian%20agama%20warga%20negara%20dan
%20kewajiban%20warga%20negara.pdf
https://kemlu.go.id/ottawa/id/pages/kehilangan_kewarganegaraan_indonesia/647/about-
service

12

Anda mungkin juga menyukai