AHMAD FAUZAN
Nim: 143110160
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
AHMAD FAUZAN
Nim: 143110160
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Ibu : Ermawati
Pendidikan Tahun
TK Mutiara 2001 -2002
SD Negeri 01 Pakan Rabaa 2002 - 2008
SMP Negeri 04 S olok-Selatan 2008 -2011
i
i
iii
iv
vi
• «B «w w
»4^»** m • t >* V» 4B> < <M.V4 ■■■■ m
* te*. *• ^4«»U V» *•>*
v
ii
KEMENTRIAN KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
ABSTRAK
Bronchopneumonia merupakan suatu penyakit infeksi akut yang menyebabkan
kematian dari (15%) balita sebanyak 922.000 di tahun 2015. Tujuan penelitian
untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada Anak dengan Bronkopneumonia
di ruang HCU IRNA Kebidanan dan anak RSUP Dr.M.Damil Padang.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Desain penelitian adalah studi
kasus. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 27-31 Mei 2017 di Ruangan HCU
Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang. Populasi adalah semua Anak yang menderita
Bronkopneumonia dengan 2 sampel yang diambil secara purposive sampling.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah format pengkajian sampai
evaluasi keperawatan anak. Cara pengumpulan data dimulai dari wawancara,
pengukuran, observasi dan studi dokumentasi. Analisis yang dilakukan pada semua
temuan di tahapan proses keperawatan pada anak.
DAFTAR ISI
vi
ii
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................iv
LEMBAR PERSETUIUAN v
ABSTRAK vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................1
B. Perumusan Masalah ...........................................................................6
C. Tujuan Penelitian ...............................................................................6
D. Manfaat Penelitian .............................................................................6
i
x
DAFTAR PUSTAKA
x
DAFTAR GAMBAR
1
1
DAFTAR TABEL
BABI
PENDAHULAUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi masih merupakan penyakit utama di banyak negara
berkembang, termasuk Indonesi. Jeni penyakit infeksi di Indonesia yang banyak
diderita adalah infeksi saluran nafas akut (ISPA), baik ISPA bagian atas
misalnya batuk, pilek, faringitis maupun ISPA bagian bawah seperti bronkitis
dan pneumonia. Pneumonia merupakan suatu penyakit infeksi akut yang sering
terjadi pada anak usia di bawah lima tahun (balita) dan penyebab utama
kamatian. Angka kematian karena pneumonia di negara berkembang 1015 kali
lebih tinggi dari pada di negara maju (Masela dkk, 2015).
Menurut World Health Organization (WHO) angka kematian balita pada tahun
2013 masih tinggi mencapai 6,3 juta jiwa. Kematian balita sebagian besar
disebabkan oleh penyakit menular seperti pneumonia (15%), diare (9%) dan
malaria (7%). Dari tiga kasus ini, pneumonia menyebabkan angka kematian
yang paling tinggi yaitu 935.000 jiwa balita (Ariana dkk, 2015).
Diperkirakan terdapat 155 juta kejadian baru pneumonia pada anak balita tiap
tahunnya, dan sebanyak (7-13%) menderita pneumonia berat yang dapat
mengancam jiwa dan membutuhkan perawatan di rumah sakit. The United
Natiaon’s Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 menyatakan bahwa
angka kematian balita harus diturunkan sebanyak 2/3-nya dari tahun 1990
sampai tahun 2015, terutama menurunkan angka kematian karena pneumonia
(Wulandari, 2014).
Menurut Hasil Data Dinas Kesehatan Kota Padang (2014) terdapat jumlah balita
sebanyak 89.793 orang. Perkiraan penderita sebanyak 8.979 (10%) Balita,
sementara penderita yang ditemukan dan ditangani hanya sebanyak 1.850 (20,6
%). Balita laki-laki lebih banyak menderita Pneumonia (23,1%) dibandingkan
dengan balita perempuan (14,9%). Kasus Pneumonia yang ditemukan dan
ditangani tahun 2013 sebanyak 1.183 orang, tahun 2012 sebanyak 340
orang,tahun 2011 sebanyak 586 kasus dan di tahun 2010 sebanyak 819 orang
dan 100 % dapat ditangani (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2014).
Pneumonia adalah suatu kelainan infeksi akut yang dapat mengenai jaringan
paru-paru (alveoli) yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroganisme seperti
virus, jamur dan bakteri. Gejala penyakit yang dapat timbulkan seperti
3
menggigil, demam, sakit kepala, batuk, mengeluarkan dahak dan sesak napas
(Kementerian Kesehatan RI, 2016). Menurut hasil penelitian Osharinanda,
(2012) gejala klinis yang di tampak pada anak dengan pneumonia yaitu demam,
batuk, muntah, pilek, berak encer, sianosis, kejang, tidak mau menyusu, sesak
napas, tersedak, keluar cairan dari telinga dan bintik kemerahan di kulit.
dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mereka
masih belum berkembang dengan baik.
Berdasarkan survey awal yang di lakukan di Ruangan High Care Unit (HCU)
Anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang tanggal 10 Januari 2017 ditemukan adanya
pasien Bronchopneumonia yang sedang menjalankan perawatan sebanyak 2
orang berjenis kelamin laki-laki, dari hasil survei diagnosa keperawatan utama
5
yaitu gangguan pola nafas dengan tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
keluhan pasien sudah dilakukan seperti pemberian oksigen, kompres saat pasien
demam, melakukan pengeluaran sekret, pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan
memasukkan makanan melalui NGT, dan tindakan kolaborasi lainnya, namun
perawat belum sepenuhnya memperhatikan apa tanda-tanda bila nafas pasien
sudah bagus dan bagaimana kriteria sesak nafas yang berat atau tingkatan sesak
nafas dari pasien.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan
masalah penelitian ini adalah Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan Pada
Anak Dengan Bronchopneumonia di Ruang RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun
2017.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Bronchopneumonia di RSUP. Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada Anak
dengan Bronchopneumonia di RSUP. Dr. M. Djamil Padang
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnose keperawatan pada Anak
dengan Bronchopneumonia di RSUP. Dr. M. Djamil Padang
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada Anak dengan
Bronchopneumonia di RSUP. Dr. M. Djamil Padang
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada Anak dengan
Bronchopneumonia di RSUP.Dr. M. Djamil Padang
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi pada Anak dengan Bronchopneumonia
di RSUP. Dr. M. Djamil Padang
f. Mampu mendeskripsikan pendokumentasian pada Anak dengan
Bronkopneumonia di RSUP. Dr. M. Djamil Padang
D. Manfaat Penelitian.
1. Penulis
Laporan kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan penulis dalam menerapkan Asuhan
keperawatan pada Anak dengan kasus Bronkopneumonia di Ruang High
Care Unit (HCU) Anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
7
2. Rumah sakit
3. Institusi Pendidikan
BABU
TINJAUAN PUSTAKA
c. Pneumonia Interstisisalis
9
«
- h i L*
.■
3. Klasifikasi
Berdasarkan pedoman MTBS (2011), pneumonia dapat diklasifikasikan
secara sederhana berdasarkan gejala dan umur.
a. Umur 2 bulan - 5 tahun:
1) Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila gejala:
a) Ada tanda bahaya umum
b) Terdapat tarikan dinding dada ke dalam.
c) Terdapat stridor (suara nafas bunyi’grok-grok’ saat inspirasi).
2) Pneumonia, apa bila terdapat gejala napas cepat. Batasan napas cepat
adalah:
a) Anak usia 2 bulan - 5 tahun apabila frekuensi napas 40x/ menit atau
1
0
lebih.
3) Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada tanda pneumonia atau
penyakit sangat berat.
b. Umur <2 bulan
1) Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat, apabila gejala :
a) Tidak mau minum atau memuntahkan semua
b) Riwayat kejang
c) Bergerak jika hanya dirangsang
d) Napas cepat (> 60 kali / menit)
e) Napas lambat ( < 30 kali / menit)
f) Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
g) Merintih
h) Demam > 37,5°C
i) Hipotermia berat < 3 5,5° C
j) Nanah yang banyak di mata
k) Pusar kemerahan maluas ke dinding perut
2) Infeksi bakteri lokal, apabila gejala :
a) Pustul kulit
b) Mata bernanah
c) Pusar kemerahan atau bernanah
3) Mungkin bukan infeksi, apabila tidak terdapat salah satu tanda di
atas.
4. Etiologi
Pada umumnya tubuh terserang Bronchopneumonia karena disebabkan oleh
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme
patogen. Penyebab Bronchopneumonia yang biasa di temukan adalah :
a. Bakteri Diplococus pneumonia, Pneumococus, Stretococus,
Hemoliticus Aureus, Haemophilus influenza, Basilus Frienlander
( Klebsial Pneumonia), Mycobakterium Tuberculosis.
b. Virus Respiratory syntical virus, virus influenza, virus
sitomegalik.
1
1
Virus bisa meyebabkan infeksi primer atau komplikasi dari suatu penyakit,
seperti mobili atau vericella. Virus tidak hanya merusak sel epitel bersilia
tetapi merusak sel goblet dan kelenjar mukus pada bronkus sehingga merusak
clearance mukosilia. Apabila kuman patogen mencapai bronkoli terminalis,
cairan edema masuk ke dalam alveoli, diikuti oleh leukosit dalam jumlah
banyak, kemudian makrofag akan membersihkan debris sel dan bakteri.
Proses ini bisa meluas lebih jauh lagi ke segala atau lobus yang sama, atau
mungkin ke bagian lain dari paru-paru melalu cairan bronkial yang terinfeksi.
Malalui saluran limfe paru, bakteri dapat mencapai aliran darah atau pluro
viscelaris. Karena jaringan paru mengalami konsilidasi, maka kapasitas vital
dan comlience paru menurun, serta aliran darah yang mengalami konsilidasi
menimbulkan pirau / shunt kanan ke kiri dengan ventilasi perfusi yang
mismacth, sehingga berakibat pada hipoksia. Keija jantung mungkin
meningkat oleh karena saturasi oksigen yang menurun dan hiperkapnu. Pada
keadaan yang berat, bisa terjadi gagal napas (Wijayaningsih, 2013).
2) Faktor pencetus
1
2
Gizi buruk/kurang
- Berat badan lahir rendah (BBLR)
Tidak mendapatkan ASI yang memadai.
Imunisasi yang tiak lengkap
- Polusi udara
- Kepadatan tempat tinggal
6. Patofisiologi
Bronchopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan
oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan
sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus dan jaringan sekitarnya.
Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi
demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Setelah itu mikroganisme
tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat
stadium, yaitu :
a. Stadium I (4-12 j am pertama / kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan pemulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darh dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari
sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-
mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi
bekerja sama dengan histamin dan prostaglandiin untuk melemaskan otot
polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini
mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang intertisium
sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus
meningkatkan jarak yang harus di tempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling
berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin.
b. Stadium II / hepatisasi (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
1
3
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh
karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan, sehingga warna
paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini
udara akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat,
yaitu selam 48 jam.
c. Stadium III / hepatisasi keabu (3-8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-
sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih
teteap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat
kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV / resolusi (7-1 hari)
Disebut juga stadiu resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisi-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsropsi
oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
Inflamasi pada bronkus dii tandai adanya penumpukan sekret, sehingga
terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran
kuman sudah mencapai alveoluss maka komplikasi yang terjadi adalah
kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelaktasis. Kolaps alveoli akan
mengakibatkan penyempitan jalan nafas, sesak nafas, dan nafas rochi.
Fibrosis bisa menyebakan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi
surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi. Enfisema (tertimbunya cairan
atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari frekuensi nafas,
hipoksemia, asidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan
kelelahan yang akan mengakibatkan teijadinya gagal nafas
(Wijayaningsih, 2013).
1
4
1
5
9. Komplikasi
Menurut Sowden & Betz (2013), Bronchopneumonia dapat mengakibatkan
penyakit lain, yaitu :
a. Atelaktasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru merupakan akibat kurang mobilisasi atau refleks batuk
hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang
d. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
1
6
10. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
Penatalaksanaan menurut MTBS (2011) yaitu :
1) Pemberian antibiotik
Tabel : 2.1
Pemberian Antibiotik Berdasarkan Umur, Untuk Semua Klasifikasi yang
Membutuhkan Antibiotik yang Sesuai
KOTRIMOKSAZOL
2X sehari selama 3 hari untuk pneumonia
UMUR atau
BERAT BADAN
TAB ANAK (20 mg Tmp + SIRUP per 5 ml (40 mg Tmp +
200 mg Smz) 200 mg Smz)
Tabel : 2.2
Untuk Anak yang Harus Segera Dirujuk Tetapi Tidak Dapat Menelan Obat
Oral, Segera Diberikan Antibiotik 1x Dalam Dosis Melalui Intravena
AMPISILIN
UMUR Dosis : 50 mg per kg BB GENTAMISIN
Atau Tambahkan 4,0 ml aquadest dalam 1 vial Dosis : 7,5 per kg BB
BERAT BADAN 1000 mg sehingga menjadi 1000 mg / 5 ml sediaan 80 mg / 2 ml
atau 200 mg/ml
2 bulan - < 4 bulan 1.25 ml = 250 mg 1 ml = 40 mg
(4 - < 6 kg)
4 bulan - < 9 bulan 1.75 ml = 350 mg 1.25 ml = 50 mg
(6 - < 8 kg)
9 bulan - <12 bulan 2.25 ml = 450 mg 1.75 ml = 70 mg
(8 - < 10 kg)
12 bulan - <3 tahun 3 ml = 600 mg 2.5 ml = 100 mg
(10 - < 14 kg)
1
7
Tabel: 2.3
Pemberian Obat Antipiretika
Pemberian Paracetamol Untuk Demam Tinggi >38, 5°C
PARACETAMOL
2) Terapi 02
Pemberian 022-3 liter / menit dengan nasal kanul
3) Terapi cairan
Pemberian cairan IVFD dekstore 5 % ’A NaCL 0,225% 350cc / 24 jam
b. Non farmakologi
1) Pasien Istirahat total
2) Posisi pasien semifowler / ekstensikan kepala
3) Bila terdapat obstruksi jalan nafas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator
4) Terapi modalitas pernafasan (vibrasi, claping, nafas dalam dan batuk
efektif).
5) Banyak minum air putih hangat
6) Suction bila ada sumbatan j alan nafas
7) Kompres hangat jika demam
8) Diit pasien jenis ML ( makan lunak )
1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kasus Bronchopneumonia :
a. Identitas, seperti: nama, tempat tanggal lahir/umur, Bronchopneumonia
sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi pada anak
berusia di bawah 3 tahun dan kematian terbanyak teijadi pada bayi yang
berusia kurang dari 2 bulan.
b. Keluhan Utama
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Bronchopneumonia Virus
Biasanya didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran napas,
termasuk rinitis dan batuk, serta suhu badan lebih rendah dari pada
pneumonia bakteri. Bronchopneumonia virus tidak dapat
dibedakan dengan Bronchopneumonia bakteri dan mukuplasma.
b) Bronchopneumonia Stafilokokus (bakteri)
Biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas
atau bawah dalam beberapa hari hingga 1 minggu, kondisi suhu
tinggi, batuk dan mengalami kesulitan pernapasan.
3) Riwayat pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan
karena keletihan selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori
sebagai akibat dari kondisi penyakit.
5) Riwayat Imunisasi
Biasanya pasien belum mendapatkan imunisasi yang lengkap seperti
DPT-HB-Hib 2.
c. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang ditemukan
pembesaran Kelenjer getah bening.
b. Mata
Biasanya pada pasien dengan Bronchopneumonia mengalami anemis
konjungtiva.
c. Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum ada tampak mengalami nafas
pendek, dalam, dan teijadi cupping hidung.
d. Mulut
Biasanya pada wajah klien Brochopneumonia terlihat sianosis
terutama pada bibir.
e. Thorax
Biasanya pada anak dengan diagnosa medis Bronchopneumonia, hasil
inspeksi tampak retraksi dinding dada dan pernafasan yang pendek
dan dalam, palpasi terdapatnya nyeri tekan, perkusi terdengar sonor,
auskultasi akan terdengar suara tambahan pada paru yaitu
ronchi,weezing dan stridor. Pada neonatus, bayi akan terdengar suara
nafas grunting (mendesah) yang lemah, bahkan takipneu.
f. Abdomen
Biasanya ditemukan adanya peningkatan peristaltik usus.
g. Kulit
Biasanya pada klien yang kekurangan O2 kulit akan tampak pucat
atau sianosis, kulit teraba panas dan tampak memerah.
h. Ekstremitas
Biasanya pada ekstremitas akral teraba dingin bahkan bahkan crt > 2
detik karena kurangnya suplai oksigen ke Perifer, ujung-ujung kuku
2
0
sianosis.
d. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik Menurut Manurung dkk (2013), yaitu :
1) Pemeriksaan Radiologi
a) Biasanya pada rontgen thoraks ditemukan beberapa lobus
berbercak-bercak infiltrasi
b) Bronkoskopi digunakan untuk melihat dan memanipulasi cabang-
cabang utama dari arbor trakeobronkial. Jaringan yang diambil
untuk pemeriksaan diagnostik , secara terapeutik digunakan untuk
mengidentifiksi dan mengangkat benda asing
2) Hematologi
a) Darah lengkap
(1) Hemoglobin pada pasien bronchopneumonia biasanya tidak
mengalami gangguan. Pada bayi baru lahir normalnya 17-12
gram/dl, Umur 1 minggu normalnya 15-20 gram/dl, Umur 1
bulan normalnyall-15 gram/dl, dan pada Anak-anak
normalnya 11-13 gram/dl
(2) Hematokrit pada pasien bronchopneumonia biasanya tidak
mengalami gangguan. Pada Laki-laki normalnya 40,7% -
50,3%, dan pada Perempuan normalnya 36,1% - 44,3%
(3) Leukosit pada pasien bronchopneumoia biasanya mengalami
peningkatan, kecuali apabila pasien mengalami
imunodefisiensi Nilai normlanya 5 .- 10 rb /mm 3
3. Intervensi Keperawatan
Tabel: 2.4
Intervensi Keperawatan
2) Dorong pasien
untuk melakukan
latihan nafas
dalam
3) Dorong pasien
untuk tarik nafas
dalam selama 2
detik dan
batukkan,
lakukan
2 atau 3 kali
berturut-turut
Vital Sign
Monitoring
1) Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
2) Catat adanya
fluktasi tekanan
darah
3) Monitor vital sign
saat pasien
berbaring, duduk
atau berdiri
4) Monitor TD, nadi,
RR, sebelum,
selama dan
setelah aktifitas
5) Monitor kualitas
nadi
6) Monitor frekuensi
dan irama
pernafasan
7) Monitor suara
paru
8) Monitor pola
pernafasan
abnormal
9) Monitor suhu, dan
kelembapan
kulit
10)Identifikasi
penyebab dari
2 Ketidakefektifan Pola a. Status perubahan vital
Manajemen
Nafas Pernafasan
Jalan
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : 1) Nafas
1) Perubahan kedalaman Frekuensi 1) Posisikan pasien
untuk
2
4
Monitor Pernafasan
1) Monitor kecepatan,
irama, kedalaman
2
5
nafas
tambahan
seperti ngorok
4) Monitor pola nafas
5) Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
6) Auskultasi suara
3 Gangguan Pertukaran a. Status nafasVital
Monitor tambahan
Sign
Gas Pernafasan : 1) Memonitor
Pertukaran tekanan
Batasan karakteristik : Gas
1) pH darah arteri darah,
abnormal Kriteria hasil: nadi, suhu, dan
2) pernafasan 1) Tekanan parsial status pernafasan
abnormal ( mi s, oksigen 2) Memonitor
kecepatan, Denyut jantung
irama, dalam 3) Memonitor suara
kedalaman) darah arteri paru-paru
3) warna kulit (po2) 4) Memonitor warna
abnormal (pucat 2) Tekanan parsial kulit
) oksigen 5) Menilai
4) sianosis Cavilarevil
5) nafas cuping dalam
hidung darah Monitor Pernafasan
1) Memonitor
Faktor yang arteri tingkat,
berhubungan : (pco2)
1) perubahan 3) Saturasi oksigen irama,
membran 4) Keseimbangan kedalaman,
alveolar -kapiler ventilasi perfusi
2) ventilasi pervusi 5) Dyspnea dan
pada respirasi
saat istirahat 2) Memonitor
6) Sianosis gerakan dada
3) Monitor
bunyi
pernafasan
4) Auskultasi bunyi
paru
5) Memonitor
dyspnea dan hal
yang
meningkatkan
dan
memperburuk
kondisi
2
6
hipoventilasi
induksi oksigen
keberadaan dan
kualitas nadi
4) Monitor irama dan
laju pernafasan
5) Monitor suara paru
6) Monitor warna
kulit, suhu, dan
kelembapan
Manajemen Energi:
Terapi Oksigen
1) Pertahan kan
kepatenan
jalan
nafas
2) Berikan oksigen
tambahan seperti
yang
diperintahkan
3) Monitor
aliran
oksigen
4) Amati tanda-tanda
hipoventilasi
induksi oksigen
5) Sediakan oksigen
ketika
pasien
5 Kekurangan Volume a. Keseimbangan dibawa Cairan
Manajemen
Cairan Cairan 1) Timbang BB
pasien setiap hari
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : dan monitor
1) Haus 1) Tekanan darah status pasien
2) Kelemahan 2) Keseimbangan 2) Jaga intake output
3) Kulit kering intake output 3) Monitor status
4) Membtan dalam 24 jam dehidrasi
mukosa kering’ 3) Berat badan 4) Monitor hasil
5) Peningkatan stabil laboratorium
frekuensi nadi 4) Turgor kulit yang relevan
6) Peningkatan 5) Kelembaban dengan
hematokrit membran retensi cairan
7) Peningkatan mukosa 5) Monitor status
konsentrasi 6) Serum elektrolit hemodinamik
urine 7) Hematokrit 6) Monitor tanda-
8) Peningkatan 8) Edema perifer tanda vital
suhu tubuh 9) Bola mata 7) Berikan terapi IV
9) Penurunan berat cekung (intra vena)
2
8
Manajemen
Elektrolit
1) Monitor nilai
serum elektrolit
abnormal
2) Monitor
manifestasi
3) Ketidakseimbang
a n elektrolit
4) Berikan
cairan
sesuai resep, jika
diperlukan
5) Ambil spesimen
sesuai order
untuk dapat
malakukan
sesuai analisis
level elektrolit
(ABG, urine,
dan level serum)
dengan tepat
6) Konsultasikan
dengan dokter
jika tanda -
tanda dan gejala
ketidakseimbang
a n
2
9
Monitor
Tanda-
tanda Vital
1) Monitor tekanan
darah, nadi, suhu
dan pernafasan
2) Monitor dan
laporkan tanda
dan gejala
hipotermia dan
hipertermia
3) Monitor
keberadaan dan
kualitas nadi
4) Monitor irama
dan laju
pernafasan
5) Monitor suara
paru
6) Monitor warna
6 Ketidak Seimbangan a. Status Nutrisi kulit, suhu,
Manajemen dan
Berat
Nutrisi: Kurang Dari Badan
Kebutuhan Tubuh Kriteria hasil: 1) Diskusikan
1) Status nutrisi bersama
Batasan karakteristik : 2) Asupan gizi
1) Diare 3) Asupan makanan pasien
2) Bising usus 4) Asupan cairan dan
hiperaktif 5) Energi
3) Membran 6) Berat badan keluarga
mukosa pucat mengenai
4) Tonus otot b. Appetite hubungan antara
menurun intake makanan,
5) Kelemahan otot Kriteia hasil: latihan,
menelan 1) Keinginan untuk
makan pening
Faktor yang 2) energi katan BB dan
berhubungan : untuk penurunan BB
1) Faktor biologis makan 2) Diskusikan
2) Ketidak 3) Asupan makanan bersama
mampuan asupan gizi
mengabsropsi 4) Asupan cairan pasien
nutrien 5) Stimulus untuk mengenai kondisi
3) Ketidak makan medis yang dapat
mampuan mempengaruhi
mencerna BB
makanan 3) Diskusikan
4) Ketidak bersama
3
0
Manajemen Nutrisi
1) Kaji adanya alergi
makanan
2) Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi
yang
dibutuhkan
pasien.
3) Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
intake Fe
4) Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
protein
dan
vitamin C
5) Berikan substansi
gula
6) Yakinkan diet
yang dimakan
mengandung
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
7) Berikan makanan
yang terpilih
( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
3
1
Monitor Nutrisi
1) Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
2) Monitor
turgor
kulit dan
modalitas
3) Identifikasi
abnormalitas
kulit
4) Minitor
adanya
mual muntah
5) Identifikasi
perubahan nafsu
makan
7 Hipertermi a. Termoregulasi Perawatan Demam
1) Pantau suhu dan
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : tanda vital
1) Kulit kemerahan 1) Berkeringat saat lainnya
2) Peningkatan panas 2) Monitor warna
suhu tubuh 2) Tingkat kulit
perki saran pernafasan 3) Monitor asupan
diatas normal 3) Peningkatan suhu dan keluaran,
3) Kejang kulit sadari perubahan
4) Kulit terasa 4) Hipertermia kehilangan cairan
hangat 5) Sakit kepala yang tak
6) Dehidrasi dirasakan
Faktor yang 4) Beri obat atau
berhubungan : c. Status cairan IV
1) Pemajanan Neurologis 5) Tutup pasien
lingkungan yang dengan selimut
panas Kriteria hasil : atau pakaian
2) Penyakit 1) Kesadaran ringan
3) Peningkatan laju 2) Pola bernafas 6) Dorong konsumsi
metabolisme 3) Pola istirahat dan cairan
tudur 7) Fasilitasi istirahat,
4) Laju pernafasan terapkan
5) Hipertermia pembatasan
6) Aktivitas kejang aktifitas jika
diperlukan
b. Tanda Tanda 8) Berikan oksigen
Vital yang sesuai
9) Tingkatkan
Kriteria hasil : sirkulasi udara
1) Suhu tubuh 10) Mandikan pasien
2) Tingkat dengan spons
hangat dengan
3
2
Manajemen
Pengobatan
1) Tentukan obat apa
yang diperlukan,
dan kelola
menurut resep
dan/atau
protokol
2) Monitor
efektifitas cara
pemberian obat
yang sesuai
Sumber : Nursing Outcomes Clasification, 2016, Nursing Interventions Classifications, 2016
3
3
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan desain studi kasus
yang di jabarkan secara deskriptif. Metode penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang keadaan secara
objektif. Penelitian ini di arahkan unutk mendeskripsikan atau
menggambarkan bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada anak
dengan kasus Bronchopneumonia di Ruang High Care Unit (HCU) Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang Pada tahun 2017.
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian keperawatan,
kriteria sampel meliputi kriteria ekslusi, dimana kriteria itu menentukan
dapat dan tidaknya smapel tersebut digunakan. Pada penelitian ini sampel
diambil sebanyak 2 orang anak secara purposive sampling, yaitu
pengambilan sampel dengan berdasarkan pada tujuan dari peneliti dengan
kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria insklusi
3
4
partisipan.
F. Jenis-Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti
pengkajian kepada pasien meliputi: Identitas pasien, riwayat kesehatan
pasien, pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap
3
6
pasien.
b. Data Sekunder
Pada penelitian ini, data sekunder langsung didapatkan dari keluarga,
rekam medis dan Ruang High Care Unit (HCU) Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang
G. Analisis
Analisis terhadap proses keperawatan yang dilakukan peneliti meliputi
pengkajian keperawatan, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi
keperawatan yang dibandingkan dengan teori. Pada penelitan yang akan
dilakukan setelah didapatkan data tentang pasien melelalui pengkajian
keperawatan, data akan dikelompokkan dalam bentuk data subjektif dan
objektif. Kemudian baru dirumuskan diagnosa keperawatan, disusun rencana
keperawatan, melakukan implementasi dan evaluasi keperawatan
berdasarkan NOC-NIC. Asuhan keperawatan dibuat dengan cara
mendeskripsikan kasus dan selanjutnya dibandingkan antara kasus 1 dan 2.
Kemudian kesenjangan-kesenjangan yang ditemukan dibandingkan dengan
teori yang telah ada sebelumnya.
3
7
BAB IV
A. Deskrispi Kasus
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
1. Hasil Pengkajian
Data pemeriksaan fisik didapatkan normal. Mata simetris kiri dan kanan,
sebagai berikut : Keadaan umum anak konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
tampak gelisah kesadaran Compos ikterik, reflek pupil isokor, reflek kedip
Mentis dengan GCS 15, Tanda-tanda ada.. Hidung simetris, bersih,
Vital HR : 124 x/i, RR : 38 x/i, T : pernafasan cuping hidung tidak ada,
38,5° C. Posture : BB : 7 kg, PB/TB 59 sinosis tidak ada , terpasang oksigen
cm. Pada pemeriksaan kepala normal. binasai 3L/i. Pada pemeriksaan mulut
Mata simetris kiri dan kanan, bibir agak pucat, mukosa bibir kering,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak platum menghadap ke atas klien susah
ikterik, reflek pupil isokor, reflek kedip makan. Pada pemeriksaan telinga tidak
ada.. Hidung simetris, bersih, ditemukan adanya infeksi. Pemeriksaan
pernafasan cuping hidung tidak ada, thorax didapatkan inspeksi tampak
sinosis tidak ada, terpasang oksigen adanya retraksi dinding dada, perkusi
binasai 3L/i. Mulut tampak bersih, terdengar pekak/redup, auskultasi
mukosa bibir basah. Pada pemeriksaan terdengar ronchi ada, weezhing ada.
telinga tidak terdapat infeksi, tidak ada Pada pemeriksaan jantung palpasi ictus
luka. Pemeriksaan thorax didapatkan cordis teraba, saat auskultasi terdengar
inspeksi tampak adanya retraksi bunyi irama ireguler. Pemeriksaan
dinding dada, dada tidak simetris saat abdomen tidak ada distensi, tidak ada
bernafas, saat palapasi fremitus kiri dan nyeri tekan, bisisng usus normal. Kulit
kanan tidak sama , perkusi terdengar akral teraba hangat, tidak ada udem,
bunyi tidak ada lesi. Ekstremitas atas akral
pekak/redup, auskultasi suara ronchi hangat, crt < 2 dtk,tidak ada lesi.
tidak ada, suara weezhing tidak ada. Ekstremitas bawah akral teraba hangat,
Pada pemeriksa jantung saat palpasi crt <2 dtk , tidak ada lesi. Gnetalia ada
ictus cordis teraba, perkusi terdengar kelainan.
bunyi pekak, irama ireguler. Abdomen Untuk kegiatan ADL An.G, Ny.T
tidak ada distensi, tidak ada nyeri tekan, mengatakan memberikan ASI dan susu
bising usus normal. Kulit akral teraba pendamping selama 2 bulan, dari 2
dingin, tidak ada udem, tidak ada lesi. bulan sampai usia 6 bulan An.G hanya
Ekstremitas Atas akral teraba dingin, diberikan susu formula, dan dilanjutkan
crt < 2 dtk,tidak ada lesi. Ekstremitas dengan jenis makanan promina dan nasi
bawah akral teraba dingin, crt <2 dtk , tim. Selama sakit An.G mendapat diit
tidak ada lesi. Gnetalia tidak ada Susu Formula 8 x 60 cc/hari melalui
kelainan. NGT. Pola tidur siang An.G 1-2 jam
Data pemeriksaan fisik didapatkan kuantitas kurang nyenyak dikarenakan
sebagai berikut : keadaan umum anak sesak saat bernapas, tidur malam sedikit
tampak gelisah dan lemah kesadaran frekuensi tidur lebih kurang 4-6
Compos Mentis, dan GCS 15.Tanda- jam/hari dikarenakan anak sesak dan
tanda Vital HR : 130 x/i, RR : 46 x/i, rewel. Frekuensi BAB dan BAK An. G
T : 39° C. Posture : BB : 9 kg, PB/TB : sebanyak 120 gr/hari menggunakan
75 cm. Pada pemeriksaan kepala pempers.
4
1
dinding dada, frekuensi napas yaitu frekuensi napas yaitu 46 x/i, bunyi
38 x/i, bunyi napas bronkovaskuler napas bronkovaskuler dan terpasang
dan terpasang oksigen nasal canul 2 oksigen nasal canul 2 liter/menit.
liter/menit serta monitor pernapasan. Tampak bercak infiltrat di perihiler dan
Pemeriksaan radiologi ditemukan perikardial kedua paru.
corakan bronkovaskuler bertambah,
tampak infiltrat di parakardial
kanan, tampak gambaran opak
nodular di perihiler kanan. 2) Ketidakefektifan pola nafas b/d
hiperventilasi dengan data
Subjektif yang didapatkan yaitu
3) Gangguan pertukaran gas b/d Ny.N mengatakan An.F masih
hiperventilasi dengan data terlihat sesak dan gelisah. Data
subjektif Ny.T mengatakan bahwa objektif yang didapatkan yaitu
anaknya masih terlihat sesak saat napas pasien tampak sesak, terdapat
bernapas dan sesak bertambah retraksi dinding dada, frekuensi
apabila pasien rewel dan gelisah. napas yaitu 46 x/i,
Data objektif pasien terpasang
oksigen dengan binasai 2 1/i, pasien binasai 2 1/i, pasien tampak sesak
tampak sesak napas, akral tampak napas, hasil AGD yaitu, pH 7.55
membiru dan teraba dingin, hasil (7,38-7,42), pCO2 26 mmHg (3842
mmHg), pO2 117 mmHg (75
AGD yaitu, PH 7,28 (7,38-7,42),
100 mmHg), SO2 99% (94-100%).
PCO2 55 mmHg (38 Pada pemeriksaan radiologi tampak
42 mmHg), PO2 28 mmHg (75 infiltrat di perihiler dan parakardial
100 mmHg), SO2 45% (94-100%). kedua paru.
Pada pemeriksaan radiologi
ditemukan corakan 4) Hipertermi b/d proses infeksi
bronkovaskuler bertambah, dengan data subjektif Ny.N
tampak infiltrat di parakardial kanan, mengatakan badan An.F teraba panas
tampak gambaran opak nodular di dan berkeringat. Data objektif kulit
perihiler kanan. teraba panas, warna kulit kemerahan,
suhu 39°C , Leukosit 22.390/mm3
3) Hipertermi b/d proses infeksi (6.000-18.000/mm ).
3
gas b/d
dengan data subjektif Ny.T mengatakan perfusi
badan An. G teraba panas dan subjektif
berkeringat. Data objektif kulit pasien
tampak berkeringat, kulit teraba panas,
warna kulit kemerahan, suhu 38,5°C ,
Leukosit 21.200/mm3
(6.000-18.000/mm3 ). Anak terpasang
IVFD KA-EN IB 2cc/j am
bunyi napas bronkovaskuler dan
terpasang oksigen nasal canul 2
liter/menit. Tampak bercak
infiltrat di perihiler dan perikardial
kedua paru.
3) Gangguan pertukaran
ketidakseimbangan ventilasi
dengan data
Ny.T mengatakan bahwa anaknya
masih terlihat sesak. Data objektif
pasien terpasang oksigen dengan
4
4
3. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan masing-masing Airway suction dengan aktifitas
diagnosa yang telah peneliti rumuskan Pastikan kebutuhan oral suctioning,
maka dibuat intervensi keperawatan auskultasi suara nafas sebelum dan
sebagai berikut rencana keperawatan sesudah suctioning, informasikan pada
untuk diaggnosa pertama klien dan keluarga tentang suctioning,
ketidakefektifan pola nafas b/d monitor status oksigen pasien, berikan
hiperventilasi bertujuan untuk oksigen dengan menggunakan nasal
mempertahankan kepatenan jalan untuk memfasilitasi suction nasotrakeal.
napas. Intervensinya adalah 1) 2) airway manajement dengan aktifitas
manajemen jalan nafas dengan aktifitas; buka jalan nafas, posisikan pasien
Posisikan pasien untuk memaksimalkan umtuk
ventilasi, memaksimalkan ventilasi,
Gunakan teknik yang identifikasi pasien perlunya
menyenangkan untuk memotivasi pemasangan alat jalan nafas, lakukan
bernafas dalam kepada anak-anak, fisioterapi dada bila perlu, auskultasi
Auskultasi suara nafas, catat area yang suara nafas, catat adanya suara
ventilasinya menurun atau tidak adanya tambahan, monitor status respirasi dan
suara nafas tambahan. 2) Terapi 02. 3) vital sign monitoring dengan
oksigen dengan aktifitas; Pertahankan aktifitas monitor TD, nadi, suhu, dan
kepatenan jalan nafas, Monitor aliran RR, monitor vital sign saat pasien
oksigen, Monitor efektifitas terapi berbaring, duduk atau berdiri, monitor
oksigen, Amati tanda-tanda adanya TD, nadi, RR, sebelum, selama dan
hipoventilasi oksigen. 3) Monitor setelah aktifitas, monitor kualitas nadi,
pernafasan dengan aktifitas; Monitor monitor frekuensi dan irama
kecepatan, irama, kedalaman dan pernafasan, monitor suara paru, monitor
kesulitan bernafas, catat pergerakan pola pernafasan abnormal, monitor
dinding dada dan pengunaan otot bantu, suhu, dan kelembapan kulit, identifikasi
Monitor suara nafas tambahan seperti Rencana tindakan untuk diagnosa
ngorok, Monitor pola nafas, Palpasi kedua, gangguan pertukaran gas b/d
kesimetrisan ekspansi paru, Auskultasi ketidakseimbangan perfusi ventilasi
suara nafas tambahan. bertujuan untuk memaksimalkan
Berdasarkan masing-masing ventilasi,
diagnosa yang telah peneliti rumuskan meningkatkan saturasi 02, mencegah
maka dibuat intervensi keperawatan sianosis intervensinya adalah 1)
sebagai berikut Rencana keperawatan Monitor vital sign dengan aktifitas
untuk diagnosa pertama memonitor tekanan darah, nadi, suhu,
ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan status pernafasan, memonitor
b/d penumpukan sekret di jalan denyut jantung,
nafas bertujuan untuk kepatenan jalan Memonitor suara paru-paru, Memonitor
nafas, frekuensi nafas normal, tidak ada warna kulit, Menilai Cavilarevil. 2)
nafas tambahan. Intervensinya adalah 1) monitor pernafasan dengan aktifitas
4
5
B. Pembahasan Kasus
yang mendapat ASI dibanding bayi yang mendapat susu formula. ASI
mempunyai kandungan zat yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh
anak. Hal ini sesuai dengan teori oleh Wijayaningsih (2013) yang
5
4
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada kasus, diagnosa yang
ditemukan ada 4 yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan penumpukan sekret di jalan nafas, ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan hiperventilasi, gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi, hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi. Sedangkan berdasarkan diagnosa
pada teori NANDA ditemukan diagnosa keperawatan pada anak dengan
bronkopneumonia ada 7. Menurut asumsi peneliti diagnosa yang muncul
pada kasus tidak sesuai dengan diagnosa pada teori yang telah
dikemukakan sebelumnya.
sekret di jalan nafas. Diagnosa bersihan jalan nafas hanya ada pada
partisipan 2. Pada partisipan 1 tidak ditemukan adanya masalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas dengan data yang ditemukan anak
tidak batuk, tidak ada bunyi nafas tambahan seperti nafas cuping hidung,
dan bunyi paru yaitu ronchi dan weezing.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa muncul bakteri pneumokokus pada
alveoli sehingga terjadi suatu reaksi inflamasi dan menghasilkan
eksudat. Eksudat pada infeksi ini mula-mula encer dan keruh,
mengandung banyak kuman penyebab (sterptokokus). Selanjutnya
eksudat menjadi purulen, dan menyebabkan sumbatan pada lumen
5
6
Diagnosa yang tidak muncul pada kasus ada 3 yaitu, Intoleransi aktifitas
b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan
umum, batuk berlebihan dan dipsnea. Resiko tinggi kekurangan volume
cairan b/d peningkatan evaporasi tubuh, kurangnya intake cairan.
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
5
7
3. Intervensi Keperawatan
dinding dada dan pengunaan otot bantu, Monitor suara nafas tambahan
seperti ngorok, Monitor pola nafas, Palpasi kesimetrisan ekspansi paru,
Auskultasi suara nafas tambahan.
aktivitas; Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainya, monitor warna kulit
dan suhu, beri obat atau cairan IV, berikan oksigen yang sesuai dan
turunkan suhu tubuh dengan kompres air hangat (2) Pengaturan suhu
dengan aktivitas, monitor suhu setiap 3 jam sesuai kebutuhan, monitor
dan laporkan adanya tanda gejala hipotermia dan hipertermia, tingkatka
intake cairan dan nutrisi adekuat dan berikan pengobatan antipiretik.
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada partisipan I dan II
dilaksanakan pada waktu yang sama. Pelaksanaan tindakan
keperawatan dimulai pada tanggal 27-31 Mei 2017.
adanya retraksi dinding dada dan suara nafas tambahan (Suriadi dan
Yuliani, 2010).
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Hidayat (2009) evaluasi keperawatan merupakan tahapan
terakhir dalam proses asuhan keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana keberhasilan rencana asuhan keperawatan yang
telah disusun. Evaluasi yang dilakukan selama 5 hari pada kedua
partisipan tidaklah sama. Pada diagnosa keperawatan partisipan I dan 2
ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi paru,
didapatkan evaluasi keperawatan teratasi pada hari yang sama yaitu hari
ke 4, dengan kriteria hasil (NOC) Ny.T dan Ny.N mengatakan nafas
Anak sudah tidak sesak, Anak tampak tenang, frekuensi nafas 35x
permenit (30-50), pasien terpasang oksigen nasal kanul 2 liter, dan bisa
melepaskan bantuan oksigen tanpa disertai sesak nafas. Tindakan
keperawatan yang diberikan kepada An.G dan An.F berupa memberikan
bantuan oksigen nasal kanul 2 liter, mempertahankan kepatenan jalan
nafas, dan memposisikan nyaman untuk memaksimalkan ventilasi,
masalah teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan dengan terapi
oksigen. Menurut asumsi peneliti evaluasi yang didapatkan telah sesuai
dengan teori yaitu frekuensi nafas normal, anak tampak tenang. Hal ini
juga didukung oleh teori bahwa hasil
evaluasi yang di dapatkan pada diagnosa ketidakefektifan pola nafas
yaitu frekuensi dalam batas normal, anak tampak tenang, tidak ada
retraksi dinding dada ( Manurung , dkk 2013)
leukosit dalam batas normal, tidak ada tand-tanda infeksi. Hal ini juga
didukung oleh teori yang didapatkan pada evaluasi diagnosa hipertermi
yaitu suhu normal, leukosit normal, tidak ada tanda-tanda kekurangan
volume cairan yang berlebihan ( Wijayaningsih, 2013).
terapi obat. Menurut asumsi peneliti hasil evaluasi sudah sesuai dengan
kriteria seperti batuk sudah mulai berkurang, bunyi nafas tambahan tidak
ada, anak tidak gelisah, retraksi dinding dada sudah mulai berkurang.
Hal ini juga sudah sesuai dengan teori yang telah di kemukakan sebelum
nya yaitu hasil evaluasi yang didapatkan pada diagnosa bersihan jalan
nafas yaitu batuk berkurang, retraksi dinding dada tidak ada, nafas
normal, anak tidak gelisah, reflek batuk positif, bunyi nafas vesikuler
( Manurung, dkk 2013)
6
6
BAB V
B. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada An.G dan
An.F dengan kasus Bronkopneumonia di Ruang HCU Anak IRNA Kebidanan
dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang peneliti dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua partisipan menunjukkan
adanya tanda gejala yang sama yang dirasakan oleh kedua partisipan.
Keluhan yang dirasakan oleh partisipan 1 juga dirasakan oleh partisipan 2.
Tanda dan gejala yang muncul yang dirasakan oleh kedua partisipan yaitu
nafas sesak, batuk berdahak, demam, disertai tidak nafsu makan. Hal ini
menunjukkan bahwa, jika seseorang Anak terdiagnosis Bronkopneumonia
memiliki kemungkinan akan muncul masalah dan keluhan yang sama yang
dirasakan oleh penderita.
2. Diagnosa keperawatan muncul pada kedua partisipan umumnya sama yaitu,
ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi,
hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. Pada partisispan 2
memeiliki satu diagnosa lain yaitu, ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan nafas.
3. Intervensi yang rencanakan oleh peneliti, baik intervensi yang direncanakan
secara mandiri maupun kolaborasi seperti mengatur posisi, memonitor TTV,
pemberian oksigen dan terapi obat-obatan, bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan oksigen pasien. Hal ini bertujuan untuk membantu kerja paru
agar mampu berkontraksi dengan baik dan dapat memberikan oksigen ke
sel-sel tubuh lainnya.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kasus yaitu
mempertahankan kepatenan jalan nafas, mengatur posisi, memeperbaiki
kanul pasien, memeriksa kecepatan aliran oksigen,
Ariana, Siwi. dkk. 2015. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Pneumonia Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedan Klaten. Diakses Tanggal 8
Januari 2017, Pukul 19.00. Http://Download.Portalgaruda.Org.
Astuti & rahmat. 2010. Asuhan keperawatan anak dengan gangguan pernapasan.
Jakarta: Trans Info Media.
Betz Cecily L. Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Ed. 5.
Jakarta: EGC.
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Profil kesehatan Kota Padang Tahun 2014.
Herdman Heather.T & Kamit Suru. 2015. Diagnosis keperawatan Defenisi &
Klasifikasi. Ed. 10. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan ilmiah.
Jakarta: Salemba Medika.
Manurung, dkk. 2013. Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi. Jakarta: Trans
Info Media.
Nursalam, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak ( untuk Perawat dan
Bidan). Jakarta: Salemba Medika.
Price, Sylvia Anderson & Lorraine Mecarty Wilson, RN. PhD. 2012. Patofisiologi
konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC
Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:
Graha Umu
Suriadi dan yuliani. 2010. Asuhan keperawatanpada anak. Ed. 2. Jakarta: Segung
Seto.
Syaifuddin, 2011. Atlas Berwarna Tiga Bahasa Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta:
Salemba Medika.
Wulandari, Diah A. dkk. 2013. Kematian Akibat Pneumonia Berat Pada Anak
Balita. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran. Diakses Tanggal 8 Januari 2017, Pukul 08.00.
Http://Download.Portalgaruda.Org.
T
LAMPIRAN 2
FORMAT PENGKAJIAAN KEPERAWATAN ANAK
e. mata Simetris
Sklera: tidak ikhterik
Refleks cahaya: positif Pupil: isokor
Konjungtiva tidak anemis
Selera tidak ikterik
Reflek kedip ada
Data lain:
f. hidung Letak: simetris
Pernafasan cuping hidung: tidak ada
Kebersihan: bersih
Data lain:
g. mulut warna bibir merah kepingan, mukosa basah. Palatum
cekung keatas.
h. telinga Bentuk : simetris
Kebersihan : cukup bersih
Posisi puncak pina : normal
Pemeriksaan pendengaran : baik
Data lain:
Data objektif:
- Napas pasien tampak
sesak
- Terdapat
retraksi
dinding dada
- Frekuensi napas yaitu
30 x/i,
- Terpasang nebulizer
pada An.Z
-Pemeriksaan TTV
TD=101/72 mmhg
RR=30x/i
HR=82x/i
T. =36,8°C
Data subjektif: Hipertermi Proses infeksi
Ibupasien mengatakan
badan An.Z teraba panas
dan berkeringat.
Data objektif:
Mulut pasien tampak
kering, kulit teraba
panas,
An.Z tampak terbaring
lemas.
Pemeriksaan TTV
TD=101/72mmhg
RR30x/i
HR82x/i
T=36,8°C
IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN
N DITEMUKAN DISELESAIKAN
DIAGNOSA
O TGL PARAF TGL PARAF
1 Ketidakefektifan 27-05-
pola nafas 2017
berhubungan
dengan adanya
gangguan
2 Gangguan 27-05-
pertukaran gas b/d 2017
hiperventilasi
3 Hipertermi 27-05-
berhubungan 2017
dengan
proses
X. INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA NOC NIC
O KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan Pola a. Status Pernafasan Manajemen Jalan
Nafas Nafas
Kriteria hasil : 6) Posisikan pasien
12) Frekuensi untuk
pernafasan normal memaksimalkan
(40-50x/menit) ventilasi
13) Irama pernafasan 7) Lakukan
normal fisioterapy dada
14) Kedalaman jika perlu
inspirasi 8) Motivasi pasien
15) Suara auskultasi untuk bernafas
pernafasan normal pelan,
16) Kepatenan j alan
nafas dalam,
17) Volume tidal berputar,
18) Kapasitas vital
19) Penggunaan otot dan
bantu nafas tidak batuk
ada 9) Gunakan teknik
20) Retraksi dinding yang
dada tidak ada menyenangkan
21) Sianosis tidak ada untuk
22) Suara nafas memotivasi
tambahan tidak ada bernafas dalam
kepada
area yang
b. Status Pernafasan : ventilasinya
Kepatenan Jalan menurun atau
Nafas tidak adanya
suara nafas
Kriteria hasil : tambahan
8) Frekuensi
pernafasan normal Terapi Oksigen
(40-50x/nmenit) 6) Pertahankan
9) Irama pernafasan kepatenan jalan
10) Suara nafas nafas
tambahan 7) Monitor aliran
11) Pernafasan cuping oksigen
hidung 8) Monitor
12) Dipsnea saat efektifitas
istirahat terapi oksigen
13) Batuk 9) Amati tanda-
14) Akumulasi tanda
sputum
adanya
hipoventilasi
oksigen
10) Sediakan
oksigen ketika
pasien
dibawah /
dipidahkan
Monitor
Pernafasan
7) Monitor
kecepatan,
irama,
kedalaman dan
kesulitan
bernafas
8) Catat pergerakan
dinding dada
dan pengunaan
otot bantu
9) Monitor
suara
nafas tambahan
seperti ngorok
10) Monitor pola
nafas
11) Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
2 Gangguan b. Status Pernafasan : Monitor Vital Sign
Pertukaran Pertukaran Gas 6) Memonitor
Gas tekanan darah,
Kriteria hasil: nadi, suhu, dan
7) Tekanan status
parsial pernafasan
oksigen dalam 7) Memonitor
darah arteri (po2) Denyut jantung
8) Tekanan 8) Memonitor
parsial suara paru-paru
oksigen dalam 9) Memonitor
darah arteri (pco2) warna kulit
9) Saturasi oksigen 10)Menilai
10) Keseimbangan Cavilarevil
ventilasi perfusi
11) Dyspnea pada saat Monitor
istirahat Pernafasan
12) Sianosis 6) Memonitor
tingkat, irama,
kedalaman, dan
respirasi
7) Memonitor
gerakan dada
8) Monitor bunyi
pernafasan
9) Auskultasi
bunyi paru
10)Memonitor
dyspnea dan hal
yang
meningkatkan
dan
memperburuk
kondisi
Terapi Oksigen
4) Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
5) Monitor aliran
oksigen
6) Amati
tanda-
tanda
hipoventilasi
induksi oksigen
Manajemen
Pengobatan
4) Tentukan obat
apa yang
diperlukan,
dan kelola
menurut resep
dan/atau
protokol
5) Monitor
efektifitas cara
pemberian
obat yang
sesuai
tingkat,
irama, kedalaman, dan
respirasi.
Setelah
dilakukan
implementasi
didapatkan tanda-tanda
vital T 38,2° C, HR
124 x/i, P 38 x/i, CRT
< 2 detik, kulit tampak
membiru.
31 Mei 2017
Implementasi yang
dilakukan melakukan
memonitor tekanan
darah, nadi, suhu, dan
status pernafasan,
memonitor denyut
jantung, memonitor
suara paru-paru,
Memonitor warna
kulit, Menilai
Cavilarev,
Memonitor tingkat,
irama, kedalaman, dan
respirasi. Setelah
dilakukan
implementasi
27-31 Hipertermi 27 Mei 2017tanda-tanda 27 Mei 2017
didapatkan
Mei berhubungan Implementasi Didapatkan evaluasi
2017 dengan proses keperawatan teratasi
infeksi yang pada hari ke 4
dengan kriteria hasil,
dilakukan mengukur
Ny.T mengatakan
dan memantau anak tidak panas lagi,
badan teraba dingin,
TTV anak tidak gelisah,
(Tekanan darah, nadi, suhu 3 7,5° C ,
suhu dan pemapasan), leukosit 18.000 mm
3
31 Mei 2017
Implementasi
yang
dilakukan mengukur
dan memantau
TTV
(Tekanan darah, nadi,
suhu dan pemapasan),
memonitor warna kulit
dan suhu, monitor suhu
setiap 3 jam,
melakukan
pengompresan air
hangat di dahi, ketiak
dan lipatan paha.
Setelah
dilakukan
implementasi di
dapatkan anak masih
demam, ada penurunan
suhu tubuh, kulit
teraba panas, tampak
Lampiran 2
FORMAT PENGKAJIAAN KEPERAWATAN ANAK
Pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada tanggal 27 Mei 2017 Pukul 10.30
WIB, Ny.N mengatakan nafas Anak sesak, batuk-batuk berdahak, nafsu makan
menurun, badan teraba panas, terpasang oksigen binasai 3 1/i.
XVI. LINGKUNGAN
Rumah : Ny.N mengatakann vetilasi rumah kurang, halaman perkarangan tidak
dekat jalan, wc ada, sumber air minum air galon, tembat pembuangan sampah di
depan rumah dan dibakar.
dan
Data subjektif Ny.T Gangguan pertukaran Ketidakseimbangan
mengatakan bahwa gas perfusi ventilasi
anaknya masih terlihat
sesak. Data objektif
pasien terpasang oksigen
dengan binasai 2 1/i,
pasien tampak sesak
napas, hasil AGD yaitu,
pH 7.55 (7,38-7,42),
pCO2 26 mmHg (38-42
mmHg), pO2 117 mmHg
(75-100 mmHg), SO2
99% (94-100%)
Cough
Enhancement
4) Bantu pasien
untuk posisi
duduk
5) Dorong pasien
untuk melakukan
latihan nafas
dalam
6) Dorong pasien
untuk tarik nafas
dalam selama 2
detik dan
batukkan,
lakukan
2 atau 3 kali
berturut-turut
Vital Sign
Monitoring
11)Monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR
12)Catat adanya
fluktasi tekanan
darah
13)Monitor vital sign
saat pasien
berbaring,
duduk atau
berdiri
14)Monitor TD,
nadi, RR,
sebelum, selama
dan setelah
aktifi tas
15)Monitor kualitas
17)Monitor suara
paru
18)Monitor pola
pernafasan
abnormal
19)Monitor suhu,
dan kelembapan
kulit
20) Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
otot
bantu
15) Monitor suara
nafas
3 Gangguan Pertukaran c. Status Monitor Vital Sign
Gas Pernafasan : 11)Memonitor
Pertukaran tekanan
Batasan karakteristik: Gas
6) pH darah arteri darah,
abnormal Kriteria hasil: nadi, suhu, dan
7) pernafasan 13) Tekanan status
abnormal ( mis, parsial oksigen pernafasan
kecepatan, irama, dalam 12)Memonitor
kedalaman) Denyut jantung
8) warna kulit darah 13)Memonitor suara
abnormal (pucat) arteri (po2) paru-paru
9) sianosis 14) Tekanan 14)Memonitor warna
10)nafas cuping parsial oksigen kulit
dalam 15)Menilai
hidung 15) Saturasi Monitor Pernafasan
oksigen 11) Memonitor
Faktor yang 16) Keseimbang tingkat,
berhubungan : an kedalaman, dan
3) perubahan perfusi respirasi
membran 17) Dyspnea 12) Memonitor
-kapiler pada gerakan dada
ventilasi pervusi istirahat 13)Monitor
18) Sianosis bunyi
pernafasan
14)Auskultasi bunyi
paru
15)Memonitor
dyspnea dan hal
yang
meningkatkan
dan
memperburuk
kondisi
Terapi Oksigen
7) Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
8) Monitor
aliran
oksigen
9) Amati tanda-tanda
4 Hipertermi c. Termoregulasi Perawatan Demam
21) Pantau suhu
Batasan karakteristik: Kriteria hasil : dan tanda vital
5) Kulit kemerahan 13) Berkeringat lainnya
6) Peningkatan suhu saat panas 22) Monitor
tubuh perkisaran 14) Tingkat warna kulit
diatas normal pernafasan 23) Monitor
7) Kejang 15) Peningkatan asupan dan
8) Kulit terasa suhu kulit keluaran, sadari
hangat 16) Hipertermia perubahan
Faktor yang 17) Sakit kepala kehilangan
berhubungan : 18) Dehidrasi yang tak
4) Pemajanan dirasakan
lingkungan yang c. Status cairan IV
panas Neurologis 25) Tutup pasien
5) Penyakit dengan selimut
Peningkatan laju Kriteria hasil : atau pakaian
metabolisme 13) Kesadaran ringan
14) Pola 26) Dorong
bernafas konsumsi cairan
15) Pola istirahat 27) Fasilitasi
dan tudur istirahat,
16) Laju terapkan
pernafasan pembatasan
17) Hipertermia aktifi tas jika
18) Aktivitas diperlukan
kejang 28) Berikan oksigen
yang sesuai
d. Tanda Tanda 29) Tingkatkan
Vital sirkulasi udara
30) Mandikan pasien
Kriteria hasil : dengan spons
11) Suhu tubuh hangat dengan
12) Tingkat hati-hati
pernafasan Pengaturan Suhu
13) Irama 9) Monitor suhu
pernafasan paling tidak
14) Tekanan nadi setiap 2 jam
15) Kedalaman sesuia
inspirasi kebutuhan
10)Monitor dan
laporkan adanya
tanda gejala
hipotermia dan
hipertermia
11)Tingkatkan intake
cairan dan
nutrisi adekuat
12)Berikan
pengobatan
antipiuretik
sesuai
kebutuhan
Manajemen
Pengobatan
6) Tentukan obat
apa yang
diperlukan, dan
kelola menurut
resep dan/atau
protokol
7) Monitor
efektifitas cara
pemberian obat
yang sesuai
XXII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TGL/ DIAGNOSA
IMPLEMENTASI EVALUASI
HAR KEPERAWATAN
27-31 Keti dakefektifan 27 Mei 2017 27 Mei 2017
Mei bersihan jalan nafas memonitor aliran O2, hasil Ny.N
2017 tidak efektif b/d mengauskultasi suara mengatakan dahak
penumpukan sekret
nafas dan mencatat An. F sudah
dijalan nafas
adanya suara berkurang, frekuensi
tambahan, nafas normal,
memperhatikan penggunaan otot
gerakan dada saat bantu pernafasan
inspirasi- ekspirasi, masih ada, anak
pemeberian mendapatkan
ambroxol 3 x 7.5 mg. ambroxol 3 x 7,5 mg.
Setelah dilakukan Masalah teratasi
tindakan di dapatkan sebagian intervensi
sekret dijalan nafas dilanjutkan.
sudah berkurang,
pasien masih sesak, 28 Mei 2017
tarikan dinding dada hasil Ny.N
masih ada, tampak mengatakan dahak
penggunaan otot bantu An. F sudah
pernafasan, T 38,6° C, berkurang, frekuensi
HR 100 x/i, P 35 x/i. nafas normal,
penggunaan otot
28 Mei 2017 bantu pernafasan
memonitor aliran O2, masih ada, anak
mengauskultasi suara mendapatkan
nafas dan mencatat ambroxol 3 x 7,5 mg.
adanya suara Masalah teratasi
tambahan, sebagian intervensi
memperhatikan dilanjutkan.
ambroxol 3 x 7.5 mg. dahak An. F sudah
Setelah dilakukan berkurang, frekuensi
tindakan di dapatkan nafas normal,
sekret
dijalan nafas penggunaan otot bantu
sudah berkurang, pasien pernafasan masih ada,
masih sesak, tarikan anak mendapatkan
dinding dada masih ada, ambroxol 3 x 7,5 mg.
tampak penggunaan otot Masalah teratasi
bantu pernafasan, T sebagian intervensi
38,6° C, HR 100 x/i, P dilanjutkan.
35 x/i.
30 Mei 2017
29 Mei 2017 hasil Ny.N mengatakan
memonitor aliran O2, dahak An. F sudah
mengauskultasi suara berkurang, frekuensi
nafas dan mencatat nafas normal,
adanya suara tambahan, penggunaan otot bantu
memperhatikan gerakan pernafasan masih ada,
dada saat inspirasi- anak mendapatkan
ekspirasi, pemeberian ambroxol 3 x 7,5 mg.
ambroxol 3 x 7.5 mg. Masalah teratasi
Setelah dilakukan sebagian intervensi
tindakan di dapatkan dilanjutkan.
sekret dijalan nafas sudah
berkurang, pasien masih 31 Mei 2017 hasil Ny.N
sesak, tarikan dinding mengatakan dahak An.
dada masih ada, tampak F sudah berkurang,
penggunaan otot bantu frekuensi nafas normal,
pernafasan, T 38,6° C, penggunaan otot bantu
HR 100 x/i, P 35 x/i. pernafasan masih ada,
anak mendapatkan
30 Mei 2017 ambroxol 3 x 7,5 mg.
memonitor aliran O2, Masalah teratasi
31 Mei 2017
memonitor aliran O2,
mengauskultasi suara
nafas dan mencatat
adanya suara
tambahan,
memperhatikan
gerakan dada saat
inspirasi- ekspirasi,
pemeberian
ambroxol 3 x 7.5 mg.
Setelah dilakukan
tindakan di dapatkan
sekret dijalan nafas
sudah berkurang,
pasien masih sesak,
tarikan dinding dada
masih ada, tampak
penggunaan otot bantu
pernafasan, T 38,6° C,
HR 100 x/i, P 35 x/i.
31 Mei 2017
Implementasi
pasien semifowler,
observasi tanda-tanda
hipoventilasi dengan
menghitung frekuensi
napas dan irama napas.
Setelah dilakukan
implementasi
didapatkan masih
terdapat retraksi
dinding dada,
pernafasan
menggunakan otot
bantu, dan, dengan
tanda-tanda vital T
27-31 Gangguan 27 MeiC,2017
38,6° HR 100 x/i, P 27 mei 2017
Mei pertukaran gas b/d Implementasi yang Evaluasi yang
2017 keti dakseimb angan dilakukan memonitor didapatakn Ny.N
perfusi ventilasi tekanan darah, nadi, mengatakan nafas
suhu, dan status anak tidak sesak saat
pernafasan, memonitor istirahat, frekuensi
denyut jantung, pernafasan 30x/i,
memonitor suara paru- saturasi 02 93%, pO2
paru, Memonitor 75 mmHg, pC02 39
warna kulit, Menilai mmHg. Masalah
Cavilarev, Memonitor teratasi sebagian
tingkat, intervensi
irama, kedalaman, dan dilanjutkan.
respirasi. Setelah
dilakukan 28 mei 2017
implementasi Evaluasi yang
didapatkan tanda-tanda didapatakn Ny.N
vital T 38,6° C, HR mengatakan nafas
100 x/i, P 35 x/i, CRT anak tidak sesak saat
< 2 detik. istirahat, frekuensi
pernafasan 30x/i,
28 Mei 2017 saturasi 02 93%, pO2
Implementasi yang 75 mmHg, pC02 39
dilakukan memonitor mmHg. Masalah
tekanan darah, nadi, teratasi sebagian
suhu, dan status intervensi
pernafasan, memonitor dilanjutkan.
denyut jantung,
memonitor suara paru- 29 mei 2017
paru, Memonitor Evaluasi yang
warna kulit, Menilai didapatakn Ny.N
Cavilarev, Memonitor mengatakan nafas
tingkat,
dilakukan implementasi anak tidak sesak saat
didapatkan tanda-tanda istirahat, frekuensi
vital T 38,6° C, HR 100 pernafasan 30x/i,
x/i, P 35 x/i, CRT < 2 saturasi 02 93%, pO2
detik. 75 mmHg, pC02 39
mmHg. Masalah
29 Mei 2017 teratasi sebagian
Implementasi yang intervensi dilanjutkan.
dilakukan memonitor
tekanan darah, nadi, suhu, 30 mei 2017 Evaluasi
dan status pernafasan, didapatakn
memonitor denyut mengatakan yang
jantung, anak tidak Ny.N
memonitor suara paru- sesak saat nafas
paru, Memonitor warna istirahat,
kulit, Menilai Cavilarev, frekuensi pernafasan
Memonitor tingkat, 30x/i, saturasi 02 93%,
irama, kedalaman, dan pO2 75 mmHg, pC02
respirasi. Setelah 39 mmHg. Masalah
dilakukan implementasi teratasi sebagian
didapatkan tanda-tanda intervensi dilanjutkan.
vital T 38,6° C, HR 100
x/i, P 35 x/i, CRT < 2 31 mei 2017 Evaluasi
detik. didapatakn
mengatakan
30 Mei 2017 anak tidak yang
Implementasi yang sesak saat Ny.N
dilakukan memonitor istirahat, nafas
tekanan darah, nadi, suhu, frekuensi
dan status pernafasan, pernafasan 30x/i,
memonitor denyut saturasi 02 93%, pO2
jantung, 75 mmHg, pC02 39
memonitor suara paru- mmHg. Masalah
paru, Memonitor warna teratasi sebagian
kulit, Menilai Cavilarev, intervensi
Memonitor tingkat, dilanjutkan.
irama, kedalaman, dan
respirasi. Setelah
dilakukan implementasi
didapatkan tanda-tanda
vital T 38,6° C, HR 100
x/i, P 35 x/i, CRT < 2
detik.
31 Mei 2017
Implementasi yang
dilakukan memonitor
tekanan darah, nadi,
suhu, dan
status
pernafasan, memonitor
denyut jantung,
memonitor suara paru-
paru, Memonitor
warna kulit, Menilai
Cavilarev, Memonitor
tingkat,
irama, kedalaman, dan
respirasi. Setelah
dilakukan
implementasi
didapatkan tanda-tanda
vital T 38,6° C, HR
100 x/i, P 35 x/i, CRT
27-31 Hipertermi b/d 2017 pengompresan air
Mei proses infeksi Implementasi hangat di dahi, ketiak
2017 dan lipatan paha.
yang Setelah dilakukan
dilakukan mengukur implementasi di
dan memantau dapatkan anak masih
demam, ada penurunan
TTV suhu tubuh, kulit teraba
(Tekanan darah, nadi, panas, tampak sesak, T
suhu dan pemapasan), 38,6° C, HR 100 x/i, P
memonitor warna kulit 35 x/i. Terpasang IVFD
dan suhu, monitor suhu 27 mei 2017
setiap 3 jam, Evaluasi yang
didapatkan Ny.N
melakukan mengatakan anak tidak
pengompresan air demam lagi, badan
hangat di dahi, ketiak tidak teraba panas, anak
dan lipatan paha. tidak gelisah, tidak ada
Setelah dilakukan berkeringat berlebihan
implementasi di suhu
37,8°C , leukosit
dapatkan anak masih
15.000 mm3 (6.000-
demam, ada penurunan 18.000/ mm3 ).
suhu tubuh, kulit teraba Terpasang IVFD KA-
panas, tampak sesak, T EN IB 8 tts/i.
38,6° C, HR 100 x/i, P Ampicillin 4 x 150 g iv,
35 x/i. Terpasang IVFD Gentamicin 2 x 14 g iv.
KA-EN IB 8 tts/i. Masalah teratasi dan
intervensi
Ampicillin 4 x 150 g iv,
dilanjutkan.
Gentamicin 2 x 14 g iv.
28 mei 2017
28 Mei 2017 Evaluasi yang
Implementasi didapatkan Ny.N
mengatakan anak tidak
yang demam lagi, badan
tidak teraba panas, anak
dilakukan mengukur
tidak gelisah, tidak ada
dan memantau berkeringat berlebihan
suhu
TTV 37,8°C , leukosit
(Tekanan darah, nadi, 15.000 mm3 (6.000-
suhu dan pemapasan), 18.000/ mm3 ).
memonitor warna kulit Terpasang IVFD KA-
EN IB 8 tts/i.
dan suhu, monitor suhu
Ampicillin 4 x 150 g iv,
setiap 3 jam, Gentamicin 2 x 14 g iv.
melakukan
Masalah teratasi dan 30 Mei 2017
intervensi Implementasi
dilanjutkan.
yang
29 mei 2017
Evaluasi yang dilakukan mengukur
didapatkan Ny.N dan memantau
mengatakan anak tidak
demam lagi, badan TTV
tidak teraba panas, anak
(Tekanan darah, nadi,
tidak gelisah, tidak ada
suhu dan pemapasan),
berkeringat
memonitor warna kulit
KA-EN IB 8 tts/i.
dan suhu, monitor suhu
Ampicillin 4 x 150 g iv,
setiap 3 jam,
Gentamicin 2 x 14 g iv
melakukan
29 Mei 2017 pengompresan air
Implementasi hangat di dahi, ketiak
dan lipatan paha.
yang Setelah dilakukan
dilakukan mengukur implementasi di
dan memantau dapatkan anak masih
demam, ada penurunan
TTV
berlebihan suhu
(Tekanan darah, nadi,
37,8°C , leukosit
suhu dan pemapasan), 15.000 mm3 (6.000-
memonitor warna kulit 18.000/ mm3 ).
dan suhu, monitor suhu Terpasang IVFD KA-
setiap 3 jam, EN IB 8 tts/i.
melakukan Ampicillin 4 x 150 g iv,
pengompresan air Gentamicin 2 x 14 g iv.
Masalah teratasi dan
hangat di dahi, ketiak
intervensi
dan lipatan paha. dilanjutkan.
Setelah dilakukan
implementasi di 30 mei 2017
dapatkan anak masih Evaluasi yang
demam, ada penurunan didapatkan Ny.N
mengatakan anak tidak
suhu tubuh, kulit teraba
demam lagi, badan
panas, tampak sesak, T tidak teraba panas, anak
38,6° C, HR 100 x/i, P tidak gelisah, tidak ada
35 x/i. Terpasang IVFD berkeringat berlebihan
KA-EN IB 8 tts/i. suhu
Ampicillin 4 x 150 g iv, 37,8°C , leukosit
Gentamicin 2 x 14 g iv 15.000 mm3 (6.000-
18.000/ mm3 ).
Terpasang IVFD KA-
EN IB 8 tts/i.
Ampicillin 4 x 150 g iv,
Gentamicin 2 x 14 g iv.
Masalah teratasi dan
intervensi
dilanjutkan.
31 mei 2017
Evaluasi yang
didapatkan Ny.N
mengatakan anak tidak
demam lagi, badan
tidak teraba panas, anak
tidak gelisah, tidak ada
berkeringat berlebihan
suhu
37,8°C , leukosit
15.000 mm3 (6.000-
18.000/ mm3 ).
Terpasang IVFD KA-
EN IB 8 tts/i.
Ampicillin 4 x 150 g iv,
Gentamicin 2 x 14 g
suhu tubuh, kulit iv. Masalah teratasi
teraba panas, tampak dan
sesak, T 38,6° C, HR
intervensi
100 x/i, P 35 x/i.
dilanjutkan.
Terpasang IVFD KA-
EN IB 8 tts/i.
Ampicillin 4 x 150 g
iv, Gentamicin 2 x 14
g iv
31 Mei 2017
Implementasi
yang
dilakukan mengukur
dan memantau
TTV
(Tekanan darah, nadi,
suhu dan pemapasan),
memonitor warna kulit
dan suhu, monitor suhu
setiap 3 jam,
melakukan
pengompresan air
hangat di dahi, ketiak
dan lipatan paha.
Setelah
dilakukan
implementasi di
dapatkan anak masih
demam, ada penurunan
H —=
• III t
*-
• •<
M»