Anda di halaman 1dari 144

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.DENGAN BRONKOPNEUMONIA


DI RUANG HIGH CARE UNIT (HCU) ANAK
IRNA KEBIDANAN DAN ANAK
DI RSUP Dr. M. DJAMIL
PADANG

Karya Tulis Ilmiah

AHMAD FAUZAN
Nim: 143110160

JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.DENGAN BRONKOPNEUMONIA


DI RUANG HIGH CARE UNIT (HCU) ANAK
IRNA KEBIDANAN DAN ANAK
DI RSUP Dr. M. DJAMIL
PADANG

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan ke Program Studi D III Keperawatan Politeknik Kesehatan


Kemenkes Padang Sebagai Persyaratan Dalam
Karya Tulis Ilmiah

AHMAD FAUZAN
Nim: 143110160

JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ahamad Fauzan

Tempat/tanggal lahir :Batang Lolo/ 26 Maret 1996

Agama : Islam

Status perkawinan : Belum Menikah


Orang tua : Ayah : H. Marzuki

Ibu : Ermawati

: Batang Lolo, Koto Parik Gadang Diateh,


Alamat
Solok - Selatan, Sumatra Barat
NIM :143110160
Riwayat Pendidikan

Pendidikan Tahun
TK Mutiara 2001 -2002
SD Negeri 01 Pakan Rabaa 2002 - 2008
SMP Negeri 04 S olok-Selatan 2008 -2011

SMA Negeri 01 Solok-Selatan 2011 -2014


Poltekkes Kemenkes Padang 2014-2017

i
i
iii
iv
vi
• «B «w w
»4^»** m • t >* V» 4B> < <M.V4 ■■■■ m
* te*. *• ^4«»U V» *•>*

v
ii
KEMENTRIAN KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017


AHMAD FAUZAN

Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Bronkopneumonia di Ruang HCU


Anak IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017

xi + 65 halaman, 2 gambar, 4 tabel, 8 lampiran

ABSTRAK
Bronchopneumonia merupakan suatu penyakit infeksi akut yang menyebabkan
kematian dari (15%) balita sebanyak 922.000 di tahun 2015. Tujuan penelitian
untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada Anak dengan Bronkopneumonia
di ruang HCU IRNA Kebidanan dan anak RSUP Dr.M.Damil Padang.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Desain penelitian adalah studi
kasus. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 27-31 Mei 2017 di Ruangan HCU
Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang. Populasi adalah semua Anak yang menderita
Bronkopneumonia dengan 2 sampel yang diambil secara purposive sampling.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah format pengkajian sampai
evaluasi keperawatan anak. Cara pengumpulan data dimulai dari wawancara,
pengukuran, observasi dan studi dokumentasi. Analisis yang dilakukan pada semua
temuan di tahapan proses keperawatan pada anak.

Hasil Penelitian didapatkan diagnosa Pada An.F ketidakefektifan jalan nafas


dengan kriteria hasil (NOC) nafas tidak sesak sesak ditandai tidak adanya retraksi
dinding dada, frekuensi nafas normal (30-40 x/i), batuk tidak ada. Pada diagnosa
pola nafa tidak efektif pada An.G dan An.F dengan kriteria hasil (NOC) frekuensi
nafas normal (30-50 x/i). Diagnosa gangguan pertukaran gas dengan kriteria hasil
(NOC) sianosis tidak ada, pO2 normal (75-100 mmHg), pCO2 normal(38-42
mmHg. Diagnosa hipertermi pada An.G dan An.F dengan kriteria hasil (NOC)
suhu normal ( 36,3 — 37,7°C) , tidak ada penurunan kesadaran. Rencana
keperawatan sesuai dengan NIC-NOC, implementasi yang dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah di buat, dan evaluasi keperawatan sebagian besar masalah
teratasi.

Perawat dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional dan


komprehensif dengan cara prmotif, preventif, rehabilitatif dan edukatif. Bagi
peneliti selanjutnya hasil peneliti ini dapat dijadikan sebagai acuan atau
pembanding dalam melakukan penelitian.

Kata Kunci: Bronkopneumonia, asuhan keperawatan


Daftar Pustaka : 27 (2008-2016)

DAFTAR ISI

vi
ii
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................iv
LEMBAR PERSETUIUAN v
ABSTRAK vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................1
B. Perumusan Masalah ...........................................................................6
C. Tujuan Penelitian ...............................................................................6
D. Manfaat Penelitian .............................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Kasus Bronchopneumonia ................................................... 8
1. Pengertian ................................................................................. 8
2. Anatomi fisiologi sistem pernapasan............................................ 9
3. Klasifikasi ................................................................................... 9
4. Etiologi ...................................................................................... 10
5. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya
Bronchopneumonia.................................................................... 11
6. Patofisiologi................................................................................12
7. WOC.......................................................................................... 14
8. Respon tubuh terhadap perubahan fisiologi................................ 15
9. Komplikasi................................................................................. 15
10. Penatalaksanaan........................................................................ 16

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Bronchopneumonia...... 18


1. Pengkajian 18
2. Diagnosa Keperawatan .............................................................. 21
3. Intervensi Keperawatan ............................................................. 22

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ............................................................................ 33
B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 33
C. Populasi dan Sampel........................................................................ 33
D. Instrument Pengumpulan Pata......................................................... 34
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 34
F. lenis Data ........................................................................................ 36
G. Rencana Analisa ............................................................................. 36
BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kasus ............................................................................. 37
B. Pembahasan Kasus ......................................................................... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 64
B. Saran 65

i
x
DAFTAR PUSTAKA

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Pernafasan ..................................................... 9


Gambar 2.2 WOC......................................................................................... 14

1
1
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pemberian Antibiotik Berdasarkan Umur................................... 16


Tabel 2.2 Pemberian Antibiotik Untuk segera Dirujuk............................... 16
Tabel 2.3 Pemberian Obat Antipiretika.......................................................17
Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan...............................................................22
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Anak


Lampiran 2. Lembar Konsultasi Pembimbing 1 Lembar Konsultasi Pembimbing
Lampiran 3. 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 4. Surat Persetujuan Responden Absensi Penelitian
Lampiran 5. Surat Izin selesai Penelitian
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
1

BABI

PENDAHULAUAN

A. Latar Belakang
Penyakit infeksi masih merupakan penyakit utama di banyak negara
berkembang, termasuk Indonesi. Jeni penyakit infeksi di Indonesia yang banyak
diderita adalah infeksi saluran nafas akut (ISPA), baik ISPA bagian atas
misalnya batuk, pilek, faringitis maupun ISPA bagian bawah seperti bronkitis
dan pneumonia. Pneumonia merupakan suatu penyakit infeksi akut yang sering
terjadi pada anak usia di bawah lima tahun (balita) dan penyebab utama
kamatian. Angka kematian karena pneumonia di negara berkembang 1015 kali
lebih tinggi dari pada di negara maju (Masela dkk, 2015).

Menurut World Health Organization (WHO) angka kematian balita pada tahun
2013 masih tinggi mencapai 6,3 juta jiwa. Kematian balita sebagian besar
disebabkan oleh penyakit menular seperti pneumonia (15%), diare (9%) dan
malaria (7%). Dari tiga kasus ini, pneumonia menyebabkan angka kematian
yang paling tinggi yaitu 935.000 jiwa balita (Ariana dkk, 2015).

Diperkirakan terdapat 155 juta kejadian baru pneumonia pada anak balita tiap
tahunnya, dan sebanyak (7-13%) menderita pneumonia berat yang dapat
mengancam jiwa dan membutuhkan perawatan di rumah sakit. The United
Natiaon’s Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 menyatakan bahwa
angka kematian balita harus diturunkan sebanyak 2/3-nya dari tahun 1990
sampai tahun 2015, terutama menurunkan angka kematian karena pneumonia
(Wulandari, 2014).

Pneumonia merupakan penyebab dari (15%) kematian pada balita dengan


diperkirakan sebanyak 922.000 balita di tahun 2015. Pneumonia dapat
menyerang semua umur di semua wilayah, namun terbanyak terjadi di Asia
Selatan dan Afrika sub-hara. Populasi yang rentan terhadap pneumonia adalah
anak-anak yang usianya kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan
orang yang memiliki masalah kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
2

Menurut hasil Riskesdas (2013), berdasarkan Period prevalence balita yang


didiagnosa pneumonia selama 1 Bulan sebelum wawancara sebesar (0,2%).
Sedangkan balita yang memiliki gejala pneumonia didapatkan sebesar (1,8%).
Dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2007, Period Prevalence pneumonia pada
tahun 2013 mengalami penurunan menjadi (1,8%) pada balita, berdasarkan
Period Prevalence terdiagnosis sebesar (2,4%) balita dan yang memiliki gejala
pneumonia sebesar (18,5%) (Profil Kesehatan Indonesia dalam Riskesdas,
2013).

Menurut Kementerian Kesehatan RI, (2016) hasil persentase kasus pneumonia


pada balita di Indonesia diperkirakan terdapat (3,55%) kasus pneumonia yang
teijadi di Indonesia. Namun dari tahun 2008 - 2014 penemuan pneumonia pada
balita tidak mengalami perkembangan yang berarti yaitu berkisar antara (20%-
30%) dan pada tahun 2015 terjadi peningkatan kasus pneumonia yang pesat
yaitu (63,45%).

Perkiraan persentase kasus pneumonia pada balita menurut Provinsi di


Indonesia, didapatkan dari 33 Provinsi yang ada di Indonesia Nusa Tenggara
Barat (NTB) memiliki persentase tertinggi yaitu (6,38%). Sedangkan Provinsi
Sumatra Barat mendapatkan persentase kasus pneumonia sebesar (3,91%)
(Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Menurut Hasil Data Dinas Kesehatan Kota Padang (2014) terdapat jumlah balita
sebanyak 89.793 orang. Perkiraan penderita sebanyak 8.979 (10%) Balita,
sementara penderita yang ditemukan dan ditangani hanya sebanyak 1.850 (20,6
%). Balita laki-laki lebih banyak menderita Pneumonia (23,1%) dibandingkan
dengan balita perempuan (14,9%). Kasus Pneumonia yang ditemukan dan
ditangani tahun 2013 sebanyak 1.183 orang, tahun 2012 sebanyak 340
orang,tahun 2011 sebanyak 586 kasus dan di tahun 2010 sebanyak 819 orang
dan 100 % dapat ditangani (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2014).

Pneumonia adalah suatu kelainan infeksi akut yang dapat mengenai jaringan
paru-paru (alveoli) yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroganisme seperti
virus, jamur dan bakteri. Gejala penyakit yang dapat timbulkan seperti
3

menggigil, demam, sakit kepala, batuk, mengeluarkan dahak dan sesak napas
(Kementerian Kesehatan RI, 2016). Menurut hasil penelitian Osharinanda,
(2012) gejala klinis yang di tampak pada anak dengan pneumonia yaitu demam,
batuk, muntah, pilek, berak encer, sianosis, kejang, tidak mau menyusu, sesak
napas, tersedak, keluar cairan dari telinga dan bintik kemerahan di kulit.

Pneumonia juga dapat mempunyai dampak yang mengakibatkan timbulnya


penyakit lain seperti, pneumonia lobularis (Bronchopneumonia), rusaknya jalan
nafas, efusi pleura, fibrosis paru, dan bronkiolitis. Gejala-gejala lain akan
muncul seperti, atelektasis segmental atau lobaris kronis, kalsifikasi paru,
bronkitis obliteratif, atelektasis persisten (Betz, 2009). Menurut penelitian
Osharinanda, (2012) dampak lain yang dapat timbul bagi anak dengan
pneumonia yaitu gangguan keseimbangan Asam Basa, syok septik, septis, gagal
napas, otitis media, meningitis dan emplema.

Bronchopneumonia merupakan penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang


biasanya diawali dengan infeksi saluran nafas bagian atas dengan gejala batuk,
demam, dan dipsnea. Beberapa mikroganisme Streptococus pneumoniae,
Hemophillus influenzae tipe B, dan Sthapylococus aureus merupakan penyebab
teijadinya bronchopneumonia pada bayi yang lebih besar dan balita, sedangkan
pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga
ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae. Selain disebabkan oleh infeksi
bakteri, kondisi lingkungan dan status gizi anak juga mempengaruhi penyebab
teijadinya Bronchopneumonia (Shefia, 2014).

Berdasarkan penelitian oleh Osharinanda, (2012) di RSUP. Dr. M. Djamil


Padang didapatkan anak yang menderita pneumonia laki-laki sebanyak (55,6%),
terutama pada kelompok usia 2-<12 bulan (60%) dengan status gizi anak yang
kurang (62%) dan status imunisasi masih belum lengkap (34,8%).

Penelitian yang telah dilakukan selam periode 1 Januari 2010 - 31 Desember


2012 mendapatkan 352 kasus pneumonia. Pneumonia yang terjadi pada balita
akan memberikan gambaran klinik yang lebih jelek dari pada orang dewasa
karena pada balita sistem pertahanan tubuh yang dimiliki relatif rendah. Bayi
4

dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mereka
masih belum berkembang dengan baik.

Berdasarkan penelitian Osharinanda (2012), didapatkan anak dengan gizi


kurang lebih banyak terkena pneumonia sebesar (62%). Penelitian lain
menjelaskan kejadian peneumonia pada anak dengan gizi kurang berpeluang
besar 6,25 kali dibandingkan dengan anak yang berstatus gizi baik. Sistem
imunitas pada bayi atau balita belum tebentuk sempurna, maka dari itu bayi
akan lebih mudah terkena infeksi bila tidak mendapatkan asupan gizi yang
cukup. Banyak penelitian menemukan hubungan yang signifikan antara
malnutrisi dengan kematian anak yang menderita pneumonia. Di negara yang
berpengasilan rendah dan sedang, kekurangan berat badan merupakan faktor
resiko pneumonia.

Status imunisasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi timbulnya


pneumonia pada bayi atau balita. Anak yang belum mendapatkan imunisasi
yang lengkap lebih rentan terkena pneumonia. Imunisai merupakan cara
pencegahan terkena penyakit menular karena kekebalan tubuh anak belum
terbentuk sempurna. Imunisasi yang berhubungan dengan kejadian penyakit
pneumonia adalah imunisasi pertusis dalam DPT, Campak, Haemophilus
Influenza, dan pneumokokus. Pertusis dalam kondisi berat dapat menyebabkan
pneumonia (Osharinanda, 2012).

ASI ekslusif juga merupakan faktor dalam mengendalikan infeksi dapat


dibuktikan dengan berkurang-nya kejadian beberapa penyakit spesifik pada bayi
yang mendapat ASI dibanding bayi yang mendapat susu formula. Penelitian
oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) membuktikan bahwa pemberian ASI
sampai usia 2 tahun dapat menurunkan angka kematian anak akibat penyakit
diare dan infeksi saluran napas akut, pneumonia (Masela dkk, 2015).

Berdasarkan survey awal yang di lakukan di Ruangan High Care Unit (HCU)
Anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang tanggal 10 Januari 2017 ditemukan adanya
pasien Bronchopneumonia yang sedang menjalankan perawatan sebanyak 2
orang berjenis kelamin laki-laki, dari hasil survei diagnosa keperawatan utama
5

yaitu gangguan pola nafas dengan tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
keluhan pasien sudah dilakukan seperti pemberian oksigen, kompres saat pasien
demam, melakukan pengeluaran sekret, pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan
memasukkan makanan melalui NGT, dan tindakan kolaborasi lainnya, namun
perawat belum sepenuhnya memperhatikan apa tanda-tanda bila nafas pasien
sudah bagus dan bagaimana kriteria sesak nafas yang berat atau tingkatan sesak
nafas dari pasien.

Pendokumentasian tindakan keperawatan yang dilakukan perawat diruangan


ditemukan bahwa pendokumentasian mengacu pada shift sebelumnya dan masih
kurang memperhatikan perkembangan anak setelah diberikan asuhan
keperawatan. Padahal Pendokumentasian merupakan salah satu komponen
penting yang dapat memberikan sumber kesaksian bagi perawat dalam
pertanggung jawab dan pertanggung gugat dalam memberikan asuhan
keperawatan. Perawat mempunyai peran dalam pemberian asuhan keperawatan
pada anak dengan Bronchopneumonia secara komprehensif. Sehingga, terjadi
peningkatan kualitas pemberian asuhan keperawatan yang berpengaruh kepada
berkurangnya jumlah hari rawatan di rumah sakit dan meminimalkan biaya yang
akan dikeluarkan.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan asuhan


keperawatan pada pasien dengan Bronchopneumonia di Ruang RSUP. Dr. M.
Djamil Padang.
6

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan
masalah penelitian ini adalah Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan Pada
Anak Dengan Bronchopneumonia di Ruang RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun
2017.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Bronchopneumonia di RSUP. Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada Anak
dengan Bronchopneumonia di RSUP. Dr. M. Djamil Padang
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnose keperawatan pada Anak
dengan Bronchopneumonia di RSUP. Dr. M. Djamil Padang
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada Anak dengan
Bronchopneumonia di RSUP. Dr. M. Djamil Padang
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada Anak dengan
Bronchopneumonia di RSUP.Dr. M. Djamil Padang
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi pada Anak dengan Bronchopneumonia
di RSUP. Dr. M. Djamil Padang
f. Mampu mendeskripsikan pendokumentasian pada Anak dengan
Bronkopneumonia di RSUP. Dr. M. Djamil Padang

D. Manfaat Penelitian.
1. Penulis
Laporan kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan penulis dalam menerapkan Asuhan
keperawatan pada Anak dengan kasus Bronkopneumonia di Ruang High
Care Unit (HCU) Anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
7

2. Rumah sakit

Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam


menerapakan asuhan keperawatan pada Anak dengan kasus
Bronkopneumonia di Ruang High Care Unit (HCU) Anak di RSUP Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2017.

3. Institusi Pendidikan

Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran untuk


pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan
kasus Bronkopneumonia di Ruang high Care Unit (HCU) Anak di RSUP
Dr.M. Djamil Padang Tahun 2017.
8

BABU
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Bronchopneumonia


1. Pengertian
Bronchopneumonia adalah radang pada paru-paru yang mempunyai
penyebaran bercak-bercak, teratur dalam area-area atau lebih yang berlokasi
di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru (Brunner dan Suddarth dalam
Wijayaningsih, 2013).

Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau


beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak
infiltrat (Whalley and wong dalam Wijayaningsih, 2013).

Bronchopneumonia adalah rekuensi komplikasi pulmonary, batuk produktif


yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat,
pemapasan meningkat (Suzanne G. Bare dalam wijayaningsih, 2013).

Bronchopneumonia disebut juga pneumonia lobularis, yaitu radang paru-


paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing
(Sylvia Anderson dalam wijayaningsih, 2013).

Menurut Nursalam, (2008) letak anatomi, pneumonia dibagi menjadi


pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronchopneumonia), dan
pneumonia intertisialis.
a. Pneumonia Lobaris
pneumonia Lobaris adalah peradangan pada paru dimana proses
peradangan ini menyerang lobus paru. Pneumonia ini banyak disebabkan
oleh invasi bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
b. Pneumonia Lobularis (Bronchopneumonia)
Peneumonia Lobularis adalah ditandai adanya bercak-bercak infeksi pada
berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus
atau bakteri dan sering teijadi pada bayi atau orang tua.

c. Pneumonia Interstisisalis
9

Pneumonia interstisial adalah kondisi dimana pernapasan langka yang


ditandai dengan pembentukan membran hialin di paru-paru.

2. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan


a. Anatomi

«
- h i L*

.■

Gambar : 2.1 Organ Pernafasan


Sumber : Syaifuddin, (2011)

3. Klasifikasi
Berdasarkan pedoman MTBS (2011), pneumonia dapat diklasifikasikan
secara sederhana berdasarkan gejala dan umur.
a. Umur 2 bulan - 5 tahun:
1) Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila gejala:
a) Ada tanda bahaya umum
b) Terdapat tarikan dinding dada ke dalam.
c) Terdapat stridor (suara nafas bunyi’grok-grok’ saat inspirasi).
2) Pneumonia, apa bila terdapat gejala napas cepat. Batasan napas cepat
adalah:

a) Anak usia 2 bulan - 5 tahun apabila frekuensi napas 40x/ menit atau
1
0

lebih.
3) Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada tanda pneumonia atau
penyakit sangat berat.
b. Umur <2 bulan
1) Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat, apabila gejala :
a) Tidak mau minum atau memuntahkan semua
b) Riwayat kejang
c) Bergerak jika hanya dirangsang
d) Napas cepat (> 60 kali / menit)
e) Napas lambat ( < 30 kali / menit)
f) Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
g) Merintih
h) Demam > 37,5°C
i) Hipotermia berat < 3 5,5° C
j) Nanah yang banyak di mata
k) Pusar kemerahan maluas ke dinding perut
2) Infeksi bakteri lokal, apabila gejala :
a) Pustul kulit
b) Mata bernanah
c) Pusar kemerahan atau bernanah
3) Mungkin bukan infeksi, apabila tidak terdapat salah satu tanda di
atas.

4. Etiologi
Pada umumnya tubuh terserang Bronchopneumonia karena disebabkan oleh
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme
patogen. Penyebab Bronchopneumonia yang biasa di temukan adalah :
a. Bakteri Diplococus pneumonia, Pneumococus, Stretococus,
Hemoliticus Aureus, Haemophilus influenza, Basilus Frienlander
( Klebsial Pneumonia), Mycobakterium Tuberculosis.
b. Virus Respiratory syntical virus, virus influenza, virus
sitomegalik.
1
1

c. Jamur Citoplasma Capsulatum, Criptococus Nepromas,


Blastomices Dermatides, Aspergillus Sp, Candida Albicans, Mycoplasma
Pneumonia, Aspirasi benda asing.

Dalam keadan normal, paru-paru dilindungi terhadap infeksi oleh berbagai


mekanisme. Infeksi paru-paru bisa terjadi bila satu atau lebih dari mekanisme
pertahanan terganggu oleh organisme secara aspirasi atau melalui penyebaran
hematogen. Aspirasi adalah cara yang lebih sering terjadi.

Virus bisa meyebabkan infeksi primer atau komplikasi dari suatu penyakit,
seperti mobili atau vericella. Virus tidak hanya merusak sel epitel bersilia
tetapi merusak sel goblet dan kelenjar mukus pada bronkus sehingga merusak
clearance mukosilia. Apabila kuman patogen mencapai bronkoli terminalis,
cairan edema masuk ke dalam alveoli, diikuti oleh leukosit dalam jumlah
banyak, kemudian makrofag akan membersihkan debris sel dan bakteri.
Proses ini bisa meluas lebih jauh lagi ke segala atau lobus yang sama, atau
mungkin ke bagian lain dari paru-paru melalu cairan bronkial yang terinfeksi.
Malalui saluran limfe paru, bakteri dapat mencapai aliran darah atau pluro
viscelaris. Karena jaringan paru mengalami konsilidasi, maka kapasitas vital
dan comlience paru menurun, serta aliran darah yang mengalami konsilidasi
menimbulkan pirau / shunt kanan ke kiri dengan ventilasi perfusi yang
mismacth, sehingga berakibat pada hipoksia. Keija jantung mungkin
meningkat oleh karena saturasi oksigen yang menurun dan hiperkapnu. Pada
keadaan yang berat, bisa terjadi gagal napas (Wijayaningsih, 2013).

5. Faktor Lain yang Mempengaruhi Timbulnya Bronchopneumonia


Menurut Wijayaningsih (2013), ada faktor lain yang dapat menyebabkan
Bronchopneumonia :
a. Faktor predisposisi
1) Usia/umur
Genetic.

2) Faktor pencetus
1
2

Gizi buruk/kurang
- Berat badan lahir rendah (BBLR)
Tidak mendapatkan ASI yang memadai.
Imunisasi yang tiak lengkap
- Polusi udara
- Kepadatan tempat tinggal

6. Patofisiologi
Bronchopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan
oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan
sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus dan jaringan sekitarnya.
Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi
demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Setelah itu mikroganisme
tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat
stadium, yaitu :
a. Stadium I (4-12 j am pertama / kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan pemulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darh dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari
sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-
mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi
bekerja sama dengan histamin dan prostaglandiin untuk melemaskan otot
polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini
mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang intertisium
sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus
meningkatkan jarak yang harus di tempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling
berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin.
b. Stadium II / hepatisasi (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
1
3

merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh
karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan, sehingga warna
paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini
udara akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat,
yaitu selam 48 jam.
c. Stadium III / hepatisasi keabu (3-8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-
sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih
teteap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat
kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV / resolusi (7-1 hari)
Disebut juga stadiu resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisi-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsropsi
oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
Inflamasi pada bronkus dii tandai adanya penumpukan sekret, sehingga
terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran
kuman sudah mencapai alveoluss maka komplikasi yang terjadi adalah
kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelaktasis. Kolaps alveoli akan
mengakibatkan penyempitan jalan nafas, sesak nafas, dan nafas rochi.
Fibrosis bisa menyebakan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi
surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi. Enfisema (tertimbunya cairan
atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari frekuensi nafas,
hipoksemia, asidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan
kelelahan yang akan mengakibatkan teijadinya gagal nafas
(Wijayaningsih, 2013).
1
4
1
5

8. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologi


Menurut Wijayaningsih (2013), perubahan respon tubuh yang di alami
sepertii :
a. Sistem pernafasan
Terdapatnya bakteri yang menyebabkan peradangan pada bronkus yang
mengakibatkan penumpukan sekret yang menghambat jalan nafas. Tanda
dan gejala yang timbul Pernafasan cepat dan dangkal, bunyi pernafasan
cuping hidung, terdapatnya bunyi nafas tambahan pada paru yaitu ronchi,
weezing.
b. Sistem pencernaan
Terdapat mual dan muntah disertai diare yang mengakibatkan
kekurangan cairan yang hebat.
c. Sistem saraf pusat
Terjadinya penurunan suplai 02 dalam darah ke otak yang di tandai
dengan sianosis, nafas cuping hidung, retraksi dinding dada, yang
menyebabkan teijadinya hipoksia serta mengalami penurunan kesadaran.
d. Sistem termoregulasi
Bakteri yang telah menyebar dan menyebab peradangan menginfeksi
sistem kekebalan tubuh, sehingga teijadinya peningkatan suhu tubuh
yang tinggi (39° — 40°) yang akan menyebabkan kejang.

9. Komplikasi
Menurut Sowden & Betz (2013), Bronchopneumonia dapat mengakibatkan
penyakit lain, yaitu :
a. Atelaktasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru merupakan akibat kurang mobilisasi atau refleks batuk
hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang
d. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
1
6

e. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

10. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
Penatalaksanaan menurut MTBS (2011) yaitu :
1) Pemberian antibiotik
Tabel : 2.1
Pemberian Antibiotik Berdasarkan Umur, Untuk Semua Klasifikasi yang
Membutuhkan Antibiotik yang Sesuai

KOTRIMOKSAZOL
2X sehari selama 3 hari untuk pneumonia
UMUR atau
BERAT BADAN
TAB ANAK (20 mg Tmp + SIRUP per 5 ml (40 mg Tmp +
200 mg Smz) 200 mg Smz)

2 bln-<4 bln (4-6 kg) 1


2.5 ml (1/2 sendok takar)
4 bln - <12 bln (6 -< 10 2
kg) 5 ml (1 sendok takar)
12 bln - <5 tahun (10 - 2 */2
<16 kg) 7.5 ml (1 /2 sendok takar)
3 tahun - <5 tahun (16 - 3
19 kg) 10 ml (2 sendok takar)

Tabel : 2.2
Untuk Anak yang Harus Segera Dirujuk Tetapi Tidak Dapat Menelan Obat
Oral, Segera Diberikan Antibiotik 1x Dalam Dosis Melalui Intravena

AMPISILIN
UMUR Dosis : 50 mg per kg BB GENTAMISIN
Atau Tambahkan 4,0 ml aquadest dalam 1 vial Dosis : 7,5 per kg BB
BERAT BADAN 1000 mg sehingga menjadi 1000 mg / 5 ml sediaan 80 mg / 2 ml
atau 200 mg/ml
2 bulan - < 4 bulan 1.25 ml = 250 mg 1 ml = 40 mg
(4 - < 6 kg)
4 bulan - < 9 bulan 1.75 ml = 350 mg 1.25 ml = 50 mg
(6 - < 8 kg)
9 bulan - <12 bulan 2.25 ml = 450 mg 1.75 ml = 70 mg
(8 - < 10 kg)
12 bulan - <3 tahun 3 ml = 600 mg 2.5 ml = 100 mg
(10 - < 14 kg)
1
7

3 tahun - < 5 tahun 3.75 ml = 750 mg 3 ml = 120 mg


(14 -19 kg)

Tabel: 2.3
Pemberian Obat Antipiretika
Pemberian Paracetamol Untuk Demam Tinggi >38, 5°C

PARACETAMOL

UMUR atau BERAT TABLET TABLET


BADAN 500 mg 100 mg SIRUP 120 mg/ 5 ml
2 bulan - <6 bulan (4- 2.5 ml
’/2 1/2
<7 kg) (’A sendok takar)

6 bulan - < 3 tahun ’A 1 5 ml ( 1 sendok takar)


(7-<14 kg)
3 tahun - < 5 tahun ’A 2 7.5 ml
(14-< 19 kg) (1 ’A sendok takar)

2) Terapi 02
Pemberian 022-3 liter / menit dengan nasal kanul
3) Terapi cairan
Pemberian cairan IVFD dekstore 5 % ’A NaCL 0,225% 350cc / 24 jam
b. Non farmakologi
1) Pasien Istirahat total
2) Posisi pasien semifowler / ekstensikan kepala
3) Bila terdapat obstruksi jalan nafas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator
4) Terapi modalitas pernafasan (vibrasi, claping, nafas dalam dan batuk
efektif).
5) Banyak minum air putih hangat
6) Suction bila ada sumbatan j alan nafas
7) Kompres hangat jika demam
8) Diit pasien jenis ML ( makan lunak )

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Bronchopneumonia


1
8

1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kasus Bronchopneumonia :
a. Identitas, seperti: nama, tempat tanggal lahir/umur, Bronchopneumonia
sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi pada anak
berusia di bawah 3 tahun dan kematian terbanyak teijadi pada bayi yang
berusia kurang dari 2 bulan.
b. Keluhan Utama
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Bronchopneumonia Virus
Biasanya didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran napas,
termasuk rinitis dan batuk, serta suhu badan lebih rendah dari pada
pneumonia bakteri. Bronchopneumonia virus tidak dapat
dibedakan dengan Bronchopneumonia bakteri dan mukuplasma.
b) Bronchopneumonia Stafilokokus (bakteri)
Biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas
atau bawah dalam beberapa hari hingga 1 minggu, kondisi suhu
tinggi, batuk dan mengalami kesulitan pernapasan.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu:


Biasanya anak sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian
atas. Riwayat penyakit campak / fertusis (pada Bronchopneumonia).

3) Riwayat pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan
karena keletihan selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori
sebagai akibat dari kondisi penyakit.

4) Riwayat psikososial dan perkembangan


Kelainan Bronchopneumonia juga dapat membuat anak mengalami
gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan, hal ini disebabkan
oleh adanya ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada tingkat
jaringan, sehingga anak perlu mendapatkan stimulasi pertumbuhan
dan perkembangan yang cukup.
1
9

5) Riwayat Imunisasi
Biasanya pasien belum mendapatkan imunisasi yang lengkap seperti
DPT-HB-Hib 2.

c. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang ditemukan
pembesaran Kelenjer getah bening.
b. Mata
Biasanya pada pasien dengan Bronchopneumonia mengalami anemis
konjungtiva.
c. Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum ada tampak mengalami nafas
pendek, dalam, dan teijadi cupping hidung.
d. Mulut
Biasanya pada wajah klien Brochopneumonia terlihat sianosis
terutama pada bibir.
e. Thorax
Biasanya pada anak dengan diagnosa medis Bronchopneumonia, hasil
inspeksi tampak retraksi dinding dada dan pernafasan yang pendek
dan dalam, palpasi terdapatnya nyeri tekan, perkusi terdengar sonor,
auskultasi akan terdengar suara tambahan pada paru yaitu
ronchi,weezing dan stridor. Pada neonatus, bayi akan terdengar suara
nafas grunting (mendesah) yang lemah, bahkan takipneu.
f. Abdomen
Biasanya ditemukan adanya peningkatan peristaltik usus.
g. Kulit
Biasanya pada klien yang kekurangan O2 kulit akan tampak pucat
atau sianosis, kulit teraba panas dan tampak memerah.

h. Ekstremitas
Biasanya pada ekstremitas akral teraba dingin bahkan bahkan crt > 2
detik karena kurangnya suplai oksigen ke Perifer, ujung-ujung kuku
2
0

sianosis.

d. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik Menurut Manurung dkk (2013), yaitu :
1) Pemeriksaan Radiologi
a) Biasanya pada rontgen thoraks ditemukan beberapa lobus
berbercak-bercak infiltrasi
b) Bronkoskopi digunakan untuk melihat dan memanipulasi cabang-
cabang utama dari arbor trakeobronkial. Jaringan yang diambil
untuk pemeriksaan diagnostik , secara terapeutik digunakan untuk
mengidentifiksi dan mengangkat benda asing
2) Hematologi
a) Darah lengkap
(1) Hemoglobin pada pasien bronchopneumonia biasanya tidak
mengalami gangguan. Pada bayi baru lahir normalnya 17-12
gram/dl, Umur 1 minggu normalnya 15-20 gram/dl, Umur 1
bulan normalnyall-15 gram/dl, dan pada Anak-anak
normalnya 11-13 gram/dl
(2) Hematokrit pada pasien bronchopneumonia biasanya tidak
mengalami gangguan. Pada Laki-laki normalnya 40,7% -
50,3%, dan pada Perempuan normalnya 36,1% - 44,3%
(3) Leukosit pada pasien bronchopneumoia biasanya mengalami
peningkatan, kecuali apabila pasien mengalami
imunodefisiensi Nilai normlanya 5 .- 10 rb /mm 3

(4) Trombosit biasanya ditemukan dalam keadaan normal yaitu


150 - 400 rb mm3
(5) Eritrosit biasanya tidak mengalami gangguan dengan nilai
normal Laki - laki 4,7- 6,7 juta dan pada Perempuan 4,2- 5,4
juta

(6) Laju endap darah ( LED ) biasanya mengalami peningkatan


normal nya pada laki-laki 0-10 mm perempuan 0-15 mm
b) Analisa Gas Darah (AGD)
Biasanya pada pemeriksaan AGD pada pasien bronchopneumonia
2
1

ditemukan adanya kelainan. Pada nilai pH rendah normalnya7,38-


7,42, Bikarbonat (HCO3) akan mengalami peningkatan kecuali
ada kelainan metabolik normalnya 22-28 m/1, Tekanan parsial
oksigen akan mengalami penurunan nilai normalnya 75-100 mm
Hg, Tekanan (pCO2) akan mengalami peningkatan nilai
normalnya 38-42 mmHg, dan pada saturasi oksigen akan
mengalami penurunan nilai normalnya 94-100 %.
c) Kultur darah
Biasanya ditemukan bakteri yang menginfeksi dalam darah, yang
mengakibatkan sistem imun menjadi rendah.
d) Kultur sputum
Pemeriksaan sputum biasanya di temukan adanya bakteri
pneumonia dan juga bisa bakteri lain yang dapat merusak paru.

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan NANDA 2015-2017, diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d akumulasi lendir di jalan nafas,
inflamasi trakeabronkial, nyeri pleuritik, penurunan energi, kelemahan.
b. Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi, kerusakan neurologis
c. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi
d. Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, kelemahan umum, batuk berlebihan dan dipsnea.
e. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d peningkatan evaporasi tubuh,
kurangnya intake cairan.
f. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, mual
dan muntah.
g. Hipertermi b/d proses infeksi
2
2

3. Intervensi Keperawatan

Tabel: 2.4
Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Keperawatan NOC NIC


o
1 Ketidakefektifan a. Respiratory Airway Suction
Bersihan Jalan Status 1) Pastikan kebutuhan
Nafas Ventilation oral suctioning
2) Auskultasi suara
Batasan karakterstik : Kriteria hasil : nafas sebelum
1) Suara nafas 1) Frekuensi dan sesudah
tambahan pernafasan suctioning
2) Perubahan dalam batas 3) Informasikan pada
frekuensi napas normal (40- klien dan
3) Sianosis 50x/menit) keluarga tentang
4) Penurunan bunyi 2) Irama pernafasan suctioning
nafas 3) Kedalaman 4) Monitor status
5) Sputum dalam inpirasi oksigen pasien
jumlah yang 4) Tidak ada suara 5) Berikan oksigen
berlebih nafas tambahan dengan
6) Gelisah 5) Pernafasan menggunakan
cuping hidung nasal untuk
Faktor yang tidak ada memfasilitasi
berhubungan dengan : 6) Tidak ada suction
obstruksi jalan nafas penggunaan otot nasotrakeal
1) Spasmejalan bantu nafas
nafas 7) Akumulasi Airway Management
2) Mukus dalam sputum 1) Buka jalan nafas
jumlah 2) Posisikan pasien
berlebihan o. Respiratory umtuk
3) Sekresi dalam Status Airway memaksimalkan
bronki Patency ventilasi
4) Benda asing di jalan 3) Identifikasi pasien
nafas Kriteria hasil : perlunya
1) Respiratory rate pemasangan alat
dalam rentang jalan nafas
normal 4) Lakukan
2) Pasien tidak fisioterapi dada
cemas bila perlu
3) Menunjukkan 5) Auskultasi suara
jalan nafas yang nafas, catat
paten adanya suara
tambahan
6) Monitor status
respirasi dan 02
2
3

2) Dorong pasien
untuk melakukan
latihan nafas
dalam
3) Dorong pasien
untuk tarik nafas
dalam selama 2
detik dan
batukkan,
lakukan
2 atau 3 kali
berturut-turut

Vital Sign
Monitoring
1) Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
2) Catat adanya
fluktasi tekanan
darah
3) Monitor vital sign
saat pasien
berbaring, duduk
atau berdiri
4) Monitor TD, nadi,
RR, sebelum,
selama dan
setelah aktifitas
5) Monitor kualitas
nadi
6) Monitor frekuensi
dan irama
pernafasan
7) Monitor suara
paru
8) Monitor pola
pernafasan
abnormal
9) Monitor suhu, dan
kelembapan
kulit
10)Identifikasi
penyebab dari
2 Ketidakefektifan Pola a. Status perubahan vital
Manajemen
Nafas Pernafasan
Jalan
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : 1) Nafas
1) Perubahan kedalaman Frekuensi 1) Posisikan pasien
untuk
2
4

pernafasan pernafasan ventilasi


2) Bradipnea normal (40- 2) Lakukan
3) Penurunan tekanan 50x/menit) fisioterapy dada
inspirasi 2) Irama pernafasan jika perlu
4) Penurunan tekanan normal 3) Motivasi pasien
ekspirasi 3) Kedalaman untuk bernafas
5) Penurunan kapsitas inspirasi pelan, dalam,
vital 4) Suara auskultasi berputar, dan
6) Dipsnea pernafasan batuk
7) Pernafasan cuping normal 4) Gunakan teknik
hidung 5) Kepatenan jalan yang
8) Penggunaan otot nafas menyenangkan
aksesoris untuk 6) Volume tidal untuk memotivasi
bernafas 7) Kapasitas vital bernafas
8) Penggunaan otot
Faktor yang bantu nafas dalam
berhubungan tidak ada kepada anak-anak
1) Hiperventilasi 9) Retraksi dinding 5) Auskultasi suara
2) Kerusakan neurologis dada tidak ada nafas, catat area
3) Keletihan otot 10) Sianosis tidak yang ventilasinya
pernafasan ada menurun atau
11) Suara nafas tidak adanya
tambahan tidak suara nafas
ada tambahan

b. Status Terapi Oksigen


Pernafasan : 1) Pertahankan
Kepatenan kepatenan jalan
Jalan Nafas nafas
2) Monitor
Kriteria hasil : aliran
1) Frekuensi oksigen
pernafasan 3) Monitor efektifitas
normal (40- terapi oksigen
50x/nmenit) 4) Amati tanda-tanda
2) Irama pernafasan adanya
3) Suara nafas hipoventilasi
tambahan oksigen
4) Pernafasan 5) Sediakan oksigen
cuping hidung ketika
5) Dipsnea saat
istirahat pasien
6) Batuk dibawah
7) Akumulasi /
sputum dipidahkan

Monitor Pernafasan
1) Monitor kecepatan,
irama, kedalaman
2
5

nafas

tambahan
seperti ngorok
4) Monitor pola nafas
5) Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
6) Auskultasi suara
3 Gangguan Pertukaran a. Status nafasVital
Monitor tambahan
Sign
Gas Pernafasan : 1) Memonitor
Pertukaran tekanan
Batasan karakteristik : Gas
1) pH darah arteri darah,
abnormal Kriteria hasil: nadi, suhu, dan
2) pernafasan 1) Tekanan parsial status pernafasan
abnormal ( mi s, oksigen 2) Memonitor
kecepatan, Denyut jantung
irama, dalam 3) Memonitor suara
kedalaman) darah arteri paru-paru
3) warna kulit (po2) 4) Memonitor warna
abnormal (pucat 2) Tekanan parsial kulit
) oksigen 5) Menilai
4) sianosis Cavilarevil
5) nafas cuping dalam
hidung darah Monitor Pernafasan
1) Memonitor
Faktor yang arteri tingkat,
berhubungan : (pco2)
1) perubahan 3) Saturasi oksigen irama,
membran 4) Keseimbangan kedalaman,
alveolar -kapiler ventilasi perfusi
2) ventilasi pervusi 5) Dyspnea dan
pada respirasi
saat istirahat 2) Memonitor
6) Sianosis gerakan dada
3) Monitor
bunyi
pernafasan
4) Auskultasi bunyi
paru
5) Memonitor
dyspnea dan hal
yang
meningkatkan
dan
memperburuk
kondisi
2
6

hipoventilasi
induksi oksigen

4 Intoleransi Aktifitas a. Toleransi Terapi Aktifitas


Aktifitas 1) Bantu klien
Faktor yang mengidentifikasi
berhubungan dengan : Kriteria hasil : aktivitas
1) Masalah 1) Saturasi oksigen
sirkulasi dengan aktivitas yang
2) Masalah 2) Denyut mampu dilakukan
pernapasan nadi 2) Bantu klien untuk
dengan aktivitas memilih aktivitas
3) Tingkat yang sesuai
pernapasan dengan
dengan aktivitas kemampuan fisik,
4) Warna kulit psikologi,
5) Kecepatan
berjalan kaki dan
sosial
2) Tingkat 3) Bantu
kelelahan untuk
mengidentifikasi
Kriteia hasil: dan mendapatkan
1) Tingkat sumber
kelelahan
2) Gangguan yang
konsentrasi diperlukan untuk
menurun aktivitas
3) Tingkat stres
4) Kualitas tidur yang
5) Saturasi oksigen diinginkan
6) Kualitas 4) Bantu
istirahat untuk
mengidentifikasi
3) Tanda-tanda aktivitas
vital
yang
Kriteria hasil: disukai
1) Denyut jantung 5) Bantu pasien atau
apikal keluarga
2) Denyut
nadi untuk
radial mengidentifikasi
3) Tingkat kekurangan
pernapasan dalam
4) Irama beraktivitas
pernapasan 6) Bantu pasien
5) Tekanan nadi untuk
6) Kedalaman mengembangkan
2
7

keberadaan dan
kualitas nadi
4) Monitor irama dan
laju pernafasan
5) Monitor suara paru
6) Monitor warna
kulit, suhu, dan
kelembapan

Manajemen Energi:
Terapi Oksigen
1) Pertahan kan
kepatenan

jalan
nafas
2) Berikan oksigen
tambahan seperti
yang
diperintahkan
3) Monitor
aliran
oksigen
4) Amati tanda-tanda
hipoventilasi
induksi oksigen
5) Sediakan oksigen
ketika

pasien
5 Kekurangan Volume a. Keseimbangan dibawa Cairan
Manajemen
Cairan Cairan 1) Timbang BB
pasien setiap hari
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : dan monitor
1) Haus 1) Tekanan darah status pasien
2) Kelemahan 2) Keseimbangan 2) Jaga intake output
3) Kulit kering intake output 3) Monitor status
4) Membtan dalam 24 jam dehidrasi
mukosa kering’ 3) Berat badan 4) Monitor hasil
5) Peningkatan stabil laboratorium
frekuensi nadi 4) Turgor kulit yang relevan
6) Peningkatan 5) Kelembaban dengan
hematokrit membran retensi cairan
7) Peningkatan mukosa 5) Monitor status
konsentrasi 6) Serum elektrolit hemodinamik
urine 7) Hematokrit 6) Monitor tanda-
8) Peningkatan 8) Edema perifer tanda vital
suhu tubuh 9) Bola mata 7) Berikan terapi IV
9) Penurunan berat cekung (intra vena)
2
8

badan tiba-tiba 11) Pusing yang ditentukan


10)Penurunan 8) Berikan
haluan urine cairan
11)Penurunan b. Dehidrasi dengan tepat
pengisian vena 9) Tingkatkan
12)Penurunan Kriteria hasil : asupan oral
tekanan darah 1) Warna urine 10) Dukungan pasien
13)Penurunan keruh dan
turgor kulit 2) Fontanel a
cekung keluarga
Faktor yang 3) Nadi cepat dan untuk
berhubungan lambat membantu
1) Kegagalan 4) Penigkatan BUN dalam
mekanisme (blood urea pemberian
regulasi Nitrogen) makan
2) Kehilangan 5) Penigkatan suhu
cairan aktif tubuh dengan
baik
11) Berikan produk-
produk darah

Manajemen
Elektrolit
1) Monitor nilai
serum elektrolit
abnormal
2) Monitor
manifestasi
3) Ketidakseimbang
a n elektrolit
4) Berikan
cairan
sesuai resep, jika
diperlukan
5) Ambil spesimen
sesuai order
untuk dapat
malakukan
sesuai analisis
level elektrolit
(ABG, urine,
dan level serum)
dengan tepat
6) Konsultasikan
dengan dokter
jika tanda -
tanda dan gejala
ketidakseimbang
a n
2
9

Monitor

Tanda-
tanda Vital
1) Monitor tekanan
darah, nadi, suhu
dan pernafasan
2) Monitor dan
laporkan tanda
dan gejala
hipotermia dan
hipertermia
3) Monitor
keberadaan dan
kualitas nadi
4) Monitor irama
dan laju
pernafasan
5) Monitor suara
paru
6) Monitor warna
6 Ketidak Seimbangan a. Status Nutrisi kulit, suhu,
Manajemen dan
Berat
Nutrisi: Kurang Dari Badan
Kebutuhan Tubuh Kriteria hasil: 1) Diskusikan
1) Status nutrisi bersama
Batasan karakteristik : 2) Asupan gizi
1) Diare 3) Asupan makanan pasien
2) Bising usus 4) Asupan cairan dan
hiperaktif 5) Energi
3) Membran 6) Berat badan keluarga
mukosa pucat mengenai
4) Tonus otot b. Appetite hubungan antara
menurun intake makanan,
5) Kelemahan otot Kriteia hasil: latihan,
menelan 1) Keinginan untuk
makan pening
Faktor yang 2) energi katan BB dan
berhubungan : untuk penurunan BB
1) Faktor biologis makan 2) Diskusikan
2) Ketidak 3) Asupan makanan bersama
mampuan asupan gizi
mengabsropsi 4) Asupan cairan pasien
nutrien 5) Stimulus untuk mengenai kondisi
3) Ketidak makan medis yang dapat
mampuan mempengaruhi
mencerna BB
makanan 3) Diskusikan
4) Ketidak bersama
3
0

mampuan menelan yang


makanan berhubungan
dengan BB
berlebih dan
penurunan BB
5) Dorong pasien
untuk merubah
kebiasaan makan
6) Perkirakan
BB
badan ideal
pasien

Manajemen Nutrisi
1) Kaji adanya alergi
makanan
2) Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi

yang
dibutuhkan
pasien.
3) Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
intake Fe
4) Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
protein

dan
vitamin C
5) Berikan substansi
gula
6) Yakinkan diet
yang dimakan
mengandung
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
7) Berikan makanan
yang terpilih
( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
3
1

Monitor Nutrisi
1) Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
2) Monitor
turgor
kulit dan
modalitas
3) Identifikasi
abnormalitas
kulit
4) Minitor
adanya
mual muntah
5) Identifikasi
perubahan nafsu
makan
7 Hipertermi a. Termoregulasi Perawatan Demam
1) Pantau suhu dan
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : tanda vital
1) Kulit kemerahan 1) Berkeringat saat lainnya
2) Peningkatan panas 2) Monitor warna
suhu tubuh 2) Tingkat kulit
perki saran pernafasan 3) Monitor asupan
diatas normal 3) Peningkatan suhu dan keluaran,
3) Kejang kulit sadari perubahan
4) Kulit terasa 4) Hipertermia kehilangan cairan
hangat 5) Sakit kepala yang tak
6) Dehidrasi dirasakan
Faktor yang 4) Beri obat atau
berhubungan : c. Status cairan IV
1) Pemajanan Neurologis 5) Tutup pasien
lingkungan yang dengan selimut
panas Kriteria hasil : atau pakaian
2) Penyakit 1) Kesadaran ringan
3) Peningkatan laju 2) Pola bernafas 6) Dorong konsumsi
metabolisme 3) Pola istirahat dan cairan
tudur 7) Fasilitasi istirahat,
4) Laju pernafasan terapkan
5) Hipertermia pembatasan
6) Aktivitas kejang aktifitas jika
diperlukan
b. Tanda Tanda 8) Berikan oksigen
Vital yang sesuai
9) Tingkatkan
Kriteria hasil : sirkulasi udara
1) Suhu tubuh 10) Mandikan pasien
2) Tingkat dengan spons
hangat dengan
3
2

pernafasan Pengaturan Suhu


3) Irama pernafasan 1) Monitor suhu
4) Tekanan nadi paling tidak
5) Kedalaman setiap 2 jam
inspirasi sesuia kebutuhan
2) Monitor dan
laporkan adanya
tanda gejala
hipotermia dan
hipertermia
3) Tingkatkan intake
cairan dan
nutrisi adekuat
4) Berikan
pengobatan
antipiuretik
sesuai kebutuhan

Manajemen
Pengobatan
1) Tentukan obat apa
yang diperlukan,
dan kelola
menurut resep
dan/atau
protokol
2) Monitor
efektifitas cara
pemberian obat
yang sesuai
Sumber : Nursing Outcomes Clasification, 2016, Nursing Interventions Classifications, 2016
3
3

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan desain studi kasus
yang di jabarkan secara deskriptif. Metode penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang keadaan secara
objektif. Penelitian ini di arahkan unutk mendeskripsikan atau
menggambarkan bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada anak
dengan kasus Bronchopneumonia di Ruang High Care Unit (HCU) Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang Pada tahun 2017.

B. Tempat dan Waktu Peenelitian


Waktu penelitian dimulai dari bulan Januari sampai dengan Juni 2017.
Penelitian dilakukan di Ruang High Care Unit (HCU) Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang pada Tahun 2017. Pengambilan data pada Partisipan I dan II
dilakukan pada 27-31 Mei 2017.

C. Populasi dan Sampel


Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu
yang akan diteliti (Hidayat, 2012). Bukan hanya subjek atau objek yang
dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek
atau objek tersebut. Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah
semua pasien anak yang mengalami Bronchopneumonia di Ruang
HCU Anak RSUP. Dr. M.Djamil Padang.

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian keperawatan,
kriteria sampel meliputi kriteria ekslusi, dimana kriteria itu menentukan
dapat dan tidaknya smapel tersebut digunakan. Pada penelitian ini sampel
diambil sebanyak 2 orang anak secara purposive sampling, yaitu
pengambilan sampel dengan berdasarkan pada tujuan dari peneliti dengan
kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria insklusi
3
4

a) Pasien dan orang tua bersedia menjadi responden


2. Kriteria ekslusi
a) Pasien pulang dalam hari rawatan kurang dari lima hari
b) Pasien bronchopneumonia yang mengalami perubahan kondisi
(penurunan kesadaran)

D. Istrumen Pengumpulan Data


Alat dan instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian adalah format asuhan
keperawatan (pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi),
alat perlindungan diri (Handscoon dan masker), alat pemeriksaan fisik (Tensi
meter, Termometer, stetoskop, timbangan, arloji dengan detik dan penlight).
1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas pasien, identifikasi
penanggung jawab, riwayat kesehatan, kebutuhan dasar, pemeriksaan
fisik, data psikologis, data ekonomi sosial, data spritual, lingkungan
tempat tinggal, pemeriksaan laboratorium dan program pengobatan.
2. Format analisa data terdiri: nama pasien, nomor rekam medik, data,
masalh dan etiologi.
3. Format diagnosa keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, diagnosa keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya masalah,
serta tanggal dan paraf dipecahkan masalah.
4. Format intervensi asuhan keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor
rekam medik, diagnosa keperawatan, intervensi NOC dan NIC.
5. Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, implementasi
keperawatan, dan paraf yang dilakukan implementasi keperawatan.
6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor rekam
medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, evaluasi keperawatan, dan
paraf yang melakukan tindakan evaluasi keperawatan.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik wawancara
Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaran yang
mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informan. Peneliti
melakukan wawancara mengeksplorasi perasaan, persepsi, dan pemikiran
3
5

partisipan.

Pada penelitian ini dilakukan wawancara kepada pasien dan keluarga.


Wawancara dilakukan untuk mendapatkan untuk mendapatkan data
tentang identitas pasien, riwayat kesehatan pasien (sekarang, dahulu dan
riwayat kesehatan keluarga) dan aktifitas sehari-hari pasien (Sugiyono,
2014).
2. Observasi
Observasi yang dilakukan peneliti terlibat berkaitan dengan keadaan fisik
pasien serta kegiatan sehari - hari pasien seperti pola makan, pola
aktifitas, dan lain-lain (Sugiyono, 2014).

Pada penelitian ini observasi dilakukan untuk pemeriksaan fisik pasien


yang dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi melalui
tingkat kesadaran dan memonitor bagaimana perubahan kesehatan dari
pasien dan memonitor intake output / cairan yang keluar berlebihan, suhu,
dan frekuensi pemfasan.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan perjalan penyakit pasien yang sudah berlalu
yang disusun berdasarkan perkembangan kondisi pasien. Dokumentasi
keperawatan berbentuk catatan perkembangan, hasil pemeriksaan
laboratorium dan hasil pemeriksaan pasien.

Dalam penelitian ini menggunakan dokumen dari rumah sakit untuk


menunjang penelitian yang akan dilakukan untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan darah lengkap seperti (Hb, trombosit, leukosit, eritrosit, dan
Ht), pemeriksaan elektrolit, hasil pemeriksaan kultur darah, sputum dan
pemeriksaan rontgen thorak.

F. Jenis-Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti
pengkajian kepada pasien meliputi: Identitas pasien, riwayat kesehatan
pasien, pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap
3
6

pasien.
b. Data Sekunder
Pada penelitian ini, data sekunder langsung didapatkan dari keluarga,
rekam medis dan Ruang High Care Unit (HCU) Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang

G. Analisis
Analisis terhadap proses keperawatan yang dilakukan peneliti meliputi
pengkajian keperawatan, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi
keperawatan yang dibandingkan dengan teori. Pada penelitan yang akan
dilakukan setelah didapatkan data tentang pasien melelalui pengkajian
keperawatan, data akan dikelompokkan dalam bentuk data subjektif dan
objektif. Kemudian baru dirumuskan diagnosa keperawatan, disusun rencana
keperawatan, melakukan implementasi dan evaluasi keperawatan
berdasarkan NOC-NIC. Asuhan keperawatan dibuat dengan cara
mendeskripsikan kasus dan selanjutnya dibandingkan antara kasus 1 dan 2.
Kemudian kesenjangan-kesenjangan yang ditemukan dibandingkan dengan
teori yang telah ada sebelumnya.
3
7

BAB IV

DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Deskrispi Kasus

An. G (partisipan 1) berumur 7 bulan An.G datang ke RSUP Dr. M. Djamil


Padang pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 21.50 WIB rujukan dari RS Ibnu
Sina Padang. Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit, batuk berdahak sejak 1 minggu, demam sejak
3 hari dan anak membiru sejak 3 bulan yang lalu, tidak nafsu makan..
Pasien datang dengan tanda-tanda vital yaitu, HR: 132 x/i, RR: 52 x/i, dan
suhu: 37 °C. Pasien di diagnosa dengan penyakit PJB dengan
bronkopneumonia.

An. F (partisipan 2) berumur 2 tahun datang ke RSUP Dr. M. Djmail


Padang pada tanggal 26 Mei 2017 pukul 15. 30 WIB rujukan dari RSUD
Rasyidin padang. Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 4 jam
sebelum masuk Rumah Sakit , muntah-muntah sejak 4 jam yang lalu
sebelum masuk rumah sakit frekuensi 2x jumlah 3-4 sendok makan.
Demam sejak 1 hari yang lalu,batuk-batuk sejak 8 hari yang lalu dan nafsu
makan menurun. Pasien datang dalam kondisi tanda-tanda vital yaitu, HR :
132x/i, RR : 46x/i, dan suhu : 39° C. Pasien di diagnosa dengan penyakit
bronkopneumonia.
3
8

PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2

1. Hasil Pengkajian

An. G (partisipan 1) berumur 7 bulan An. F (partisipan 2) berumur 2 tahun


An.G datang ke RSUP Dr. M. Djamil datang ke RSUP Dr. M. Djmail
Padang pada tanggal 25 Mei 2017 Padang pada tanggal 26 Mei 2017
pukul 21.50 WIB rujukan dari RS pukul 15. 30 WIB rujukan dari RSUD
Ibnu Sina Padang. Pasien datang Rasyidin padang. Pasien datang
dengan keluhan sesak napas sejak 2 dengan keluhan sesak nafas sejak 4
hari sebelum masuk rumah sakit, jam sebelum masuk Rumah Sakit ,
batuk berdahak sejak 1 minggu, muntah-muntah sejak 4 jam yang lalu
demam sejak 3 hari dan anak sebelum masuk rumah sakit frekuensi
membiru sejak 3 bulan yang lalu, 2x jumlah 3-4 sendok makan. Demam
tidak nafsu makan.. Pasien datang sejak 1 hari yang lalu,batuk-batuk
dengan tanda-tanda vital yaitu, HR: sejak 8 hari yang lalu dan nafsu
132 x/i, RR: 52 x/i, dan suhu: 37 °C. makan menurun. Pasien datang dalam
Pasien di diagnosa dengan penyakit kondisi tanda- tanda vital yaitu, HR :
PJB dengan bronkopneumonia. 132x/i, RR : 46x/i, dan suhu : 39° C.
Pasien di diagnosa dengan PJB dan
Bronkopneumonia.
Pengkajian riwayat kesehatan
Pengkajian riwayat penyakit sekarang sekarang pada tanggal 27 Mei 2017
pada tanggal 27 Mei 2017 pukul Pukul 10.30 WIB, Ny.N mengatakan
09.00 WIB, Ny. T mengatakan napas nafas Anak sesak, batuk-batuk
Anak tampak sesak, napas sesak akan berdahak, nafsu makan menurun,
bertambah jika An.G menangis, ibu badan teraba panas.
mengatakan An.G tampak membiru,
dan badan teraba panas.

Pada pengkajian riwayat kehamilan Pada pengkajian riwayat kehamilan


dan kelahiran prenatal gestasi G1 P1 dan kelahiran prenatal gestasi G1 P1
AO Hl, pemeriksaan kehamilan ke A0 Hl, HPHT 3 Juni 2014,
bidan 2x dalam sebulan, tidak ada pemeriksaan kehamilan 2x sebulan ke
imunisasi saat hamil, obat2 yang bidan, imunisasi TT 2x, masalah
digunakan vitamin dan tablet Fe. waktu kehamilan pada umur
Riwayat Intranatal Tanggal persalinan kandungan 2 bulan ibu muntah-
06 November 2016, BBL/PBL 2,7 muntah,tidak nafsu makan,badan
kg/49 cm, usia gestasi saat lahir 9 terasa lemah, dan pada saat umur
bulan, tempat persalinan kehamilan 9 bulan ibu menderita
3
9

di RSUP Dr M Djamil padang, vertigo. Riwayat intranatal Tanggal


penolong persalinan Dr. spesialis persalinan 28 Mei 2015, BBL/PBL 3
kandungan, jenis persalinan cesar. kg/47cm, usia gestasi saat lahir 9
Riwayat Post natal (24 jam) Tidak ada bulan 2 minggu, tempat persalinan RS
IMD, tidak ada kelainan kongenital. Bayangkyara, penolong persalinan
Penyakit yang pernah diderita Ny.T Dr. Spesialis Kandungan, jenis
mengatakan An.G telah memiliki persalinan sesar. Riwayat post Natal
kelainan penyakit jantung bawaan (24 Jam) Awal lahir bayi hanya diam
sejak lahir namun belum pernah dan setelah 5 menit baru menangis,
dioperasi dan dirawat selama 1 inisiasi menyusui dini (IMD) tidak
minggu lalu dipulangkan karena tidak ada, kelainan kongenital alat kelamin,
cukup biaya. platum cembung. Penyakit yang
pernah diderita anak pernah menderita
penyakit epilepsi, cerebral palcy,
small PDA, dan Bronkopneumonia.
Ny.N
mengatakan An.F sudah 7 kali
dirawat di rumah sakit dengan
diagnosa yang sama. Sebelumnya
pasien dirawat 7 bulan terakhir di
rumah sakit Rasidyn selama 1 minggu
lalu pulang dengan melanjutkan terapi
antibiotik dirumah.

Pada pengkajian riwayat kesehatan


Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga, Ny.N mengatakan tidak ada
keluarga, Ny.T mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah
anggota keluarga ysng lain yang menderita penyakit yang sama dengan
menderita penyakit yang sama An.F. riwayat imunisasi An.F hanya
dengan An.G. riwayat imunisasi mendapat imunisasi HB 0 saat lahir.
An.G hanya mendapat imunisasi HB Pada usia 6 bulan miring kiri miring
0 saat lahir. Perkembangan An.G saat kanan, dan sampai saat usia saat ini
ini bisa miring kiri dan kanan serta An.F hanya bisa seperti itu. Ny.N
berguling. Ny.T mengatakan ventilasi mengatakann vetilasi rumah kurang,
rumah kurang dan sempit dan sering halaman perkarangan tidak dekat
tertutup. jalan, wc ada, sumber air minum air
galon, tembat pembuangan sampah di
depan rumah dan dibakar.
4
0

Data pemeriksaan fisik didapatkan normal. Mata simetris kiri dan kanan,
sebagai berikut : Keadaan umum anak konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
tampak gelisah kesadaran Compos ikterik, reflek pupil isokor, reflek kedip
Mentis dengan GCS 15, Tanda-tanda ada.. Hidung simetris, bersih,
Vital HR : 124 x/i, RR : 38 x/i, T : pernafasan cuping hidung tidak ada,
38,5° C. Posture : BB : 7 kg, PB/TB 59 sinosis tidak ada , terpasang oksigen
cm. Pada pemeriksaan kepala normal. binasai 3L/i. Pada pemeriksaan mulut
Mata simetris kiri dan kanan, bibir agak pucat, mukosa bibir kering,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak platum menghadap ke atas klien susah
ikterik, reflek pupil isokor, reflek kedip makan. Pada pemeriksaan telinga tidak
ada.. Hidung simetris, bersih, ditemukan adanya infeksi. Pemeriksaan
pernafasan cuping hidung tidak ada, thorax didapatkan inspeksi tampak
sinosis tidak ada, terpasang oksigen adanya retraksi dinding dada, perkusi
binasai 3L/i. Mulut tampak bersih, terdengar pekak/redup, auskultasi
mukosa bibir basah. Pada pemeriksaan terdengar ronchi ada, weezhing ada.
telinga tidak terdapat infeksi, tidak ada Pada pemeriksaan jantung palpasi ictus
luka. Pemeriksaan thorax didapatkan cordis teraba, saat auskultasi terdengar
inspeksi tampak adanya retraksi bunyi irama ireguler. Pemeriksaan
dinding dada, dada tidak simetris saat abdomen tidak ada distensi, tidak ada
bernafas, saat palapasi fremitus kiri dan nyeri tekan, bisisng usus normal. Kulit
kanan tidak sama , perkusi terdengar akral teraba hangat, tidak ada udem,
bunyi tidak ada lesi. Ekstremitas atas akral
pekak/redup, auskultasi suara ronchi hangat, crt < 2 dtk,tidak ada lesi.
tidak ada, suara weezhing tidak ada. Ekstremitas bawah akral teraba hangat,
Pada pemeriksa jantung saat palpasi crt <2 dtk , tidak ada lesi. Gnetalia ada
ictus cordis teraba, perkusi terdengar kelainan.
bunyi pekak, irama ireguler. Abdomen Untuk kegiatan ADL An.G, Ny.T
tidak ada distensi, tidak ada nyeri tekan, mengatakan memberikan ASI dan susu
bising usus normal. Kulit akral teraba pendamping selama 2 bulan, dari 2
dingin, tidak ada udem, tidak ada lesi. bulan sampai usia 6 bulan An.G hanya
Ekstremitas Atas akral teraba dingin, diberikan susu formula, dan dilanjutkan
crt < 2 dtk,tidak ada lesi. Ekstremitas dengan jenis makanan promina dan nasi
bawah akral teraba dingin, crt <2 dtk , tim. Selama sakit An.G mendapat diit
tidak ada lesi. Gnetalia tidak ada Susu Formula 8 x 60 cc/hari melalui
kelainan. NGT. Pola tidur siang An.G 1-2 jam
Data pemeriksaan fisik didapatkan kuantitas kurang nyenyak dikarenakan
sebagai berikut : keadaan umum anak sesak saat bernapas, tidur malam sedikit
tampak gelisah dan lemah kesadaran frekuensi tidur lebih kurang 4-6
Compos Mentis, dan GCS 15.Tanda- jam/hari dikarenakan anak sesak dan
tanda Vital HR : 130 x/i, RR : 46 x/i, rewel. Frekuensi BAB dan BAK An. G
T : 39° C. Posture : BB : 9 kg, PB/TB : sebanyak 120 gr/hari menggunakan
75 cm. Pada pemeriksaan kepala pempers.
4
1

Pemeriksaan penunjang pada tanggal (40-48 %), eosinofil 0% (14%),


27 Mei 2017 didapatkan Leukosit Natrium 125 Mmol/L (136-145
21.200/mm3 (6.000-18.000/mm3 ), mmol/L), klorida serum 72 Mmol/L
kalium 5,8 (3,5-5,1 mmol/L), (97-111 mmol/L), AGD pH 7.55 (7,38-
glukosa sewaktu 72mg/dl (<200 mg/dl), 7,42), pCO2 26 mmHg (38-42 mmHg),
hemoglobin 18 g/dl (9,615,6 g/dl), pO2 117 mmHg (75-100 mmHg).
eritrosit 6,6 juta (4,5-5,5 juta),
hematokrit 56% (40-48 %), eosinofil
0% (1-4%), AGD pH (7,28) (7,38-
7,42), PCO2 55 mmHg (38-42 mmHg) pemeriksaan radiologi didapatkan
, PO2 28 mmHg (75100 mmHg), SO2 trachea di tengah, jantung kesan tidak
45% (94-100 %). memebesar, aorta dan mediastinum
superior tidak melebar, kedua hilius
Pemeriksaan radiologi didapatkan tidak menebal, tampak infiltrat di
pembesaran medistinum superior perihiler dan perikardial kedua paru,
(Thymus), jantung membesar CTR kedua diafragma licin kedua sinus
60%, apeks membulat, hilus tampak costrofenicus lancip, tulang intak tak
menebal, corakan bronkovaskuler tampak destruksi.
bertambah, tampak infiltrat di Terapi medis yang didapatkan pada
parakardial kanan , tampak gambaran An.G IVFD KA-EN IB 8tts/i,
opak nodular diperihiler kanan. Ampicillin 4 x 125 mg iv,
Gentamicin 2x12 mg iv.
Untuk kegiatan ADL An.F, Ny. N
mengatakan memberi ASI dan susu
pendamping selama umur 6 bulan,
setelah umur 6 bulan An. F diberikan 2. Diagnosa Keperawatan
makan promina dan nasi tim. An F
makan 3x sehari dan minum sebanyak Stelah dilakukan pengkajian dari
6x sehari. An F sering tersedak saat tanggal 27-31 Mei 2017, maka
makan nasi tim karena platum nya. Saat selanjutnya peneliti melakukan
sakit anak dapat diit susu formula 8 x analisa data dan dapat dirumuskan
80cc melalui NGT. Pola tidur siang diagnosa keperawatan sebagai
An.F 3-4 jam dengan kualitas nyenyak, berikut:
tidur malam sedikit frekuensi tidur
lebih kurang 4-6 jam/hari dikarenakan 1) Ketidakefektifan pola nafas
anak sesekali sesak dan rewel. b/d dengan ventilasi adanya
Frekuensi BAB dan BAK normal. gangguan ventilasi dengan data
subjektif Ny.T mengatakan An.G
masih terlihat sesak dan sesak
Pemeriksaan penunjang pada tanggal bertambah saat An.G menagis dan
26 Mei 2017 Leukosit 22.390 /mm3 rewel. Data objektif napas pasien
(6.000-18.000/ mm3 ), hematokrit 31% tampak sesak, terdapat retraksi
4
2

dinding dada, frekuensi napas yaitu frekuensi napas yaitu 46 x/i, bunyi
38 x/i, bunyi napas bronkovaskuler napas bronkovaskuler dan terpasang
dan terpasang oksigen nasal canul 2 oksigen nasal canul 2 liter/menit.
liter/menit serta monitor pernapasan. Tampak bercak infiltrat di perihiler dan
Pemeriksaan radiologi ditemukan perikardial kedua paru.
corakan bronkovaskuler bertambah,
tampak infiltrat di parakardial
kanan, tampak gambaran opak
nodular di perihiler kanan. 2) Ketidakefektifan pola nafas b/d
hiperventilasi dengan data
Subjektif yang didapatkan yaitu
3) Gangguan pertukaran gas b/d Ny.N mengatakan An.F masih
hiperventilasi dengan data terlihat sesak dan gelisah. Data
subjektif Ny.T mengatakan bahwa objektif yang didapatkan yaitu
anaknya masih terlihat sesak saat napas pasien tampak sesak, terdapat
bernapas dan sesak bertambah retraksi dinding dada, frekuensi
apabila pasien rewel dan gelisah. napas yaitu 46 x/i,
Data objektif pasien terpasang

Terapi medis yang didapatkan An.F


IVFD KA-EN IB 8 tts/i Ampicillin 4 x
150 g iv, Gentamicin 2 x 14 g iv,
Luminal 2 x 15 g iv, Dexametason 3 x
1 g iv, tiroksin 1 x 25 mg, ambroxol 3 x
7,5 mg

Stelah dilakukan pengkajian dari


tanggal 27-31 Mei 2017, maka
selanjutnya peneliti melakukan analisa
data dan dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan sebagai berikut:

1) Ketidakefektifan bersihan jalan


nafas tidak efektif b/d penumpukan
sekret di jalan nafas dengan data
subjektif Ny.N mengatakan An.F masih
batuk-batuk disertai dahak. Data
objektif An.F tampak batuk-batuk,
pasien tampak gelisah, pasien tampak
rewel, terdapat retraksi dinding dada,
4
3

oksigen dengan binasai 2 1/i, pasien binasai 2 1/i, pasien tampak sesak
tampak sesak napas, akral tampak napas, hasil AGD yaitu, pH 7.55
membiru dan teraba dingin, hasil (7,38-7,42), pCO2 26 mmHg (3842
mmHg), pO2 117 mmHg (75
AGD yaitu, PH 7,28 (7,38-7,42),
100 mmHg), SO2 99% (94-100%).
PCO2 55 mmHg (38 Pada pemeriksaan radiologi tampak
42 mmHg), PO2 28 mmHg (75 infiltrat di perihiler dan parakardial
100 mmHg), SO2 45% (94-100%). kedua paru.
Pada pemeriksaan radiologi
ditemukan corakan 4) Hipertermi b/d proses infeksi
bronkovaskuler bertambah, dengan data subjektif Ny.N
tampak infiltrat di parakardial kanan, mengatakan badan An.F teraba panas
tampak gambaran opak nodular di dan berkeringat. Data objektif kulit
perihiler kanan. teraba panas, warna kulit kemerahan,
suhu 39°C , Leukosit 22.390/mm3
3) Hipertermi b/d proses infeksi (6.000-18.000/mm ).
3
gas b/d
dengan data subjektif Ny.T mengatakan perfusi
badan An. G teraba panas dan subjektif
berkeringat. Data objektif kulit pasien
tampak berkeringat, kulit teraba panas,
warna kulit kemerahan, suhu 38,5°C ,
Leukosit 21.200/mm3
(6.000-18.000/mm3 ). Anak terpasang
IVFD KA-EN IB 2cc/j am
bunyi napas bronkovaskuler dan
terpasang oksigen nasal canul 2
liter/menit. Tampak bercak
infiltrat di perihiler dan perikardial
kedua paru.

3) Gangguan pertukaran
ketidakseimbangan ventilasi
dengan data
Ny.T mengatakan bahwa anaknya
masih terlihat sesak. Data objektif
pasien terpasang oksigen dengan
4
4

3. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan masing-masing Airway suction dengan aktifitas
diagnosa yang telah peneliti rumuskan Pastikan kebutuhan oral suctioning,
maka dibuat intervensi keperawatan auskultasi suara nafas sebelum dan
sebagai berikut rencana keperawatan sesudah suctioning, informasikan pada
untuk diaggnosa pertama klien dan keluarga tentang suctioning,
ketidakefektifan pola nafas b/d monitor status oksigen pasien, berikan
hiperventilasi bertujuan untuk oksigen dengan menggunakan nasal
mempertahankan kepatenan jalan untuk memfasilitasi suction nasotrakeal.
napas. Intervensinya adalah 1) 2) airway manajement dengan aktifitas
manajemen jalan nafas dengan aktifitas; buka jalan nafas, posisikan pasien
Posisikan pasien untuk memaksimalkan umtuk
ventilasi, memaksimalkan ventilasi,
Gunakan teknik yang identifikasi pasien perlunya
menyenangkan untuk memotivasi pemasangan alat jalan nafas, lakukan
bernafas dalam kepada anak-anak, fisioterapi dada bila perlu, auskultasi
Auskultasi suara nafas, catat area yang suara nafas, catat adanya suara
ventilasinya menurun atau tidak adanya tambahan, monitor status respirasi dan
suara nafas tambahan. 2) Terapi 02. 3) vital sign monitoring dengan
oksigen dengan aktifitas; Pertahankan aktifitas monitor TD, nadi, suhu, dan
kepatenan jalan nafas, Monitor aliran RR, monitor vital sign saat pasien
oksigen, Monitor efektifitas terapi berbaring, duduk atau berdiri, monitor
oksigen, Amati tanda-tanda adanya TD, nadi, RR, sebelum, selama dan
hipoventilasi oksigen. 3) Monitor setelah aktifitas, monitor kualitas nadi,
pernafasan dengan aktifitas; Monitor monitor frekuensi dan irama
kecepatan, irama, kedalaman dan pernafasan, monitor suara paru, monitor
kesulitan bernafas, catat pergerakan pola pernafasan abnormal, monitor
dinding dada dan pengunaan otot bantu, suhu, dan kelembapan kulit, identifikasi
Monitor suara nafas tambahan seperti Rencana tindakan untuk diagnosa
ngorok, Monitor pola nafas, Palpasi kedua, gangguan pertukaran gas b/d
kesimetrisan ekspansi paru, Auskultasi ketidakseimbangan perfusi ventilasi
suara nafas tambahan. bertujuan untuk memaksimalkan
Berdasarkan masing-masing ventilasi,
diagnosa yang telah peneliti rumuskan meningkatkan saturasi 02, mencegah
maka dibuat intervensi keperawatan sianosis intervensinya adalah 1)
sebagai berikut Rencana keperawatan Monitor vital sign dengan aktifitas
untuk diagnosa pertama memonitor tekanan darah, nadi, suhu,
ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan status pernafasan, memonitor
b/d penumpukan sekret di jalan denyut jantung,
nafas bertujuan untuk kepatenan jalan Memonitor suara paru-paru, Memonitor
nafas, frekuensi nafas normal, tidak ada warna kulit, Menilai Cavilarevil. 2)
nafas tambahan. Intervensinya adalah 1) monitor pernafasan dengan aktifitas
4
5

Memonitor tingkat, irama, kedalaman, tanda adanya hipoventilasi oksigen. 3)


dan respirasi, Memonitor gerakan dada, Monitor pernafasan dengan aktifitas;
Monitor bunyi pernafasan, Monitor kecepatan, irama, kedalaman
Auskultasi bunyi paru, Memonitor dan kesulitan bernafas, catat pergerakan
dyspnea dan hal yang meningkatkan dinding dada dan pengunaan otot bantu,
dan memperburuk kondisi. 3) terapi Monitor suara nafas tambahan seperti
oksigen dengan aktifitas pertahankan ngorok, Monitor pola nafas, Palpasi
kepatenan jalan nafas, kesimetrisan ekspansi paru, Auskultasi
monitor aliran oksigen, Amati tanda- suara nafas tambahan.
tanda hipoventilasi induksi oksigen.
Rencana tindakan untuk diagnosa
ketiga, gangguan pertukaran gas b/d
Rencana keperawatan untuk diagnosa ketidakseimbangan perfusi ventilasi
ketiga hipertermi berhubungan bertujuan untuk memaksimalkan
dengan proses infeksi bertujuan ventilasi,
pernapasan normal, tidak terjadi meningkatkan saturasi 02, mencegah
perubahan warna kulit, mencegah sianosis intervensinya adalah 1)
teijadinya kejang dan Sakit kepala. Monitor vital sign dengan aktifitas
Intervensi nya adalah; 1) Perawatan memonitor tekanan darah, nadi, suhu,
demam, dengan aktivitas; Pantau suhu dan status pernafasan, memonitor
dan tanda-tanda vital lainya, monitor denyut jantung,
warna kulit dan suhu, beri obat atau
penyebab dari perubahan vital sign.

Rencana keperawatan untuk diaggnosa


kedua ketidakefektifan pola nafas b/d
hiperventilasi bertujuan untuk
mempertahankan kepatenan jalan
napas.
Intervensinya adalah 1) manajemen
jalan nafas dengan aktifitas; Posisikan
pasien untuk
memaksimalkan ventilasi, Gunakan
teknik yang menyenangkan untuk
memotivasi bernafas dalam kepada
anak-anak, Auskultasi suara nafas, catat
area yang ventilasinya menurun atau
tidak adanya suara nafas tambahan. 2)
Terapi oksigen dengan aktifitas;
Pertahankan kepatenan jalan nafas,
Monitor aliran oksigen, Monitor
efektifitas terapi oksigen, Amati tanda-
4
6

cairan IV, berikan oksigen menghitung frekuensi napas dan irama


napas. Setelah dilakukan implementasi
yang sesuai dan turunkan masih terdapat retraksi dinding dada,
suhu tubuh dengan kompres pernafasan menggunakan otot bantu,
air hangat (2) Pengaturan dan, dengan tanda-tanda vital T 38,2°
C, HR 124 x/i, P 38 x/i.
suhu dengan aktivitas,
monitor suhu setiap 3 jam
sesuai kebutuhan, monitor
Implementasi untuk diagnosa kedua
dan laporkan adanya tanda gangguan pertukaran gas b/d
gejala hipotermia dan ketidakseimbangan perfusi
hipertermia, tingkatka intake ventilasi adalah melakukan memonitor
tekanan darah, nadi, suhu, dan status
cairan dan nutrisi adekuat dan
berikan pengobatan Rencana keperawatan untuk diagnosa
antipiretik. keempat hipertermi berhubungan
Memonitor suara paru-paru, Memonitor dengan proses infeksi bertujuan
warna kulit, Menilai Cavilarevil. 2) pernapasan normal, tidak terjadi
monitor pernafasan dengan aktifitas perubahan warna kulit, mencegah
Memonitor tingkat, irama, kedalaman, teijadinya kejang dan Sakit kepala.
dan respirasi, Memonitor gerakan dada, Intervensi nya adalah; 1) Perawatan
Monitor bunyi pernafasan, Auskultasi demam, dengan aktivitas; Pantau
bunyi paru, Memonitor dyspnea dan hal suhu dan tanda-tanda vital lainya,
yang meningkatkan dan monitor warna kulit dan suhu, beri
memperburuk kondisi. 3) terapi oksigen obat atau cairan IV, berikan oksigen
dengan aktifitas pertahankan kepatenan yang sesuai dan turunkan suhu tubuh
jalan nafas, dengan kompres air hangat (2)
monitor aliran oksigen, Amati tanda- Pengaturan suhu dengan aktivitas,
tanda hipoventilasi induksi oksigen. monitor suhu setiap 3 jam sesuai
4. Implementasi Keperawatan kebutuhan, monitor dan laporkan
adanya tanda gejala hipotermia dan
Implementasi yang dilakukan pada anak hipertermia, tingkatka intake cairan
selama pengelolahan kasus adalah dan nutrisi adekuat dan berikan
sebagai berikut diagnosa pertama pengobatan antipiretik.
ketidakefektifan pola nafas b/d
hiperventilasi tindakan yang dilakukan
mengatur posisi 30°, mengatur
peralatan oksigenasi, monitor aliran pernafasan,
oksigen, pertahankan posisi pasien memonitor denyut jantung,
mengektensikan kepala, observasi memonitor suara paru-paru,
tanda-tanda hipoventilasi dengan Memonitor warna kulit, Menilai
4
7

Cavilarev, Memonitor tingkat, irama, dinding dada, pernafasan menggunakan


kedalaman, dan respirasi. Setelah otot bantu, dan, dengan tanda-tanda
dilakukan implementasi didapatkan vital T 38,6° C, HR 100 x/i, P 35 x/i.
tanda-tanda vital T 38,2° C, HR 124 x/i,
P 38 x/i, CRT < 2 detik, kulit tampak Implementasi untuk diagnosa ketiga
membiru. gangguan pertukaran gas b/d
ketidakseimbangan perfusi
Implementasi untuk diagnosa ketiga ventilasi adalah melakukan
hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi adalah; mengukur dan
memantau TTV (Tekanan darah,
Implementasi yang dilakukan pada anak
selama pengelolahan kasus adalah
sebagai berikut diagnosa pertama
ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b/d penumpukan sekret di jalan
nafas Implementasi yang dilakukan
adalah memonitor aliran O2,
mengauskultasi suara nafas dan
mencatat adanya suara tambahan,
mengekstensikan kepala,
memperhatikan gerakan dada saat
inspirasi-ekspirasi, pemeberian
ambroxol 3 x 7.5 mg. Setelah dilakukan
tindakan di dapatkan sekret dijalan
nafas sudah berkurang, pasien masih
sesak, tarikan dinding dada masih ada,
tampak penggunaan otot bantu
pernafasan, T 38,6° C, HR 100 x/i,
P35x/i.

Implementasi untuk diagnosa kedua


ketidakefektifan pola nafas b/d
hiperventilasi tindakan yang dilakukan
mengatur posisi 30° , mengatur
peralatan oksigenasi, monitor aliran
oksigen, pertahankan posisi pasien
dengan ekstensi kepala, observasi
tanda-tanda hipoventilasi dengan
menghitung frekuensi napas dan irama
napas. Setelah dilakukan implementasi
didapatkan masih terdapat retraksi
4
8

nadi, suhu dan pernapasan), memonitor tekanan darah, nadi, suhu,


memonitor warna kulit dan suhu, dan status pernafasan,
monitor suhu setiap 3 jam, melakukan memonitor denyut jantung,
pengompresan air hangat di dahi, memonitor suara paru-paru,
ketiak dan lipatan paha. Setelah Memonitor warna kulit, Menilai
dilakukan implementasi di dapatkan Cavilarev, Memonitor tingkat, irama,
anak masih demam, ada penurunan kedalaman, dan respirasi. Setelah
suhu tubuh, kulit teraba panas, dilakukan implementasi didapatkan
tampak sesak, T 38,4° C, HR 93 x/i, P tanda-tanda vital T 38,6° C, HR 100
30 x/i. Terpasang IVFD KA-EN IB x/i, P 35 x/i, CRT < 2 detik.
8tts/i. Ampicillin 4 x 125 mg iv,
Gentamicin 2x12 mg iv. Implementasi untuk diagnosa
keempat hipertermi berhubungan
dengan proses infeksi adalah;
mengukur dan memantau TTV
(Tekanan darah, nadi, suhu dan
pemapasan), memonitor warna kulit
dan suhu, monitor suhu setiap 3 jam,
melakukan pengompresan air hangat
di dahi, ketiak dan lipatan paha.
Setelah dilakukan implementasi di
dapatkan anak masih demam, ada
penurunan suhu tubuh, kulit teraba
panas, tampak sesak, T 38,6° C, HR
100 x/i, P 35 x/i. Terpasang IVFD
KA-EN IB 8 tts/i. Ampicillin 4 x 150
g iv, Gentamicin 2 x 14 g iv
4
9

5. Evaluasi Keperawatan Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama lima hari, maka
Setelah dilakukan tindakan didapatkan hasil progres kesehatan
keperawatan selama lima hari, maka anak sebagai berikut; pada diagnosa
didapatkan hasil progres kesehatan keperawatan ketidakefektifan
anak sebagai berikut; pada diagnosa bersihan jalan nafas berhubungan
keperawatan ketidakefektifan pola dengan penumpukan sekret dijalan
nafas berhubungan dengan nafas, didapatkan evaluasi masalah
hiperventilasi paru, didapatkan keperawatan dengan kriteria hasil
evaluasi keperawatan dengan (NOC) Ny.N mengatakan dahak An. F
kriteria hasil (NOC) Ny.T sudah berkurang, frekuensi nafas
mengatakan nafas An.G sudah tidak normal, penggunaan otot bantu
sesak, An.G tampak tenang sudah pernafasan masih ada, anak
mulai tenang, frekuensi nafas 35x mendapatkan ambroxol 3 x 7,5 mg.
permenit normal (40-50), pasien Masalah teratasi sebagian intervensi
terpasang oksigen nasal kanul 2 dilanjutkan.
liter, dan bisa melepaskan bantuan
oksigen tanpa disertai sesak nafas.
Masalah teratasi sebagian dan Pada diagnosa keperawatan
intervensi dilanjutkan ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan
Pada diagnosa keperawatan hiperventilasi paru, didapatkan
gangguan pertukaran gas evaluasi keperawatan dengan kriteria
berhubungan dengan hasil (NOC) Ny.N mengatakan nafas
ketidakseimbangan perfusi An.F sudah tidak sesak, An.F tampak
ventilasi, didapatkan evaluasi tenang, frekuensi nafas 30x permenit
keperawatan dengan kriteria hasil (30-50), pasien terpasang oksigen nasal
(NOC) Ny.T mengatakan nafas kanul 2 liter, dan bisa melepaskan
anak tidak sesak saat istirahat, bantuan oksigen tanpa disertai sesak
frekuensi pernafasan 35x/i, saturasi nafas. Masalah teratasi sebagian
02 90% (94-100), pO2 80 mmHg intervensi dilanjutkan.
(75-100), pCO2 40 mmHg (38-42).
Masalah teratasi sebagian dan Pada diagnosa keperawatan gangguan
implementasi dilanjutkan. pertukaran gas berhubungandengan
ketidakseimbangan perfusi
Pada diagnosa keperawatan ventilasi, didapatkan evaluasi
hipertermi berhubugan dengan keperawatan dengan kriteria hasil
proses infeksi, didapatkan evaluasi (NOC) Ny.N mengatakan nafas anak
keperawatan teratasi pada hari ke 4 tidak sesak saat istirahat, frekuensi
dengan kriteria hasil (NOC) Ny.T
mengatakan anak tidak panas lagi,
badan teraba dingin, anak tidak
gelisah, suhu 37,5°C ( 36,3-37,7),
5
0

leukosit 18.000 mm3 (6.000- pernafasan 30x/i (30-40), saturasi 02


18.000/mm ). Terpasang IVFD KA-
3
93% (94-100), pO2 75 mmHg (75-
EN IB 8tts/i. Ampicillin 4 x 125 mg 100), pCO2 39 mmHg (38-42).
iv, Gentamicin 2 x 12 mg iv. Masalah Masalah teratasi sebagian intervensi
teratasi dan intervensi dilanjutkan. dilanjutkan.

Pada diagnosa keperawatan


hipertermi behubugan dengan
proses infeksi, didapatkan evaluasi
keperawatan teratasi pada hari ke-3
dengan kriteria hasil (NOC) Ny.N
mengatakan anak tidak demam lagi,
badan tidak teraba panas, anak tidak
gelisah, tidak ada berkeringat
berlebihan suhu 37,8°C (36,3-37,7),
leukosit 15.000 mm3 (6.000-
18.000/mm ). Terpasang IVFD KA-
3

EN IB 8 tts/i. Ampicillin 4 x 150 g iv,


Gentamicin 2 x 14 g iv. Masalah
teratasi dan intervensi dilanjutkan.
5
1

B. Pembahasan Kasus

Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas kesinambungan antara


teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan pada An.G dan An.F
dengan penyakit Bronkopneumonia yang telah dilakukan sejak tanggal
27-31 Mei 2017 di ruang HCU IRNA Kebidanan dan anak RSUP
Dr.M.Damil Padang. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian,
menegakkan diagnosa keperawatan, membuat rencana intervensi
keperawatan, melakukan implementasi, dan melakukan evaluasi
keperawatan.
1. Pengkajian keperawatan
An.G dan An.F
Anamnesis yang dilakukan antara An. G dan An.F didapatkan keluhan
utama kedua partisipan dibawa ke rumah sakit yaitu dengan gejala sesak
nafas. Hal tersebut didukung dengan teori Rahajoe, Nastiti N, dkk
(2008) bahwa gambaran klinis penumonia pada bayi dan anak
bergantung pada berat ringannya infeksi, tetapi secara umum dapat
dilihat berdasarkan 2 gejala yaitu, gejala infeksi umum dan gejala
gangguan respiratori, salah satu dari gejala gangguan respiratori pada
pasien bronkopneumonia yaitu anak mengeluh sesak saat bernapas.

Berdasarkan keluhan utama kedua partisipan pada saat masuk rumah


sakit yaitu sesak nafas, batuk-batuk, demam. Keluhan utama yang
dirasakan partisipan sesuai dengan hasil penelitian Osharinanda, dkk
(2012) yang menyebutkan bahwa salah satu keluhan utama yang dialami
pasien bronkopneumonia yaitu sesak nafas.

Berdasarkan identitas yang telah didapatkan antara kedua partisipan


yaitu bejenis kelamin laki-laki. Anak laki-laki lebih rentan terkena
penyakit pneumonia. Ini sesuai dengan hasil penelitian Osharinanda,
dkk(2012) didapatkan data karakteristik dasar pasien pneumonia pada
anak adalah berjenis kelamin laki-laki. Dari hasil penelian tersebut
didapatkan perbandingan antara laki-laki dan perempuan yaitu 1,25:1.
5
2

Data imunisasi yang didapatkan antara kedua partisipan yaitu kedua


partisipan tidak ada melakukan imunisasi secara lengkap, dan hanya
mendapatkan imunisasi HB 0 saat lahir. Menurut asumsi peneliti, status
imunisasi sangat diperlukan oleh anak. Imunisasi bertujuan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh, karena daya tahan tubuh sangat lemah
sehingga mudah di serang oleh penyakit yang menular. Imunisasi yang
berhubungan dengan pencegahan penyakit bronkopneumonia yaitu
imunisasi pertusis dalam DPT, campak, Haemopilus Influensa dan
pneumokokus. Hal ini sesuai deangn teori menurut Wijayaningsih
(2013), bahwa faktor pencetus terjadinya pneumonia salah satunya yaitu
tidak lengkapnya imunisasi. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian
Osharinanda, dkk (2012) yaitu anak yang paling banyak menderita
pneumonia anak yang status imunisasi yang tidak lengkap. Anak yang
belum mendapatkan imunisasi lebih rentan terkena pneumonia.
Imunisasi merupakan cara pencegahan terkena penyakit menular karena
kekebalan tubuh anak belum terbentuk sempurna. Imunisasi yang
berhubungan dengan kejadian penyakit pneumonia adalah imunisasi
pertusis dalam DPT, campak, Haemopilus Influenza, dan pneumokokus.

Data lingkungan didapatkan antara kedua partisipan menyatakan bahwa


rumah kurang ventilasi dan sempit. Kurangnya ventilasi rumah dapat
menyebabkan polusi udara didalam rumah. Udara yang kotor akan
terhirup yang akan menyebabkan teijadinya sumber penyakit bagi anak.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Wijayaningsih (2013) menyatakan
bahwa polusi udara merupakan faktor pencetus terjadinya pneumonia.
Hal ini didukung oleh penelitian Anwar Athena, Ika Dharmayanti tahun
2014 mengatakan bahwa adanya risiko bronkopneumonia pada balita
yang tinggal dirumah dengan ventilasi yang tidak memenuhi syrat
kesehatan dan atau tidak ada atau tidak biasa membuka jendela
disebabkan karena ventilasi dan jendela mempunyai fungsi sangat
penting untuk menjamin kualitas dan kecukupan sirkulasi udara yang
keluar dan masuk ruangan rumah.
5
3

Pemeriksaan fisik area paru saat inspeksi ditemukan adanya retraksi


dinding dada pada kedua partisipan. Menurut asumsi peneliti, tanda pada
anak yang menderita pneumonia yaitu adanya tarikan dinding dada saat
bernafas. Terjadinya retraksi dinding dada saat bernafas merupakan
ketidakmampuan paru dalam melakukan inspirasi dan ekspirasi sehingga
dibantu oleh tarikan dinding dada. Hal tersebut sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa tanda bronkopneumonia pada anak berupa retraksi
(penarikan dinding dada bagian bawah saat bernapas bersama dengan
peningkatan frekuensi napas), fremitus melemah suara napas melemah
dan ronkhi ( Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009). Hasil pemeriksaan
auskultasi pada An.G ditemukan suara nafas brokovaskuler tanpa
disertai dengan bunyi nafas tambahan, sedangkan pada An.F pada saat
auskultasi ditemukan suara nafas bronkovaskuler disertai dengan bunyi
napas tambahan yaitu terdengar bunyi ronkhi. Dalam keadaan abnormal
dimana alveoli terisi infiltrat maka udara didalamnya akan berkurang
atau menghilang. Infiltrat yang merupakan penghantar getar suara yang
baik akan menghantarkan suara bronkial sampai ke dinding dada
sehingga dapat terdengar sebagai suara napas bronkovaskuler. Suara
napas tambahan ronkhi tergantung pada luas daerah auskultasi yang
terkena. Pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada
auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah nyaring halus atau
sedang. Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu mungkin pada
perkusi terdengar keredupan dan suara pernapasan pada auskultasi
terdengar mengeras.

Status nutrisi pada kedua partisipan didapatkan tidak ada yang


mendapatkan ASI ekslusif selama umur 1-6 bulan. ASI ekslusif juga
merupakan faktor dalam mengendalikan infeksi dapat dibuktikan dengan
berkurang-nya kejadian beberapa penyakit spesifik pada bayi

yang mendapat ASI dibanding bayi yang mendapat susu formula. ASI
mempunyai kandungan zat yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh
anak. Hal ini sesuai dengan teori oleh Wijayaningsih (2013) yang
5
4

menyatakan bahwa ASI Ekslusif berperan untuk meningkatkan daya


tahan tubuh anak untuk terserang dari penyakit menular. Penelitian oleh
Badan Kesehatan Dunia (WHO) membuktikan bahwa pemberian ASI
sampai usia 2 tahun dapat menurunkan angka kematian anak akibat
penyakit diare dan infeksi saluran napas akut, pneumonia (Masela dkk,
2015).

Data penunjang yang didapatkan pada pada partisipan 1 dan 2


didapatkan yaitu laboratorium teijadinya peningkatan leukosit,natrium
menurun, klorida menurun, pada pemeriksaan AGD juga di dapatkan
kelainan. Menurut asumsi peneliti peingkatan leukosit dapat
meneyebabkan anak mudah terinfeksi oleh bakteri. Pada hasil rongen
didaptkan bercak-bercak infiltrat di area paru. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa pada pasien bronkopneumonia akan didapatkan data penunjang
yang yang bermasalah yaitu pada pemeriksaan darah leukosit
memingkat, natrium rendah, klorida rendah, AGD bisa meningkat dan
menurun. Pada foto thorax juga didapatkan tampak bercak-bercak
infiltrat di area paru (Wijayaningsih, 2013).

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada kasus, diagnosa yang
ditemukan ada 4 yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan penumpukan sekret di jalan nafas, ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan hiperventilasi, gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi, hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi. Sedangkan berdasarkan diagnosa
pada teori NANDA ditemukan diagnosa keperawatan pada anak dengan
bronkopneumonia ada 7. Menurut asumsi peneliti diagnosa yang muncul
pada kasus tidak sesuai dengan diagnosa pada teori yang telah
dikemukakan sebelumnya.

Pada partisipan 1 dan 2 ada diagnosa yang tidak sama yaitu


ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
5
5

sekret di jalan nafas. Diagnosa bersihan jalan nafas hanya ada pada
partisipan 2. Pada partisipan 1 tidak ditemukan adanya masalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas dengan data yang ditemukan anak
tidak batuk, tidak ada bunyi nafas tambahan seperti nafas cuping hidung,
dan bunyi paru yaitu ronchi dan weezing.

Hasil analisa data pada partisipan 1 peneliti mengangkat diagnosa


prioritas yaitu Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya
gangguan ventilasi karena terdapat data yang mendukung seperti
frekuensi pernapasan 52 x/menit pada usia 7 bulan (takipneu),
penggunaan otot-otot bantu pemapasan, pasien tampak sesak, pembahan
gerakan dinding dada, suara nafas broncovaskuler, sehingga menurut
peneliti bahwa partisipan 1 memerlukan salah satu dari intervensi dari
diagnosa ketidakefektifan pola nafas berhubungan adanya gangguan
ventilasi yaitu mengatur posisi segera untuk memaksimalkan ventilasi.

Hasil analisa data pada partisipan 2 peneliti mengangkat diagnosa


prioritas yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d penumpukan
sekret di jalan nafas. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah
ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari
saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan napas. Menurut
asumsi peneliti apabila terjadinya penumpukan sekret dijalan nafas,
udara tidak dapat maksimal masuk ke dalam paru. Sehingga bisa
menyebabkan teijadinya atelaktasis pada paru yaitu pengembangan paru
tidak sempurna. Masalah ini muncul dengan batasan karakteristik yaitu
dispnea, suara napas tambahan, perubahan pada irama dan frekuensi
pernapasan, batuk tidak ada atau tidak efektif, gelisah, dan sputum
berlebih (Lusianah, dkk, 2012).

Hal ini sesuai dengan teori bahwa muncul bakteri pneumokokus pada
alveoli sehingga terjadi suatu reaksi inflamasi dan menghasilkan
eksudat. Eksudat pada infeksi ini mula-mula encer dan keruh,
mengandung banyak kuman penyebab (sterptokokus). Selanjutnya
eksudat menjadi purulen, dan menyebabkan sumbatan pada lumen
5
6

bronkus (Price, 2012).

Data yang mendukung peneliti mengangkat diagnosa ini sebagai


diagnosa prioritas pada partisipan 2 yaitu pasien mengalami batuk
berdahak, suara nafas bronkovaskuler disertai suara tambahan ronkhi,
sedangkan pada partisipan 1 tidak mengalami keluhan batuk. Peneliti
memprioritaskan sebagai masalah utama yang menyebabkan bahwa
bersihan jalan nafas tidak efektif merupakan situasi yang mengancam
kehidupan dan memerlukan tindakan segera. Kebutuhan oksigenasi
termasuk kebutuhan fisiologis yang terletak pada urutan pertama dan
harus segera ditangani, jika tidak segera ditangani terjadi penumpukan
sekret yang banyak sehingga akan mengganggu proses pernafasan dan
dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas yang diakibatkan akan fatal
bagi pasien. Sumbatan tersebut dapat mengurangi asupan oksigen dari
luar sehingga penderita mengalami sesak nafas. Oksigen berguna untuk
meningkatkan sirkulasi keseluruh tubuh, apabila anggota tubuh
kekurangan oksigen akan menyebabkan kematian sel.

Tedapat diagnosa yang sama antara partisipan 1 dan partisipan 2 yaitu


gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi,
ketidakefektifan pola nafas berhubungan hiperventilasi, hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi. Hal ini sesuai dengan teori dengan
ditemukannya adanya beberapa tanda-tanda dari data yang mendukung
diagnosa tersebut seperti ketidaknormalan frekuensi pernapasan dan
kedalaman pernapasan, warna kulit yang tidak normal (sianosis),
hipoksia, hipoksemia, dan gas darah arteri yang tidak normal serta
takikardi, peningkatan suhu tubuh (Lusianah, dkk 2012).

Diagnosa yang tidak muncul pada kasus ada 3 yaitu, Intoleransi aktifitas
b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan
umum, batuk berlebihan dan dipsnea. Resiko tinggi kekurangan volume
cairan b/d peningkatan evaporasi tubuh, kurangnya intake cairan.
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
5
7

infeksi, mual dan muntah.

Pada diagnosa intoleransi aktifitas tidak bisa di angkat, karena anak


berusia 7 bulan dan 2 tahun. Pada usia tersebut anak masih perlu bantuan
aktifitas oleh orang tuanya seperti makan, mandi, BAK dan BAB.
Aktifitas anak di rumah sakit hanya tidur berbaring tidak ada melakukan
aktifitas satupun. Diagnosa resiko tinggi kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kurangnya intake cairan. Pada diagnosa tersebut
tidak dapat diangkat, karena kebutuhan cairan anak sudah tercukupi dan
tidak ada tanda-tanda kekurangan volume cairan. Nafsu makan anak
baik, anak terpasang IVFD KA-EN IB 8 tts/i , diit anak MC susu
formula 8 x 60 cc/ hari. Pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan proses infeksi dan mual
muntah. Diagnosa tersebut tidak diangkat karena tidak ditemukan nya
ada tanda-tanda kekurangan nutrisi pada anak yaitu BB normal, nafsu
makan baik, tidak ada tanda- tanda malnutrisi.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang


ditemukan pada kasus. Menurut asumsi peneliti rencana keperawatan
yang telah rencanakan pada kasus telah sesuai dengan NOC-NIC.
Intervensi keperawatan tersebut disusun berdasarkan Nursing
Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification
(NOC). Perencanaan tindakan keperawatan pada kasus pasien
didasarkan pada tujuan intervensi masalah keperawatan yaitu

ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d penumpukan sekret di jalan


nafas, ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi, gangguan
pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi, hipertermi b/d
proses infeksi.

Rencana keperawatan yang direncanakan untuk diagnosa pertama pada


partisipan 1 adalah ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi
5
8

bertujuan untuk mempertahankan kepatenan jalan napas. Intervensinya


adalah 1) manajemen jalan nafas dengan aktifitas; Posisikan pasien
untuk memaksimalkan ventilasi, Gunakan teknik yang menyenangkan
untuk memotivasi bernafas dalam kepada anak-anak, Auskultasi suara
nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak adanya suara
nafas tambahan. 2) Terapi oksigen dengan aktifitas; Pertahankan
kepatenan jalan nafas, Monitor aliran oksigen, Monitor efektifitas terapi
oksigen, Amati tanda-tanda adanya hipoventilasi oksigen. 3) Monitor
pernafasan dengan aktifitas; Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
kesulitan bernafas, catat pergerakan dinding dada dan pengunaan otot
bantu, Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok, Monitor pola nafas,
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru, Auskultasi suara nafas tambahan.

Rencana tindakan untuk diagnosa kedua, gangguan pertukaran gas b/d


ketidakseimbangan perfusi ventilasi bertujuan untuk memaksimalkan
ventilasi, meningkatkan saturasi 02, mencegah sianosis intervensinya
adalah 1) Monitor vital sign dengan aktifitas memonitor tekanan darah,
nadi, suhu, dan status pernafasan, memonitor denyut jantung, Memonitor
suara paru-paru, Memonitor warna kulit, Menilai Cavilarevil. 2) monitor
pernafasan dengan aktifitas Memonitor tingkat, irama, kedalaman, dan
respirasi, Memonitor gerakan dada, Monitor bunyi pernafasan,
Auskultasi bunyi paru, Memonitor dyspnea dan hal yang meningkatkan
dan memperburuk kondisi. 3) terapi oksigen dengan aktifitas
pertahankan kepatenan jalan nafas, monitor aliran oksigen, Amati tanda-
tanda hipoventilasi induksi oksigen.

Rencana keperawatan untuk diagnosa ketiga hipertermi berhubungan


dengan proses infeksi bertujuan pernapasan normal, tidak terjadi
perubahan warna kulit, mencegah terjadinya kejang dan Sakit kepala.
Intervensi nya adalah; 1) Perawatan demam, dengan aktivitas; Pantau
suhu dan tanda-tanda vital lainya, monitor warna kulit dan suhu, beri
obat atau cairan IV, berikan oksigen yang sesuai dan turunkan suhu
tubuh dengan kompres air hangat (2) Pengaturan suhu dengan aktivitas,
monitor suhu setiap 3 jam sesuai kebutuhan, monitor dan laporkan
5
9

adanya tanda gejala hipotermia dan hipertermia, tingkatka intake cairan


dan nutrisi adekuat dan berikan pengobatan antipiretik.

Rencana keperawatan yang direncanakan pada partisipan 2 diagnosa


pertama yaitu Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d
penumpukan sekret di jalan nafas bertujuan untuk kepatenan jalan
nafas, frekuensi nafas normal, tidak ada nafas tambahan. Intervensinya
adalah 1) Airway suction dengan aktifitas Pastikan kebutuhan oral
suctioning, auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning,
informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning, monitor status
oksigen pasien, berikan oksigen dengan menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suction nasotrakeal. 2) airway manajement dengan
aktifitas buka jalan nafas, posisikan pasien umtuk memaksimalkan
ventilasi, identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas,
lakukan fisioterapi dada bila perlu, auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan, monitor status respirasi dan 02. 3) vital sign monitoring
dengan aktifitas monitor TD, nadi, suhu, dan RR, monitor vital sign saat
pasien berbaring, duduk atau berdiri, monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama dan setelah aktifitas, monitor kualitas nadi, monitor frekuensi dan
irama pernafasan, monitor suara paru, monitor pola pernafasan
abnormal, monitor suhu, dan kelembapan kulit, identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign.
Rencana keperawatan untuk diaggnosa kedua ketidakefektifan pola
nafas b/d hiperventilasi bertujuan untuk mempertahankan kepatenan
jalan napas. Intervensinya adalah 1) manajemen jalan nafas dengan
aktifitas; Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, Gunakan
teknik yang menyenangkan untuk memotivasi bernafas dalam kepada
anak-anak, Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun
atau tidak adanya suara nafas tambahan. 2) Terapi oksigen dengan
aktifitas; Pertahankan kepatenan jalan nafas, Monitor aliran oksigen,
Monitor efektifitas terapi oksigen, Amati tanda-tanda adanya
hipoventilasi oksigen. 3) Monitor pernafasan dengan aktifitas; Monitor
kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas, catat pergerakan
6
0

dinding dada dan pengunaan otot bantu, Monitor suara nafas tambahan
seperti ngorok, Monitor pola nafas, Palpasi kesimetrisan ekspansi paru,
Auskultasi suara nafas tambahan.

Rencana tindakan untuk diagnosa ketiga, gangguan pertukaran gas


b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi bertujuan untuk
memaksimalkan ventilasi, meningkatkan saturasi 02, mencegah sianosis
intervensinya adalah 1) Monitor vital sign dengan aktifitas memonitor
tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan, memonitor denyut
jantung, Memonitor suara paru-paru, Memonitor warna kulit, Menilai
Cavilarevil. 2) monitor pernafasan dengan aktifitas Memonitor tingkat,
irama, kedalaman, dan respirasi, Memonitor gerakan dada, Monitor
bunyi pernafasan, Auskultasi bunyi paru, Memonitor dyspnea dan hal
yang meningkatkan dan memperburuk kondisi. 3) terapi oksigen dengan
aktifitas pertahankan kepatenan jalan nafas,
monitor aliran oksigen, Amati tanda-tanda hipoventilasi induksi oksigen.

Rencana keperawatan untuk diagnosa keempat hipertermi


berhubungan dengan proses infeksi bertujuan pernapasan normal,
tidak teijadi perubahan warna kulit, mencegah terjadinya kejang dan
Sakit kepala. Intervensi nya adalah; 1) Perawatan demam, dengan

aktivitas; Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainya, monitor warna kulit
dan suhu, beri obat atau cairan IV, berikan oksigen yang sesuai dan
turunkan suhu tubuh dengan kompres air hangat (2) Pengaturan suhu
dengan aktivitas, monitor suhu setiap 3 jam sesuai kebutuhan, monitor
dan laporkan adanya tanda gejala hipotermia dan hipertermia, tingkatka
intake cairan dan nutrisi adekuat dan berikan pengobatan antipiretik.

Menurut peneliti dalam penyusunan rencana yang akan dilakukan pada


kedua partisipan, tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yang
ditemukan dalam penetapan intervensi yang akan dilakukan. Penyusunan
perencanaan keperawatan peneliti susun berdasarkan prioritas kebutuhan
6
1

yang paling mendasar yang dibutuhkan oleh pasien dalam upaya


pemulihan derajat kesehatan pasien.

4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada partisipan I dan II
dilaksanakan pada waktu yang sama. Pelaksanaan tindakan
keperawatan dimulai pada tanggal 27-31 Mei 2017.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada partisipan 2 untuk


dignosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas seperti membuka jalan
nafas, Posisikan pasien umtuk memaksimalkan ventilasi, Auskultasi
suara nafas, catat adanya suara tambahan, Monitor status respirasi dan
02, Monitor TD, nadi, suhu, dan RR, Monitor vital sign saat pasien
berbaring, duduk atau berdiri, Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama
dan setelah aktifitas, Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.
Menurut asumsi peneliti tindakan keperawatan yang diberikan sudah
sesuai dengan teori seperti menagtur posisi untuk memaksimalkan
ventilasi, hal ini juga didukung oleh teori yaitu meninggikan posisi
kepala diatas tempat tidur ( hindari menggunakan posisi duduk pada bayi
karena dapat meningkatkan tekanan diafragma ( Suriadi dan Yuliani,
2010).

Pada masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas rencana


keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 dan 2 seperti
mempertahankan jalan napas yang paten, mengatur peralatan oksigenasi,
monitor aliran oksigen, pertahankan posisi pasien semifowler,observasi
tanda-tanda hipoventilasi dengan menghitung frekuensi napas dan irama
napas,pola nafas, kedalaman dan kekuatan inspirasi, Perhatikan gerakan
dan kesimetrisan, menggunakan otot bantu, dan adanya retraksi, monitor
tekanan darah, nadi, suhu, dan pemapasan, monitor sianosis perifer.
Menurut asumsi peneliti tindakan keperawatan yang dilakukan telah
sesuai dengan teori seperti kaji status pernafasan. Hal ini juga didukung
oleh teori bahwa status pernafasan sangat perlu diperhatikan seperti
6
2

adanya retraksi dinding dada dan suara nafas tambahan (Suriadi dan
Yuliani, 2010).

Pada masalah keperawatan gangguan petukaran gas rencana


keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 dan 2 sudah sesuai
dengan teori yang telah di buat seperti Memonitor tekanan darah, nadi,
suhu, dan status pernafasan, Memonitor Denyut jantung, Memonitor
suara paru-paru, Memonitor wama kulit, Menilai Cavilarev, Memonitor
tingkat, irama, kedalaman, dan respirasi, Monitor bunyi pernafasan,
Auskultasi bunyi paru, Pertahankan kepatenan jalan nafas, Monitor
aliran oksigen, Amati tanda-tanda hipoventilasi induksi oksigen.
Menurut asumsi peneliti tindakan keperawatan yang dilakukan telah
sesuai dengan teori seperti memonitor wama kulit. Apabila warna kulit
pasien membiru maka teijadinya gangguan pertukaran gas sehingga
menyebabkan warna kulit memebiru. Hal ini juga didukung oleh teori
bahwa memonitor warna kulit sangat diperlukan dalam implementasi
gangguan pertukaran gas (Suriadi dan Yuliani, 2010).

Pada masalah keperawatan hipertermi rencana keperawatan yang


dilakukan pada partisipan 1 dan 2 sudah sesuai dengan teori rencana
intervensi yang telah dibuat seperti Pantau suhu dan tanda vital lainnya,

Monitor warna kulit, Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan


kehilangan cairan yang tak dirasakan, Beri obat atau cairan IV, Berikan
oksigen yang sesuai, Tingkatkan sirkulasi udara, Monitor suhu paling
tidak setiap 2 jam sesuia kebutuhan, Monitor dan laporkan adanya tanda
gejala hipotermia dan hipertermia, Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
adekuat, Berikan pengobatan antipiuretik sesuai kebutuhan. Menurut
asumsi peneliti tindakan keperawatan yang dilakukan telah sesuai
dengan teori seperti pemberian obat atau cairan IV. Kama apabila suhu
meningkat akan terjadinya penguapan cairan yang tidak disadari.
Menyebabkan teijadinya kekurangan volume cairan. Hal ini juga
didukung oleh teori bahwa pemberian obat atau cairan secara IV dapat
mengganti cairan tubuh yang hilang ( Wijayaningsih, 2013).
6
3

5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Hidayat (2009) evaluasi keperawatan merupakan tahapan
terakhir dalam proses asuhan keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana keberhasilan rencana asuhan keperawatan yang
telah disusun. Evaluasi yang dilakukan selama 5 hari pada kedua
partisipan tidaklah sama. Pada diagnosa keperawatan partisipan I dan 2
ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi paru,
didapatkan evaluasi keperawatan teratasi pada hari yang sama yaitu hari
ke 4, dengan kriteria hasil (NOC) Ny.T dan Ny.N mengatakan nafas
Anak sudah tidak sesak, Anak tampak tenang, frekuensi nafas 35x
permenit (30-50), pasien terpasang oksigen nasal kanul 2 liter, dan bisa
melepaskan bantuan oksigen tanpa disertai sesak nafas. Tindakan
keperawatan yang diberikan kepada An.G dan An.F berupa memberikan
bantuan oksigen nasal kanul 2 liter, mempertahankan kepatenan jalan
nafas, dan memposisikan nyaman untuk memaksimalkan ventilasi,
masalah teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan dengan terapi
oksigen. Menurut asumsi peneliti evaluasi yang didapatkan telah sesuai
dengan teori yaitu frekuensi nafas normal, anak tampak tenang. Hal ini
juga didukung oleh teori bahwa hasil
evaluasi yang di dapatkan pada diagnosa ketidakefektifan pola nafas
yaitu frekuensi dalam batas normal, anak tampak tenang, tidak ada
retraksi dinding dada ( Manurung , dkk 2013)

Pada diagnosa keperawatan gangguan pertukaran gas berhubungan


dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi, didapatkan evaluasi
keperawatan pada partisipan I dan II teratasi pada hari ke-4 dengan
kriteria hasil (NOC) nafas anak tidak sesak saat istirahat,frekuensi
pernafasan 35x/i (3-50), saturasi 02 90 % (94-100), pO2 80 mmHg
(75100), pCO2 40 mmHg (38-42). Tindakan keperawatan yang
diberikan kepada An.G dan An.F berupa memberikan bantuan oksigen
nasal kanul 2 1/i, mempertahankan kepatenan jalan nafas, memonitor
tingkat, irama, kedalaman dan respirasi. Masalah teratasi sebagian dan
intervensi dilanjutkan dengan terapi oksigen. Menurut asumsi peneliti
6
4

evaluasi yang didapatkan telah sesuai dengan teori yaitu tanda-tanda


vital normal, tidak ada sianosis dan hasil AGD normal. Hal ini juga
didukung oleh teori bahwa evaluasi yang didapatkan pada diagnosa
gangguan pertukaran gas yaitu tanda-tanda vital dalam batas normal,
tidak ada sianosis dan hasil AGD dalam batas normal ( manurung, dkk
2013).

Pada diagnosa keperawatan hipertermi berhubugan dengan proses


infeksi, didapatkan evaluasi keperawatan teratasi pada hari ke-3 dan ke-
4 dengan kriteria hasil (NOC) orang tua anak mengatakan anak tidak
panas lagi, badan teraba dingin, anak tidak gelisah, suhu 37,5°C (
36,337,7), leukosit 18.000 mm3 (6.000-18.000/ mm3 ). Tindakan
keperawatan yang diberikan pada An.G dan An.F berupa kompres
hangat, memberikan intake cairan IVFD KA-EN IB 8 tts/i dan nutrisi
yaitu susu, memonitor suhu sekali 2 jam, memonitor tanda-tanda vital,
pemberian antibiotik Ampicillin 4 x 125 mg iv, Gentamicin 2 x 12 mg
iv. Masalah teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan dengan jaga
kenyamanan rungan, batasi pengunjung. Menurut asumsi peneliti
evaluasi yang didapatkan sudah sesuai dengan teori yaitu suhu normal,

leukosit dalam batas normal, tidak ada tand-tanda infeksi. Hal ini juga
didukung oleh teori yang didapatkan pada evaluasi diagnosa hipertermi
yaitu suhu normal, leukosit normal, tidak ada tanda-tanda kekurangan
volume cairan yang berlebihan ( Wijayaningsih, 2013).

Pada diagnosa keperawatan partisipan II ketidakefektifan bersihan jalan


nafas berhubungan dengan penumpukan sekret dijalan nafas, didapatkan
evaluasi masalah keperawatan teratasi pada hari ke 5, dengan kriteria
hasil (NOC) Ny.N mengatakan dahak An.F sudah berkurang, frekuensi
nafas normal 35 x/i (30-40), dan tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan. Setelah diberikan intervensi keperawatan berupa
memberikan oksigen kanul 21/i, mempertahankan kepatenan jalan nafas,
memonitor tanda-tanda, mengatur posisi nyaman, pemberian ambroxol 3
x 7,5 mg. Masalah teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan dengan
6
5

terapi obat. Menurut asumsi peneliti hasil evaluasi sudah sesuai dengan
kriteria seperti batuk sudah mulai berkurang, bunyi nafas tambahan tidak
ada, anak tidak gelisah, retraksi dinding dada sudah mulai berkurang.
Hal ini juga sudah sesuai dengan teori yang telah di kemukakan sebelum
nya yaitu hasil evaluasi yang didapatkan pada diagnosa bersihan jalan
nafas yaitu batuk berkurang, retraksi dinding dada tidak ada, nafas
normal, anak tidak gelisah, reflek batuk positif, bunyi nafas vesikuler
( Manurung, dkk 2013)
6
6

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

B. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada An.G dan
An.F dengan kasus Bronkopneumonia di Ruang HCU Anak IRNA Kebidanan
dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang peneliti dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua partisipan menunjukkan
adanya tanda gejala yang sama yang dirasakan oleh kedua partisipan.
Keluhan yang dirasakan oleh partisipan 1 juga dirasakan oleh partisipan 2.
Tanda dan gejala yang muncul yang dirasakan oleh kedua partisipan yaitu
nafas sesak, batuk berdahak, demam, disertai tidak nafsu makan. Hal ini
menunjukkan bahwa, jika seseorang Anak terdiagnosis Bronkopneumonia
memiliki kemungkinan akan muncul masalah dan keluhan yang sama yang
dirasakan oleh penderita.
2. Diagnosa keperawatan muncul pada kedua partisipan umumnya sama yaitu,
ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi,
hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. Pada partisispan 2
memeiliki satu diagnosa lain yaitu, ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan nafas.
3. Intervensi yang rencanakan oleh peneliti, baik intervensi yang direncanakan
secara mandiri maupun kolaborasi seperti mengatur posisi, memonitor TTV,
pemberian oksigen dan terapi obat-obatan, bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan oksigen pasien. Hal ini bertujuan untuk membantu kerja paru
agar mampu berkontraksi dengan baik dan dapat memberikan oksigen ke
sel-sel tubuh lainnya.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kasus yaitu
mempertahankan kepatenan jalan nafas, mengatur posisi, memeperbaiki
kanul pasien, memeriksa kecepatan aliran oksigen,

memonitor frekuensi pernafasan, mengauskultasi bunyi nafas, dan


6
7

mencatat adanya perubahan AGD pada hasil laboratorium. Dalam


proses implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana yang dibuat
antara intervensi yang dibuat dengan implementasi yang dilakukan
diruangan.
5. Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada kedua partisipan dilakukan
selama 5 hari rawatan oleh peneliti dan dibuat dalam bentuk SOAP.
Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada partisipan 1
menunjukkan bahwa masalah keperawatan yang dialami partisipan 1
sudah mulai teratasi walaupun belum sembuh total, namun dikarenakan
partisipan 1 harus pulang maka asuhan keperawatan hanya dilakukan
selama 5 hari rawatan. Hasil evaluasi keperawatan pada partisipan 2
juga menunjukkan perkembangan kesehatan dan masalah keperawatan
yang mulai teratasi sebagian. Dalam pendokumentasian hanya dibuat
selama 5 hari rawatan, dikarenakan partisipan 1 dan 2 sudah pulang
pada hari rawatan ke 5 dan evaluasi di hentikan.
C. Saran
1. Bagi perawat ruangan
Studi kasus yang peneliti lakukan menjadi acuan bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan secara profesional dan komprehensif.
Peneliti juga memberikan saran agar perawat ruangan memberikan
asuhan keperawatan secara preventif, kuratif, rehabilitatif dan edukatif
promosi kesehatan tentang Bronkopneumonia pada pasien dan keluarga
agar dapat meningkatkan derajat kesehatan.
2. Bagi Mahasiswa dan Peneliti selanjutnya
Agar dapat melakukan asuhan keperawatan secara preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan edukatif dalam pelayanan kesehatan. Hasil penelitian
yang peneliti dapatkan diharapkan dapat menjadi acuan dan menjadi
bahan pembanding pada peneliti selanjutnya dalam melakukan
penelitian pada Anak dengan Bronkopneumonia.
DAFTAR PUSTAKA

Ariana, Siwi. dkk. 2015. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Pneumonia Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedan Klaten. Diakses Tanggal 8
Januari 2017, Pukul 19.00. Http://Download.Portalgaruda.Org.

Astuti & rahmat. 2010. Asuhan keperawatan anak dengan gangguan pernapasan.
Jakarta: Trans Info Media.

Betz Cecily L. Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Ed. 5.
Jakarta: EGC.

Bulechek, M. Gloria, dkk. 2016. Nursing Interventions Classifications (2016).


Elseiver: Singapore Pte Ltd.

Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Profil kesehatan Kota Padang Tahun 2014.

Herdman Heather.T & Kamit Suru. 2015. Diagnosis keperawatan Defenisi &
Klasifikasi. Ed. 10. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan ilmiah.
Jakarta: Salemba Medika.

Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

Lusianah, dkk 2012. Prosedur Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media

Manurung, dkk. 2013. Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi. Jakarta: Trans
Info Media.

Masela R. Hesty dkk, 2015. Hubungan Antara Pemberian ASI Ekslusif


Dengan Riwayat Penyakit Infeksi Pada Anak Umur 1-3 Tahun di Desa
Mopusl Kecamatan L Olayan Kabupate Bolaang Mongondow Induk.
Diakses Tanggal 3 April 2017, Pukul 10.30.
HttpV/Download.Portalgaruda.Org.

Moorhead, Sue dkk. 2016. Nursing Outcomes Clasification (NOC). Elseiver:


Singapore Pte Ltd.

Ngastiyah. 2012. Perawatan anak sakit. Ed. 2 Jakarta: EGC.

Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan keperawawatan Maternitas, Anak, Bedah,


Penyakit dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Nursalam, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak ( untuk Perawat dan
Bidan). Jakarta: Salemba Medika.

Osharinanda. Monita dkk. 2015. Profd Pasien Pneumonia Komunitas di bagian


Anak RSUP. DR. M. Djamil Padang Sumatra Barat. Diakses Tanggal 8
Januari 2017, Pukul 10.00. Http://iurnal.fk,unand.ac.id.

Price, Sylvia Anderson & Lorraine Mecarty Wilson, RN. PhD. 2012. Patofisiologi
konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC

Rahajoe, Nastiti N, Supriyanto, Bambang, Setyanto, Dermawan Budi. 2008, Buku


Ajar Respirologi Anak Edis Pertama. Jakarta: ID Al

Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:
Graha Umu

Shefia. 2014. Family Medicine Approach Of Children Aged lYears With


Bronchopneumonia And Mild Malnutrition. Diakses tanggal 09 Maret 2017,
Pukul 08:51. Http://portalgaruda.org^

Sugiyono, 2014. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suriadi dan yuliani. 2010. Asuhan keperawatanpada anak. Ed. 2. Jakarta: Segung
Seto.

Syaifuddin, 2011. Atlas Berwarna Tiga Bahasa Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta:
Salemba Medika.

USAID. 2011. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

Wijayanigsih. 2013. Asuhan keperawatan anak. Jakarta: Trans Info Media. .

Standar asuhan keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.

Wulandari, Diah A. dkk. 2013. Kematian Akibat Pneumonia Berat Pada Anak
Balita. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran. Diakses Tanggal 8 Januari 2017, Pukul 08.00.
Http://Download.Portalgaruda.Org.
T
LAMPIRAN 2
FORMAT PENGKAJIAAN KEPERAWATAN ANAK

Hari Tanggal Jam


Waktu pengkajian
Sabtu 27-05-2017 09.00 WIB

Rumah sakit/ klinik/ puskesmas : RSUP Dr. M. Djamil Padang


Ruangan : Ruang Akut IRNA Kebidanan dan Anak
Tanggal masuk RS : 25-05-2017
No. Rekam Medik : 979638
Sumber informasi : ibu, laporan status
I. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA
1. IDENTITAS ANAK
Nama/ panggilan An.G
Tanggal lahir/ umur 06 November 2016
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Pendidikan Belum sekolah
Anak ke/ jumlah saudara Pertama
Diagnose Medis PJB dan Bronkopneumonia

2. IDENTITAS ORANGTUA | IBU AYAH


Nama Ny.T Tn.D
Umur 22 tahun 30 tahun
Agama Islam Islam
Suku bangsa Minang Minang
Pendidikan SMA SMA
Pekeijaan Ibu rumah tangga Wiraswasta
Alamat jin ampelo pengambiran, Sumatra Barat.

3. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH


N Nama Usia Jenis Hub. pendidika Status Ket
o (inisial) (bl/th) kelami Dg n kesehata
1. - n KK n
2. -
3. -

II. RIWAYAT KESEHATAN


KELUHAN Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari
UTAMA sebelum masuk rumah sakit, demam sejak 3 hari dan
anak membiru sejak 3 bulan yang lalu.
1. Riawayat Kesehatan Sekarang
Pasien tampak sesak dan rewel, Ny. T mengatakan napas An.G tampak sesak dan
terpasang oksigen, napas sesak akan bertambah jika An.G menangis, ibu
mengatakan An.G tampak membiru, dan badan teraba panas.

2. Riwayata kesehatan dahulu


a. Prenatal
Riwayat gestasi G1 Pl A0H1
HPHT Tidak ingat
Pemeriksaan kehamilan ada
Frekuensi 2x dalam sebulan
Imunisasi TT tidak ada
Masalah waktu hamil tidak ada
Sikap ibu sewaktu kehamilan normal
Emosi ibu sewaktu hamil normal
Obat- obat yang digunakan vitamin dan tablet Fe
Perokok tidak
Alkohol tidak
b. Intranatal
Tanggal persalinan 06 November 2016
BBL/PBL 2.7 Kg / 49 cm
Usia gestasi saat lahir 9 bulan
Tempat pesalinan RSUP dr.Mdjamil Padang
Penolong persalinan Dr spesialis kandungan
Jenis persalinan sesar
penyulit persalinan tidak ada
c. Post natal (24 jam)
APGAR skor tidak dapat dinilai
Inisiasi menyusui dini (IMD tidak ada IMD
Kelainan congenital tidak ada
d. Penyakit yang pernah diderita anak
Ny.T mengatakan An.G telah memiliki kelainan penyakit jantung bawaan
sejak
lahir namun belum pernah dioperasi dan dirawat selama 1 minggu lalu
dipulangkan karena tidak cukup biaya.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga pernah sakit Keluarga mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang lain yang menderita penyakit
yang sama dengan An.G dan penyakit
degenerati seperti diabetes melitus, jantung,
hipertensi.
Riwayat penyakit keturunan tidak ada
Genogram
Ket:
□: laki- laki Q : perempuan
III. RIWAYAT IMUNISASI
HB 0 ada Simpulan: Ny.T
BCG tidak ada mengatakan tidak mau
DPT tidak ada membawa anaknya
Polio tidak ada untuk imunisasi karena
Hepatitis B tidak ada takut anak demam.
Campak tidak ada
IV. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Perkembangan An.G saat ini bisa miring kiri dan kanan serta berguling
V. LINGKUNGAN
Rumah: ventilasi rumah kurang dan sempit
Halaman pekarangan: ada namun tidak luas, tidak banyak tumbuhan.
Jamban/WC: ada memenuhi syarat kesehatan
Sumber air minum: air galon
Sampah: pembuangan sementara didepan rumah memakai tong samapah, lalu
dibakar.
VI. PENGKAJIAN KHUSUS
A. ANAK
1. Pemeriksaan fisik
a. kesadaran Compos mentis
GCS: E: 4 M : 6 V: 5 jumlah: 15
b. tanda vital Suhu: 38.5 c RR: 38 x/m HR: 124 x/m
c. posture BB: 5 Gr atau Kg PB/TB: 59 Cm
d. kepala Bentuk : simetris
Kebersihan : cukup bersih
Lingkar kepala: cm
Fontalel anterior: normal
Fontale posterior: normal
Benjolan: tidak ada
Data lain: tidak ditemukan kelainan lain dikepala

e. mata Simetris
Sklera: tidak ikhterik
Refleks cahaya: positif Pupil: isokor
Konjungtiva tidak anemis
Selera tidak ikterik
Reflek kedip ada
Data lain:
f. hidung Letak: simetris
Pernafasan cuping hidung: tidak ada
Kebersihan: bersih
Data lain:
g. mulut warna bibir merah kepingan, mukosa basah. Palatum
cekung keatas.
h. telinga Bentuk : simetris
Kebersihan : cukup bersih
Posisi puncak pina : normal
Pemeriksaan pendengaran : baik
Data lain:

i. leher Pembesaran kelenjar getah bening: tidak ada


Pembesaran vena junggularis: tidak ada
j. dada
- thoraks Inspeksi : tidak simetris, tampak dada corong,
terdapat retraksi dinding dada
Auskultasi : bronkopneumonia tidak terdapat
suara napas tambahan
Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : sonor
Lingkar dada:
- jantung Inspeksi : tidak simetris
Auskultasi : irama reguler
Palpasi : teraba ictus cordi LMCS RIC 5
k. abdomen Inspeksi : simetris, tidak ada distensi abdomen
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : tidak terdapat nyeri
Perkusi : tympani

1. kulit Turgor : baik


Kelembaban: baik
Warna : warna kulit putih, terdapat scabies di tangan
dan kaki.
Data lain
m. ekstremitas atas akral dingin, crt < 2 dtk, tidak ada lesi.
n. ekstremitas bawah akral dingin, crt <2 dtk, tidak ada lesi.
o. genitalia dan anus tidak terdapat kelainan
p. pemeriksaan tanda
rangsangan
meningeal
2. tempramen dan Easy child
daya adaptasi Kakater santai
Temperamen mudah
Kebiasaan yang teratur dan mudah di prediksi
Mudah beradaptasi terhadap perubahan
Difficult child
Sangat aktif
peka rangsangan
kebiasaan yang tidak tidur
lambat adaptasi dg rutinitas, orang/ situasi baru
sering menanggis
Slow- to- warm up child
Reaksi negatif terhadap stimulasi baru
Lambat beradaptasi
Tidak aktif
3. kebiasaan sehari- hari
a. nutrisi dan cairan ASI + PASI
ASI eksklusif dan susu pendamping selama 2 bulan,
dari 2 bulan sampai usia 6 bulan An.G hanya
diberikan susu formula, dan dilanjutkan dengan
jenis makanan promina dan nasi tim. Selama sakit
An.G mendapat diit Susu Formula 8 x 60 cc/hari.
b. istrahat dan tidur Siang: Malam:
Pola tidur siang An.G 1 tidur malam sedikit
2 jam kuantitas kurang frekuensi tidur lebih
nyenyak dikarenakan kurang 4-6 jam/hari
sesak saat bernapas, dikarenakan anak sesak
dan rewel.
c. eliminasi BAK: normal
Frekuensi BAB dan BAB: normal
Frekuensi BAB dan
BAK An.G sebanyak BAK An.G sebanyak
120 gr/hari 120 gr/hari
menggunakan pempers. menggunakan pempers.
d. personal hygiene tidak ada masalah
e. aktifitas bermain tidak ada
f. rekreasi Pola rekreasi keluarga: tidak ada
VII. DATA PENUNJANG
Laboratorium Leukosit meningkat 21.200/mm3 kalium meningkat
5,8, glukosa sewaktu rendah 72mg/dl, hemoglobin
tinggi 18 g/dl, eritrosit 6,6 juta, hematokrit
meningkat 56%, eosinofil rendah 0%, AGD pH
rendah 7,28, PCO2 55 mmHg, PO2 28 mmHg,
HCO3- 25,7 mmol/L, BE -2.5, SO2 rendah 85%.

radiologi Pembesaran medistinum superior (Thymus), jantung


membesar CTR 60%, apeks membulat, hilus tamak
menebal, corakan bronkovaskuler bertambah,
tampak infiltrat di perakardial kanan , tampak
gambaran opak nodular diperihiler kanan.

Terapi medis IVFD KAE IB 2cc/jam


Ampicillin 4 x 125 mg iv, Gentamicin 2x12 mg iv.

VIII. ANALISA DATA


Data Masalah Etiologi

Data subjektif: Ketidakefektifan pola adanya


Ibupasien mengatakan nafas
An.Z masih terlihat gangguan
sesak dan sesak ventilasi.
bertambah saat An.Z
menagis dan rewel.

Data objektif:
- Napas pasien tampak
sesak
- Terdapat
retraksi
dinding dada
- Frekuensi napas yaitu
30 x/i,
- Terpasang nebulizer
pada An.Z
-Pemeriksaan TTV
TD=101/72 mmhg
RR=30x/i
HR=82x/i
T. =36,8°C
Data subjektif: Hipertermi Proses infeksi
Ibupasien mengatakan
badan An.Z teraba panas
dan berkeringat.
Data objektif:
Mulut pasien tampak
kering, kulit teraba
panas,
An.Z tampak terbaring
lemas.
Pemeriksaan TTV
TD=101/72mmhg
RR30x/i
HR82x/i
T=36,8°C
IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN
N DITEMUKAN DISELESAIKAN
DIAGNOSA
O TGL PARAF TGL PARAF
1 Ketidakefektifan 27-05-
pola nafas 2017
berhubungan
dengan adanya
gangguan
2 Gangguan 27-05-
pertukaran gas b/d 2017
hiperventilasi

3 Hipertermi 27-05-
berhubungan 2017
dengan

proses

X. INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA NOC NIC
O KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan Pola a. Status Pernafasan Manajemen Jalan
Nafas Nafas
Kriteria hasil : 6) Posisikan pasien
12) Frekuensi untuk
pernafasan normal memaksimalkan
(40-50x/menit) ventilasi
13) Irama pernafasan 7) Lakukan
normal fisioterapy dada
14) Kedalaman jika perlu
inspirasi 8) Motivasi pasien
15) Suara auskultasi untuk bernafas
pernafasan normal pelan,
16) Kepatenan j alan
nafas dalam,
17) Volume tidal berputar,
18) Kapasitas vital
19) Penggunaan otot dan
bantu nafas tidak batuk
ada 9) Gunakan teknik
20) Retraksi dinding yang
dada tidak ada menyenangkan
21) Sianosis tidak ada untuk
22) Suara nafas memotivasi
tambahan tidak ada bernafas dalam
kepada
area yang
b. Status Pernafasan : ventilasinya
Kepatenan Jalan menurun atau
Nafas tidak adanya
suara nafas
Kriteria hasil : tambahan
8) Frekuensi
pernafasan normal Terapi Oksigen
(40-50x/nmenit) 6) Pertahankan
9) Irama pernafasan kepatenan jalan
10) Suara nafas nafas
tambahan 7) Monitor aliran
11) Pernafasan cuping oksigen
hidung 8) Monitor
12) Dipsnea saat efektifitas
istirahat terapi oksigen
13) Batuk 9) Amati tanda-
14) Akumulasi tanda
sputum
adanya
hipoventilasi
oksigen
10) Sediakan
oksigen ketika
pasien
dibawah /
dipidahkan

Monitor
Pernafasan
7) Monitor
kecepatan,
irama,
kedalaman dan
kesulitan
bernafas
8) Catat pergerakan
dinding dada
dan pengunaan
otot bantu
9) Monitor
suara
nafas tambahan
seperti ngorok
10) Monitor pola
nafas
11) Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
2 Gangguan b. Status Pernafasan : Monitor Vital Sign
Pertukaran Pertukaran Gas 6) Memonitor
Gas tekanan darah,
Kriteria hasil: nadi, suhu, dan
7) Tekanan status
parsial pernafasan
oksigen dalam 7) Memonitor
darah arteri (po2) Denyut jantung
8) Tekanan 8) Memonitor
parsial suara paru-paru
oksigen dalam 9) Memonitor
darah arteri (pco2) warna kulit
9) Saturasi oksigen 10)Menilai
10) Keseimbangan Cavilarevil
ventilasi perfusi
11) Dyspnea pada saat Monitor
istirahat Pernafasan
12) Sianosis 6) Memonitor
tingkat, irama,
kedalaman, dan
respirasi
7) Memonitor
gerakan dada
8) Monitor bunyi
pernafasan
9) Auskultasi
bunyi paru
10)Memonitor
dyspnea dan hal
yang
meningkatkan
dan
memperburuk
kondisi

Terapi Oksigen
4) Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
5) Monitor aliran
oksigen
6) Amati
tanda-
tanda
hipoventilasi
induksi oksigen

3 Hipertermi b. Termoregulasi Perawatan


Demam
berhubungan 11) Pantau suhu
dengan proses Kriteria hasil : dan tanda vital
infeksi 7) Berkeringat saat lainnya
panas 12) Monitor warna
8) Tingkat pernafasan kulit
9) Peningkatan suhu 13) Monitor asupan
kulit dan keluaran,
10) Hipertermia sadari
11) Sakit kepala perubahan
12) Dehidrasi kehilangan
cairan yang tak
c. Status Neurologis dirasakan
14) Beri obat atau
Kriteria hasil : cairan IV
7) Kesadaran 15) Tutup pasien
8) Pola bernafas dengan selimut
9) Pola istirahat dan atau pakaian
tudur ringan
10) Laju pernafasan 16) Dorong
11) Hipertermia konsumsi
12) Aktivitas cairan
kejang 17) Fasilitasi
istirahat,
c. Tanda Tanda Vital terapkan
pembatasan
Kriteria hasil : aktifitas jika
6) Suhu tubuh diperlukan
7) Tingkat pernafasan 18) Berikan
8) Irama pernafasan oksigen yang
9) Tekanan nadi sesuai
10) Kedalaman 19) Tingkatkan
inspirasi sirkulasi udara
20) Mandikan
pasien dengan
spons hangat
dengan hati-hati
Pengaturan Suhu
5) Monitor suhu
paling tidak
setiap 2 jam
sesuia
kebutuhan
6) Monitor dan
laporkan
adanya tanda
gejala
hipotermia dan
hipertermia
7) Tingkatkan
dan nutrisi
adekuat
8) Berikan
pengobatan
antipiuretik
sesuai
kebutuhan

Manajemen
Pengobatan
4) Tentukan obat
apa yang
diperlukan,
dan kelola
menurut resep
dan/atau
protokol
5) Monitor
efektifitas cara
pemberian
obat yang
sesuai

XI. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


TGL/ DIAGNOSA
IMPLEMENTASI EVALUASI
HAR KEPERAWATAN
27-31 Ketidakefektifan Tanggal 27 Mei 2017 Tanggal 27 Mei 2017
Mei Pola Nafas Diagnosa Diagnosa 1
2017 berhubungan ketidakefektifan pola
dengan adanya 1 nafas berhubungan
gangguan ventilasi Ketidakefektifan pola dengan adanya
nafas berhubungan gangguan ventilasi
dengan didapatkan hasil
evaluasi Ny.T
ventilasi mengatakan An.
adanya G
masih terasa sesak
gangguan saat bernapas, sesak
ventilasi bertambah bila
Implementasi pada menangis, pasien
diagnosa yaitu masih tampak lemah
mempertahankan jalan dan sesak napas,
napas yang paten, terdapat retraksi
mengatur peralatan dinding dada, akral
oksigenasi, monitor tampak sianosis,
aliran oksigen, TTV pasien yaitu HR
observasi tanda-tanda : 112 x/i, RR : 38 x/i,
kekuatan inspirasi, dengan ventilasi
perhatikan gerakan dan adanya gangguan
kesimetrisan, ventilasi.
menggunakan otot
38,8 terpasang
bantu, dan adanya
oksigen nasal kanul 2
retraksi, monitor vital
liter/menit Masalah
sign, intake out put
keperawatan
cairan, intake cairan per
ketidakefektifan pola
NGT.
nafas berhubungan
dengan adanya
Tanggal 28 Mei 2017
gangguan ventilasi
Diagnosa
belum teratasi,
intervensi dilanjutkan
1
dengan terapi
Ketidakefektifan pola
oksigen, manajemen
nafas berhubungan
jalan napas dan monitor
dengan ventilasi
tanda-tanda vital.
adanya gangguan
ventilasi
Implementasi pada
Tanggal 28 Mei 2017
diagnosa yaitu
Diagnosa 1
mempertahankan jalan
ketidakefektifan pola
napas yang paten,
nafas berhubungan
mengatur peralatan
dengan adanya
oksigenasi, monitor
gangguan ventilasi
aliran oksigen,
didapatkan hasil
observasi tanda-tanda
evaluasi Ny.T
hipoventilasi dengan
mengatakan An. G
menghitung frekuensi
masih terasa sesak saat
napas dan irama
bernapas, sesak
napas,pola nafas,
bertambah bila
kedalaman dan
menangis, pasien masih
kekuatan inspirasi,
tampak lemah dan
perhatikan gerakan dan
sesak napas, terdapat
kesimetrisan,
retraksi dinding dada,
menggunakan otot
akral tampak sianosis,
bantu, dan adanya
TTV pasien yaitu HR :
retraksi, monitor vital
123 x/i, RR : 39 x/i, S :
sign, intake out put
37,8 °C, terpasang
cairan, intake cairan per
oksigen nasal kanul 2
NGT.
liter/menit Masalah
keperawatan
Tanggal 29 Mei 2017
ketidakefektifan pola
nafas berhubungan
Diagnosa
dengan ventilasi yang
tidak adekuat belum
1
teratasi, intervensi
Ketidakefektifan pola
dilanjutkan dengan
nafas berhubungan
terapi oksigen,
Implementasi pada bantu, dan adanya
diagnosa yaitu manajemen jalan napas
mempertahankan jalan dan monitor tanda-
napas yang paten, tanda vital.
mengatur peralatan
oksigenasi, monitor
aliran oksigen, Tanggal 29 Mei 2017
observasi tanda-tanda Diagnosa 1
hipoventilasi dengan ketidakefektifan pola
menghitung frekuensi nafas berhubungan
napas dan irama dengan adanya
napas,pola nafas, gangguan ventilasi
kedalaman dan didapatkan hasil
kekuatan inspirasi, evaluasi Ny.T
perhatikan gerakan dan mengatakan An. G
kesimetrisan, masih terasa sesak saat
menggunakan otot bernapas, sesak
bantu, dan adanya bertambah bila
retraksi, monitor vital menangis, pasien masih
sign, intake out put tampak lemah dan
cairan, intake cairan per sesak napas, terdapat
NGT. retraksi dinding dada,
akral tampak sianosis,
Tanggal 30 Mei 2017 TTV pasien yaitu HR :
Diagnosa 126 x/i, RR : 36 x/i, S :
36,8 °C, terpasang
1 oksigen nasal kanul 2
Ketidakefektifan pola liter/menit Masalah
nafas berhubungan keperawatan
dengan ventilasi ketidakefektifan pola
adanya gangguan nafas berhubungan
ventilasi. dengan ventilasi yang
Implementasi pada tidak adekuat belum
diagnosa yaitu teratasi, intervensi
mempertahankan jalan dilanjutkan dengan
napas yang paten, terapi oksigen,
mengatur peralatan manajemen jalan napas
oksigenasi, monitor dan monitor tanda-
aliran oksigen, tanda vital.
observasi tanda-tanda
hipoventilasi dengan
menghitung frekuensi Tanggal 30 Mei 2017
napas dan irama Diagnosa 1
napas,pola nafas, ketidakefektifan pola
kedalaman dan nafas berhubungan
kekuatan inspirasi, dengan adanya
perhatikan gerakan dan gangguan ventilasi
kesimetrisan, didapatkan hasil
menggunakan otot
retraksi, monitor vital evaluasi Ny.T
sign, intake out put mengatakan An.
cairan, intake cairan G
per NGT. masih terasa sesak
saat bernapas, sesak
Tanggal 31 Mei 2017 bertambah bila
Diagnosa 1 menangis, pasien
Ketidakefektifan pola masih tampak lemah
nafas berhubungan dan sesak napas,
dengan ventilasi terdapat retraksi
adanya gangguan dinding dada, akral
ventilasi. tampak sianosis,
Implementasi pada TTV pasien yaitu HR
diagnosa yaitu : 122 x/i, RR : 37 x/i,
mempertahankan jalan S : 36,7 °C, terpasang
napas yang paten, oksigen nasal kanul 2
mengatur peralatan liter/menit Masalah
oksigenasi, monitor keperawatan
aliran oksigen, ketidakefektifan pola
observasi tanda-tanda nafas berhubungan
hipoventilasi dengan dengan ventilasi yang
menghitung frekuensi tidak adekuat belum
napas dan irama teratasi, intervensi
napas,pola nafas, dilanjutkan dengan
kedalaman dan terapi oksigen,
kekuatan inspirasi, manajemen jalan
perhatikan gerakan dan napas dan monitor
kesimetrisan, tanda-tanda vital.
menggunakan otot
bantu, dan adanya Tanggal 31 Mei 2017
retraksi, monitor vital
sign, intake out put Diagnosa 1
cairan, intake cairan ketidakefektifan pola
per NGT. nafas berhubungan
dengan adanya
gangguan ventilasi
didapatkan hasil
evaluasi Ny.T
mengatakan An.
G
masih terasa sesak
saat bernapas, sesak
bertambah bila
menangis, pasien
masih tampak lemah
dan sesak napas,
terdapat retraksi
dinding dada, akral
tampak sianosis,
: 128 x/i, RR : 39 x/i,
S : 36.7 °C, terpasang
oksigen nasal kanul 2
liter/menit Masalah
keperawatan
ketidakefektifan pola
nafas berhubungan
dengan ventilasi yang
tidak adekuat belum
teratasi, intervensi
dilanjutkan dengan
terapi oksigen,
manajemen jalan
napas dan monitor
tanda-tanda vital.

27-31 Gangguan 27 Mei 2017 27 Mei 2017


Mei pertukaran gas Implementasi yang didapatkan evaluasi
2017 berhubungan dilakukan memonitor keperawatan dengan
dengan tekanan darah, nadi, kriteria hasil Ny.T
hiperventilasi suhu, dan status mengatakan nafas
pernafasan, memonitor anak tidak sesak
denyut jantung, saat
memonitor suara paru- istirahat, frekuensi
paru, Memonitor pernafasan 35x/i,
warna kulit, Menilai saturasi 02 90%, pO2
Cavilarev, Memonitor 80 mmHg, pC02 40
tingkat, mmHg. Masalah
irama, kedalaman, dan teratasi sebagian dan
respirasi. Setelah implementasi
dilakukan dilanjutkan.
implementasi
didapatkan tanda-tanda 28 mei 2017
vital T 38,2° C, HR didapatkan evaluasi
124 x/i, P 38 x/i, CRT keperawatan dengan
< 2 detik, kulit tampak kriteria hasil Ny.T
membiru. mengatakan nafas
anak tidak sesak
28 mei 2017 saat
Implementasi yang istirahat, frekuensi
dilakukan melakukan pernafasan 35x/i,
memonitor tekanan saturasi 02 90%, pO2
80 mmHg, pC02 40
darah, nadi, suhu, dan
mmHg. Masalah
status pernafasan, teratasi sebagian dan
memonitor denyut implementasi
jantung, memonitor dilanjutkan
suara paru-paru, 29 Mei 2017
didapatkan
Memonitor suara paru-paru,
Memonitor warna kulit,
tingkat, Menilai Cavilarev,
irama, kedalaman, dan
respirasi. kriteria hasil Ny.T
mengatakan nafas anak
tidak sesak saat
Setelah
istirahat, frekuensi
dilakukan implementasi pernafasan 35x/i,
didapatkan tanda-tanda saturasi 02 90%, pO2
vital T 38,2° C, HR 124 80 mmHg, pC02 40
x/i, P 38 x/i, CRT < 2 mmHg. Masalah
detik, kulit tampak teratasi sebagian dan
membiru. implementasi
dilanjutkan
29 Mei 2017
30 Mei 2017
Implementasi yang
didapatkan evaluasi
dilakukan melakukan keperawatan dengan
memonitor tekanan kriteria hasil Ny.T
darah, nadi, suhu, dan mengatakan nafas anak
status pernafasan, tidak sesak saat
memonitor denyut istirahat, frekuensi
memonitor pernafasan 35x/i,
jantung,
saturasi 02 90%, pO2
suara paru-paru, 80 mmHg, pC02 40
Memonitor warna kulit, mmHg. Masalah
Menilai Cavilarev, teratasi sebagian dan
Memonitor tingkat, implementasi
irama, kedalaman, dan dilanjutkan.
respirasi. Setelah
31 Mei 2017
dilakukan implementasi
didapatkan evaluasi
didapatkan tanda-tanda keperawatan dengan
vital T 38,2° C, HR 124 kriteria hasil Ny.T
x/i, P 38 x/i, CRT < 2 mengatakan nafas anak
detik, kulit tampak tidak sesak saat
membiru. istirahat, frekuensi
pernafasan 35x/i,
30 Mei 2017 saturasi 02 90%, pO2
Implementasi yang 80 mmHg, pC02 40
mmHg. Masalah
dilakukan melakukan
teratasi sebagian dan
memonitor tekanan implementasi
darah, nadi, suhu, dan dilanjutkan
status pernafasan,
memonitor denyut
jantung, memonitor
Memonitor

tingkat,
irama, kedalaman, dan
respirasi.

Setelah
dilakukan
implementasi
didapatkan tanda-tanda
vital T 38,2° C, HR
124 x/i, P 38 x/i, CRT
< 2 detik, kulit tampak
membiru.

31 Mei 2017
Implementasi yang
dilakukan melakukan
memonitor tekanan
darah, nadi, suhu, dan
status pernafasan,
memonitor denyut
jantung, memonitor
suara paru-paru,
Memonitor warna
kulit, Menilai
Cavilarev,
Memonitor tingkat,
irama, kedalaman, dan
respirasi. Setelah
dilakukan
implementasi
27-31 Hipertermi 27 Mei 2017tanda-tanda 27 Mei 2017
didapatkan
Mei berhubungan Implementasi Didapatkan evaluasi
2017 dengan proses keperawatan teratasi
infeksi yang pada hari ke 4
dengan kriteria hasil,
dilakukan mengukur
Ny.T mengatakan
dan memantau anak tidak panas lagi,
badan teraba dingin,
TTV anak tidak gelisah,
(Tekanan darah, nadi, suhu 3 7,5° C ,
suhu dan pemapasan), leukosit 18.000 mm
3

memonitor warna kulit (6.000- 18.000/


mm3 ).
di dahi, ketiak dan mg iv.
lipatan paha. Setelah
dilakukan implementasi
di dapatkan anak masih 29 Mei 2017
Implementasi yang
demam, ada penurunan
dilakukan mengukur
suhu tubuh, kulit teraba
dan
panas, tampak sesak, T
38,4° C, HR 93 x/i, P
30 x/i. Terpasang IVFD Terpasang IVFD KA-
KA-EN IB 8tts/i. EN IB 8tts/i. Ampicillin
4 x 125 mg iv,
Ampicillin 4 x 125 mg
Gentamicin 2 x 12 mg
iv, Gentamicin 2 x 12 iv. Masalah teratasi dan
mg iv. intervensi
dilanjutkan.
28 mei 2017
Implementasi 28 mei 2017
Didapatkan evaluasi
yang keperawatan teratasi
dilakukan mengukur pada hari ke 4 dengan
kriteria hasil, Ny.T
dan memantau mengatakan anak tidak
panas lagi, badan teraba
TTV dingin, anak tidak
(Tekanan darah, nadi, gelisah, suhu 3 7,5° C ,
suhu dan pemapasan), leukosit 18.000 mm3
memonitor warna kulit (6.000- 18.000/ mm3 ).
Terpasang IVFD KA-
dan suhu, monitor suhu
EN IB 8tts/i. Ampicillin
setiap 3 jam, 4 x 125 mg iv,
melakukan Gentamicin 2 x 12 mg
pengompresan air iv. Masalah teratasi dan
hangat di dahi, ketiak intervensi
dan lipatan paha. dilanjutkan.
Setelah dilakukan
29 Mei 2017
implementasi di
Didapatkan evaluasi
dapatkan anak masih keperawatan teratasi
demam, ada penurunan pada hari ke 4 dengan
suhu tubuh, kulit teraba kriteria hasil, Ny.T
panas, tampak sesak, T mengatakan anak tidak
38,4° C, HR 93 x/i, P panas lagi, badan teraba
dingin, anak tidak
30 x/i. Terpasang IVFD
gelisah, suhu 3 7,5° C ,
KA-EN IB 8tts/i. leukosit 18.000 mm3
Ampicillin 4 x 125 mg (6.000- 18.000/ mm3 ).
iv, Gentamicin 2 x 12 Terpasang IVFD KA-
EN IB 8tts/i. Ampicillin
4 x 125 mg iv,
Gentamicin 2 x 12 mg
iv. Masalah teratasi dan
intervensi
dilanjutkan.
(Tekanan
memantau darah, nadi,TTVdemam, ada penurunan
suhu dan pemapasan), suhu tubuh, kulit teraba
memonitor warna kulit panas, tampak sesak, T
dan suhu, monitor suhu 38,4° C, HR 93 x/i, P
setiap 3 jam, 30 x/i. Terpasang IVFD
melakukan KA-EN IB 8tts/i.
pengompresan air Ampicillin 4 x 125 mg
hangat di dahi, ketiak 30 Mei 2017
dan lipatan paha. Didapatkan evaluasi
Setelah dilakukan keperawatan teratasi
pada hari ke 4 dengan
implementasi di
kriteria hasil, Ny.T
dapatkan anak masih mengatakan anak tidak
demam, ada penurunan panas lagi, badan teraba
suhu tubuh, kulit teraba dingin, anak tidak
panas, tampak sesak, T gelisah, suhu 3 7,5° C ,
38,4° C, HR 93 x/i, P leukosit 18.000 mm
3

30 x/i. Terpasang IVFD (6.000- 18.000/ mm ).


3

Terpasang IVFD KA-


KA-EN IB 8tts/i.
EN IB 8tts/i. Ampicillin
Ampicillin 4 x 125 mg 4 x 125 mg iv,
iv, Gentamicin 2 x 12 Gentamicin 2 x 12 mg
mg iv. iv. Masalah teratasi dan
intervensi
30 Mei 2017 dilanjutkan.
Implementasi
31 Mei 2017
yang Didapatkan evaluasi
keperawatan teratasi
dilakukan mengukur
pada hari ke 4 dengan
dan memantau kriteria hasil, Ny.T
mengatakan anak tidak
TTV panas lagi, badan teraba
(Tekanan darah, nadi, dingin, anak tidak
suhu dan pemapasan), gelisah, suhu 3 7,5° C,
leukosit 18.000 mm3
memonitor warna kulit
(6.000- 18.000/ mm3 ).
dan suhu, monitor suhu Terpasang IVFD KA-
setiap 3 jam, EN IB 8tts/i. Ampicillin
melakukan 4 x 125 mg iv,
pengompresan air Gentamicin 2 x 12 mg
hangat di dahi, ketiak iv. Masalah teratasi dan
dan lipatan paha. intervensi
dilanjutkan.
Setelah dilakukan
implementasi di
dapatkan anak masih
iv, Gentamicin 2 x 12
mg iv.

31 Mei 2017
Implementasi

yang
dilakukan mengukur
dan memantau

TTV
(Tekanan darah, nadi,
suhu dan pemapasan),
memonitor warna kulit
dan suhu, monitor suhu
setiap 3 jam,
melakukan
pengompresan air
hangat di dahi, ketiak
dan lipatan paha.

Setelah
dilakukan
implementasi di
dapatkan anak masih
demam, ada penurunan
suhu tubuh, kulit
teraba panas, tampak
Lampiran 2
FORMAT PENGKAJIAAN KEPERAWATAN ANAK

Hari Tanggal Jam


Waktu pengkajian
Sabtu 27 Mei 2017 10.30

Rumah sakit/ klinik/ puskesmas : RSUP Dr. M. Djamil Padang


Ruangan : Ruang HCU IRNA Kebidanan dan Anak
Tanggal masuk RS : 26 Mei 2017
No. Rekam Medik : 919847
Sumber informasi : ibu, laporan status
XII. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA
4. IDENTITAS ANAK
Nama/ panggilan An.F
Tanggal lahir/ umur 28 Mei 2015
Jenis kelamin Laki -laki
Agama Islam
Pendidikan -
Anak ke/ jumlah saudara Pertama
Diagnose Medis PJB dengan Bronkopneumoia

5. IDENTITAS ORANGTUA | IBU AYAH


Nama Ny.N Tn.P
Umur 29 Tahun 32 Tahun
Agama Islam Islam
Suku bangsa Indonesia Indonesia
Pendidikan S M I< SMP
Pekerjaan IR.T SWASTA
Alamat Jin pasar karupuak,kuranji,padang

6. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH


N Nama Usia Jenis Hub. pendidika Status ket
o (inisial) (bl/th) kelami Dg n kesehata
1. n KK n
2.
3.
XIII. RIWAYAT KESEHATAN
KELUHAN An. F (partisipan 2) berumur 2 tahun datang ke
UTAMA RSUP Dr. M. Djmail Padang pada tanggal 26
Mei 2017 pukul 15. 30 WIB rujukan dari RSUD
Rasyidin padang. Pasien datang dengan keluhan
sesak nafas sejak 4 jam sebelum masuk Rumah
Sakit , muntah-muntah sejak 4 jam yang lalu
sebelum masuk rumah sakit frekuensi 2x jumlah
3-4 sendok makan. Demam sejak 1 hari yang
lalu,batuk-batuk sejak 8 hari yang lalu dan nafsu
makan menurun. Pasien datang dalam kondisi
tanda-tanda vital yaitu, HR : 132x/i, RR : 46x/i,
dan suhu : 39° C. Pasien di diagnosa dengan
penyakit bronkopneumonia.

4. Riawayat Kesehatan Sekarang

Pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada tanggal 27 Mei 2017 Pukul 10.30
WIB, Ny.N mengatakan nafas Anak sesak, batuk-batuk berdahak, nafsu makan
menurun, badan teraba panas, terpasang oksigen binasai 3 1/i.

5. Riwayata kesehatan dahulu


e. Prenatal
Riwayat gestasi G1 Pl A0H1
HPHT 3 Juni 2014
Pemeriksaan kehamilan Bidan
Frekuensi 2x
Imunisasi HB 0 Ada
Masalah waktu hamil Tidak ada
Sikap ibu sewaktu kehamilan Baik
Emosi ibu sewaktu hamil Labil
Obat- obat yang digunakan Vit C, tablet Fe
Perokok Tidak
Alkohol Tidak
f. Intranatal
Tanggal persalinan 28 Mei 2015
BBL/PBL 3 kg / 47 cm
Usia gestasi saat lahir 9 bulan 2 minggu
Tempat pesalinan RS Bayangkara
Penolong persalinan Dokter spesialis kandungan
Jenis persalinan Cesar
penyulit persalinan Tidak ada
g. Post natal (24 jam)
APGAR skor Anak baru menangis 5 menit siap melahirkan
Inisiasi menyusui dini (IMD Tidak ada
Kelainan kongenital Ada kelainan pada kelamin
h. Penyakit yang pernah diderita anak
Penyakit yang pernah diderita anak pernah menderita penyakit epilepsi,
cerebral palcy, small PDA, dan Bronkopneumonia. Ny.N mengatakan An.F
sudah 7 kali dirawat di rumah sakit dengan diagnosa yang sama. Sebelumnya
pasien dirawat 7 bulan terakhir di rumah sakit Rasidyn selama 1 minggu lalu
pulang dengan melanjutkan terapi antibiotik dirumah.

6. Riwayat kesehatan keluarga


Anggota keluarga pernah sakit Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga,
Ny.N mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang pernah menderita penyakit yang sama
dengan An.F. riwayat imunisasi An.F hanya
mendapat imunisasi HB 0 saat lahir. Pada usia
6 bulan miring kiri miring kanan, dan sampai
saat usia saat ini An.F hanya bisa seperti itu.
Ny.N mengatakann vetilasi rumah kurang,
halaman perkarangan tidak dekat jalan, wc
ada, sumber air minum air galon, tembat
pembuangan sampah di depan rumah dan
dibakar.
Riwayat penyakit keturunan Tidak ada

XIV. RIWAYAT IMUNISASI


BCG Tidak ada Simpulan: imunisasi
DPT Tidak ada tidal lengkap
Polio Tidak ada
Hepatitis B Tidak ada
Campak Tidak ada
XV. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Anak sampai umur saat ini tidak bisa melakukan aktifitas bermain, anak hanya
tidur dan berbaring.

XVI. LINGKUNGAN
Rumah : Ny.N mengatakann vetilasi rumah kurang, halaman perkarangan tidak
dekat jalan, wc ada, sumber air minum air galon, tembat pembuangan sampah di
depan rumah dan dibakar.

XVII. PENGKAJIAN KHUSUS


B. ANAK
4. Pemeriksaan fisik
q. kesadaran Compos mentis
GCS: E: 4 M : 6 V: 5 jumlah: 15
r. tanda vital Suhu: 39° C. RR: 46 x/m HR: 130 x/m TD: mmHg

s. posture BB: 7 Gr atau Kg PB/TB: 75 Cm

t. kepala Pemeriksaan kepala normal

u. mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis,


sklera tidak ikterik, reflek pupil isokor, reflek kedip
ada
v. hidung simetris, bersih, pernafasan cuping hidung negatif,
sinosis negatif, terpasang oksigen binasai 3L/i

w. mulut bibir agak pucat, mukosa bibir kering, platum


menghadap ke atas

x. telinga tidak ditemukan adanya infeksi

y. leher Pembesaran kelenjar getah bening: negatif


Pembesaran vena junggularis: negatif
z. dada

- thoraks didapatkan inspeksi tampak adanya retraksi dinding


dada, perkusi terdengar sonor, auskultasi terdengar
ronchi positif, weezhing positif

- jantung palpasi ictus cordis teraba, saat auskultasi terdengar


bunyi pekak, irama ireguler
aa. abdomen tidak ada distensi, tidak ada nyeri tekan, bisisng usus
normal.
bb. kulit akral teraba hangat, tidak ada udem, tidak ada lesi.
cc. ekstremitas atas Ekstremitas atas akral hangat, crt < 2 dtk,tidak ada
lesi
dd. ekstremitas bawah Ekstremitas bawah akral teraba hangat, crt <2 dtk ,
tidak ada lesi
ee. genitalia dan anus Ada kelainan
ff. pemeriksaan tanda Tidak dilakukan
rangsangan
meningeal
5. tempramen dan
daya adaptasi Easy child
Kakater santai
Temperamen mudah
Kebiasaan yang teratur dan mudah di prediksi
Mudah beradaptasi terhadap perubahan
Difficult child
Sangat aktif
peka rangsangan
kebiasaan yang tidak tidur
lambat adaptasi dg rutinitas, orang/ situasi baru
sering menanggis
Slow- to- warm up child
Reaksi negatif terhadap stimulasi baru
Lambat beradaptasi
Tidak aktif
6. kebiasaan sehari- hari
g. nutrisi dan cairan ASI dan susu pendamping selama umur 6 bulan,
setelah umur 6 bulan An. F diberikan makan
promina dan nasi tim
h. istrahat dan tidur Siang: siang An.F 3-4 Malam: tidur malam
jam dengan kualitas sedikit frekuensi tidur
nyenyak lebih kurang 4-6
jam/hari dikarenakan
anak sesekali sesak dan
rewel
i. eliminasi BAK: normal BAB: normal

j. personal hygiene Tidak masalah


k. aktifitas bermain Tidak ada
1. rekreasi Pola rekreasi keluarga: tidak ada
XVIII. DATA PENUNJANG
Laboratorium Pemeriksaan penunjang pada tanggal 26 Mei
2017 Leukosit 22.390 / mm3 (6.000-18.000/
mm3 ), hematokrit 31% (40-48 %), eosinofil 0%
(1-4%), Natrium 125 Mmol/L (136-145 mmol/L),
klorida serum 72 Mmol/L (97-111 mmol/L),
AGD pH 7.55 (7,38-7,42), pCO2 26 mmHg (38-
42 mmHg), pO2
117 mmHg (75-100 mmHg).

radiologi pemeriksaan radiologi didapatkan trachea ditengah,


jantung kesan tidak memebesar, aorta dan
mediastinum superior tidak melebar, kedua hilius
tidak menebal, tampak infiltrat di perihiler dan
perikardial kedua paru, kedua diafragma licin kedua
sinus costrofenicus lancip, tulang intak tak tampak
destruksi.

Terapi medis Terapi medis yang didapatkan An.F IVFD KA-EN


IB 8 tts/i Ampicillin 4 x 150 g iv, Gentamicin 2 x 14
g iv, Luminal 2 x 15 g iv, Dexametason 3 x 1 g iv,
tiroksin 1 x 25 mg, ambroxol 3 x 7,5 mg

XIX. ALISA DATA


Data Masalah Etiologi

Data subjektif Ny.N Ketidakefektifan Penumpukan sekret di


mengatakan An.F masih bersihan jalan nafas jalan nafas
batuk-batuk disertai
dahak. Data objektif
An.F tampak batuk-
batuk,
pasien tampak gelisah,
pasien tampak rewel,
terdapat retraksi dinding
dada, frekuensi napas
yaitu 46 x/i, bunyi napas
bronkovaskuler dan
terpasang oksigen nasal
canul 2 liter/menit.
Tampak bercak infiltrat
di perihiler dan
perikardial kedua paru.
Data subjektif Ny.N Ketidakefektifan pola Hiperventilasi
mengatakan An.F masih nafas
terlihat sesak dan
gelisah. Dataobjektif
yang
didapatkan yaitu napas
pasien tampak sesak,
terdapat retraksi dinding
dada, frekuensi napas
yaitu 46 x/i, bunyi napas
bronkovaskuler

dan
Data subjektif Ny.T Gangguan pertukaran Ketidakseimbangan
mengatakan bahwa gas perfusi ventilasi
anaknya masih terlihat
sesak. Data objektif
pasien terpasang oksigen
dengan binasai 2 1/i,
pasien tampak sesak
napas, hasil AGD yaitu,
pH 7.55 (7,38-7,42),
pCO2 26 mmHg (38-42
mmHg), pO2 117 mmHg
(75-100 mmHg), SO2
99% (94-100%)

Data subjektif Ny.N Hipertermi Proses infeksi


mengatakan badan An.F
teraba panas dan
berkeringat. Data
objektif kulit teraba
panas, warna kulit
kemerahan, suhu 39°C ,
Leukosit 22.390 / mm3
(6.000-
18.000/mm3).

XX. DIAGNOSA KEPERAWATAN


N DIAGNOSA DITEMUKAN DISELESAIKAN
O TGL PARAF TGL PARAF
Ketidakefektifan 27-05-
1
bersihan jalan 2017
nafas b/d
penumpukan
sekret di jalan
nafas
2 Ketidakefektifan 27-05-
pola nafas b/d 2017
hiperventilasi
3 Gangguan 27-05-
pertukaran gas b/d 2017
keti dakseimb
angan perfusi
4 Hipertermi b/d 27-05-
proses infeksi 2017

XXI. INTERVENSI KEPERAWATAN


N DIAGNOSA NOC NIC
O KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan b. Respiratory Airway Suction
Bersihan Jalan Nafas Status 6) Pastikan
Ventilation kebutuhan oral
Batasan karakterstik : suctioning
7) Suara nafas Kriteria hasil : 7) Auskultasi suara
tambahan 8) Frekuensi nafas sebelum
8) Perubahan pernafasan dan sesudah
frekuensi napas dalam batas suctioning
9) Sianosis normal (40- 8) Informasikan pada
10)Penurunan bunyi 50x/menit) klien dan
nafas 9) Irama keluarga tentang
11) Sputum dalam pernafasan suctioning
jumlah yang 10) Kedalaman 9) Monitor status
berlebih inpirasi oksigen pasien
12)Gelisah 11) Tidak ada 10) Berikan oksigen
suara nafas dengan
Faktor yang tambahan menggunakan
berhubungan dengan : 12) Pernafasan nasal untuk
obstruksi jalan nafas cuping hidung memfasilitasi
5) Spasmejalan tidak ada suction
nafas 13) Tidak ada nasotrakeal
6) Mukus dalam penggunaan
jumlah berlebihan otot bantu Airway
7) Sekresi dalam nafas Management
bronki 14) Akumulasi 7) Buka jalan nafas
8) Benda asing di sputum 8) Posisikan pasien
jalan nafas umtuk
b. Respiratory memaksimalkan
ventilasi
Patency pemasangan alat
jalan nafas
Kriteria hasil : 10) Lakukan
4) Respiratory rate fisioterapi dada
dalam rentang bila perlu
normal 11) Auskultasi suara
5) Pasien tidak nafas, catat
cemas adanya suara
6) Menunjukkan tambahan
jalan nafas 12) Monitor status
yang paten respirasi dan 02

Cough
Enhancement
4) Bantu pasien
untuk posisi
duduk
5) Dorong pasien
untuk melakukan
latihan nafas
dalam
6) Dorong pasien
untuk tarik nafas
dalam selama 2
detik dan
batukkan,
lakukan
2 atau 3 kali
berturut-turut

Vital Sign
Monitoring
11)Monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR
12)Catat adanya
fluktasi tekanan
darah
13)Monitor vital sign
saat pasien
berbaring,
duduk atau
berdiri
14)Monitor TD,
nadi, RR,
sebelum, selama
dan setelah
aktifi tas
15)Monitor kualitas
17)Monitor suara
paru
18)Monitor pola
pernafasan
abnormal
19)Monitor suhu,
dan kelembapan
kulit
20) Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign

2 Ketidakefektifan Pola Manajemen Jalan


Nafas Nafas
a. Status 11) Posisikan
Batasan karakteristik: Pernafasan pasien
9) Perubahan kedalaman
pernafasan Kriteria hasil : untuk
10) Bradipnea 23) Frekuensi memaksimalkan
11) Penurunan tekanan pernafasan ventilasi
inspirasi normal (40- 12) Lakukan
12) Penurunan tekanan 50x/menit) fisioterapy dada
ekspirasi 24) Irama jika perlu
13) Penurunan kapsitas pernafasan 13) Motivasi
vital normal pasien
14) Dipsnea 25) Kedalaman
15) Pernafasan cuping inspirasi untuk
hidung 26) Suara bernafas
16) Penggunaan otot auskultasi
aksesori s untuk pernafasan pelan,
bernafas normal dalam, berputar,
27) Kepatenan dan batuk
Faktor yang jalan nafas 14) Gunakan
berhubungan 28) Volume tidal teknik
4) Hiperventilasi 29) Kapasitas vital
5) Kerusakan neurologis 30) Penggunaan yang
Keletihan otot pernafasan otot bantu menyenangkan
nafas tidak ada untuk
31) Retraksi memotivasi
dinding dada bernafas
tidak ada
32) Sianosis tidak dalam
ada kepada anak-
33) Suara nafas anak
tambahan tidak 15) Auskultasi
ada suara nafas, catat
area
13) Monitor
b. Status efektifitas terapi
Pernafasan : oksigen
Kepatenan 14) Amati tanda-
Jalan Nafas tanda

Kriteria hasil : adanya


15) Frekuensi hipoventilasi
pernafasan oksigen
normal (40- 15) Sediakan
50x/nmenit) oksigen
16) Irama
pernafasan ketika
17) Suara nafas pasien dibawah /
tambahan dipidahkan
18) Pernafasan
cuping hidung Monitor Pernafasan
19) Dipsnea saat 13) Monitor
istirahat kecepatan,
20) Batuk irama,
21) Akumulasi kedalaman
sputum
dan
kesulitan
bernafas
14) Catat
pergerakan
dinding dada dan
pengunaan

otot
bantu
15) Monitor suara
nafas
3 Gangguan Pertukaran c. Status Monitor Vital Sign
Gas Pernafasan : 11)Memonitor
Pertukaran tekanan
Batasan karakteristik: Gas
6) pH darah arteri darah,
abnormal Kriteria hasil: nadi, suhu, dan
7) pernafasan 13) Tekanan status
abnormal ( mis, parsial oksigen pernafasan
kecepatan, irama, dalam 12)Memonitor
kedalaman) Denyut jantung
8) warna kulit darah 13)Memonitor suara
abnormal (pucat) arteri (po2) paru-paru
9) sianosis 14) Tekanan 14)Memonitor warna
10)nafas cuping parsial oksigen kulit
dalam 15)Menilai
hidung 15) Saturasi Monitor Pernafasan
oksigen 11) Memonitor
Faktor yang 16) Keseimbang tingkat,
berhubungan : an kedalaman, dan
3) perubahan perfusi respirasi
membran 17) Dyspnea 12) Memonitor
-kapiler pada gerakan dada
ventilasi pervusi istirahat 13)Monitor
18) Sianosis bunyi
pernafasan
14)Auskultasi bunyi
paru
15)Memonitor
dyspnea dan hal
yang
meningkatkan
dan
memperburuk
kondisi

Terapi Oksigen
7) Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
8) Monitor
aliran
oksigen
9) Amati tanda-tanda
4 Hipertermi c. Termoregulasi Perawatan Demam
21) Pantau suhu
Batasan karakteristik: Kriteria hasil : dan tanda vital
5) Kulit kemerahan 13) Berkeringat lainnya
6) Peningkatan suhu saat panas 22) Monitor
tubuh perkisaran 14) Tingkat warna kulit
diatas normal pernafasan 23) Monitor
7) Kejang 15) Peningkatan asupan dan
8) Kulit terasa suhu kulit keluaran, sadari
hangat 16) Hipertermia perubahan
Faktor yang 17) Sakit kepala kehilangan
berhubungan : 18) Dehidrasi yang tak
4) Pemajanan dirasakan
lingkungan yang c. Status cairan IV
panas Neurologis 25) Tutup pasien
5) Penyakit dengan selimut
Peningkatan laju Kriteria hasil : atau pakaian
metabolisme 13) Kesadaran ringan
14) Pola 26) Dorong
bernafas konsumsi cairan
15) Pola istirahat 27) Fasilitasi
dan tudur istirahat,
16) Laju terapkan
pernafasan pembatasan
17) Hipertermia aktifi tas jika
18) Aktivitas diperlukan
kejang 28) Berikan oksigen
yang sesuai
d. Tanda Tanda 29) Tingkatkan
Vital sirkulasi udara
30) Mandikan pasien
Kriteria hasil : dengan spons
11) Suhu tubuh hangat dengan
12) Tingkat hati-hati
pernafasan Pengaturan Suhu
13) Irama 9) Monitor suhu
pernafasan paling tidak
14) Tekanan nadi setiap 2 jam
15) Kedalaman sesuia
inspirasi kebutuhan
10)Monitor dan
laporkan adanya
tanda gejala
hipotermia dan
hipertermia
11)Tingkatkan intake
cairan dan
nutrisi adekuat
12)Berikan
pengobatan
antipiuretik
sesuai
kebutuhan

Manajemen
Pengobatan
6) Tentukan obat
apa yang
diperlukan, dan
kelola menurut
resep dan/atau
protokol
7) Monitor
efektifitas cara
pemberian obat
yang sesuai
XXII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TGL/ DIAGNOSA
IMPLEMENTASI EVALUASI
HAR KEPERAWATAN
27-31 Keti dakefektifan 27 Mei 2017 27 Mei 2017
Mei bersihan jalan nafas memonitor aliran O2, hasil Ny.N
2017 tidak efektif b/d mengauskultasi suara mengatakan dahak
penumpukan sekret
nafas dan mencatat An. F sudah
dijalan nafas
adanya suara berkurang, frekuensi
tambahan, nafas normal,
memperhatikan penggunaan otot
gerakan dada saat bantu pernafasan
inspirasi- ekspirasi, masih ada, anak
pemeberian mendapatkan
ambroxol 3 x 7.5 mg. ambroxol 3 x 7,5 mg.
Setelah dilakukan Masalah teratasi
tindakan di dapatkan sebagian intervensi
sekret dijalan nafas dilanjutkan.
sudah berkurang,
pasien masih sesak, 28 Mei 2017
tarikan dinding dada hasil Ny.N
masih ada, tampak mengatakan dahak
penggunaan otot bantu An. F sudah
pernafasan, T 38,6° C, berkurang, frekuensi
HR 100 x/i, P 35 x/i. nafas normal,
penggunaan otot
28 Mei 2017 bantu pernafasan
memonitor aliran O2, masih ada, anak
mengauskultasi suara mendapatkan
nafas dan mencatat ambroxol 3 x 7,5 mg.
adanya suara Masalah teratasi
tambahan, sebagian intervensi
memperhatikan dilanjutkan.
ambroxol 3 x 7.5 mg. dahak An. F sudah
Setelah dilakukan berkurang, frekuensi
tindakan di dapatkan nafas normal,
sekret
dijalan nafas penggunaan otot bantu
sudah berkurang, pasien pernafasan masih ada,
masih sesak, tarikan anak mendapatkan
dinding dada masih ada, ambroxol 3 x 7,5 mg.
tampak penggunaan otot Masalah teratasi
bantu pernafasan, T sebagian intervensi
38,6° C, HR 100 x/i, P dilanjutkan.
35 x/i.
30 Mei 2017
29 Mei 2017 hasil Ny.N mengatakan
memonitor aliran O2, dahak An. F sudah
mengauskultasi suara berkurang, frekuensi
nafas dan mencatat nafas normal,
adanya suara tambahan, penggunaan otot bantu
memperhatikan gerakan pernafasan masih ada,
dada saat inspirasi- anak mendapatkan
ekspirasi, pemeberian ambroxol 3 x 7,5 mg.
ambroxol 3 x 7.5 mg. Masalah teratasi
Setelah dilakukan sebagian intervensi
tindakan di dapatkan dilanjutkan.
sekret dijalan nafas sudah
berkurang, pasien masih 31 Mei 2017 hasil Ny.N
sesak, tarikan dinding mengatakan dahak An.
dada masih ada, tampak F sudah berkurang,
penggunaan otot bantu frekuensi nafas normal,
pernafasan, T 38,6° C, penggunaan otot bantu
HR 100 x/i, P 35 x/i. pernafasan masih ada,
anak mendapatkan
30 Mei 2017 ambroxol 3 x 7,5 mg.
memonitor aliran O2, Masalah teratasi

mengauskultasi suarasebagian intervensi


nafas dan mencatatdilanjutkan.
adanya suara tambahan,
memperhatikan gerakan dada saat inspirasi-
ekspirasi, pemeberian ambroxol 3 x 7.5 mg.
Setelah dilakukan
tindakan di dapatkan
sekret dijalan nafas
sudah berkurang,
pasien masih sesak,
tarikan dinding dada
masih ada, tampak
penggunaan otot bantu
pernafasan, T 38,6° C,
HR 100 x/i, P 35 x/i.

31 Mei 2017
memonitor aliran O2,
mengauskultasi suara
nafas dan mencatat
adanya suara
tambahan,
memperhatikan
gerakan dada saat
inspirasi- ekspirasi,
pemeberian
ambroxol 3 x 7.5 mg.
Setelah dilakukan
tindakan di dapatkan
sekret dijalan nafas
sudah berkurang,
pasien masih sesak,
tarikan dinding dada
masih ada, tampak
penggunaan otot bantu
pernafasan, T 38,6° C,
HR 100 x/i, P 35 x/i.

27-31 Keti dakefektifan 27 Mei 2017 27 Mei 2017


Mei pola nafas Implementasi yang Evaluasi yang
2017 b/d dilakukan mengatur didapatkan Ny.N
hiperventilasi
posisi 30° , mengatur mengatakan nafas
peralatan oksigenasi, An.F sudah tidak
monitor aliran oksigen, sesak, An.F tampak
pertahankan posisi tenang, frekuensi
pasien semifowler, nafas 30x permenit,
pasien
observasi tanda-tanda terpasang oksigen
hipoventilasi dengan nasal kanul 2 liter,
menghitung frekuensi dan bisa melepaskan
napas dan irama napas. bantuan oksigen
Setelah dilakukan tanpa disertai sesak
implementasi nafas. Masalah
didapatkan masih teratasi
terdapat retraksi sebagian intervensi
dinding dada, dilanjutkan.
pernafasan
menggunakan otot 28 Mei 2017
bantu, dan, dengan Evaluasi yang
tanda-tanda vital T didapatkan Ny.N
38,6° C, HR 100 x/i, P mengatakan nafas
35 x/i. An.F sudah tidak
sesak, An.F tampak
tenang, frekuensi
28 Mei 2017 nafas 30x permenit,
Implementasi yang pasien terpasang
dilakukan mengatur oksigen
posisi 30° , mengatur nasal kanul 2 liter,
peralatan oksigenasi, dan bisa melepaskan
monitor aliran oksigen, bantuan oksigen
pertahankan posisi tanpa disertai sesak
pasien semifowler, nafas. Masalah
observasi tanda-tanda teratasi
hipoventilasi dengan sebagian intervensi
menghitung frekuensi dilanjutkan.
napas dan irama napas.
Setelah dilakukan 29 Mei 2017
implementasi Evaluasi yang
didapatkan masih didapatkan Ny.N
terdapat retraksi mengatakan nafas
dinding dada, An.F sudah tidak
pernafasan sesak, An.F tampak
menggunakan otot tenang, frekuensi
bantu, dan, dengan nafas 30x permenit,
tanda-tanda vital T pasien terpasang
38,6° C, HR 100 x/i, P oksigen
35 x/i. nasal kanul 2 liter,
dan bisa melepaskan
29 Mei 2017 bantuan oksigen
Implementasi tanpa disertai sesak
pasien semifowler,
observasi tanda-tanda 30 Mei 2017
hipoventilasi dengan Evaluasi yang
menghitung frekuensi didapatkan Ny.N
napas dan irama napas. mengatakan nafas
Setelah dilakukan An.F sudah tidak
implementasi sesak, An.F tampak
didapatkan masih tenang, frekuensi
terdapat retraksi nafas 30x permenit,
dinding dada, pasien terpasang
pernafasan oksigen
menggunakan otot nasal kanul 2 liter,
bantu, dan, dengan dan bisa melepaskan
tanda-tanda vital T bantuan oksigen
38,6° C, HR 100 x/i, P tanpa disertai sesak
35 x/i. nafas. Masalah
teratasi
30 Mei 2017 sebagian intervensi
Implementasi yang dilanjutkan.
dilakukan mengatur
posisi 30° , mengatur 31 Mei 2017
peralatan oksigenasi, Evaluasi yang
monitor aliran oksigen, didapatkan Ny.N
pertahankan posisi mengatakan nafas
pasien semifowler, An.F sudah tidak
observasi tanda-tanda sesak, An.F tampak
hipoventilasi dengan tenang, frekuensi
menghitung frekuensi nafas 30x permenit,
napas dan irama napas. pasien terpasang
Setelah dilakukan oksigen
implementasi nasal kanul 2 liter,
didapatkan masih dan bisa melepaskan
terdapat retraksi bantuan oksigen
dinding dada, tanpa disertai sesak
pernafasan nafas. Masalah
menggunakan otot teratasi
bantu, dan, dengan sebagian intervensi
tanda-tanda vital T dilanjutkan.
38,6° C, HR 100 x/i, P
35 x/i.

31 Mei 2017
Implementasi
pasien semifowler,
observasi tanda-tanda
hipoventilasi dengan
menghitung frekuensi
napas dan irama napas.
Setelah dilakukan
implementasi
didapatkan masih
terdapat retraksi
dinding dada,
pernafasan
menggunakan otot
bantu, dan, dengan
tanda-tanda vital T
27-31 Gangguan 27 MeiC,2017
38,6° HR 100 x/i, P 27 mei 2017
Mei pertukaran gas b/d Implementasi yang Evaluasi yang
2017 keti dakseimb angan dilakukan memonitor didapatakn Ny.N
perfusi ventilasi tekanan darah, nadi, mengatakan nafas
suhu, dan status anak tidak sesak saat
pernafasan, memonitor istirahat, frekuensi
denyut jantung, pernafasan 30x/i,
memonitor suara paru- saturasi 02 93%, pO2
paru, Memonitor 75 mmHg, pC02 39
warna kulit, Menilai mmHg. Masalah
Cavilarev, Memonitor teratasi sebagian
tingkat, intervensi
irama, kedalaman, dan dilanjutkan.
respirasi. Setelah
dilakukan 28 mei 2017
implementasi Evaluasi yang
didapatkan tanda-tanda didapatakn Ny.N
vital T 38,6° C, HR mengatakan nafas
100 x/i, P 35 x/i, CRT anak tidak sesak saat
< 2 detik. istirahat, frekuensi
pernafasan 30x/i,
28 Mei 2017 saturasi 02 93%, pO2
Implementasi yang 75 mmHg, pC02 39
dilakukan memonitor mmHg. Masalah
tekanan darah, nadi, teratasi sebagian
suhu, dan status intervensi
pernafasan, memonitor dilanjutkan.
denyut jantung,
memonitor suara paru- 29 mei 2017
paru, Memonitor Evaluasi yang
warna kulit, Menilai didapatakn Ny.N
Cavilarev, Memonitor mengatakan nafas
tingkat,
dilakukan implementasi anak tidak sesak saat
didapatkan tanda-tanda istirahat, frekuensi
vital T 38,6° C, HR 100 pernafasan 30x/i,
x/i, P 35 x/i, CRT < 2 saturasi 02 93%, pO2
detik. 75 mmHg, pC02 39
mmHg. Masalah
29 Mei 2017 teratasi sebagian
Implementasi yang intervensi dilanjutkan.
dilakukan memonitor
tekanan darah, nadi, suhu, 30 mei 2017 Evaluasi
dan status pernafasan, didapatakn
memonitor denyut mengatakan yang
jantung, anak tidak Ny.N
memonitor suara paru- sesak saat nafas
paru, Memonitor warna istirahat,
kulit, Menilai Cavilarev, frekuensi pernafasan
Memonitor tingkat, 30x/i, saturasi 02 93%,
irama, kedalaman, dan pO2 75 mmHg, pC02
respirasi. Setelah 39 mmHg. Masalah
dilakukan implementasi teratasi sebagian
didapatkan tanda-tanda intervensi dilanjutkan.
vital T 38,6° C, HR 100
x/i, P 35 x/i, CRT < 2 31 mei 2017 Evaluasi
detik. didapatakn
mengatakan
30 Mei 2017 anak tidak yang
Implementasi yang sesak saat Ny.N
dilakukan memonitor istirahat, nafas
tekanan darah, nadi, suhu, frekuensi
dan status pernafasan, pernafasan 30x/i,
memonitor denyut saturasi 02 93%, pO2
jantung, 75 mmHg, pC02 39
memonitor suara paru- mmHg. Masalah
paru, Memonitor warna teratasi sebagian
kulit, Menilai Cavilarev, intervensi
Memonitor tingkat, dilanjutkan.
irama, kedalaman, dan
respirasi. Setelah
dilakukan implementasi
didapatkan tanda-tanda
vital T 38,6° C, HR 100
x/i, P 35 x/i, CRT < 2
detik.

31 Mei 2017
Implementasi yang
dilakukan memonitor
tekanan darah, nadi,
suhu, dan
status
pernafasan, memonitor
denyut jantung,
memonitor suara paru-
paru, Memonitor
warna kulit, Menilai
Cavilarev, Memonitor
tingkat,
irama, kedalaman, dan
respirasi. Setelah
dilakukan
implementasi
didapatkan tanda-tanda
vital T 38,6° C, HR
100 x/i, P 35 x/i, CRT
27-31 Hipertermi b/d 2017 pengompresan air
Mei proses infeksi Implementasi hangat di dahi, ketiak
2017 dan lipatan paha.
yang Setelah dilakukan
dilakukan mengukur implementasi di
dan memantau dapatkan anak masih
demam, ada penurunan
TTV suhu tubuh, kulit teraba
(Tekanan darah, nadi, panas, tampak sesak, T
suhu dan pemapasan), 38,6° C, HR 100 x/i, P
memonitor warna kulit 35 x/i. Terpasang IVFD
dan suhu, monitor suhu 27 mei 2017
setiap 3 jam, Evaluasi yang
didapatkan Ny.N
melakukan mengatakan anak tidak
pengompresan air demam lagi, badan
hangat di dahi, ketiak tidak teraba panas, anak
dan lipatan paha. tidak gelisah, tidak ada
Setelah dilakukan berkeringat berlebihan
implementasi di suhu
37,8°C , leukosit
dapatkan anak masih
15.000 mm3 (6.000-
demam, ada penurunan 18.000/ mm3 ).
suhu tubuh, kulit teraba Terpasang IVFD KA-
panas, tampak sesak, T EN IB 8 tts/i.
38,6° C, HR 100 x/i, P Ampicillin 4 x 150 g iv,
35 x/i. Terpasang IVFD Gentamicin 2 x 14 g iv.
KA-EN IB 8 tts/i. Masalah teratasi dan
intervensi
Ampicillin 4 x 150 g iv,
dilanjutkan.
Gentamicin 2 x 14 g iv.
28 mei 2017
28 Mei 2017 Evaluasi yang
Implementasi didapatkan Ny.N
mengatakan anak tidak
yang demam lagi, badan
tidak teraba panas, anak
dilakukan mengukur
tidak gelisah, tidak ada
dan memantau berkeringat berlebihan
suhu
TTV 37,8°C , leukosit
(Tekanan darah, nadi, 15.000 mm3 (6.000-
suhu dan pemapasan), 18.000/ mm3 ).
memonitor warna kulit Terpasang IVFD KA-
EN IB 8 tts/i.
dan suhu, monitor suhu
Ampicillin 4 x 150 g iv,
setiap 3 jam, Gentamicin 2 x 14 g iv.
melakukan
Masalah teratasi dan 30 Mei 2017
intervensi Implementasi
dilanjutkan.
yang
29 mei 2017
Evaluasi yang dilakukan mengukur
didapatkan Ny.N dan memantau
mengatakan anak tidak
demam lagi, badan TTV
tidak teraba panas, anak
(Tekanan darah, nadi,
tidak gelisah, tidak ada
suhu dan pemapasan),
berkeringat
memonitor warna kulit
KA-EN IB 8 tts/i.
dan suhu, monitor suhu
Ampicillin 4 x 150 g iv,
setiap 3 jam,
Gentamicin 2 x 14 g iv
melakukan
29 Mei 2017 pengompresan air
Implementasi hangat di dahi, ketiak
dan lipatan paha.
yang Setelah dilakukan
dilakukan mengukur implementasi di
dan memantau dapatkan anak masih
demam, ada penurunan
TTV
berlebihan suhu
(Tekanan darah, nadi,
37,8°C , leukosit
suhu dan pemapasan), 15.000 mm3 (6.000-
memonitor warna kulit 18.000/ mm3 ).
dan suhu, monitor suhu Terpasang IVFD KA-
setiap 3 jam, EN IB 8 tts/i.
melakukan Ampicillin 4 x 150 g iv,
pengompresan air Gentamicin 2 x 14 g iv.
Masalah teratasi dan
hangat di dahi, ketiak
intervensi
dan lipatan paha. dilanjutkan.
Setelah dilakukan
implementasi di 30 mei 2017
dapatkan anak masih Evaluasi yang
demam, ada penurunan didapatkan Ny.N
mengatakan anak tidak
suhu tubuh, kulit teraba
demam lagi, badan
panas, tampak sesak, T tidak teraba panas, anak
38,6° C, HR 100 x/i, P tidak gelisah, tidak ada
35 x/i. Terpasang IVFD berkeringat berlebihan
KA-EN IB 8 tts/i. suhu
Ampicillin 4 x 150 g iv, 37,8°C , leukosit
Gentamicin 2 x 14 g iv 15.000 mm3 (6.000-
18.000/ mm3 ).
Terpasang IVFD KA-
EN IB 8 tts/i.
Ampicillin 4 x 150 g iv,
Gentamicin 2 x 14 g iv.
Masalah teratasi dan
intervensi
dilanjutkan.

31 mei 2017
Evaluasi yang
didapatkan Ny.N
mengatakan anak tidak
demam lagi, badan
tidak teraba panas, anak
tidak gelisah, tidak ada
berkeringat berlebihan
suhu
37,8°C , leukosit
15.000 mm3 (6.000-
18.000/ mm3 ).
Terpasang IVFD KA-
EN IB 8 tts/i.
Ampicillin 4 x 150 g iv,
Gentamicin 2 x 14 g
suhu tubuh, kulit iv. Masalah teratasi
teraba panas, tampak dan
sesak, T 38,6° C, HR
intervensi
100 x/i, P 35 x/i.
dilanjutkan.
Terpasang IVFD KA-
EN IB 8 tts/i.
Ampicillin 4 x 150 g
iv, Gentamicin 2 x 14
g iv

31 Mei 2017
Implementasi

yang
dilakukan mengukur
dan memantau

TTV
(Tekanan darah, nadi,
suhu dan pemapasan),
memonitor warna kulit
dan suhu, monitor suhu
setiap 3 jam,
melakukan
pengompresan air
hangat di dahi, ketiak
dan lipatan paha.

Setelah
dilakukan
implementasi di
dapatkan anak masih
demam, ada penurunan
H —=
• III t

*-

• •<

Anda mungkin juga menyukai