PENDAHULUAN
Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat
pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan rumah sakit
berbagai tingkatan maupun disiplin, agar rumah sakit mampu melaksanakan fungsi
(Ery,2010)
peorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, rumah sakit harus
mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu di semua tingkatan, salah
Menurut Depkes (2005), salah satu pelayanan yang diberikan dalam rumah
sakit adalah rawat inap. Unit rawat inap merupakan unit dari rumah sakit yang
1
memiliki peran penting dalam pelayanan kesehatan untuk observasi, diagnosis,
pengobatan atau upaya pelayanan kesehatan lainnya dengan cara menginap di rumah
sakit. Melihat cukup pentingnya peran instalasi rawat inap ini dalam sebuah rumah
sakit, maka diharapkan instalasi rawat ini memberikan kontribusi yang optimal.
Tidak hanya dalam pelayanan rawat jalan, dalam pelayanan rawat inap
Salah satu indikator yang harus diperhatikan oleh rumah sakit untuk
meningkatkan pelayanan rumah sakit adalah efisiensi pelayanan rawat inap, terutama
pada pemanfaatan tempat tidur.Jumlah tempat tidur yang digunakan dalam pelayanan
rawat inap berpengaruh pada tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur di rumah sakit
tersebut.
Salah satu aktivitas yang rutin dilakukan dalam statistik rumah sakit yaitu
dilihat dari dua segi yaitu segi medis meninjau efisiensi dari mutu pelayanan medis
dan dari segi ekonomi meninjau efisiensi dari sudut pendayagunaan sarana dan
prasarna yang ada. Terdapat empat parameter untuk memantau dan menilai tingkat
2
Untuk menilai kualitas pelayanan rumah sakit maka National Health Services
sakit, salah satunya yaitu efisiensi. Pada pengelolaan unit rawat inap, tingkat efisiensi
dapat meningkatkan mutu pelayanan rawat inap di rumah sakit. Efisiensi merupakan
salah satu indikator kinerja yang mendasari seluruh kinerja pelayanan kesehatan di
pelayanan rumah sakit dapat untuk mengetehui tingkat pemanfaatan, mutu, dan
efisiensi pelayanan rumah sakit. Tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur di rumah
sakit diperoleh berdasarkan indikator pelayanan rumah sakit yaitu Bed Occupancy
Ratio (BOR), Average Legth Of Stay (AVLOS), Turn Over Internal (TOI), Bed Turn
Over (BTO).
BOR adalah persentase tempat tidur terisi. AVLOS adalah rata-rata lama pasien
dirawat. TOI adalah rata-rata waktu luang tempat tidur. BTO adalah produktifitas
tempat tidur.
Indikator Rawat
Standar Ideal
Inap Menurut
NO. Defenisi Standar Ideal Menurut
Grafik Barber
DEPKES
Jhonson
Angka yang menunjuk
1 BOR kan penggunaan TT di
unit Rawat Inap 75 % - 85 % 60 % - 85 %
3
Rata-rata hari dimana
TT tidak ditempati dari
2 AVLOS
telah diisi kesaat terisi
berikutnya. 3 – 12 hari 6 – 9 hari
Rata-rata hari dimana
TT tidak ditempati dari
3 TOI
telah diisi kesaat terisi
berikutnya 1 – 3 hari 1 – 3 hari
Frekwensi pemakaian
TT pada suatu periode,
berapa kali TT dipakai
4 BTO
dalam satu satuan
waktu (biasanya dalam
periode 1 tahun). 30 kali 40 – 50 kali
melihat efisiensi pengelolaan rumah sakit dalam segi medis, yaitu meninjau efisiensi
dari sudut mutu pelayanan medis dan dari segi ekonomi meninjau efisiensi dari sudut
pendayagunaan sarana yang ada. Grafik ini dapat menyajikan dengan jelas tingkat
tempat tidur yang telah ditentukan dalam suatu periode tertentu. Dari keempat
Grafik Barber Jhonson sebagai salah satu indikator efisiensi pengelolaan rumah sakit
yang berguna untuk membandingkan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur dan
4
Keempat parameter tersebut dapat bersatu dalam satu titik di dalam grafik
Barber Johnson, yang secara jelas menyajikan efisiensi penggunaan tempat tidur dan
dapat mengecek kesalahan apabila keempat parameter tidak berkumpul di satu titik.
Apabila titiknya berada di daerah efisien maka rumah sakit tersebut sudah efisien,
tetapi apabila titik-titiknya berada di luar daerah efisien, maka rumah sakit tersebut
dikatakan tidak efisien. Jika dikatakan tidak efisien, rumah sakit perlu membenahi
digunakan merawat pasien rawat inap dengan harapan bahwa setiap biaya yang
dikeluarkan untuk membeli dan menyediakan tempat tidur tersebut akan dapat
menghasilkan pemasukan dana dari pasien yang menggunakan tempat tidur tersebut
(Rano, 2010)
Dari aspek ekonomi, tentu pihak manajemen menginginkan agar setiap tempat
tidur yang telah disediakan selalu terisi dan digunakan oleh pasien. Jumlah tempat
tidur yang kosong atau menganggur diharapkan sesedikit mungkin. Semakin lama
seorang pasien menempati sebuah tempat tidur maka akan semakin banyak
Dari aspek medis terjadi arah penilaian yang berlawanan. Tim medis akan
lebih senang dan merasa berhasil kerjanya jika seorang pasien bisa segera sembuh
sehingga tidak perlu lama dirawat, jadi tidak menggunakan tempat tidur terlalu lama (
Rano, 2010)
5
Dengan adanya dua sudut pandang yang bisa berlawanan ini, maka diperlukan
cara yang lebih tepat untuk menggambarkan efisiensi penggunaan tempat tidur di
kesehatan yang bermutu. Unit pelayanan rawat inap memiliki fasilitas 29 ruangan
yang terdiri dari ruang Super VIP A, Super VIP B, VIP A, VIP B, kelas I, kelas II,
kelas III, ruang anak, ruang persalinan, dan ICU dengan jumlah tempat tidur
sebanyak 60 TT. Berdasarkan data kunjungan rawat inap pasien dalam kurun 1 tahun
RS Materna Medan dibuat Grafik Barber-Johnson, dimana nilai BOR, LOS, TOI, dan
6
BTO tahun 2017 dan 2018 belum berada di daerah efisien. Oleh karena itu perlu
untuk melihat efisiensi pemakaian tempat tidur pasien rawat inap. Penulis tertarik
7
1.3.2 Tujuan Khusus
b. Bagi Peneliti
8
perhitungan dan manfaat dari grafik Barber Jhonson di RS Materna
Medan
sama.
Hasil dari penelitian ini adalah nilai BOR pada tahun 2011 dan 2012
tidak efisien yaitu sebesar 114,31% dan 121,01%. BTO pada tahun
2011 dan 2012 tidak efisien yaitu sebesar 141,2 kali dan 160,9 kali.
Nilai TOI tahun 2011 dan 2012 tidak efisien sebesar -0,37 hari dan -
0,48 hari. Nilai AVLOS pada tahun 2011 dan 2012 efisien yaitu 4,46
9
Hasil dari penelitian ini didapatkan BOR 85% ada 5 bangsal dan yang
kurang dari 75% ada 4 bangsal. Nilai LOS sudah baik antara 3-5 hari.
Nilai TOI yang kurang dari satu hari ada 8 bangsal dan ada yang lebih
dari 3 hari hanya ada di satu bangsal. Nilai BTO berkisar 11,03 orang
per tempat tidur sampai 48,8 orang per tempat tidur dalam satu
triwulan.
Perbedaan terletak pada lokasi, waktu dan pada penelitian tersebut tidak
kebutuhan tempat tidur pada periode triwulan. Lokasi penelitian yang dilakukan
di RS Materna Medan.
Bab I Pendahuluan
10
Bab II Tinjauan Pustaka
4.1 Pembahasan
5.1 Kesimpulan
5.2 saran
Daftar Pustaka
Lampiran
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tindakan medik yang diberikan kepada pasien, dan pengobatan baik yang
darurat.
12
2.1.2 Tujuan Rekam Medis
akurat dan adekuat dari pasien, mengenai kehidupan dan riwayat kesehatan,
riwayat penyakit dimasa lalu dan sekarang, juga pengobatan yang telah diberikan
1. Sebagai alat komunikasi antar dokter dengan tenaga ahlinya yang ikut
kepada pasien.
sakit.
dan pendidikan.
13
7. Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan
medik pasien.
Menurut (Depkes RI, 1991) kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa
a. Aspek administrasi
kesehatan.
b. Aspek medis
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medik, karena catatan tersebut
c. Aspek hukum
menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam
rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk
menegakkan keadilan.
14
d. Aspek keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai keuangan karena isinya dapat
e. Aspek penelitian
f. Aspek pendidikan
pelayanan medik yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat digunakan
g. Aspek dokumentasi
menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan
15
2.1.4 Statistik dan Sensus Harian
1. Pengertian Statistik
adalah data, informasi, atau hasil penerapan algoritma statistik pada suatu
sakit data dikumpulkan setiap hari oleh pasien rawat inap, rawat jalan,
2. Manfaat Statistik
16
e. Dokumentasi untuk mengadakan perbandingan dimasa yang akan
datang.
3. Sensus Harian
Perhitungan jumlah pasien yaitu terdiri dari jumlah pasien masuk dan
di unit perawatan rawat inap apabila tempat tidur kurang atau lebih, Pihak
17
4. Efisiensi Pelayanan Rawat Inap
yang tercapai secara riil dan efek yang secara teoritis (harus) dapat
dicapai.
baik antara output dan input, antara hasil dan biaya (ongkos) dan
sebagainya.
baiknya antara tingkat rasa puas atau hasil dari derita-derita serta
yang diolah menggunakan empat parameter yaitu BOR, LOS, TOI, dan
Standar efisiensi BOR 75%-85%, apabila BOR > 85% berarti tempat tidur yang
18
dipakai di rumah sakit penuh.
Rata-rata jumlah hari pasien rawat inap yang tinggal di rumah sakit, tidak
termasuk bayi baru lahir. Standar efisiensi LOS 3-12 hari dan LOS dianjurkan
yang terpakai
(H+M)
rata-rata tempat tidur tersedia pada periode tertentu yang tidak terisi antara
pasien keluar atau mati dengan pasien masuk. Standar efisiensi TOI adalah 1-3
hari.
19
(A−o) x t
TOI = 𝐷𝐷
yang tersedia
Beberapa kali satu tempat tidur dipakai oleh pasien dalam periode
memantau atau menilai tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur untuk bangsal
20
2.1.4.6 Kegunaan Grafik Barber Johnson (Ery, 2010)
tahun ke tahun yang dapat dilihat dari grafik AVLOS, TOI, BOR, dan
bidang efisiensi.
1. Skala pada sumbu horizontal tidak harus sama dengan skala sumbu
ventrikel.
3. Skala pda sumbu horizontal dan vertikal dimulai dari titik 0 dan
5. Sumbu horizontal “X” adalah TOI dan sumbu vertical “Y” ordinat
21
adalah LOS
tersebut.
tersebut.
pepotongan garis.
22
Pada gambar diatas terlihat ada garis BOR 50%, 70%, 80% dan 90% serta garis
BTO 30, 20, 15 dan 12,5. Garis tersebut digunakan sebagai garis awal dan bisa
ditambah atau dirubah nilainya sesuaikan dengan kondisi masing-masing RS.
2. Makin dekat dengan grafik BTO dengan titik sumbu, discharges dan
3. Jika rata-rata TOI tetap, tetepi LOS berkurang, maka BOR akan
menurun.
23
tidur, TOI tinggi dapat diturunkan dengan mengadakan perbaikan
2019.
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilaku- kan denagan tujuan
utama membuat gambaran atau deskriptif tentang sua-tu keadaan seacara objektif
suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor - faktor resiko
dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada sutu saat (Notoatmodjo, 2010). Dengan rancangan ini, pengumpulan data untuk
sekaligus.
25
3.2 Populasi, Sampel, dan Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi pada penlitian ini adalah Rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap
2. Sampel
3. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah rekapitulasi sensus harian rawat inap
adalah peneliti itu sendiri. Dalam wawancara mendalam (Indepth interview) peneliti
berupa lembar observasi, voice recorder, notes dan alat tulis. Pada penelitian ini,
26
3.4 Metode Pengambilan Data
a. Data primer
peneliti kepada informan. Data ini kemudian direkam dan dicatat oleh peneliti
b. Data sekunder
dari dokumen-dokumen rumah sakit seperti profil rumah sakit, laporan indikator
rawat inap dan grafik Barber-Johnson untuk melihat efisiensi pelayanan rawat
inap, buku-buku, jurnal, dan hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan
penelitian.
c. Instrumen penelitian
27
3.5 Metode Pengolahan dan Analisia Data
rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap yang yang dicatat tiap harinya yang
berisi jumlah temapat tidur yang terisi, jumlah pasien masuk dan pasien yang
2. Editing
rekapitulasi Sensus harian rawat Inap. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga
kualitas data agar dapat diperoses lebih lanjut. Proses editing dilaksanakan
3. Classification
perhitungan. Data untuk perhitungan Bed Occupancy Rate (BOR) yaitu angka
penggunaan TT, Length Of Stay (ALOS) yaitu lama nya pasien dirawat, Turn
28
?????
Over Interval (TOI) yaitu rata-rata hari dimana TT tiak ditempati, Bed Turn
4. Tabulasi
memudahkan perhitungan
5. Penyajian Data
29
2 Penyajian Data a. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi
terorganisasi, tersusun dalam pola hubungan
sehingga mudah dipahami.
b. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori
serta diagram alur. Pada penelitian ini penyajian
data menggunakan uraian singkat.
3 Menarik kesimpulan Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah
atau verifikasi penarikan kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan
dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan
dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan masih
remang-remang gelap sehingga setelah diteliti
menjadi jelas, dapat berupa deskripsi atau gambaran
suatu obyek yang sebelumnyadapat berupa hubungan
kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis konten
yaitu dengan membandingkan kesimpulan penelitian dengan teori- teori yang ada
pada tinjauan pustaka dan dianalisis segera setelah dilakukan wawancara untuk
peneliti triangulasi sumber, yaitu dengan mencari data dari sumber yang beragam
30
3.6 Alur Penelitian
1. Tinjauan teori
Pengolahan data 2. Kerangka teori Hipotesis Perumusan masalah
3.
31
BAB IV
4.1 Pembahasan
Rumah Sakit Materna adalah rumah sakit umum milik swasta dan merupakan salah satu
rumah sakit tipe C yang terletak diwilayah Medan, di resmikan 29 January 1987 kepemilikan
Nomor Surat Izin 440/10697/IV/2013 dan tanggal surat izin 23/04/2013 dari Dinas Kesehatan
Kota Medan.RS Materna sudah melangsungkan Akreditasi RS Seluruh Indonesia dengan proses
Disamakan cara Harus hurup kecil
penetapan I ( 5 pelayanan).Rumah sakit ini memberikan pelayanan di bidang kesehatan yang
penulisan
didukung oleh layanan dokter spesialis serta ditunjang dengan fasilitas medis lainnya.
Rumah Sakit Materna memiliki layanan unggulan dalam Bagian Radiologi. Rumah
Sakit Materna memiliki luas tanah 693 dengan luas bangunan 2923. Jumlah tempat tidur
VIP : 17
KLS 1: 5
KLS II: 9
KLS III: 14
ICU :5
32
Buatkan rincian jumlah tenaga
Pelayanan Medis di RS Materna medis, perawat, lab, ro dll
• Medical Chek Up
• Dokter Umum
Anak ?????
kardiovaskular, Plastik ).
Penyakit Dalam
THT
Mata
Paru
Syaraf
Jantung/Kardiologi
Radiologi Forensic
Anasthesi
?????
Patologi Klinik/ Darah
33
Pelayanan Penunjang di RS Materna
• X- Ray
Cara penulian
• MRI
• ECG
• EEG
• CT – Scan
• USG
• Treadmil
• TUR
• Foto Panoramic
• Fisiotherapy
• Farmasi
Fasilitas di RS Materna
• IGD 24 Jam
• Rawat jalan
• Kamar Bedah
• Kamar Bersalin
• ICU
(Terlampir)
35
4.2 Hasil Penelitian
Kegiatan pelayanan rawat inap, secara singkat alur pelayanan rawat inap adalah
sebagai berikut: pasien masuk yang telah diputuskan untuk menjalani rawat inap dapat melalui
rujukan dari dokter atau dari instalasi gawat darurat. Pasien masuk kemudian mejalani
pelayanan perawatan setelah dilakukan prosedur penempatan klasifikasi di kelas I, II, III dan
VIP. Pasien di semua kelas perawatan menjalani pemeriksaan yang dilayani oleh beberapa
dokter. Penangan oleh tenaga medis di instalasi rawat inap dilaksanakan sesuai dengan penyskit
ysng diderita.
Kriteria atau parameter tertentu dibutuhkan untuk menentukan apakah TT yang tersedia
telah berdaya guna dan berhasil guna. Parameter tersebut diantaranya adalah BOR (Bed
Occupancy Rate), LOS (Length of Stay), TOI (Turn Over Interval), dan BTO (Bed Turn Over).
adalah BOR: 75%-85%, LOS: 3 – 12 hari, TOI : 1-3 hari, BTO : 30 kali. Sedangkan standar
yang ditetapkan oleh Dinkes adalah BOR : 60% - 85 %, LOS : 6 – 9 hari, TOI : 1 – 3 hari, dan
BTO : 40 – 50 kali.
36
Cara penulisan tabel
Nilai BOR, LOS, TOI, BTO RS Materna Tahun 2017- 2018
Nilai BOR, LOS, TOI dan BTO RS Materna periode triwulan tahun 2019
37
Berdasarkan table diatas indikator pelayanan untuk nilai BOR di RS Materna belum
memenuhi standar ideal dan standar yang ditetapkan DEPKES, nilai LOS sudah memenuhi
standar ideal tetapi belum memenuhi standar yang ditetapkan DEPKES, niali TOI belum
memenuhi standar ideal dan standar yang ditetapkan DEPKES, Nilai BTO belum memenuhi
38
Tabel II : Grafik Baber Jhonson Periode Triwulan Tahun 2018
39
Berdasarkan tabel grafik, dapat dilihat bahwa grafik dari keempat indikator rawat inap
di RS Materna dari tahun 2017 – 2019 secara keseluruhan didaptkan pelayanan rawat inap di
RS Materna masuk di dalam daerah efisienGrafik Baber Jhonson, hal ini terlihat dari titik
efisien dari tahun 2019 tidak berada pada titik efisien. Daerah efisien yaitu daerah yang dibatasi
dengan nilai Length of Stay (LOS) 6- 9 hari, pada sumbu y, Turn Over Interval (TOI ) 1 – 3 hari
pada sumbu x, Bed Occupancy Rate (BOR) 60 – 85 % pada garis diagonal kiri bawah ke kanan
atas, dan Bed Turn Over (BTO) 40 -50 kali pada garis diagonal kanan bawah ke kiri atas.
Pada Tabel III dapat dilihat tingkat efisiensi pelyanan rawat inap melalui Grafik Baber
Jhonson di RS Materna pada tahun 2019 pertemuan titik keempat indikator dalam grafik tidak
Triwulan I, nilai Length of Stay (LOS) berada pada titik 4,9 pada titik sumbu y, nilai
indikator nilai indikator Turn Over Interval (TOI) berada pada titik 18,4 pada sumbu x,
nilai indikator Bed Occupancy Rate (BOR) berada pada titik garis berada pada titik garis
40
20,98 %, dan nilai indikator Bed Turn Over (BTO) berada pada titik 3,87.
Triwulan II, nilai Length of Stay (LOS) berada pada titik 4,8 pada titik sumbu y, nilai
indikator nilai indikator Turn Over Interval (TOI) berada pada titik 22,9 pada sumbu x,
nilai indikator Bed Occupancy Rate (BOR) berada pada titik garis berada pada titik garis
17,44 %, dan nilai indikator Bed Turn Over (BTO) berada pada titik 3,28.
Triwulan III, nilai Length of Stay (LOS) berada pada titik 4,4 pada titik sumbu y, nilai
indikator nilai indikator Turn Over Interval (TOI) berada pada titik 19,4 pada sumbu x,
nilai indikator Bed Occupancy Rate (BOR) berada pada titik garis berada pada titik garis
18,35 %, dan nilai indikator Bed Turn Over (BTO) berada pada titik 3,87.
Triwulan IV, nilai Length of Stay (LOS) berada pada titik 4,3 pada titik sumbu y, nilai
indikator nilai indikator Turn Over Interval (TOI) berada pada titik 16,8 pada sumbu x,
nilai indikator Bed Occupancy Rate (BOR) berada pada titik garis berada pada titik garis
21,05 %, dan nilai indikator Bed Turn Over (BTO) berada pada titik 4,52.
41
BAB IV
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan:
1. Nilai indikator efisiensi pelayanan rawat inap di RS Materna Medan pada tahun 2019 secara
keseluruhan belum ada yang memenuhi standar Depkes dimana BOR di Triwulan I: 20,98%,
Triwulan II: 17,44%, Triwulan III: 18,35% dan Triwulan IV: 21,05% , LOS di Triwulan I:
4,88 hari, Triwulan II:4,83 hari, Triwulan III: 4,37 hari dan Triwulan IV: 4,29 hari, TOI di
Triwulan I: 18,39 hari, Triwulan II: 22,88 hari, Triwulan III: 19,43 hari dan Triwulan IV:
16,08 hari, BTO di Triwulan I:3,87 kali, Triwulan II: 3,28 kali, Triwulan III: 3,87 kali dan
2. Gambaran efisien berdasarkan pemanfaatan tempat tidur dengan menggunakan Grafik Baber
Jhonson di RS Materna pada tahun 2019 tidak masuk dalam daerah efisien Grafik Baber
Jhonson.
3. Berdasarkan dari data 2017 – 2019 setalah dibuat perbandingan perkembanagn datanya
4. Faktor yang mempengaruhi efisiensi pelayanan rawat inap di RS Materna adalah rendahnya
jumlah kunjungan rawat inap sehingga banyaknya tempat tidur yang tidak dimanfaatkan.
Era JKN salah satu yang membuat kunjungan pasien rawat inap semakin kurang.
5. >>>>>>>>>
42
5.3 SARAN
1. Diharapkan RS Materna sebaiknya membuat Grafik Baber Jhonson minimal tiap triwulan
terkait indikator pelayanan rawat inap sehingga akan membantu proses perencanaan
kedepannya.
2. Seabiknya marketing RS Materna lebih aktif lagi dalam mempromosikan fasilitas &
43
DAFTAR PUSTAKA
ALFABETA), (2013)
44
10. Undang-Undang RI Nomor 44 Tentang Rumah Sakit, Tahun 2009
11. Sudra, Statistik Rumah Sakit, Graha Ilmu, Yogyakarta, RI, (2010)
12. Khiar, Y.U, Analisis Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Grafik
Barber Jhonson pada kelas I, II, dan III RSUD Dr.Rasidin Padang (Skripsi),
2014, 2016.
14. Modul Metodologi Penelitian D III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
15. Gilbony, “Tentang Rekam Medis memiliki 6 manfaat, yang terangkum dalam
45