Anda di halaman 1dari 7

Volume 2 Nomor 3, Oktober 2021: Page: 599-605

IURIS STUDIA: Jurnal Kajian Hukum http://jurnal.bundamediagrup.co.id/index.php/iuris


Hambatan Pengajuan Klaim Asuransi…
Volume 2 Nomor 3, Oktober 2021: Page 599-605 ISSN ONLINE: 2745-8369
(Nanda Lucya Gultom, dkk.)

Hambatan Pengajuan Klaim Asuransi Jiwa Disebabkan Kelalaian Pihak


Pemegang Polis Terkait Dengan Kewajiban Pemberitahuan Riwayat Kesehatan
(Studi Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Nomor : 005/BPSK-
TT/KEP/IV/2016)

Nanda Lucya Gultom1, Hasim Purba2, Sunarmi3, Dedi Harianto4


1,2,3,4
Program Studi Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara
E-mail: nanda.lucya96@gmail.com (CA)

Abstrak
Keterangan secara jujur dari Tertanggung merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi sebelum
perjanjian asuransi yang dikenal dengan istilah “prinsip itikad baik”. Salah satu bentuk pelanggaran
terhadap prinsip ini adalah menyembunyikan fakta tentang kesehatan diri Tertanggung dengan cara
menyampaikan informasi secara tidak jujur yang terdapat pada Putusan Arbitrase / Mediasi
Penyelesaian Sengketa Konsumen Nomor : 005/BPSK-TT/KEP/IV/2016 yang dikeluarkan pada tanggal
14 April 2016 yang menjadi pembahasan pada penelitian ini. Adapun rumusan masalah pada penelitian
ini yaitu: bagaimana pengaturan tentang kewajiban pemberitahuan riwayat kesehatan dalam asuransi
jiwa, apa hambatan yang akan terjadi dalam pengajuan klaim asuransi jiwa jika pihak Pemegang Polis
melakukan kelalaian terkait dengan kewajiban pemberitahuan riwayat kesehatan dan bagaimana
analisa pertimbangan hukum BPSK terhadap pembatalan surat penolakan klaim yang dilakukan oleh
Perusahaan Asuransi terhadap pengajuan klaim meninggal dunia (Studi Putusan Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen Nomor:005/BPSK-TT/KEP/IV/2016). Metode penelitian ini menggunakan metode
pendekatan yuridis normatif yang bersifat deskriptif. Data yang digunakan merupakan data primer
yaitu data sekunder yang dikumpulkan dengan teknik studi pustaka (library research) dan hasil
wawancara. Seluruh data dianalisis dengan metode analisis data kualitatif. Berdasarkan penelitian,
pengaturan tentang Kewajiban Pemberitahuan dalam Asuransi tercantum pada Pasal 52 Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor : 23/POJK.05/2015 Tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk
Asuransi dan pada Pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Hambatan yang terjadi
dalam Pengajuan Klaim Asuransi Jiwa Yang Diakibatkan oleh Kelalaian Pemegang Polis Terkait
Kewajiban Pemberitahuan Riwayat Kesehatan adalah tidak cairnya uang pertanggungan atau disebut
Penolakan Klaim. Analisa Pertimbangan hukum BPSK terhadap pembatalan surat penolakan klaim
yang dilakukan oleh perusahaan asuransi terhadap pengajuan klaim meninggal dunia pada putusan
adalah terdapat beberapa hal yang keliru dalam analisa Hakim BPSK berupa ketidaksesuaian fakta
hukum dengan kronologi kasus.
Kata Kunci: Prinsip Itikad Baik, Hambatan Pencairan Klaim Asuransi, Klaim Meninggal Dunia.

Abstract
Honest information from the Insured is one of the conditions that must be met before an insurance
agreement is known as the "principle of good faith". One form of violation of this principle is hiding
facts about the Insured's personal health by dishonestly conveying information contained in the
Consumer Dispute Settlement Arbitration/Mediation Decision Number: 005/BPSK-TT/KEP/IV/2016
issued on April 14,2016 which is the discussion in this study. The formulation of the problem in this
study are: how is the regulation regarding the obligation to notify health history in life insurance, what
are the obstacles that will occur in submitting a life insurance claim if the policyholder commits
negligence related to the obligation to notify health history and how is the analysis of BPSK legal
considerations on the cancellation of the letter. rejection of claims made by the Insurance Company
against the submission of a death claim (Study of the Decision of the Consumer Dispute Settlement
Agency Number: 005/BPSK-TT/KEP/IV/2016). This research method uses a descriptive normative
juridical approach. The data used are primary data, namely secondary data collected by library
research and interview results. All data were analyzed by qualitative data analysis method. Based on
the research, the regulation regarding the Obligation of Notification in Insurance is stated in Article 52
of the Financial Services Authority Regulation Number: 23/POJK.05/2015 concerning Insurance
Products and Marketing of Insurance Products and in Article 251 of the Commercial Code (KUHD).

Page 599
IURIS STUDIA: Jurnal Kajian Hukum Hambatan Pengajuan Klaim Asuransi…
Volume 2 Nomor 3, Oktober 2021: Page 599-605 (Nanda Lucya Gultom, dkk.)

Obstacles that occur in the filing of a Life Insurance Claim Due to the Negligence of the Policyholder
Regarding the Obligation of Health History Notification is the non-disbursement of the sum insured or
called Claim Rejection. Analysis BPSK's legal considerations regarding the cancellation of the claim
rejection letter made by the insurance company against the submission of a death claim in the decision
are that there are several things that are wrong in the BPSK judge's analysis in the form of discrepancies
between legal facts and the chronology of the case.
Keywords: Good Faith Principle, Barriers to Disbursement of Insurance Claims, Death Claims.

Cara Sitasi:
Gultom, N.L., dkk. (2021), “Hambatan Pengajuan Klaim Asuransi Jiwa Disebabkan Kelalaian Pihak Pemegang Polis Terkait
Dengan Kewajiban Pemberitahuan Riwayat Kesehatan (Studi Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Nomor :
005/BPSK-TT/KEP/IV/2016)”, IURIS STUDIA: Jurnal Kajian Hukum Vol . 2, No.3, Oktober, Pages: 599-605.

A. Pendahuluan
Salah satu bentuk perusahaan asuransi adalah asuransi jiwa, yaitu “asuransi khusus yang bergerak
di bidang jasa perlindungan terhadap keselamatan jiwa seseorang dari ancaman bahaya kematian”. 1
Pasal 251 KUHD menyatakan bahwa, “Semua pemberitahuan yang keliru atau tidak benar, atau semua
penyembunyian keadaan yang diketahui oleh tertanggung, meskipun dilakukannya dengan itikad baik,
yang sifatnya sedemikian, sehingga perjanjian itu tidak akan diadakan, atau tidak diadakan dengan
syarat-syarat yang sama, bila penanggung mengetahui keadaan yang sesungguhnya dari semua hal itu,
membuat pertanggungan itu batal”.2
Keterangan secara jujur sangat penting bagi lembaga asuransi karena dari keterangan tersebut, akan
dapat dianalisis risiko calon tertanggung sehingga dapat ditentukan besar premi yang harus dibayar.
Keterangan secara jujur dari tertanggung merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi sebelum
perjanjian asuransi dibuat secara kongkrit dalam bentuk polis, yang dikenal dengan principle of utmost
good faith yaitu “prinsip itikad baik atau prinsip kejujuran yang sempurna, yakni setiap tertanggung
berkewajiban memberitahukan secara jelas dan teliti mengenai segala fakta penting yang berkaitan
dengan obyek yang diasuransikan serta tidak mengambil untung dari asuransi”. Perjanjian asuransi yang
telah disepakati kedua pihak merupakan perbuatan hukum (das sein) yang mana kedua pihak harus
mematuhi ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam perjanjian asuransi tersebut (das sollen).3
Salah satu bentuk pelanggaran terhadap prinsip itikad baik ini adalah menyembunyikan fakta
tentang kesehatan diri tertanggung dengan cara menyampaikan informasi secara tidak jujur. Pelanggaran
tersebut dapat menyebabkan persoalan hukum dikemudian hari terhadap perjanjian yang telah dibuat
antara tertanggung dengan lembaga asuransi sebagai penanggung. Terutama jika terjadi klaim asuransi
(jiwa) dari tertanggung, keluarga atau ahli warisnya. Penanggung menyatakan bahwa tertanggung tidak
melaksanakan itikad baik sehingga klaim asuransi yang diajukan ditolak oleh perusahaan asuransi.4
Salah satu contoh kasus terkait dengan permasalahan tersebut yaitu pada Putusan Arbitrase /
Mediasi Penyelesaian Sengketa Konsumen Nomor : 005/BPSK-TT/KEP/IV/2016 yang dikeluarkan
pada tanggal 14 April 2016. Putusan tersebut membahas mengenai persengketaan antara Ahli Waris dari
Pemegang Polis Asuransi Jiwa Squislife yang bernama “Tjaidi” dengan PT.Asuransi Jiwa Sequislife.
Adapun duduknya perkara adalah sebagai berikut:
Tan Lie Lie adalah seorang nasabah pada PT. Asuransi Squislife yang bergabung pada tanggal 20
Mei 2015. Pengisian data pada Surat Permintaan Asuransi (SPA) ditulis oleh agen bernama Meiliana
tanpa ditandatangi oleh Tan Lie Lie selaku Pemegang Polis sekaligus Tertanggung dengan tanda
tangan yang tercantum berupa 1 (satu) garis lurus. Pada awal pengisian data, agen melakukan
wawancara dengan Pemegang Polis dan tercatat tidak ada riwayat penyakit yang akut, cacat badan
dan mental yang bertentangan dengan ketentuan dalam polis asuransi untuk pencairan dana klaim
ke depannya dan yang bersangkutan dalam keadaan sehat. Pengisian data diselesaikan tanpa ada
dilakukan medical check-up dari agen dan perusahaan asuransi PT.Squislife. Angsuran dana premi
yang akan dibayar oleh Pemegang Polis sebesar Rp.1.700.000,- (satu juta tujuh ratus ribu rupiah)

1
Ferdy Novril, “Penentuan Besar Cadangan Pada Asuransi Jiwa Bersama Dwiguna Dengan Metode Illinois”, Jurnal
Matematika, Universitas Andalas, Vol 5, No 3, 2016, hlm.2.
2 Pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
3 Ibid.
4 Esther Masri Jurnal Krtha Bhayangkara, “Pelanggaran Prinsip Itikad Baik dalam Perjanjian Asuransi pada P.T. Asuransi

Jiwasraya Cabang Padang”, Jurnal Hukum, Universitas Diponegoro, Vol.12, No.1, Juni 2018, hlm. 39.

Page 600
IURIS STUDIA: Jurnal Kajian Hukum Hambatan Pengajuan Klaim Asuransi…
Volume 2 Nomor 3, Oktober 2021: Page 599-605 (Nanda Lucya Gultom, dkk.)

setiap bulannya dengan jumlah pembayaran tanggungan sebesar Rp. 300.000.000,- (Tiga Ratus Juta
Rupiah). Pada tanggal 24 September, Tan Lie Lie meninggal dunia karena sakit yang dideritanya
sesuai dengan Surat Kematian dari dokter yang merawatnya pada RSU. Sri Pamela. Setelah masa
duka berlalu, pihak ahli waris dari Tan Lie Lie (Penerima Manfaat Asuransi) mengajukan klaim
sesuai dengan ketentuan akan tetapi klaim ditolak oleh Perusahaan Asuransi tersebut berdasarkan
surat No.78 s/d 80/K/MC/SQ/I/2016 pada tanggal 19 Januari 2016 dengan isi sebagai berikut :
1. Bahwa Tertanggung meninggal dunia pada tanggal 24 September 2015 di RS Pamela Tebing
Tinggi dengan diagnosa kematian adalah CKD (Chronic Kidney Disease) dan hal ini sudah
melanggar syarat dan ketentuan dalam pencairan uang santunan.
2. Bahwa pada saat pengisian Surat Permintaan Asuransi tanggal 20 Mei 2015, terdapat pernyataan
yang tidak sesuai dengan faktanya, yaitu tentang riwayat kesehatan. Pada waktu pengisian data,
Tan Lie Lie menyatakan bahwa dirinya sehat dan tidak ada pernah melakukan sinar x (rontgen),
laboratorium, dll dan. Faktanya, Tan Lie Lie pernah dirawat jalan dengan diagnosa Hipertensi,
Dislipidemia, Hiperuricenemia.

Atas tindakan tersebut, pihak Ahli Waris (Penerima Manfaat) menuntut PT.Squislife untuk
melaksanakan kewajibannya yaitu membayar santunan jiwa sebesar Rp. 300.000.000,- (Tiga Ratus
Juta Rupiah) yang telah disepakati pada awal perjanjian dan mengajukan keberatan / gugatan
melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Tebing Tinggi untuk dapat
memberikan keadilan serta menghukum PT.Squislife untuk membayar ganti rugi atas tindakan
pencemaran nama baik yang menyatakan bahwa pemegang polis, Tan Lie Lie selaku Ibu kandung
dari ahli waris (Penerima Manfaat) dinyatakan terkena penyakit akut yang pada faktanya Tan Lie
Lie (Pemegang Polis dan Ibu kandung Penggugat tidak pernah memiliki riwayat penyakit tersebut
dan penelusuran dilakukan Pihak Perusahaan Asuransi secara sepihak tanpa izin dari keluarga
Pemegang Polis) sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

Berhubungan persoalan tersebut diatas maka perlu dilakukan penelitian dengan identifikasi
rumusan permasalahan yaitu; Bagaimana pengaturan tentang kewajiban pemberitahuan riwayat
kesehatan dalam asuransi jiwa? Apa hambatan yang akan terjadi dalam pengajuan klaim asuransi jiwa
jika pihak Pemegang Polis melakukan kelalaian terkait dengan kewajiban pemberitahuan riwayat
kesehatan? Bagaimana analisa pertimbangan hukum Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen terhadap
pembatalan surat penolakan klaim yang dilakukan oleh Perusahaan Asuransi terhadap pengajuan klaim
meninggal dunia (Studi Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Nomor : 005/BPSK-
TT/KEP/IV/2016)?
Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Metode penelitian yang
digunakan berupa library research yaitu penelitian terhadap dokumen tertulis sebagai datanya yang
bersumber dari data skunder mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
tersier. 5 Bahan hukum dimaksud juga akan dijadikan sebagai literature review yang menarik dan
mengevaluasi berbagai jenis sumber yang berbeda termasuk artikel akademik, dan jurnal profesional,
buku, dan sumber daya berbasis web.6 Prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah dalam bentuk dokumentasi, yaitu: pedoman yang digunakan berupa catatan atau
kutipan, pencarian literatur hukum, buku-buku dan lain-lain yang terkait untuk identifikasi masalah
dalam penelitian ini secara offline maupun online. 7 Analisis bahan hukum dilakukan dengan
menggunakan metode analisis isi (centent analysis method) yang dilakukan dengan cara memaparkan
materi peristiwa hukum atau produk hukum secara rinci guna memudahkan penafsiran dalam
pembahasan,8 melalui pendekatan perundang-undangan (statute aprroach), yaitu merumuskan defenisi

5 Rahmat Ramadhani, “Analisis Yuridis Penguasaan Tanah Garapan Eks Hak Guna Usaha PT. Perkebunan Nusantara II Oleh
Para Penggarap”, Seminar Nasional Teknologi Edukasi Sosial dan Humaniora 1, No. 1, (2021): p. 859.
6
Rahmat Ramadhani, “Legalisasi Aset Tanah Dan Asupan Modal Usaha Menengah Kecil Masyarakat”, Seminar Nasional
Kewirausahaan, 2, No. 1, (2021): p. 280.
7 Rahmat Ramadhani, “Peran Serta Masyarakat dalam Pemberantasan Mafia Tanah Pasca Pandemic Covid-19”, Seminar

Nasional Hukum, Sosial dan Ekonomi (SANKSI), 1, No. 1, (2022): p. 3.


8 Rahmat Ramadhani dan Ummi Salamah Lubis, “The Function of the Delimitation Contradictory Principle in the Settlement

of Land Plot Boundary Disputes”, IJRS: International Journal Reglement & Society 2, No. 3, (2021): p. 138.

Page 601
IURIS STUDIA: Jurnal Kajian Hukum Hambatan Pengajuan Klaim Asuransi…
Volume 2 Nomor 3, Oktober 2021: Page 599-605 (Nanda Lucya Gultom, dkk.)

hukum berdasarkan asas-asas hukum dari hasil kajian peraturan perundang-undangan dengan melihat
berbagai pendapat para ahli dan penulis berkaitan dengan masalah yang dibahas.9

B. Pembahasan
1. Kewajiban Pemberitahuan oleh Pemegang Polis / Tertanggung tentang Riwayat
Kesehatannya kepada Perusahaan Asuransi
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
Kewajiban pemberitahuan adalah salah satu bentuk kewajiban dari pihak Pemegang Polis, yang
tertuang dalam Pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dan merupakan kewajiban
dari pihak Perusahaan Asuransi yang diatur pada Pasal 5 UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen. Akan tetapi, kewajiban yang dimaksud dalam asuransi jiwa lebih menitikberatkan pada
kewajiban pemberitahuan riwayat kesehatan calon nasabah.10
Kewajiban pemberitahuan yang utama menyangkut fakta-fakta yang sudah diketahui oleh calon
Perusahaan Asuransi atau fakta-fakta yang seharusnya diketahui oleh calon Perusahaan Asuransi tentang
kesehatan calon Pemegang Polis. Selain itu Perusahaan Asuransi diwajibkan untuk memberitahukan
kepada calon Pemegang Polis tentang adanya kewajiban untuk memberi keterangan lengkap mengenai
risikonya. Perusahaan Asuransi yang tidak jelas mengingatkan Pemegang Polis akan adanya kewajiban
tersebut tidak berhak untuk menolak klaim berdasarkan misrepresentation/ non-disclosure, kecuali
dalam hal misrepresentation/ non-disclosure tersebut telah dilakukan oleh Pemegang Polis secara
curang (Fraudulent).11

Menurut Pengaturan PT. Asuransi Jiwa Sequislife


PT. Asuransi Jiwa Sequislife lebih mencerminkan kewajiban pemberitahuan kepada pihak
Pemegang Polis. Kewajiban Pemberitahuan yang dimaksud adalah mengenai kondisi kesehatan.
Pemegang Polis wajib memberitahukan bagaimana kondisi kesehatannya pada saat sebelum pembuatan
polis asuransi, yaitu dengan menjawab beberapa pertanyaan dari pihak asuransi dalam yang disebut
SPAJ (Surat Pembuatan Asuransi Jiwa).12
Pihak Asuransi Sequislife Pusat akan menyarankan Pemegang Polis / Pemegang Polis untuk
melakukan medical check-up yang dibiayai oleh Perusahaan Asuransi tersebut berdasarkan keterangan
dalam SPAJ. Jika hasil medical check-up tidak layak standart, maka ada tambahan premi pada polis
asuransi. Apabila Pemegang Polis/Pemegang Polis keberatan dalam hal tersebut, dan memutuskan untuk
tidak melanjutkan sebagai nasabah, maka biaya akan tetap ditanggung oleh Perusahaan Asuransi.
Namun, apabila dilakukan medical check-up dan hasilnya standart dan Pemegang Polis memutuskan
untuk tidak melanjutkan sebagai nasabah, maka biaya medical check-up ditanggung oleh calon
Pemegang Polis/ calon Pemegang Polis itu sendiri.13

2. Hambatan-hambatan yang terjadi jika terdapat kelalaian terkait kewajiban


pemberitahuan riwayat kesehatan oleh pemegang polis
Perusahaan asuransi memiliki prosedur standar menginvestigasi setiap klaim yang diajukan oleh
nasabah. Apabila dalam proses investigasi tersebut ditemukan hal yang mencurigakan tentu saja klaim
yang diajukan akan ditolak.14

9 Rahmat Ramadhani, “Legal Protection For Land Rights Holders Who Are Victims Of The Land Mafia”, IJRS: International
Journal Reglement & Society 2, No. 2, (2021): p. 89.
10 Pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).
11 Helena Primadianti Sulistyaningrum, “Prinsip Itikad Baik (Pasal 251 KUHD) dalam Hal Terjadinya Penolakan Klaim

Asuransi Kepada Tertanggung sebagai Konsumen (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen)”,
Pengajar di Fakultas Hukum, Universitas Sriwijaya, hlm.7
12
Hasil wawancara dengan Linawati (Deputy Regional Vice President Sequislife) pada tanggal 12 April 2020 di Kantor
Sequislife Cabang Jalan Gatot Subroto No.15 Medan.
13 Hasil wawancara dengan Linawati (Deputy Regional Vice President Sequislife) pada tanggal 12 April 2020 di Kantor

Sequislife Cabang Jalan Gatot Subroto No.15 Medan.


14 Allianz Indonesia, Klaim Asuransi Ditolak?Periksa Dulu Jangan-Jangan Ini Penyebabnya diakses oleh www. allianz.co.id

pada 22 Maret 2020 pukul 15.00 WIB.

Page 602
IURIS STUDIA: Jurnal Kajian Hukum Hambatan Pengajuan Klaim Asuransi…
Volume 2 Nomor 3, Oktober 2021: Page 599-605 (Nanda Lucya Gultom, dkk.)

Hal lain dapat menjadi alasan kuat penolakan sebuah klaim asuransi yaitu “ketika pihak asuransi
menemukan bahwa Pemegang Polis dengan sengaja menyembunyikan informasi penting di awal
pembelian polis.”15
Salah satu contoh konkritnya ialah jika seseorang hendak membeli asuransi jiwa , maka calon
pemegang polis memiliki persyaratan pembelian polis, yakni tertuang dalam pengisian Surat
Permohonan Asuransi Jiwa (SPAJ). Pihak Asuransi akan meminta itikad baik nasabah untuk
mengungkapkan informasi kesehatan tertanggung secara jelas.16
Pasalnya, ketika ada informasi penting terkait kesehatan tertanggung yang disembunyikan pada
tahap awal pembuatan asuransi, hal tersebut dapat mempengaruhi pencairan klaim di kemudian hari.
Polis asuransi mengenal ketentuan pre-existing condition yaitu, “kondisi dimana calon Pemegang Polis
memiliki riwayat penyakit tertentu pada saat mendaftar ke asuransi.”17
Setiap polis memberi syarat masa pre-existing condition berbeda-beda. Bila klaim sudah memenuhi
syarat yang ditentukan, tentu pihak asuransi tidak memiliki alasan untuk menolaknya.18

3. Pertimbangan Hukum Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Pembatalan


Surat Permohonan Klaim Meninggal Dunia (Studi Putusan Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen Nomor : 005/BPSK-TT/KEP/IV/2016)
Pertimbangan Hukum Hakim BPSK
a. Menimbang bahwa pihak Pemohon telah mengajukan gugatan secara tertulis dan telah
diregistrasi di Sekretariat Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Pemerintah Kota
Tebing Tinggi Nomor : 005/BPSK-TT/III/2016, tanggal 10 Maret 2016;
b. Menimbang Bahwa dalam Persidangan Pemohon Mengajukan Bukti-Bukti;
c. Menimbang Bahwa Pemohon Juga Menghadirkan Saksi-Saksi;
d. Menimbang bahwa Termohon Juga Menyerahkan bukti-bukti & Menghadirkan Saksi;
e. Menimbang bahwa azas dan tujuan Pasal 2 dan 3 UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, yaitu : Perlindungan Konsumen berdasarkan manfaat keadilan keseimbangan,
keamanan dan keselamatan konsumen serta kepastian hukum;

Putusan Hakim BPSK


a. Menetapkan, Memutuskan, Mengabulkan sebahagian permohonan tuntutan ;
b. Menghukum asuransi jiwa Sequis Life untuk membatalkan Surat No. 78,79 & 80 /k/m/sq/ atas
penolakan sepihak atas Polis Nomor 00308667-5 ;
c. Menghukum asuransi jiwa Sequis Life untuk membayar santunan sebesar Rp. 300.000.000,-
(Tiga Ratus Juta Rupiah) kepada Ahli Waris berdasarkan Polis Nomor : 300308667-5 ;
d. Menolak tuntutan Ahli Waris untuk ganti rugi sebesar Rp. 500.000.000,- (Lima Ratus Juta
Rupiah)

Analisis Pertimbangan Hukum BPSK No : 005 / BPSK-TT / KEP/ IV / 2016


Terdapat kekeliruan yang dilakukan oleh Hakim BPSK pada saat mempertimbangkan putusan
berdasarkan penelusuran fakta hukum dari kronologi kasus yang dicantumkan oleh pihak Penggugat.
Hal ini menjadi alasan putusan no.1 dan 2 seharusnya tidak dicantumkan pada putusan tersebut.
Pertama, pada bagian pertimbangan hukum hakim poin ke -1, merujuk pada perihal duduknya
perkara oleh Pemohon poin 3 menunjukkan adanya ketidaksesuaian pernyataan dengan fakta yang
terjadi.
Kedua, pada fakta hukum yang tertulis dalam putusan yaitu pada poin ke-5, “Menimbang bahwa
azas dan tujuan Pasal 2 dan 3 UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu :
“Perlindungan Konsumen berdasarkan manfaat keadilan keseimbangan, keamanan dan keselamatan
konsumen serta kepastian hukum” tidak tepat dijadikan sebagai bahan pertimbangan hukum hakim pada
kasus ini.

15 Allianz Indonesia, Klaim Asuransi Ditolak?Periksa Dulu Jangan-Jangan Ini Penyebabnya diakses oleh www. allianz.co.id
pada 22 Maret 2020 pukul 15.05 WIB.
16 Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia diakses oleh www.aaji.or.id diakses pada tanggal 22 Maret 2020 pukul 17.00 WIB.
17 Syarat-syarat Umum Polis Asuransi Jiwa 1000 diakses oleh www. allianz.co.id. pada tanggal 22 Maret 2020 pukul 17.30

WIB.
18 Syarat-syarat Umum Polis Asuransi Jiwa 1000 diakses oleh www. allianz.co.id. pada tanggal 22 Maret 2020 pukul 18.00

WIB.

Page 603
IURIS STUDIA: Jurnal Kajian Hukum Hambatan Pengajuan Klaim Asuransi…
Volume 2 Nomor 3, Oktober 2021: Page 599-605 (Nanda Lucya Gultom, dkk.)

Ketiga, pada fakta hukum bagian ke- III, “Dasar Penolakan Klaim Asuransi berdasarkan surat
keterangan dokter umum praktek point ke-5, yaitu, “ Bukti-bukti jawaban dari dokter praktek tidak dapat
dijadikan dasar penolakan pembayaran klaim asuransi jiwa dan tidak dapat dijadikan alasan penolakan
asuransi jiwa karena kompetensinya tidak ada, maka majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
Kota Tebing Tinggi berpendapat bahwa Resume Inggriwati sebagai Dokter Praktek Umum telah
terjawab oleh resume medis yang dikeluarkan RSU H.Kumpulan Pane yang ditandatangani oleh
Syahruddin, sebagai Dokter Spesialis Penyakit Dalam” merupakan fakta yang tidak benar dan layak
untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan hukum hakim

C. Penutup
1. Kesimpulan
a. Pengaturan tentang Kewajiban Pemberitahuan dalam Asuransi terdiri dari dua bagian, yaitu
“Kewajiban Pemberitahuan tentang Prosedur Pencairan Klaim Asuransi Jiwa” oleh
Perusahaan Asuransi melalui Agen Asuransi diatur dalam Pasal 52 Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor : 23/POJK.05/2015 Tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk
Asuransi, Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014, Pasal 6 Undang-
Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Berkenaan dengan Perilaku
Buruk Pelaku Usaha / Pihak Asuransi, dan “Kewajiban Pemberitahuan Riwayat Kesehatan
Pemegang Polis” yang diatur dalam Pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD) dan Pengaturan dalam PT.Asuransi Jiwa Sequislife.
b. Hambatan yang terjadi dalam Pengajuan Klaim Asuransi Jiwa Yang Diakibatkan oleh
Kelalaian Pemegang Polis Terkait Kewajiban Pemberitahuan Riwayat Kesehatan adalah
tidak cairnya uang pertanggungan atau disebut Penolakan Klaim. Hal ini menimbulkan
perselisihan diantara Perusahaan Asuransi dan Penerima Manfaat Asuransi dan memiliki
kemungkinan terjadi persengketaan hingga ranah pengadilan.
c. Analisa Pertimbangan hukum BPSK terhadap pembatalan surat penolakan klaim yang
dilakukan oleh perusahaan asuransi terhadap pengajuan klaim meninggal dunia (Studi
Putusan Arbitrase/Mediasi Penyelesaian Sengketa Konsumen Nomor : 005 / BPSK-TT /
KEP / IV / 2016) adalah terdapat beberapa hal analisa Hakim BPSK atas pemilihan fakta
hukum terhadap kronologi kasus dalam putusan. Hakim BPSK seharusnya tidak
memutuskan posita no.2, yaitu “menghukum asuransi jiwa Sequislife untuk membatalkan
surat penolakan klaim No.78.79 & 80/k/m/sq atas penolakan sepihak”, karena hal tersebut
sudahlah tepat dan sudah terbukti bahwa Pemegang Polis tidak melakukan itikad baik dalam
menjalankan kewajiban pemberitahuan riwayat kesehatannya. Selanjutnya terdapat
ketidaktepatan pada penentuan fakta hukum yang tertulis dalam putusan yaitu pada poin ke-
5, “Menimbang bahwa azas dan tujuan Pasal 2 dan 3 UU No.8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen, yaitu : Perlindungan Konsumen berdasarkan manfaat keadilan,
keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen serta kepastian hukum”. Hal ini tidak
terkait dengan perihal ketidakadilan karena persetujuan pembacaan dan penelusuran rekam
medis dari pihak keluarga Pemegang Polis / Tertanggung merupakan salah satu syarat dari
Pengajuan Klaim Meninggal dunia sehingga hal ini tidak menjadi bahan pertimbangan
hukum hakim dalam mengambil keputusan.

2. Saran
a. Sebaiknya pengaturan tentang kewajiban pemberitahuan riwayat kesehatan Pemegang Polis
di atur secara tegas dalam sebuah Undang-Undang sehingga tidak menimbulkan beberapa
penafsiran dan pengaturan pemberian sanksi yang lebih memberatkan Pemegang Polis,
sehingga tidak mempersulit seluruh pihak pada saat pencairan dana klaim asuransi jiwa.
b. Sebaiknya pada saat pembuatan Surat Pengajuan Permohonan Asuransi (SPAJ), Agen
Asuransi lebih menegaskan tentang aturan hukum yang berlaku jika pihak-pihak yang
terkait dalam perjanjian melakukan wanprestasi (tidak menyampaikan fakta material
berkenaan kondisi kesehatan Pemegang Polis) sehingga dapat mengurangi hal-hal yang
menjadi hambatan dalam prosedur pencairan dana klaim meninggal atau klaim asuransi
jiwa lainnya.
c. Sebaiknya Hakim BPSK lebih hati-hati dalam menelaah permohonan gugatan yang
disampaikan dengan meneliti fakta hukum yang lebih mendalam melalui pernyataan pada

Page 604
IURIS STUDIA: Jurnal Kajian Hukum Hambatan Pengajuan Klaim Asuransi…
Volume 2 Nomor 3, Oktober 2021: Page 599-605 (Nanda Lucya Gultom, dkk.)

duduknya perkara serta mencari informasi pendukung lainnya diluar ilmu hukum secara
seksama yang sesuai dengan permasalahan yang terjadi.

Daftar Pustaka

Allianz Indonesia, Klaim Asuransi Ditolak?Periksa Dulu Jangan-Jangan Ini Penyebabnya diakses
oleh www. allianz.co.id.
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia diakses oleh www.aaji.or.id.
Esther Masri Jurnal Krtha Bhayangkara, (2018). “Pelanggaran Prinsip Itikad Baik dalam Perjanjian
Asuransi pada P.T. Asuransi Jiwasraya Cabang Padang”, Jurnal Hukum, Universitas
Diponegoro, Vol.12, No.1.
Ferdy Novril, (2016). “Penentuan Besar Cadangan Pada Asuransi Jiwa Bersama Dwiguna Dengan
Metode Illinois”, Jurnal Matematika, Universitas Andalas, Vol 5, No 3.
Hasil wawancara dengan Linawati (Deputy Regional Vice President Sequislife) pada tanggal 12 April
2020 di Kantor Sequislife Cabang Jalan Gatot Subroto No.15 Medan.
Helena Primadianti Sulistyaningrum, “Prinsip Itikad Baik (Pasal 251 KUHD) dalam Hal Terjadinya
Penolakan Klaim Asuransi Kepada Tertanggung sebagai Konsumen (Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen)”, Pengajar di Fakultas Hukum, Universitas
Sriwijaya.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
Rahmat Ramadhani dan Ummi Salamah Lubis. (2021). “The Function of the Delimitation
Contradictory Principle in the Settlement of Land Plot Boundary Disputes”, IJRS: International
Journal Reglement & Society 2, No. 3.
Rahmat Ramadhani. (2021). “Analisis Yuridis Penguasaan Tanah Garapan Eks Hak Guna Usaha PT.
Perkebunan Nusantara II Oleh Para Penggarap”, Seminar Nasional Teknologi Edukasi Sosial dan
Humaniora 1, No. 1.
Rahmat Ramadhani. (2021). “Legal Protection For Land Rights Holders Who Are Victims Of The Land
Mafia”, IJRS: International Journal Reglement & Society 2, No. 2.
Rahmat Ramadhani. (2021). “Legalisasi Aset Tanah Dan Asupan Modal Usaha Menengah Kecil
Masyarakat”, Seminar Nasional Kewirausahaan, 2, No. 1.
Rahmat Ramadhani. (2022). “Peran Serta Masyarakat dalam Pemberantasan Mafia Tanah Pasca
Pandemic Covid-19”, Seminar Nasional Hukum, Sosial dan Ekonomi (SANKSI), 1, No. 1.
Syarat-syarat Umum Polis Asuransi Jiwa 1000 diakses oleh www. allianz.co.id.

Page 605

Anda mungkin juga menyukai