dan Keutamaannya
Posting Komentar
Aisyah binti Abu Bakr lahir pada tahun ke 4 dari kenabian. Ibunya yang bernama
Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Abdi Syams bin Kinanah meninggal dunia
saat Rasulullah masih hidup, yaitu tahun ke-6 H.
Tidak diragukan lagi bahwa istri dari manusia terbaik ini memiliki ciri-ciri dan sifat
yang mulia. Aisyah adalah wanita yang berparas cantik, dan berkulit putih kemerah-
merahaan. Sebab itulah Aisyah dipanggil oleh rasul dengan panggilan "Humaira"
yang artinya pipi Aisyah yang merah merona.
Ketika Allah Ta'ala memberikan beban amanah yang berat kepada nabi, maka di
saat itu juga Allah Ta'ala menghadirkan pendamping hidup yang dapat dijadikan
sebagai penyejuk mata dan pelipur lara. Proses pernikahan Rasulullah dengan
Aisyah sangatlah indah. Yaitu, melalui malaikat Jibril yang turun menemui nabi,
kemudian Jibril menunjukkan gambar Aisyah kepada Rasulullah.
Dalam hadits lain, suatu hari Jibril memperlihatkan kepada Rasulullah gambar
Aisyah pada secarik kain sutra berwarna hijau sembari mengatakan, "Ia adalah
calon istrimu kelak, di dunia dan di akhirat." (HR. At-Tirmidzi (3880), lihat Shahih
Sunan at-Tirmidzi (3041)
Maka, nabi pun menikahi Aisyah di usia 6 tahun, tepat pada bulan Syawal tahun 11
kenabian atau 2 tahun sebelum hijrah ke Madinah. Kemudian, pada tahun ke-2
hijriyah, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membangun rumah tangga
dengannya, dan saat itu Aisyah sudah berumur 9 tahun.
Aisyah berkata, "Rasulullah menikahiku saat aku berusia 6 tahun dan aku
diserahkan kepada beliau saat berusia 9 tahun. Kala itu aku masih senang bermain
ayunan dan aku memiliki rambut palsu. Aku pun diminta datang saat aku sedang
main ayunan. Kemudian aku diambil dan dipersiapkan. Setelah itu aku diserahkan
kepada beliau. Gambarku diperlihatkan kepadaku di kain sutra. Rasulullah
menikahiku pada bulan Syawwal dan menggauliku pada bulan Syawal. Siapa
gerangan istri-istri Nabi yang lebih beruntung dariku?"
Namun, dengan cerita ini justru banyak orang-orang yang berpandangan jika nabi
menikahi Aisyah adalah karena Syahwat, Naudzubillah.
Perlu diketahui bahwa wanita-wanita yang dinikahi Rasulullah tidak lain demi
kepentingan syariat bukan dorongan syahwat diri. Nabi menikahi Aisyah dengan
maksud untuk memperkuat komunikasi dengan Abu Bakar, Nabi menikahi Hafshah
demi memperkuat komunikasi dengan Umar bin Khattab, menikahi Saudah karena
ditinggal mati suaminya dan tak ada seorangpun yang mengurusnya, menikahi
Zainab binti Jahsy untuk menjelaskan bolehnya menikahi mantan istri anak angkat,
sebagai bantahan terhadap orang-orang musyrik yang melarang menikahi mantan
istri anak angkat, beliau menikahi Shafiyah binti Huyai demi kepentingan politik, yaitu
mendekati Yahudi dan mendorong mereka untuk masuk Islam.
Jika Nabi memperturutkan syahwat tentu saja tidak memilih wanita-wanita tua
seperti Saudah, Ummu Salamah dan Zainab binti Khuzaimah. Kenapa pula Nabi
tidak langsung menikah setelah Khadijah meninggal dunia? Dan kenapa Nabi tidak
tertarik menikahi gadis-gadis muda nan cantik jelita. Intinya Nabi dinikahkan bukan
beliau yang berkeinginan untuk menikah, namun karena perintah Allah, beliau tidak
menikah tanpa adanya perintah Ilahi yang menyetujui atau menolak, semoga bisa
dipahami.
Kemudian, hari demi hari ia lalu bersama nabi, berumah tangga dalam suka dan
duka, kehidupan romantis bersama rasul berjalan begitu cepat. Akhirnya Rasulullah
meninggal dunia (tahun 11 H) sedang usia Aisyah berumur 18 tahun, sehingga biduk
rumah tangga beliau berlangsung selama 8 tahun 5 bulan, dan siti Aisyah
Radiyallahuanha tidak memiliki anak seorang pun. Semoga Allah Ta'ala
mengumpulkan kita bersama keluarga nabi. Amiin
Lalu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bertanya kepadaku, "Apa ini wahai
Aisyah." Lalu aku katakan, "Itu adalah kuda Nabi Sulaiman yang memiliki sayap."
Maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pun tertawa. (HR. Ibnu Sa’ad dalam
Thabaqat (8/68), lihat Shahih Ibnu Hibban (13/174)
Dalam kisah lain suatu hari Rasulullah Shallallahu aalaihi wa sallam berlomba lari
dengan Aisyah dan Aisyah menang. Aisyah bercerita, "Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam berlari dan mendahuluiku (namun aku mengejarnya) hingga aku
mendahuluinya. Tetapi, tatkala badanku gemuk, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengajak lomba lari lagi namun beliau mendahului, kemudian beliau mengatakan,
"Wahai Aisyah, ini adalah balasan atas kekalahanku yang dahulu." (HR. Thabrani
dalam Mu’jamul Kabir 23/47), lihat Al-Misykah (2.238)
Ketawadhu'an Aisyah
Terlepas dari itu semua, beliau juga seorang shohabiyah yang sangat rendah diri
serta tawadhu. Suatu ketika Aisyah berkata, "Demi Allah sungguh aku berharap
andai saja aku ini sebatang pohon. Demi Allah, sungguh aku berharap andai saja
aku ini lumpur. Demi Allah, sungguh aku berharap andai saja Allah tidak
menciptakan diriku sama sekali."
Sebagaimana yang tertulis pada paragraf awal, beliau memiliki kecerdasan dan
kefasihan. Kata-kata Aisyah memancarkan kilauan kedalaman dan kefashihan,
keindahan gaya bahasa, ungkapan nan lembut dan kuatnya penjelasan. Kita bisa
mengetahui kefashihan yang istimewa ini melalui khutbah yang ia sampaikan terkait
pembelaannya terhadap ayahnya, Abu Bakar.
Suatu ketika ia mendengar ada sekelompok kaum mencela Abu Bakar setelah
wafatnya. Kemudian ia mengirim seseorang untuk memanggil sekelompok kaum
tersebut. Setelah mereka datang, Aisyah menurunkan tabir dan meninggikan
bantalnya lalu berkata, "Ayahandaku, tahukah kalian siapa dia? Demi Allah ia takkan
tersentuh oleh tangan-tangan (kotor). Ia laksana gunung nan tinggi dan ranting nan
panjang.
Jauh, jauh sekali (apa yang kalian tuduhkan). Maka dustalah syak wasangka itu. Ia
(Abu Bakar) beruntung kalian merugi. Ia mendahului kala kalian melambat. Ia
mampun mengalahkan kuda tangkas ketika telah sampai tujuan. Ia tumbuh dewasa
sebagai pemuda Quraisy. Ia adalah tempat bernaung bagi kaum Quraisy kala telah
menginjak dewasa.
Selanjutnya ia terus melangkah dalam agama Allah dengan tetap teguh karena Allah
hingga halamannya dijadikan masjid, di sana ia menghidupkan apa yang dimatikan
para pengikut kebatilan. Abu Bakar biasa menangis, bersedih hati, suaranya serak
dengan nada sedih, hingga kaum wanita dan anak-anak Makkah menghina dan
mencemoohnya.
Dan yang dahsyat menghina dirinya adalah para tokoh Quraisy.
Dunia bak seorang ibu datang menghampirinya namun ia berpaling darinya. Dunia
datang menghadangnya, namun ia enggan dan melarikan diri darinya. Setelah itu ia
bagi-bagikan hasilnya untuk kaum muslimin dan tetap mempertahankan sumbernya.
Maka tunjukkan kepadaku, apa yang kalian cibir? Pada bagian manakah yang kalian
cerca dari kehidupan ayahku?Apakah saat ayahku menegakkan keadilan di tengah-
tengah kalian? Ataukan saat ayahku pergi meninggalkan dunia ini kala memandang
kalian? Demikian yang bisa aku sampaikan. Kepada Allah jua memohon ampunan
untuk kita semuanya."
Setelah itu Aisyah menghadapkan wajah ke arah mereka, lalu bertanya, "Atas nama
Allah aku bersumpah kepada kalian, apakah kalian mengingkari sedikitpun dari kata-
kata yang ku sampaikan?" "Tidak" jawab mereka.
BACA JUGA
Banyak sekali keutamaan dan kemuliaan yang dimiliki oleh ummul Mukminin Aisyah,
sampai-sampai Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah mengatakan dalam
sabdanya:
"Orang yang mulia dari kalangan laki-laki banyak, namun yang mulia dari kalangan
wanita hanyalah Maryam binti Imron dan Asiyah istri Fir’aun, dan keutamaan Aisyah
atas semua wanita sepeerti keutamaan tsarid atas segala makanan." (HR. Bukhari
(5/2067) dan Muslim (2431))
Apa saja keutamaan Aisyah Radiyallahuanha?
Aisyah berkata, "Aku diberi sembilan hal yang tidak diberikan pada seorang wanita
pun setelah Maryam binti Imran, yakni:
Beliau menjawab, 'Aisyah.' Dari kaum lelaki? Tanyaku. 'Ayahnya' jawab beliau.
Kemudian beliau menyebut sejumlah nama, lalu aku diam karena khawatir jika
namaku beliau sebut di bagian akhir dari mereka."
Suatu hari Rasulullah bersabda, "Hai Aisyah, ini Jibril, dia mengucapkan salam
untukmu." Aisyah menjawab, "Waalaihisaalam wa rahmatullahi wa barakatuh,
engkau melihat apa yang tidak aku lihat."
Aisyah adalah istri Rasulullah di dunia dan di akhirat. Abdullah bin Ziyad al Asadi
mengatakan, "Saat Thalhah, Zubair dan Aisyah pergi menuju Bashrah, maka Ali
mengutus Ammar bin Yasir dan Hasan bin Ali. Keduanya pun tiba di hadapan kami
di Kufah, lalu keduanya naik mimbar.
Hasan bin Ali berada di tangga mimbar bagian atas. Ammar bin Yasir berdiri di
tangga mimbar bagian bawah Hasan. Kami berkumpul dihadapannya, lalu aku
mendengar Ammar berkata, 'Demi Allah dia (Aisyah) adalah istri Nabi kalian di dunia
dan di akhirat. Namun Allah menguji kalian, agar Ia tahu apakah kalian taat
kepadaNya ataukah dia (Aisyah)."
4. Aisyah Adalah Wanita yang Paling Tahu Tentang Ilmu dari Kalangan
Shohabiyah
Berkata Ibnu Abdil Barr, "Aisyah adalah satu-satunya wanita di zamannya yang
memiliki kelebihan dalam tiga bidang ilmu: ilmu fiqih, ilmu kesehetan, dan ilmu syair."
Berkata az-Zuhri, "Apabila ilmu Aisyah dikumpulkan dengna ilmu seluruh para
wanita lain, maka ilmu Aisyah lebih utama." (Lihat Al-Mustadrak Imam Hakim (4/11))
Berkata Atha, "Aisyah adalah wanita yang paling faqih dan pendapat-pendapatnya
adalah pendapat yang paling membawa kemaslahatan untuk umum." (Lihat al-
Mustadrok Imam Hakim (4/11))
Prahara fitnah serta tuduhan zina yang dilontarkan orang-orang munafik kepada
Aisyah untuk menjatuhkan martabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah tumbang
dengan turunnya 16 ayat secara berurutan yang akan senantiasa dibaca hingga hari
kiamat [Qs. An-Nur 11-26]. Allah Subhanahu wa Ta’ala mempersaksikan kesucian
Aisyah dan menjanjikannya dengan ampunan dan rezeki yang baik.
Setelah melalui kehidupan yang sarat akan kelebihan dan keutamaan, akhirnya
Aisyah wafat membaringkan pelipisnya di atas ranjang kematian. Diriwayatkan dari
Abu Musa al Asy'ari ia berkata, "Tidaklah kami para sahabat Rasulullah mengalami
kesulitan dalam suatu haditspun, lalu kami bertanya kepada Aisyah, melainkan pasti
kami temukan jawaban darinya."
Diriwayatkan dari Masruq, ia berkata, "Kami bersumpah atas nama Allah, sungguh
kami melihat para tokoh sahabat Rasulullah bertanya kepada Aisyah tentang
warisan. Dan Az Zuhri berkata, 'Andai ilmu Aisyah disatukan dengan ilmu seluruh
Istri Nabi dan seluruh kaum wanita, tentu ilmu Aisyah lebih banyak."
Aisyah meninggal dunia di Madinah malam selasa tanggal 17 Ramadhan 57 H, pada
masa pemerintahan Muawiyah, di usianya yang ke 65 tahun.
Referensi:
Ar-Rahiqul Makhtum Syaikh Mubarak Furi
Majalah Al-Furqan/06/Oktober 2016
Biografi Istri Istri para Nabi Dr.Musthafa Murad /Qiblatuna April 2014
Tag Hafalan
1. Aisyah adalah putri dari Abu Bakar as Shidiq dan ibunya bernama Ummu
Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Abdi Syams bin Kinanah.
2. Aisyah lahir pada tahun ke 4 setelah kenabian.
3. Nabi menikahi Aisyah di usia 6 tahun, tepat pada bulan Syawal tahun 11 H
atau 2 tahun sebelum hijrah ke Madinah.
4. Aisyah diserahkan kepada Nabi pada tahun ke-2 hijriyah, saat itu Aisyah
sudah berumur 9 tahun.
5. Rasulullah wafat saat Aisyah berusia 18 tahun. Sehingga beliau berumah
tangga dengan Aisyah hanya 8 tahun 5 bulan.
6. Aisyah adalah istri Rasulullah di dunia dan akhirat.
7. Aisyah adalah wanita yang tawadhu, tegas, berilmu dan fashih dalam
berbicara.
8. Aisyah meninggal dunia di Madinah malam selasa tanggal 17 Ramadhan 57
H, pada masa pemerintahan Muawiyah, di usianya yang ke 65 tahun.
RPA
Menanamkan anak karakter iman kepada Allah Yang Maha Penolong, yaitu
meskipun Aisyah difitnah dan dituduh, dia tetap sabar , sehingga Allah pun
menolong orang-orang yang sabar
Ayah Bunda menjelaskan sifat mulia dari Aisyah Radiyallahuanha beserta
keutamaan keutamaan beliau
Ayah Bunda mengarahkan putrinya supaya meneladani Aisyah dengan
mengajarkan sifat rendah hati, tidak gampang marah
Selebihnya Ayah Bunda bisa menambahkan sendiri RPAnya. Baiklah itu saja kisah
lengkap Aisyah binti Abu Bakar dan keutamannya. Semoga biografi yang hikmah
ini bisa menjadi tauladan bagi para wanita atau selainnyan.