Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

inap, rawat jalan dan gawat darurat (Kepmenkes, 2010).

Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat

pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan rumah sakit

menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan, dan penelitian, serta mencakup

berbagai tingkatan maupun disiplin, agar rumah sakit mampu melaksanakan fungsi

yang profesional baik dibidang teknis medis maupun administrasi kesehatan

(Ery,2010)

Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyeleggarakan pelayanan kesehatan

peorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan

gawat darurat. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, rumah sakit harus

mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu di semua tingkatan, salah

satunya adalah rekam medis yang bermutu.

Menurut Depkes (2005), salah satu pelayanan yang diberikan dalam rumah

sakit adalah rawat inap. Unit rawat inap merupakan unit dari rumah sakit yang

1
memiliki peran penting dalam pelayanan kesehatan untuk observasi, diagnosis,

pengobatan atau upaya pelayanan kesehatan lainnya dengan cara menginap di rumah

sakit. Melihat cukup pentingnya peran instalasi rawat inap ini dalam sebuah rumah

sakit, maka diharapkan instalasi rawat ini memberikan kontribusi yang optimal.

Tidak hanya dalam pelayanan rawat jalan, dalam pelayanan rawat inap

fasilitas pengumpulan data dibutuhkan oleh administrasi, staf kesehatan, petugas

akreditasi, departemen kesehatan, dan lain-lain. Fasilitas rumah sakit harus

disesuaikan, akan tetapi standar pengumpulan dan perhitungan statistik seharusnya

digunakan guna membuat pelaporan dan membandingkan diantara fasilitas-fasilitas

yang serupa (Ery, 2010).

Salah satu indikator yang harus diperhatikan oleh rumah sakit untuk

meningkatkan pelayanan rumah sakit adalah efisiensi pelayanan rawat inap, terutama

pada pemanfaatan tempat tidur.Jumlah tempat tidur yang digunakan dalam pelayanan

rawat inap berpengaruh pada tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur di rumah sakit

tersebut.

Salah satu aktivitas yang rutin dilakukan dalam statistik rumah sakit yaitu

menghitung tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur (TT). Dikatakan efisiensi

dilihat dari dua segi yaitu segi medis meninjau efisiensi dari mutu pelayanan medis

dan dari segi ekonomi meninjau efisiensi dari sudut pendayagunaan sarana dan

prasarna yang ada. Terdapat empat parameter untuk memantau dan menilai tingkat

efisiensi penggunaan tempat tidur untuk bangsal perawatan pasien.

2
Untuk menilai kualitas pelayanan rumah sakit maka National Health Services

(NHS), memperkenalkan 6 (enam) syarat dalam menilai kinerja pelayanan rumah

sakit, salah satunya yaitu efisiensi. Pada pengelolaan unit rawat inap, tingkat efisiensi

dapat meningkatkan mutu pelayanan rawat inap di rumah sakit. Efisiensi merupakan

salah satu indikator kinerja yang mendasari seluruh kinerja pelayanan kesehatan di

rumah sakit, terkhususnya di unit rawat inap (Hatta, 2010).

Menurut PerMenkes RI No.1171/MENKES/PER/VI/2011, indikator-indikator

pelayanan rumah sakit dapat untuk mengetehui tingkat pemanfaatan, mutu, dan

efisiensi pelayanan rumah sakit. Tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur di rumah

sakit diperoleh berdasarkan indikator pelayanan rumah sakit yaitu Bed Occupancy

Ratio (BOR), Average Legth Of Stay (AVLOS), Turn Over Internal (TOI), Bed Turn

Over (BTO).

BOR adalah persentase tempat tidur terisi. AVLOS adalah rata-rata lama pasien

dirawat. TOI adalah rata-rata waktu luang tempat tidur. BTO adalah produktifitas

tempat tidur.

Tabel 1. Indikator Rawatn Inap Menurut Departemen Kesehatan

Indikator Rawat
Standar Ideal
Inap Menurut
NO. Defenisi Standar Ideal Menurut
Grafik Barber
DEPKES
Jhonson
Angka yang menunjuk
1 BOR kan penggunaan TT di
unit Rawat Inap 75 % - 85 % 60 % - 85 %

3
Rata-rata hari dimana
TT tidak ditempati dari
2 AVLOS
telah diisi kesaat terisi
berikutnya. 3 – 12 hari 6 – 9 hari
Rata-rata hari dimana
TT tidak ditempati dari
3 TOI
telah diisi kesaat terisi
berikutnya 1 – 3 hari 1 – 3 hari
Frekwensi pemakaian
TT pada suatu periode,
berapa kali TT dipakai
4 BTO
dalam satu satuan
waktu (biasanya dalam
periode 1 tahun). 30 kali 40 – 50 kali

Penilaian efisiensi pemanfaatan pelayanan rawat inap rumah sakit dapat

dilihat dengan mempergunakan Grafik Barber-Johnson. Grafik Barber-Johnson dapat

melihat efisiensi pengelolaan rumah sakit dalam segi medis, yaitu meninjau efisiensi

dari sudut mutu pelayanan medis dan dari segi ekonomi meninjau efisiensi dari sudut

pendayagunaan sarana yang ada. Grafik ini dapat menyajikan dengan jelas tingkat

efisiensi dari kedua segi tersebut (Soejadi, 1996).

Empat parameter untuk memantau atau menilai tingkat efisiensi penggunaan

tempat tidur yang telah ditentukan dalam suatu periode tertentu. Dari keempat

parameter tersebut kemudian diwujudkan dalam bantuk grafik Barber Jhonson.

Grafik Barber Jhonson sebagai salah satu indikator efisiensi pengelolaan rumah sakit

yang berguna untuk membandingkan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur dan

membandingkan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur antar unit.

4
Keempat parameter tersebut dapat bersatu dalam satu titik di dalam grafik

Barber Johnson, yang secara jelas menyajikan efisiensi penggunaan tempat tidur dan

dapat mengecek kesalahan apabila keempat parameter tidak berkumpul di satu titik.

Apabila titiknya berada di daerah efisien maka rumah sakit tersebut sudah efisien,

tetapi apabila titik-titiknya berada di luar daerah efisien, maka rumah sakit tersebut

dikatakan tidak efisien. Jika dikatakan tidak efisien, rumah sakit perlu membenahi

sistem pengelolaan pelayanan sakit perlu membenahi sistem pengelolaan pelayanan.

Pihak manajemen rumah sakit menyediakan sejumlah tempat tidur untuk

digunakan merawat pasien rawat inap dengan harapan bahwa setiap biaya yang

dikeluarkan untuk membeli dan menyediakan tempat tidur tersebut akan dapat

menghasilkan pemasukan dana dari pasien yang menggunakan tempat tidur tersebut

(Rano, 2010)

Dari aspek ekonomi, tentu pihak manajemen menginginkan agar setiap tempat

tidur yang telah disediakan selalu terisi dan digunakan oleh pasien. Jumlah tempat

tidur yang kosong atau menganggur diharapkan sesedikit mungkin. Semakin lama

seorang pasien menempati sebuah tempat tidur maka akan semakin banyak

menghasilkan uang (Rano,2010)

Dari aspek medis terjadi arah penilaian yang berlawanan. Tim medis akan

lebih senang dan merasa berhasil kerjanya jika seorang pasien bisa segera sembuh

sehingga tidak perlu lama dirawat, jadi tidak menggunakan tempat tidur terlalu lama (

Rano, 2010)

5
Dengan adanya dua sudut pandang yang bisa berlawanan ini, maka diperlukan

cara yang lebih tepat untuk menggambarkan efisiensi penggunaan tempat tidur di

rumah sakit. Dibutuhkan kriteria/parameter untuk menentukan apakah tempat tidur

yang tersedia telah berdaya guna dan berhasil guna (Rano,2010).

Rumah Sakit Materna diklisifikasikan sebagai kelas C dan sebagai pelayanan

kesehatan yang bermutu. Unit pelayanan rawat inap memiliki fasilitas 29 ruangan

yang terdiri dari ruang Super VIP A, Super VIP B, VIP A, VIP B, kelas I, kelas II,

kelas III, ruang anak, ruang persalinan, dan ICU dengan jumlah tempat tidur

sebanyak 60 TT. Berdasarkan data kunjungan rawat inap pasien dalam kurun 1 tahun

2017 dan 2018 periode triwulan.

Tabel 1. Tahun 2017


BULAN BOR LOS TOI BTO
January / Febuary / Maret 28,30 2,98 7,55 8,55
April / Mei / Juni 32,16 3,02 6,36 9,70
July / Agustus / September 33,57 3,06 6,06 10,08
Oktber / November / December 26,94 2,09 5,66 11,88

Tabel 2. Tahun 2018


BULAN BOR LOS TOI BTO
January / Febuary / Maret 17,76 3,73 17,28 4,28
April / Mei / Juni 16,81 3,86 19,08 3,97
July / Agustus / September 19,87 4,19 16,88 4,37
Oktber / November / December 20,71 4,31 16,52 4,42

Berdasarkan data diatas, Hasil perhitungan indikator efisiensi pelayanan rawat

RS Materna Medan dibuat Grafik Barber-Johnson, dimana nilai BOR, LOS, TOI, dan

6
BTO tahun 2017 dan 2018 belum berada di daerah efisien. Oleh karena itu perlu

diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi. Namun, bukan berarti tiap-tiap

bagian di ruang perawatan rawat inap dikatakan tidak efisien.

Berdasarkan teori di atas, maka peneliti tertarik melakukan suatu penelitian

untuk melihat efisiensi pemakaian tempat tidur pasien rawat inap. Penulis tertarik

untuk melakukan suatu penelitian dengan judul "Gambaran Efisiensi Pelayanan

Rawat Inap Berdasarkan Grafik Barber Jhonson Di Rumah Sakit Materna

Medan Tahun 2019".

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran efisiensi pelayanan rawat inap berdasarkan Grafik Barber

Jhonson di RS Materna tahun 2019?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

1. Menghitung performancerumah sakit pada pelaporan triwulan (.BOR,

AVLOS, TOI dan BTO)

2. Mengetahui efisiensi penggunaan tempat tidur dari grafik Barber

Johnson Periode Triwulan

3. Mengetahui penggunaan tempat tidur Periode Triwulan.

7
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui nilai BOR (Bed Occupancy Ratio) di Rumah Sakit

Materna Medan Tahun 2019.

2. Untuk mengetahui nilai AVLOS (Average Length Of Stay) di Rumah

Sakit Materna Medan Tahun 2019.

3. Untuk mengetahui nilai TOI (Turn Over Interval) di Rumah Sakit

Materna Medan Tahun 2019.

4. Untuk mengetahui nilai BTO (Bed Turn Over) di Rumah Sakit

Materna Medan Tahun 2019

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

a. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukkan, pertimbangan dan evaluasi bagi rumah sakit

dalam meningkatkan kualitas pelayanan.

b. Bagi Peneliti

Dapat menambah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pelaksanaan

perhitungan grafik Barber Johnson dan manfaatnya dilapangan.

1.4.2 Mafaat Teoritis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan pertimbangan antara materi kuliah dengan penerapan yang

terjadi dilapangan, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan

8
perhitungan dan manfaat dari grafik Barber Jhonson di RS Materna

Medan

b. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dengan penelitian yang

sama.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian ini belum pernah dilakukan, namun ada beberapa penelitian

lain yang hampir sama dengan penelitian ini diantaranya:

1. Indriani dan Sugiarti (2014) dengan judul penelitian “Gambaran

Efisiensi Penggunaan Tempat Tidur di Ruang Perawatan kelas III di

RSU Daerah Tasikmalaya Tahun 2011 dan 2012”.

Hasil dari penelitian ini adalah nilai BOR pada tahun 2011 dan 2012

tidak efisien yaitu sebesar 114,31% dan 121,01%. BTO pada tahun

2011 dan 2012 tidak efisien yaitu sebesar 141,2 kali dan 160,9 kali.

Nilai TOI tahun 2011 dan 2012 tidak efisien sebesar -0,37 hari dan -

0,48 hari. Nilai AVLOS pada tahun 2011 dan 2012 efisien yaitu 4,46

hari dan 4,21 hari.

2. Sholikhah dengan judul “Analisa Efisiensi Penggunaan Tempat Tidur

Pada Masing-Masing Bangsal PerTriwulan Berdasarkan Grafik

Barber Jhonson di RS Kudus Periode 2002”.

9
Hasil dari penelitian ini didapatkan BOR 85% ada 5 bangsal dan yang

kurang dari 75% ada 4 bangsal. Nilai LOS sudah baik antara 3-5 hari.

Nilai TOI yang kurang dari satu hari ada 8 bangsal dan ada yang lebih

dari 3 hari hanya ada di satu bangsal. Nilai BTO berkisar 11,03 orang

per tempat tidur sampai 48,8 orang per tempat tidur dalam satu

triwulan.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti adalah sama-sama mengetahui tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.

Perbedaan terletak pada lokasi, waktu dan pada penelitian tersebut tidak

menghitung kebutuhan tempat tidur sedangkan pada penelitian ini menghitung

kebutuhan tempat tidur pada periode triwulan. Lokasi penelitian yang dilakukan

di RS Materna Medan.

1.6 Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Manfaat Penelitan

1.5 Keaslian Penelitian

1.6 Sistematika Penulisan

10
Bab II Tinjauan Pustaka

2.1 Tinjaua Pustaka

2.2 Pertanyaan Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian

3.1 Rancangan Penelitian

3.2 Populasi, Sampel, dan Subyek Penelitian

3.3 Alat dan Bahan

3.4 Metode Pengambilan Data

3.5 Metode Pengolahan dan Analisa Data

3.6 Alur Penelitian

Bab IV Hasil dan Pembahasan

4.1 Pembahasan

4.2 Hasil Penelitian

Bab V Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

5.2 saran

Daftar Pustaka

Lampiran

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Rekam Medis

Ada beberapa pendapat tentang pengertian rekam medis, diantaranya;

a. Menurut Permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008

Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen

tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan

pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

b. Menurut SK Men PAN No. 135 tahun 2000

Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen

tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan

pelayanan lain kepada pasien di sarana pelayanan kesehatan.

c. Menurut Depkes RI 1991

Keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas,

anamnese, penentuan fisik laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan

tindakan medik yang diberikan kepada pasien, dan pengobatan baik yang

di rawat nginap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat

darurat.

12
2.1.2 Tujuan Rekam Medis

Rekam Medis bertujuan untuk mendapatkan catatan atau dukumen yang

akurat dan adekuat dari pasien, mengenai kehidupan dan riwayat kesehatan,

riwayat penyakit dimasa lalu dan sekarang, juga pengobatan yang telah diberikan

sebagai upaya meningkatkan pelayanan kesehatan (Rustiyanto, 2009)

2.1.3 Keguanaan Rekam Medis

Menurut (Rustiyanto, 2009) kegunaan rekam medis adalah:

1. Sebagai alat komunikasi antar dokter dengan tenaga ahlinya yang ikut

ambil bagian didalam memberikan pelayanan pengobatan, perawatan

kepada pasien.

2. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus

diberikan kepada seorang pasien.

3. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan

penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat di rumah

sakit.

4. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi

terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepadapasien.

5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun

dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

6. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk penelitian

dan pendidikan.

13
7. Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan

medik pasien.

8. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai

bahan pertanggungjawaban dan laporan.

Menurut (Depkes RI, 1991) kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa

aspek, antara lain:

a. Aspek administrasi

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena

isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab

sebagai tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan

kesehatan.

b. Aspek medis

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medik, karena catatan tersebut

dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus

diberikan kepada seorang pasien.

c. Aspek hukum

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya

menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam

rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk

menegakkan keadilan.

14
d. Aspek keuangan

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai keuangan karena isinya dapat

dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran pelayanan di rumah

sakit. Tanpa adanya bukti catatan tindakan/pelayanan, maka pembayaran pelayanan

di rumah sakit. Tanpa adanya bukti catatan tindakan/pelayanan, maka pembayaran

tidak dapat dipertanggung jawabkan.

e. Aspek penelitian

Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai penelitian, karena isinya

mengandung data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.

f. Aspek pendidikan

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya

menyangkut data/informasi tentang perkembangan kronologis dari kegiatan

pelayanan medik yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat digunakan

sebagai bahan/referensi pengajaran di bidang profesi si pemakai.

g. Aspek dokumentasi

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya

menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan

pertanggung jawaban dan laporan rumah sakit.

15
2.1.4 Statistik dan Sensus Harian

1. Pengertian Statistik

Statistik adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan,

mengumpulkan, menganalisis, menginterprestasi, dan mempersentasikan

data. Singkatnya, sattistik adalah ilmu yang berkenan dengan data.

Statistik merupakan ilmu yang berkenan dengan data, sedang statistic

adalah data, informasi, atau hasil penerapan algoritma statistik pada suatu

data. Dari kumpulan data, statistik dapat digunakan untuk menyimpulkan

atau mendeskripsikan data; ini dinamakan statiska deskriptif (Ery, 2010).

Statisik Rumah Sakit yaitu statistik yang menggunakan dan mengolah

sumber data dari pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk menghasilkan

informasi, fakta, dan pengetahuan berkaitan dengan pelayanan di rumah

sakit data dikumpulkan setiap hari oleh pasien rawat inap, rawat jalan,

gawat darurat. Data tersebut berguna untuk memantau perawatan pasien

setiap hari, minggu, bulan dan lain-lain (Sudra,2010).

2. Manfaat Statistik

Menurut Ery, (2010) Statistik Kesehatan ini digunakan untuk:

a. Menentukan ada dan besarnya masalah kesehatan.

b. Menentukan perioritas masalah.

c. Membuat perencanaan program kesehatan.

d. Mengadakan evaluasi pelaksanaan program kesehatan.

16
e. Dokumentasi untuk mengadakan perbandingan dimasa yang akan

datang.

f. Mengadakan penelitian masalah kesehatan yang belum diketahui

dan menguji kebenaran sutu masalah kesehatan.

g. Memberikan penerangan tentang keshatan kepada masyarakat.

3. Sensus Harian

Menurut Sudra, (20100) sensus pasien merupakan aktivitas yang rutin

dilaksakan di rumah sakit. Sensus pasien rawat inap berarti menghitung

secara langsung jumlah pasien yang di layani di unit rawat inap.

Perhitungan jumlah pasien yaitu terdiri dari jumlah pasien masuk dan

keluar pada hari yang sama dengan pelaksanaan ya sensus.

Sensus umumnya dilaksanakan sekitar tengah malam menjelang jam

24.00, setelah sensus harian dibuat kemudian direkap setiap bulannya

tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur yaitu dengan menghitung BOR,

AVLOS, TOI, BTO. Manfaat dari perhitungan tersebut untuk memantau

penggunaan tempat tidur dan untuk merencanakan kebutuhan tempat tidur

di unit perawatan rawat inap apabila tempat tidur kurang atau lebih, Pihak

yang menyediakan tempat tidur yaitu pihak manajemen. Pihak

manajemen tersebut menyediakan tempat tidur untuk pasien rawat inap

tujuannya selain untuk ditempati pasien, juga tempat tidur tersebut

menghasilkan pemasukan dana untuk pihak rumah sakit.

17
4. Efisiensi Pelayanan Rawat Inap

Efisiensi menurut Atmosudirdjo dalam Soejadi (1996) dilihat dari

empat sudut pandang, yaitu:

a. Efisiensi dalam ilmu teknik adalah rasio (perbandingan) antara efek

yang tercapai secara riil dan efek yang secara teoritis (harus) dapat

dicapai.

b. Efisiensi dalam ilmu ekonomi adalah keseimbangan yang paling

baik antara output dan input, antara hasil dan biaya (ongkos) dan

sebagainya.

c. Efisiensi dalam ilmu sosial adalah keseimbangan yang sebaik

baiknya antara tingkat rasa puas atau hasil dari derita-derita serta

jerih payah (telah) harus dialami guna memperoleh hasil tersebut.

d. Efisiensi dalam ilmu administrasi adalah paduan dari pengertian

efisiensi dalam ilmu teknik, ekonomi, dan sosial tersebut diatas.

Dalam indikator statistik rawat inap pemantauan efisiensi dari data

yang diolah menggunakan empat parameter yaitu BOR, LOS, TOI, dan

BTO serta berdasarkan grafik Barber Johnson. Berikut adalah indikator

yang digunakan untuk menilai yaitu:

2.1.4.1 BOR (Bed Occupancy Ratio)

Merupakan persentase pemakaian tempat tidur pada periode tertentu.

Standar efisiensi BOR 75%-85%, apabila BOR > 85% berarti tempat tidur yang

18
dipakai di rumah sakit penuh.

Dimana: O = Jumlah tempat tidur yang terpakai

A = Jumlah tempat tidur yang tersedia

2.1.4.2 AVLOS (Average Length Of Stay)

Rata-rata jumlah hari pasien rawat inap yang tinggal di rumah sakit, tidak

termasuk bayi baru lahir. Standar efisiensi LOS 3-12 hari dan LOS dianjurkan

serendah mungkin tanpa mempengaruhi kualitas pelayanan perawatan.

Dimana: O = Jumlah tempat tidur

yang terpakai

t = Waktu (hari/ bulan/

tahun) D = Pasien keluar

(H+M)

2.1.4.3 TOI (Turn Over Interval)

Digunakan untuk menentukan lamanya rata-rata tempat tidur kosong atau

rata-rata tempat tidur tersedia pada periode tertentu yang tidak terisi antara

pasien keluar atau mati dengan pasien masuk. Standar efisiensi TOI adalah 1-3

hari.
19
(A−o) x t
TOI = 𝐷𝐷

Dimana: A = Jumlah tempat tidur

yang tersedia

O = Jumlah tempat tidur yang terpakai

t = Waktu (hari/ bulan/ tahun)

D = Pasien keluar (H+M)

2.1.4.4 BTO (Bed Turn Over)

Beberapa kali satu tempat tidur dipakai oleh pasien dalam periode

tertentu, Standar efisiensi BTO adalah 30 kali.

Dimana: D = Pasien keluar (H+M)

A = Jumlah tempat tidur yang tersedia.

2.1.4.5 Grafik Barber Jhonson

Grafik Barber Jhonson adalah memadukan empat parameter untuk

memantau atau menilai tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur untuk bangsal

perawatan pasien lalu diwujudkan dalam bentuk grafik.

20
2.1.4.6 Kegunaan Grafik Barber Johnson (Ery, 2010)

1. Sebagai alat bantu perbandingan.

Membandingkan perkembangan pelayanan kesehatan rumah sakit dari

tahun ke tahun yang dapat dilihat dari grafik AVLOS, TOI, BOR, dan

bidang efisiensi.

2. Sebagai alat bantu untuk menganalisa:

a. Mengetahui dengan cepat efisiensi suatu fasilitas kesehatan

dengan melihat posisinya terhadap bidang (daerah) efisiensi,

yaitu BOR 75%, TOI minimal 1 hari dan maksimal 3 hari.

b. Membandingkan efisiensi suatu rumah sakit (fasilitas

kesehatan) yang satu dengan yang lain.

3. Sebagai alat bantu menyajikan laporan rumah sakit.

4. Sebagai alat bantu pengambilan keputusan

2.1.4.7 Langkah-Langkah Menggambar Grafik Barber Jhonson

1. Skala pada sumbu horizontal tidak harus sama dengan skala sumbu

ventrikel.

2. Skala pada sumbu harus konsisten.

3. Skala pda sumbu horizontal dan vertikal dimulai dari titik 0 dan

berhimpit membentuk kordinator 0,0.

4. Judul grafik secara jelas menyebutkan nama RS dan periode waktu.

5. Sumbu horizontal “X” adalah TOI dan sumbu vertical “Y” ordinat

21
adalah LOS

6. Garis bantu BOR dibuat dengan cara:

a. Tentukan nilai BOR yang akan dibuat garis bantunya.

b. Tentukan coordinator titik bantu BOR nya sesuai nilai BOR

tersebut.

c. Tarik garis dari koordinator 0,0 melewati titik bantu BOR

tersebut.

7. Garis bantu BTO dibuat dengan cara

a. Tentukan nilai BTO yang akan dibuat garis bantunya.

b. Tentukan titik bantu disumbu AvLOS dan TOI (nilainya sama).

c. Tarik garis yang menghubungkan kedua titik bantu tersebut.

8. Daerah efisiensi (daerah yang ditaksir), daerah yang dibatasi oleh

pepotongan garis.

2.1.4.8 Format Grafik Barber Johnson

Grafik Barber Jhonson memiliki format dasar sebagai berikut:

22
Pada gambar diatas terlihat ada garis BOR 50%, 70%, 80% dan 90% serta garis
BTO 30, 20, 15 dan 12,5. Garis tersebut digunakan sebagai garis awal dan bisa
ditambah atau dirubah nilainya sesuaikan dengan kondisi masing-masing RS.

2.1.4.9 Makna Grafik Barber Jhonson (Ery, 2010)


1.Makin dekat grafik BOR dengan “Y” ordinat, maka BOR makin tinggi.

2. Makin dekat dengan grafik BTO dengan titik sumbu, discharges dan

deaths per available (BTO) menunjukkan semakin tinggi jumlahnya.

3. Jika rata-rata TOI tetap, tetepi LOS berkurang, maka BOR akan

menurun.

4. Bila TOI tinggi, kemungkinan disebabkan organisasi yang kurang

baik, kurangnya permintaan akan tempat tidur atau kebutuhan tempat

23
tidur, TOI tinggi dapat diturunkan dengan mengadakan perbaikan

organisasi tanpa mempengaruhi LOS.

5. Bertambahnya LOS disebabkan karena keterlambatan administrasi di

rumah sakit, kurang baiknya perencanaan dalam memberikan

pelayanan kepada pasien atau kebijakan dibidang medis.

2.2 Pertanyaan Penelitian

Ada hubungan antara jumlah kunjungan pasien rawat inap dengan

presentase penggunaan tempat tidur di RS Materna Medan periode triwulan

2019.

24
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitianyang digunakan adalah deskritif dengan pendekatan kualitatif.

Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilaku- kan denagan tujuan

utama membuat gambaran atau deskriptif tentang sua-tu keadaan seacara objektif

(Notoatmodjo, 2010). Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang menjelaskan situasi

fenomena, masalah atau peristiwa.

Penelitian deskriptif, yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu men-

deskripsikan atau menjelaskan tentang efisiensi pelayanan Rawat Inap Berdasarkan

Grafik Barber Jhonson di RS Materna Medan dengan Metode Kualitatif.

Rancangan penelitian ini menggunakan Cross Sectional. Cross Sectional yaitu

suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor - faktor resiko

dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus

pada sutu saat (Notoatmodjo, 2010). Dengan rancangan ini, pengumpulan data untuk

menganalisis jumlah kebutuhan tempat tidur dilakukan secara bersama-sama atau

sekaligus.

25
3.2 Populasi, Sampel, dan Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi pada penlitian ini adalah Rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap

periode Triwulan 2019 di RS Materna Medan.

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling dimana

jumlah sample sama dengan populasi.

3. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah rekapitulasi sensus harian rawat inap

di RS Materna periode tahun 2019.

3.3 Alat dan Bahan Penelitian

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif yaitu instrument penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Dalam wawancara mendalam (Indepth interview) peneliti

menggunakan pedoman wawancara mendalam disertai dengan pertanyaaan yang

berupa lembar observasi, voice recorder, notes dan alat tulis. Pada penelitian ini,

peneliti melakukan dokumentasai dengan cara mengumpulkan data yang terkait

dengan pembuatan grafik barber jhonson, yaitu laporan tahunan (RL.1).

26
3.4 Metode Pengambilan Data

a. Data primer

Data primer diperoleh dari wawancara mendalam yang dilakukan oleh

peneliti kepada informan. Data ini kemudian direkam dan dicatat oleh peneliti

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pemanfaatan pelayanan

rawat inap yang merupakan indikator berdasarkan teori BarberJhonson.

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan informasi yang bersumber

dari dokumen-dokumen rumah sakit seperti profil rumah sakit, laporan indikator

rawat inap dan grafik Barber-Johnson untuk melihat efisiensi pelayanan rawat

inap, buku-buku, jurnal, dan hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan

penelitian.

c. Instrumen penelitian

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif yaitu instrument penelitian

adalah peneliti sendiri. Dalam wawancara mendalam (Indepth Interview) peneliti

menggunakan pedoman wawancara mendalam disertai dengan pertanyaan yang

berhubungan dengan materi yang akan disampaikan menggunakan alat bantu

berupa lembar observasi, voice recorder, notes dan alat tulis.

27
3.5 Metode Pengolahan dan Analisia Data

3.5.1 Pengolahan Data

Agar Analisa penelitian menghasilkan informasi yang benar, ada empat


Sesuai dengan
penulisan,
tahapan haruspengolahan data yang harus dilalui,yaitu:
dalam
huruf kecil
1. Colleting

Dilakukan penggumpulan data di ruang rekam medis untuk memperoleh

rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap yang yang dicatat tiap harinya yang

berisi jumlah temapat tidur yang terisi, jumlah pasien masuk dan pasien yang

keluar, dan jumlah tempat tidursiap pakai.

2. Editing

Data yang telah dikumpulkan kemudian dikoreksi dengan cara

membamdingkan data yang telah direkap rekam medis dengan data

rekapitulasi Sensus harian rawat Inap. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga

kualitas data agar dapat diperoses lebih lanjut. Proses editing dilaksanakan

ditempat pengumpulan data sehingga apabila terdapat kesalahan maka upaya


ALOS apa LOS
perbaikan dapat segera dilakukan, misalnya dengan cara observasi kembali

perihal jawaban yang meragukan.

3. Classification

Mengelompokkan data yang telah diperoleh untuk memudahkan dalam

perhitungan. Data untuk perhitungan Bed Occupancy Rate (BOR) yaitu angka

penggunaan TT, Length Of Stay (ALOS) yaitu lama nya pasien dirawat, Turn

28
?????

Over Interval (TOI) yaitu rata-rata hari dimana TT tiak ditempati, Bed Turn

Over (BTO) yaitu frekwensi pemakaian TT dipakai oleh pasien.

4. Tabulasi

Dari hasil pengumpulan data yang telah dikelompokkan kemudian data

dimasukkan ke dalam bentuk table, perhitungan per indicator untuk

memudahkan perhitungan

5. Penyajian Data

Setelah data dimasukkan ke table dan dihitung kemudian hasil

pengolahan data disajikan dalam bentuk grafik Barber jhonson.

3.5.2 Analisis Data

Analisis data yangdigunakan pada penelitian ini secara kualitatif,

mendeskripsikan Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Grafik Barber Johnson

di RS Materna Periode Triwulan Tahun 2019.

Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2012), analisis data

kualitatif terdiri dari:

No. Analisis Data Keterangan


1 Reduksi data a. Dilakukan dengan cara menajamkan analisis,
menggolongkan kedalam tiap permasalahan
melalui uaraian singkat,mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasikan data sehingga dapat ditarik
dan diverifikasi.
b. Data yang direduksi akan memberi gambaran
yang lebih spesifik dan mempermudah peneliti
melakukan pengumpulan data selanjutnya serta
mencari data tambahan jika diperlukan.

29
2 Penyajian Data a. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi
terorganisasi, tersusun dalam pola hubungan
sehingga mudah dipahami.
b. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori
serta diagram alur. Pada penelitian ini penyajian
data menggunakan uraian singkat.
3 Menarik kesimpulan Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah
atau verifikasi penarikan kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan
dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan
dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan masih
remang-remang gelap sehingga setelah diteliti
menjadi jelas, dapat berupa deskripsi atau gambaran
suatu obyek yang sebelumnyadapat berupa hubungan
kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis konten

yaitu dengan membandingkan kesimpulan penelitian dengan teori- teori yang ada

pada tinjauan pustaka dan dianalisis segera setelah dilakukan wawancara untuk

menghindari kesalahan yang kemungkinan muncul. Dalam mengecek keabsahan data,

peneliti triangulasi sumber, yaitu dengan mencari data dari sumber yang beragam

yang masih terkait satu sama lain.

30
3.6 Alur Penelitian

Identifikasi masalah Usulan penelitian/ proposal


Studi Penda

1. Tinjauan teori
Pengolahan data 2. Kerangka teori Hipotesis Perumusan masalah
3.

Validasi data Seminar proposal Revisi proposal

Melakukan pembahasan Mencari data yang


Membuat hasil dibutuhkan
Kesimpulan dan saran

Studi lapangan Studi pustaka

31
BAB IV

4.1 Pembahasan

4.1.1 Gambaran Umum RS Materna Medan

Kronolgi Perkembangan RS Materna Medan

Rumah Sakit Materna adalah rumah sakit umum milik swasta dan merupakan salah satu

rumah sakit tipe C yang terletak diwilayah Medan, di resmikan 29 January 1987 kepemilikan

PT. Rumah Sakit Materna.


Spasi Layanan kesehatan ini telah teregristasi sedari 10/06/2014 dengan

Nomor Surat Izin 440/10697/IV/2013 dan tanggal surat izin 23/04/2013 dari Dinas Kesehatan

Kota Medan.RS Materna sudah melangsungkan Akreditasi RS Seluruh Indonesia dengan proses
Disamakan cara Harus hurup kecil
penetapan I ( 5 pelayanan).Rumah sakit ini memberikan pelayanan di bidang kesehatan yang
penulisan
didukung oleh layanan dokter spesialis serta ditunjang dengan fasilitas medis lainnya.

Rumah Sakit Materna memiliki layanan unggulan dalam Bagian Radiologi. Rumah

Sakit Materna memiliki luas tanah 693 dengan luas bangunan 2923. Jumlah tempat tidur

dipelayanan rawat inap RS Materna ada 60 ????


TT dengan
contoh rincian sebagai berikut:
VVIP : 10 tempat tidur
 VVIP : 10

 VIP : 17

 KLS 1: 5

 KLS II: 9

 KLS III: 14

 ICU :5

32
Buatkan rincian jumlah tenaga
Pelayanan Medis di RS Materna medis, perawat, lab, ro dll

• Medical Chek Up

• Dokter Umum

• Dokter Spesialis / Sub Spesialis:

 Anak ?????

 Bedah ( Umum, Syaraf, Anak, Digestif, Mulut, Thorax/Tulang,

kardiovaskular, Plastik ).

 Kebidanan & Kandungan

 Penyakit Dalam

 THT

 Mata

 Paru

 Syaraf

 Jantung/Kardiologi

 Urologi Cetak miring

 Kulit & Kelamin


Cara penulian
 Forensic Medicine

 Radiologi Forensic

 Anasthesi
?????
 Patologi Klinik/ Darah

 Patologi/ Kesehatan Jiwa

 Diabetes dan Metabolik

33
Pelayanan Penunjang di RS Materna

• Laboratorium Patologi Klinik

• X- Ray
Cara penulian
• MRI

• ECG

• EEG

• CT – Scan

• USG

• Treadmil

• TUR

• Foto Panoramic

• Fisiotherapy

• Farmasi

Fasilitas di RS Materna

• IGD 24 Jam

• Rawat jalan

• Kamar Bedah

• Kamar Bersalin

• ICU

Motto, Visi dan Misi RS Materna

Motto : Kami Mengutamakan Kesehatan dan Kepuasan Pasien.


34
Visi : Profesionalisme Pelayanan disegala bidang dalam menyonsong Era Globalisasi

Misi : Memberikan Pelayanan kesehatan Secara Profesional dengan Bantuan Pelayanan

Kesehatan yang canggih.

4.1.2 Struktur Organisasi di RS Materna

(Terlampir)

35
4.2 Hasil Penelitian

Analisa Gambaran Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Grafik Baber

Jhonson di RS Materna Medan.

Kegiatan pelayanan rawat inap, secara singkat alur pelayanan rawat inap adalah

sebagai berikut: pasien masuk yang telah diputuskan untuk menjalani rawat inap dapat melalui

rujukan dari dokter atau dari instalasi gawat darurat. Pasien masuk kemudian mejalani

pelayanan perawatan setelah dilakukan prosedur penempatan klasifikasi di kelas I, II, III dan

VIP. Pasien di semua kelas perawatan menjalani pemeriksaan yang dilayani oleh beberapa

dokter. Penangan oleh tenaga medis di instalasi rawat inap dilaksanakan sesuai dengan penyskit

ysng diderita.

Kriteria atau parameter tertentu dibutuhkan untuk menentukan apakah TT yang tersedia

telah berdaya guna dan berhasil guna. Parameter tersebut diantaranya adalah BOR (Bed

Occupancy Rate), LOS (Length of Stay), TOI (Turn Over Interval), dan BTO (Bed Turn Over).

Nilai Standar Keempat Parameter tersebut menurut Baber-Jhonson (standar Internasional)

adalah BOR: 75%-85%, LOS: 3 – 12 hari, TOI : 1-3 hari, BTO : 30 kali. Sedangkan standar

yang ditetapkan oleh Dinkes adalah BOR : 60% - 85 %, LOS : 6 – 9 hari, TOI : 1 – 3 hari, dan

BTO : 40 – 50 kali.

BUAT PERHITUNGAN DENGAN


RUMUS SEHINGGA DI DAPAT
NILAI BOR, LOS, TOI, BTO SESUAI
DENGAN JMLAH KUNJUNGAN
PASIEN DI RS MATERNA

36
Cara penulisan tabel
Nilai BOR, LOS, TOI, BTO RS Materna Tahun 2017- 2018

Tabel I : Tahun 2017

2017 TRIWILAN I TRIWULAN II TRIWULAN III TRIWULAN IV

BOR 28,30 32,16 33,57 26,94

LOS 2,98 3,02 3,06 2,09

TOI 7,55 6,36 6,06 5,66

BTO 8,55 9,70 10,08 11,88

Tabel II : Tahun 2018

2018 TRIWULAN I TRIWULAN II TRIWULAN III TRIWULAN IV

BOR 17,76 16,81 19,87 20,71

LOS 3,73 3,86 4,19 4,31

TOI 17,28 19,08 16,88 16,52

BTO 4,28 3,97 4,37 4,42

Nilai BOR, LOS, TOI dan BTO RS Materna periode triwulan tahun 2019

Tabel 1II : Tahun 2019 Periode Triwulan I, II, III dan IV

2019 TRIWULAN I TRIWULAN II TRIWULAN III TRIWULAN IV

BOR 20,98 17,44 18,35 21,05

LOS 4,88 4,83 4,37 4.29

TOI 18,39 22,88 19,43 16,08

BTO 3,87 3,28 3,87 4,52

37
Berdasarkan table diatas indikator pelayanan untuk nilai BOR di RS Materna belum

memenuhi standar ideal dan standar yang ditetapkan DEPKES, nilai LOS sudah memenuhi

standar ideal tetapi belum memenuhi standar yang ditetapkan DEPKES, niali TOI belum

memenuhi standar ideal dan standar yang ditetapkan DEPKES, Nilai BTO belum memenuhi

standar ideal dan standar DEPKES.

Tabel I : Grafik Baber Jhonson Periode Triwulan Tahun 2017

ANALISA BARBER JHONSON PER TAHUNNYA


DAN DIAMBIL KESIMPULANNYA, BARU ANALISA
BARBER JHONSON SELAMA 2017 SD 2019 AGAR
DAPAT MENGAMIL KEPUTUSANNYA

38
Tabel II : Grafik Baber Jhonson Periode Triwulan Tahun 2018

Tabel III : Grafik Baber Jhonson Periode Triwulan Tahun 2109

39
Berdasarkan tabel grafik, dapat dilihat bahwa grafik dari keempat indikator rawat inap

di RS Materna dari tahun 2017 – 2019 secara keseluruhan didaptkan pelayanan rawat inap di

RS Materna masuk di dalam daerah efisienGrafik Baber Jhonson, hal ini terlihat dari titik

efisien dari tahun 2019 tidak berada pada titik efisien. Daerah efisien yaitu daerah yang dibatasi

dengan nilai Length of Stay (LOS) 6- 9 hari, pada sumbu y, Turn Over Interval (TOI ) 1 – 3 hari

pada sumbu x, Bed Occupancy Rate (BOR) 60 – 85 % pada garis diagonal kiri bawah ke kanan

atas, dan Bed Turn Over (BTO) 40 -50 kali pada garis diagonal kanan bawah ke kiri atas.

Pada Tabel III dapat dilihat tingkat efisiensi pelyanan rawat inap melalui Grafik Baber

Jhonson di RS Materna pada tahun 2019 pertemuan titik keempat indikator dalam grafik tidak

berada dalam daerah efisiensi berdasarkan Grafik Baber Jhonson.

 Triwulan I, nilai Length of Stay (LOS) berada pada titik 4,9 pada titik sumbu y, nilai

indikator nilai indikator Turn Over Interval (TOI) berada pada titik 18,4 pada sumbu x,

nilai indikator Bed Occupancy Rate (BOR) berada pada titik garis berada pada titik garis

40
20,98 %, dan nilai indikator Bed Turn Over (BTO) berada pada titik 3,87.

 Triwulan II, nilai Length of Stay (LOS) berada pada titik 4,8 pada titik sumbu y, nilai
indikator nilai indikator Turn Over Interval (TOI) berada pada titik 22,9 pada sumbu x,
nilai indikator Bed Occupancy Rate (BOR) berada pada titik garis berada pada titik garis
17,44 %, dan nilai indikator Bed Turn Over (BTO) berada pada titik 3,28.

 Triwulan III, nilai Length of Stay (LOS) berada pada titik 4,4 pada titik sumbu y, nilai
indikator nilai indikator Turn Over Interval (TOI) berada pada titik 19,4 pada sumbu x,
nilai indikator Bed Occupancy Rate (BOR) berada pada titik garis berada pada titik garis
18,35 %, dan nilai indikator Bed Turn Over (BTO) berada pada titik 3,87.

 Triwulan IV, nilai Length of Stay (LOS) berada pada titik 4,3 pada titik sumbu y, nilai
indikator nilai indikator Turn Over Interval (TOI) berada pada titik 16,8 pada sumbu x,
nilai indikator Bed Occupancy Rate (BOR) berada pada titik garis berada pada titik garis
21,05 %, dan nilai indikator Bed Turn Over (BTO) berada pada titik 4,52.

41
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil

kesimpulan:

1. Nilai indikator efisiensi pelayanan rawat inap di RS Materna Medan pada tahun 2019 secara

keseluruhan belum ada yang memenuhi standar Depkes dimana BOR di Triwulan I: 20,98%,

Triwulan II: 17,44%, Triwulan III: 18,35% dan Triwulan IV: 21,05% , LOS di Triwulan I:

4,88 hari, Triwulan II:4,83 hari, Triwulan III: 4,37 hari dan Triwulan IV: 4,29 hari, TOI di

Triwulan I: 18,39 hari, Triwulan II: 22,88 hari, Triwulan III: 19,43 hari dan Triwulan IV:

16,08 hari, BTO di Triwulan I:3,87 kali, Triwulan II: 3,28 kali, Triwulan III: 3,87 kali dan

triwulan IV: 4,52 kali.

2. Gambaran efisien berdasarkan pemanfaatan tempat tidur dengan menggunakan Grafik Baber

Jhonson di RS Materna pada tahun 2019 tidak masuk dalam daerah efisien Grafik Baber

Jhonson.

3. Berdasarkan dari data 2017 – 2019 setalah dibuat perbandingan perkembanagn datanya

tidak jauh berubah.

4. Faktor yang mempengaruhi efisiensi pelayanan rawat inap di RS Materna adalah rendahnya

jumlah kunjungan rawat inap sehingga banyaknya tempat tidur yang tidak dimanfaatkan.

Era JKN salah satu yang membuat kunjungan pasien rawat inap semakin kurang.

5. >>>>>>>>>

42
5.3 SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti memberikan beberapa saran yaitu:

1. Diharapkan RS Materna sebaiknya membuat Grafik Baber Jhonson minimal tiap triwulan

terkait indikator pelayanan rawat inap sehingga akan membantu proses perencanaan

kedepannya.

2. Seabiknya marketing RS Materna lebih aktif lagi dalam mempromosikan fasilitas &

keunggulan – keunggulan RS agar pasien mau berobt ke RS Materna.

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Indriadi, Rano, Statistik Rumah Sakit. Graha Ilmu. Semarang, 2010

2. Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan,Rineka Cipta, Jakarta, (2012)

3. Rustiyanto, Adisasmita, Statistik Rumah Sakit Untuk Pengambilan Keputusan,

Graha Ilmu, Yogyakarta, (2011)

4. Soejadi, Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit, Katiga Bina, Jakarta, (1996).

5. Rahardjo, Adisasmita, Pengelolaan Pendapatan Dan Anggaran Daerah, Cetakan

Pertama, (2011), Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

6. Sugiyono, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R& D.(Bandung:

ALFABETA), (2013)

7. Departemen Kesehatan RI, Buku Petunjuk Pengisian Pengolahan dan Penyajian

Data Rumah Sakit, Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Jakarta, (2005)

8. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1171/MENKES/PER/VI/2011 Tentang

Sistem Informasi Rumah Sakit.

9. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 560/MENKES/SK/IV/2003 Tentang Pola

Tarif Perjam Rumah Sakit Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

44
10. Undang-Undang RI Nomor 44 Tentang Rumah Sakit, Tahun 2009

11. Sudra, Statistik Rumah Sakit, Graha Ilmu, Yogyakarta, RI, (2010)

12. Khiar, Y.U, Analisis Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Grafik

Barber Jhonson pada kelas I, II, dan III RSUD Dr.Rasidin Padang (Skripsi),

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas, Padang. Tahun 2013 –

2014, 2016.

13. Hatta,G. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan Di Sarana Pelayanan

Kesehatan, UI Press, Jakarta (2010)

14. Modul Metodologi Penelitian D III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Apikes Talitakum Medan.

15. Gilbony, “Tentang Rekam Medis memiliki 6 manfaat, yang terangkum dalam

kata ALFRED berdasarkan hasil penelitian Institute of Medicine”, (1991).

45

Anda mungkin juga menyukai