Proposal Penelitian - Reno M Fadilla - Jan 2022 (Final)
Proposal Penelitian - Reno M Fadilla - Jan 2022 (Final)
Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)
pada Jurusan Teknik Elektro
Oleh :
RENO MUHAMMAD FADILLA
1187070068
Telah disetujui dan disahkan sebagai Proposal Penelitian Jurusan Teknik Elektro
di Bandung, pada tanggal 26 Januari 2022
Menyetujui
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
2.6 Rotor............................................................................................................ 24
iv
2.7 Generator ..................................................................................................... 24
v
3.1.8 Perancangan Sistem Supervisi ............................................................. 43
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR PERSAMAAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem supervisi pada sistem PLTS dan PLTB memerlukan akurasi pembacaan
data yang baik serta dapat diakses secara waktu nyata (real-time). Melalui sistem
monitoring nirkabel menggunakan internet, hal tersebut dapat dilakukan. Internet
menjadi salah satu teknologi yang diimplementasikan pada berbagai aspek
kehidupan sehingga dikenal dengan istilah Internet of Things (IoT). IoT
memungkinkan perangkat keras yang ditautkan untuk bertukar data melalui internet
sehingga pengguna dapat mengakses informasi dan berinteraksi dengan perangkat
keras melalui ponsel pintar [8]. Sistem monitoring berbasis internet pada sistem
PLTS dan PLTB terdiri dari empat lapisan struktur IoT. Lapisan pertama terdiri dari
pembacaan sensor untuk memperoleh data. Lapisan kedua terdiri dari jaringan
internet untuk transmisi data. Lapisan ketiga adalah lapisan untuk mengolah data
yang diperlukan. Lapisan keempat sebagai antarmuka (interface) antara perangkat
akhir seperti ponsel pintar atau computer dengan jaringan internet [9].
Implementasi sistem supervisi berbasis internet dapat menganalisa performa dari
pembangkitan sistem PLTS dan PLTB.
2
Proposal penelitian ini bertujuan untuk membuat Rancang Bangun Sistem
Supervisi pada Sistem PLTS dan PLTB Hybrid Berskala Mikro Berbasis Internet
of Things (IoT)yang memantau pembangkitan PLTS dan PLTB secara real-time
serta mengatur sistem manajemen energi melalui pengisian baterai secara otomatis
ketika daya yang dibangkitkan PLTS dan PLTB lebih besar dari daya beban yang
terpasang. Sistem supervisi berbasis internet akan membaca data tegangan, arus dan
daya DC secara pada keluaran PLTS dan PLTB serta tegangan, arus dan daya AC
pada keluaran inverter yang ditampilkan pada dashboard Thinger.io. Selain itu,
sistem ini juga akan membaca daya beban yang terpasang. Data yang terbaca akan
menjadi acuan sistem supervisi untuk secara otomatis melakukan pengisian pada
baterai berdasarkan perbandingan daya yang dibangkitkan sumber dengan
konsumsi daya pada beban.
3
Judul Peneliti Tahun
Berdasarkan Tabel 1.1 Referensi dapat diambil analisa bahwa terdapat beberapa
penelitian yang mengembangkan tentang sistem supervisi pada sistem
pembangkitan berskala kecil (microgrid) berbasis internet. Penelitian pertama yaitu
penelitian [10]. Penelitian ini membandingkan hasil pembacaan sistem monitoring
dari dua buah media yaitu melalui platform thingspeak dengan aplikasi PV Array
Simulator. Parameter yang diukur pada sistem ini yaitu tegangan dan arus keluaran
DC dari Solar PV menggunakan sensor arus dan tegangan DC yang terintegrasi
dengan Arduino Uno yang dihubungkan ke modul ESP8266 sehingga data sensor
dapat disimpan di database melalui internet. Hasil perbandingan dari rancang
bangun kedua sistem adalah sama. Toleransi prosentase error kurang dari 5%
sehingga data dapat diterima. Melalui penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
sistem monitoring berbasis internet sangat bermanfaat terutama dalam
pengaplikasian di dunia industri. Mempelajari konsep dari penelitian [10] dapat
dijadikan acuan untuk mempelajari konsep pengiriman data sensor tegangan dan
arus DC pada keluaran pembangkit ke database lalu disajikan pada sebuah platform
sistem monitoring berbasis internet.
4
Penelitian [11] menyajikan rancang bangun sistem monitoring tegangan dan
arus pada keluaran inverter menggunakan sensor tegangan AC dan sensor arus AC
(ACS712 30A) yang diintegrasikan dengan mikrokontroler Arduino Uno lalu
dikoneksikan dengan modul ESP8266 sehingga memungkinkan hasil data sensor
diakses melalui internet. Data yang telah diambil oleh sensor dikirim ke IoT Cloud
lalu data tersebut dapat dipantau melalui platform thingspeak dari ponsel pintar atau
komputer. Hasil dari sistem tersebut yaitu berhasil menampilkan data tegangan dan
arus AC pada keluaran inverter pada platform thingspeak. Selain itu, ditampilkan
pula hasil perhitungan faktor daya, daya reaktif dan daya aktif dari hasil pembacaan
tegangan dan arus AC dari keluaran inverter tersebut. Hal tersebut memudahkan
pengguna untuk memantau secara real-time daya pembangkitan maupun efisiensi
daya yang dibangkitkan oleh pembangkitan PLTS. Mempelajari konsep-konsep
pada penelitian [11] dapat dijadikan acuan untuk mengukur tegangan dan arus AC
pada keluaran inverter menggunakan sensor ACS712 atau sensor yang tipikal serta
cara menghitung daya aktif, daya reaktif dan faktor daya dari pembacaan sensor
tersebut.
6
Sistem ini menggunakan pembangkitan independent berupa sistem PLTS berskala
mikro yang terpasang secara hybrid pada grid. Sistem manajemen energi yang
terpasang terintegrasi pada aplikasi smartphone melalui koneksi internet. Sistem ini
juga melakukan monitoring pada beberapa parameter seperti konsumsi beban,
pembangkitan daya PLTS, penggunaan pribadi daya dari PLTS, pengisian baterai
dari PLTS, penghabisan daya baterai, penggunaan listrik dari grid, daya dari grid
yang digunakan untuk mengisi baterai dan State of Charge (SoC) pada baterai.
Selain itu penelitian ini juga dilengkapi dengan analisa penghematan biaya dengan
dan tanpa HEMS. Hasil dari terpasangnya HEMS pada sistem grid di rumah
berhasil menaikan efisiensi pembangkitan energi sebesar 30% dibandingkan tanpa
HEMS, mengurangi emisi 30% dibandingkan tanpa HEMS, mengurangi
ketergantungan pada grid bawaan sebesar 30% dan mengoptimalkan penghematan
pengeluaran sebesar 85% dengan tanpa HEMS dan menghemat 94% dibandingkan
dengan hanya bergantung pada grid bawaan. Mempelajari konsep-konsep pada
penelitian ini dapat membantu untuk mempelajari prinsip kerja dari sistem
manajemen energi dan implementasi smart microgrid pada sistem hybrid berbasis
internet.
7
tegangan yang digunakan untuk mengisi baterai, semakin lambat kecepatan
pengisian baterai tersebut. Mempelajari konsep-konsep pada penelitian [15]dapat
dijadikan acuan untuk menentukan konfigurasi pengisian baterai yang paling
efisien pada sistem PLTS dan PLTB hybrid berskala mikro dengan metode float
charging atau bulk charging.
Penelitian yang membedakan dengan penelitian serupa seperti pada Tabel 1.1
yaitu pada penggunaan Grid-Tied Inverter (GTI) yang terpasang pada tiap masukan
baterai dengan kapasitas arus paling rendah dan penggunaan platform monitoring
berupa Thinger.io dan penggunaan mikrokontroler Arduino Mega dan NodeMCU
esp8266 yang dihubungkan dengan modul NRF Radio. Jika pada penelitian [15]
dan [6] menggunakan GTI hanya pada keluaran PLTS dan PLTB dengan kapasitas
arus yang sama untuk tiap baterai, maka pada penelitian yang akan dilakukan akan
mengintegrasikan GTI dengan kapasitas arus yang rendah pada masing-masing
baterai sebagai pertimbangan untuk memaksimalkan pengisian baterai agar selalu
berada pada titik maksimum dengan pembagian arus yang merata pada tiap baterai.
Pembangkitan PLTS dan PLTB cenderung bersifat intermiten yang akan membuat
proses pengisian baterai tidak stabil sehingga diperlukan instalasi GTI dengan titik
arus yang rendah untuk menjaga kestabilan pengisian baterai meskipun PLTS dan
PLTB berada pada titik yang rendah. Jika pada penelitian [6], [10] dan [11] masing-
masing menampilkan sistem monitoring menggunakan User Interface
ExtJS/HTML dan Thingspeak, maka pada penelitian yang akan dilakukan
menggunakan platform Thinger.io untuk mengakses sistem monitoring.
Penggunaan platform Thinger.io sebagai sistem monitoring bertujuan untuk
mempermudah pengguna mengakses dashboard sistem monitoring karena
karakteristik dari platform yang open source serta dapat diakses menggunakan
perangkat cerdas apapun dan berbasis situs web.
1.4 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Melakukan rancang bangun sistem supervisi pada sistem PLTS dan PLTB
hybrid berskala mikro berbasis IoT.
2. Melakukan pengujian dan analisis kinerja sistem supervisi dalam mengatur
pengisian daya pada baterai dan monitoring daya pembangkitan berbasis IoT.
9
1.5 Manfaat
Adapun Manfaat yang didapatkan serta diharapkan dari penelitian yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini berkontribusi pada bidang ilmu Teknik Elektro, khususnya di
bidang Energi Baru Terbarukan. Penelitian dapat dikembangkan lebih lanjut pada
penelitian selanjutnya khususnya pada topik penelitian yang berhubungan dengan
Pembangkit Energi Baru Terbarukan
2. Manfaat Praktis
Mengimplementasikan alat yang telah dibuat sehingga digunakan untuk
optimalisasi kinerja PLTS dan PLTB sebagai sumber energi alternatif untuk
meningkatkan kinerja dari PLTS dan PLTB pada sistem pembangkit hybrid
berskala mikro dalam mengatur kestabilan antara daya yang dibangkitkan sumber
dengan daya yang dikonsumsi oleh beban.
11
1.7 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang mendasari penelitian Rancang Bangun Sistem
Supervisi pada Sistem PLTS dan PLTB Hybrid Berskala Mikro Berbasis Internet
of Things (IoT) ini dijelaskan pada Gambar 1.1.
13
BAB II
TEORI DASAR
14
Gambar 2.2 Prinsip kerja sel photovoltaic.
Sumber: (www.lrc.rpi.edu).
15
1) Mono-chrystalline atau Silikon Kristal Tunggal
Material silikon kristal tunggal dibuat dengan tingkat kemurnian yang
sangat tinggi (high purity silicon ingots) melalui proses Cz-Si, FZ atau BST.
Salah satu metode konvensional yang umum digunakan untuk memurnikan
Silikon hingga saat ini adalah Cz-Si yaitu dengan cara memutar batang Silikon
padat pada suatu bejana yang berisikan Silikon cair sehingga menghasilkan
ingot seperti Gambar 2.3.
16
2) Polycrystaline atau Silikon Polikristalin
Sumber: (www.solarquotes.com.au).
3) Amorphous Silicon
Amorphous Silicon merupakan modul photovoltaic jenis Thin Film
Photovoltaic Cell dengan usia paling tua. Proses pembuatan sel ini dengan
menggunakan material Amorphous Silicon atau (a-Si). Sehingga panel ini
memiliki bobot yang lebih ringan dibandingkan yang lainnya. Modul
photovoltaic tipe Amorphous Silicon dapat dilihat pada Gambar 2.6.
17
Gambar 2.6 Solar photovoltaic amorphous silicon.
Sumber: (www.satissolar.com).
1) Tingkat radiasi matahari yang diterima dipengaruhi oleh lokasi instalasi dan
orientasi sudut kemiringan panel yang dipasang.
2) Variasi spektrum cahaya matahari akan menghasilkan energi yang berbeda
pula pada setiap teknologi modul photovoltaic.
18
3) Temperatur operasi dipengaruhi oleh desain modul photovoltaic, kecepatan
angin, lokasi pemasangan, ketinggian modul photovoltaic, cara pemasangan
dan temperatur udara sekitar.
4) Teknologi modul photovoltaic bergantung pada material dasar yang
digunakan dapat memengaruhi nilai arus dan tegangan keluaran.
5) Kondisi lahan hingga permukaan tanah juga dapat memengaruhi energi
yang dihasilkan akibat pemantulan cahaya, penghamburan dan faktor
lainnya.
6) Jarak antara larik photovoltaic akan memengaruhi bayangan sendiri pada
waktu tertentu.
19
2.3 Energi Angin
Energi angin telah berkembang dengan pesat dan mendewasa sehingga sudah
banyak dimanfaatkan untuk membangkitkan energi listrik melalui Pembangkit
Listrik Tenaga Angina atau Bayu (PLTB). Sebagian besar negara sudah
mengembangkan produktivitas energi listrik melalui enregi angin. Berkembangnya
energi angin sebagai sumber energi listrik membutuhkan sebuah jaringan
interkoneksi antara turbin angin dengan grid untuk mengatur kualitas
pembangkitan [17]. Pengolahan energi angin menjadi energi listrik membutuhkan
suatu alat berupa turbin angin. Turbin angin dapat mengonversi energi angin
menjadi energi listrik melalui tiga faktor yaitu ketersediaan energi angin, kurva
daya dari mesin dan kemampuan mesin untuk merespons gangguan dari energi
angin itu sendiri. Secara matematis, perhitungan produksi daya mekanik pada turbin
angin ditunjukkan pada Persamaan (2.1) [17]
1
𝑃𝑚 = 2 𝜌𝐶𝑝 𝐴𝑈 3, (2.1)
dengan,
𝐶𝑝 = Koefisien daya,
𝑃𝑚
𝐶𝑝 = 1 . (2.2)
( 𝑝𝐴𝑈 3 )
2
20
akan berlipat ganda saat area sapuan bilang berlipat ganda. Penggandaan kecepatan
angin menaikkan daya keluaran sebesar delapan kali lipat. Jika beban dari turbin
dikendalikan pada titik lokus daya maksimum pada kecepatan angin yang berbeda,
pemanfaatan energi angin akan lebih efisien [17].
23
2.6 Rotor
Rotor merupakan bagian dari turbin angin yang mentransformasikan energi
angin menjadi energi mekanik. Area sapuan rotor adalah area yang menangkan
energi angin. Parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh dari area roto
yaitu perbandingan rasio area dengan nilai daya pembangkitan. Semakin besar rasio
maka akan semakin banyak energi yang disalurkan. Batasan teknis dari rotor
terdapat pada kecepatan tangensial pada ujung bilah yang terpaksa menurunkan
kecepatan rotor. Sehingga pemilihan variabel kecepatan dan teknologi yang
digunakan sangat penting. Penggunaan rotor yang lebih besar untuk turbin angin
tertentu memungkinkan menggunakannya untuk lokasi dengan kecepatan angin
yang lebih rendah dengan kompensasi kehilangan (losses) angin dengan area
penangkapan yang lebih besar. Rotor terdiri dari poros, bilah dan sanggahan yang
menahan bilah ke poros [17].
2.7 Generator
Generator merupakan perangkat dari PLTB yang berfungsi untuk
mentransformasikan energi mekanik yang dijangkau rotor pada turbin angin
menjadi energi listrik yang akan disalurkan ke grid. Generator yang banyak
digunakan pada PLTB yaitu generator asinkron dengan kecepatan tetap atau
kecepatan variabel terkendali. Selain generator asinkron, generator sinkron pun
banyak diimplementasikan pada sistem PLTB dalam skala besar. Generator
asinkron energi listrik diproduksi pada stator ketika kecepatan putar rotor lebih
besar dari medan putar stator. Generator asinkron membutuhkan energi dari grid
untuk menciptakan medan putar stator sehingga mengakibatkan menurunnya faktor
daya pada grid. Penggunaan bank kapasitor dapat mengatasi permasalahan tersebut.
Selain generator sinkron dan asinkron, jenis generator yang banyak digunakan yaitu
magnet permanen. Generator tipe ini tidak membutuhkan sistem eksitasi dan
digunakan secara umum untuk aplikasi PLTB dengan kapasitas daya rendah.
Diagram rangkaian dari posisi generator dalam turbin angin dijelaskan pada
Gambar 2.9 [17].
24
Gambar 2.9 Diagram rangkaian turbin angin.
Sumber: (Rashid, 2011).
2.8 Sistem Microgrid
Sistem Microgrid adalah kombinasi sumber pembangkit, sistem penyimpanan
energi dan berbagai jenis beban kelistrikan. Microgrid muncul sebagai komponen
yang terhubung ke grid utama yang diatur oleh kendali sinyal. Sumber pembangkit
yang dimaksud dapat berupa PLTB skala mikro, PLTS, Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel atau pembangkit konvensional maupun energi terbarukan lainnya.
Microgrid dapat didefinisikan sebagai integrasi dari beban, sistem pembangkit dan
sistem penyimpanan yang dioperasikan dan disinkronisasi untuk menyalurkan
energi listrik yang andal. Implementasi microgrid umumnya pada sisi tegangan
rendah dari sistem distribusi utama. Tujuan utama dari microgrid adalah untuk
membangkikan listrik secara berkelanjutan, harga yang ekonomis dan cara aman
untuk melakukan monitoring cerdas dan implemnetasi teknologi kendali pada
sistem pembangkit. Utilitas microgrid dapat digunakan sebagai alternatif energi
yang dapat digunakan kapanpun seperti ketika malam hari PLTS tidak bekerja atau
ketika mendung, maka microgrid tetap akan dapat menyalurkan energi listrik
karena tersimpan sistem penyimpanan [19].
𝑃 = 𝑉 𝑥 𝐼, (2.3)
dengan,
27
Daya listrik AC memiliki perbedaan dengan perhitungan daya listrik DC. Pada
listrik bolak-balik terdapat sudut fasa yang memengaruhi pergeseran fasa
gelombang sinus. Adapun daya listrik AC terbagi menjadi tiga yaitu [22]:
𝑃 = 𝑉 𝑥 𝐼 𝑥 𝑐𝑜𝑠 𝜃, (2.4)
𝑄 = 𝑉 𝑥 𝐼 𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝜃, (2.5)
𝑆 = 𝑉 𝑥 𝐼. (2.6)
1) Optimalisasi pembangkit
Optimalisasi pembangkit dapat dimaksimalkan dengan menggunakan
beberapa metode seperti metode Maximum Power Point Tracking (MPPT),
metode Perturb and Observe (P&O), penambahan konduktansi, fraksi arus
hubung singkat, kendali logika fuzzy, sistem kecerdasan buatan, metode
suhu, korelasi beban dengan pembangkit dan metode lainnya.
29
2) Peramalan pembangkit
Peramalan pembangkit energi baru terbarukan bukan perkara mudah
untuk dilakukan. Penyeimbangan daya dilakukan dengan prediksi akuran
berdasarkan pada kebutuhan pembangkitan. Terdapat beberapa tipe yang
berbeda dengan menggunakan pendekatan yang bervariasi. Salah satu
pendekatan yang dilakukan yaitu dengan mengambil data historis dari
peramalan. Pengambilan data historis dapat dijadikan ramalan pembangkit
kedepannya.
3) Peramalan beban
Peramalan beban dilakukan dengan melakukan stimulasi dengan
mengambil variabel yang sesuai sebanyak mungkin dan strategi yang aman.
Selama peramalan beban, berbagai jenis parameter dilakukan untuk
menentukan cuaca, ekonomi dan pola konsumsi beban pada periode waktu
yang sesuai. Hal ini perlu dilakukan untuk perencanaan biaya operasional
pembangkit, sistem operasi dan pemeliharaan dan lainnya. Peramalan beban
dapat dibedakan menjadi skala waktu sangat pendek (beberapa menit
hingga jam), skala waktu pendek (lebih dari beberapa jam), skala waktu
menengah (beberapa minggu hingga tahun) dan skala waktu Panjang (lebih
dari tahun). Metode yang dapat digunakan untuk peramalan beban yaitu
metode analisis dan metode kecerdasan buatan.
4) Manajemen kebutuhan
Tujuan utama dari manajemen kebutuhan adalah untuk mengatur
penjadwalan beban yang dapat ditangguhkan untuk meminimalkan
kebutuhan energi dari utilitas grid. Manajemen kebutuhan mencoba untuk
mengatur beban maksimum dengan ketersediaan daya dari pembangkit
listrik energi baru terbarukan. Metode ini juga dapat meminimalkan
pengisian dan pelepasan energi dari sistem penyimpanan energi. Puncak
kebutuhan hanya untuk 5% dari total durasi waktu namun untuk beberapa
pembangkit dibutuhkan untuk mengisi ini ketika berjalan pada periode
puncak kebutuhan dan tidak dimanfaatkan selama sisa waktu yang tersedia.
Terdapat beberapa proses yang berkorelasi dengan manajemen kebutuhan
30
seperti proses pemotongan puncak (valley clipping), pengisian lembah
(valley filling), pemindahan energi beban, pembentukan ulang profil beban,
pengurangan biaya keseluruhan, pengurangan emisi, pertumbuhan beban
strategis dan pembentukan beban fleksibel, kapasitas elemen penyimpanan
dan lainnya.
Prinsip utama IoT yaitu sebagai sarana untuk memudahkan manusia dalam
mengawasi dan mengendalikan sesuatu dengan begitu konsep IoT sangat mungkin
unutk diimplementasikan pada kegiatan sehari-hari. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa sistem monitoring berbasis Internet of Things (IoT) adalah suatu aktivitas
untuk mengetahui jalannya suatu program yang telah dirancang ditinjau dari baik
atau buruknya sistem tersebut di jalan dan dapat dipantau dari jarak jauh melalui
koneksi internet. Adapun perangkat keras utama yang dapat dimanfaatkan untuk
31
membuat suatu sistem sistem monitoring ini diantaranya yaitu mikrokontroler,
modul-modul sensor dan wi-fi router[25].
32
2.16 Mikrokontroler NodeMCU Esp8266
NodeMCU esp8266 merupakan sebuah modul mikrokontroler yang didesain
menggunakan chip esp8266 terintegrasi dengan board. Modul ini berfungsi untuk
menghubungkan koneksi internet berbasis Wi-Fi antara mikrokontroler dengan
jaringan internet [27]. NodeMCU esp8266 bersifat open source dan perangkat
pengembangan yang membantu untuk membuat produk Internet of Things (IoT).
NodeMCU esp8266 dikembangkan untuk mempermudah penggunaan API yang
terkoneksi dengan hardware. NodeMCU esp8266 dirancang seperti Arduino untuk
melakukan input dan output. NodeMCU esp8266 merupakan jenis nodeMCU
dengan harga terendah dari modul nodeMCU sejenis lainnya. Ukuran chip yang
tertanam dalam nodeMCU esp8266 adalah 5 mm x 5 mm. NodeMCU esp8266
terintegrasi dengan Tensilica MCU 32-bit, antarmuka digital standar, komunikasi
antena, penguat daya, penerimaan penguatan daya dengan noise yanf kecil, filter
dan modul pengatur daya. NodeMCU esp8266 membutuhkan konsumsi daya yang
rendah dengan 16-bit RSIC, kecepatan pulsa maksimum sebesar 160 MHz. modul
ini juga dilengkapi dengan Real Time Operation System (RTOS) dan fungsi
komunikasi Wi-Fi. Adapun gambar dari mikokontroler nodeMCU esp8266
terlampir pada Gambar 2.12.[28].
33
2.17 Modul NRF Radio
Modul NRF Radio merupakan modul komunikasi jarak jauh yang
menggunakan frekuensi pita gelombang radio 2.4-2.5 GHz ISM (Industrial
Scientific and Medical). Modul NRF Radio yang umum digunakan adalah tipe
NRF24L01 yang memiliki kecepatan sampai 2 Mbps dengan pilihan opsi data rate
sebesar 250 Kbps, 1 Mbps dan 2 Mbps. Pada modul tranceiver terdiri dari
synthesizer frekuensi terintegrasi, modulator dan enhanched ShockBurst mesin
protokol. Daya keluaran, saluran frekuensi dan pengaturan protokol mudah
digunakan dan diprogram melalui antarmuka SPI. Konsumsi arus yang digunakan
sangat rendah yaitu sekitar 9.0 mA pada daya keluaran -6dBm dan 12.3 mA dalam
mode RX. Hal ini disebabkan karena built-in power down yang dimiliki modul
tersebut serta mode stand by membuat modul ini memerlukan daya dalam jumlah
besar [29]. Adapun gambar dari modul NRF Radio dapat dilihat pada Gambar 2.13.
34
Gambar 2.14 Sensor PZEM-004t.
35
2.20 Sensor Tegangan DC
Sensor tegangan DC merupakan sensor analog yang dapat mengukur tegangan
pada rentang pengukuran 0.025 Volt sampai dengan 25 Volt. Konsep dasar dari
sensor ini yaitu menggunakan konsep pembagi tegangan. Rangkaian dari sensor ini
terdiri dari dua buah resistor yang terhubung seri masing-masing bernilai 30K Ω
dan 75K Ω. Tegangan operasi sensor ini berada pada rentang 3.3 Volt sampai
dengan 5 Volt dan tegangan untuk tiap satu nilai analog bernilai 0.000806 Volt
untuk 12-bit ADC [33]. Sensor ini terdapat tiga buah pin yaitu pin S, VCC dan
GND. Konfigurasi pin S dengan pin analog di Arduino mega, Vcc pada pin 5 Volt
Arduino mega dan GND pada pin GND Arduino mega. Penggunaan sensor
tegangan DC pada sistem ini digunakan sebanyak 4 buah yaitu untuk mengukur
tegangan DC pada keluaran PLTS, PLTB dan masukan pada kedua accumulator.
Adapun gambar dari sensor tegangan DC terlampir pada Gambar 2.16.
36
ACS712 pada sistem ini digunakan sebanyak 4 buah bersamaan dengan sensor
tegangan DC yaitu untuk mengukur arus DC pada keluaran PLTS, PLTB dan
masukan pada kedua accumulator. Adapun gambar dari sensor arus ACS712
terlampir pada Gambar 2.17.
37
atau berbagai jenis actuator seperti lampu, relay, motor DC dan lainnya. Adapun
tampilan dashboard dari Thinger.io terlampir pada gambar 2.18 [33].
38
BAB III
METODOLOGI DAN RENCANA PENELITIAN
40
Tabel 3.1 Analisis kebutuhan.
41
No Nama Alat dan Bahan Spesifikasi Kuantitas Fungsi Alat
9 Accumulator Kering 12 Volt/75 2 buah Menyimpan
Ah daya dari
microgrid
10 Modul NRF Radio - 1 buah Menghubungkan
Transceiver Arduino mega
dengan
nodeMCU
esp8266
11 Modul Mi-Fi - 1 buah Menghubungkan
nodeMCU
esp8266 ke
internet
12 Modul Charger 12 Volt/10 2 buah Perangkat
Accumulator A pengisian daya
ke accumualtor
43
dimana ketika daya pembangkitan microgrid lebih besar dari konsumsi daya beban,
maka sistem supervisi akan mengatur pengisian daya berlebih pada accumulator.
Penentuan jumlah accumulator yang akan digunakan diperoleh melalui perhitungan
dari hasil analisa pembacaan sistem monitoring daya DC pembangkitan microgrid
dan daya AC pada beban. Tahap perancangan ini dilakukan dengan baik agar daya
yang dibangkitkan microgrid tidak terbuang ke grid.
44
3.1.11 Perancangan Sistem Komunikasi NRF Radio
Perancangan sistem komunikasi NRF radio dilakukan dengan merancang
sistem komunikasi Arduino mega dengan modul nodeMCU esp8266 melalui
komunikasi radio menggunakan modul NRF radio. Modul NRF radio yang
terintegrasi dengan Arduino mega berfungsi sebagai pemancar sinyal radio untuk
mengirimkan data hasil olahan Arduino mega atau transmitter. Modul NRF radio
yang terintegrasi dengan nodeMCU esp8266 berfungsi sebagai penerima atau
receiver sinyal yang berisi data hasil olahan dari Arduino mega. Penggunaan modul
NRF radio pada sistem ini bertujuan untuk memudahkan komunikasi kedua
mikrokontroler sehingga data dapat dikirimkan ke database melalui jaringan
internet.
45
3.1.14 Perancangan Sistem Supervisi Berbasis IoT
Perancangan sistem supervisi berbasis IoT dilakukan dengan merancang
sistem komunikasi nodeMCU esp8266 dengan database thinger.io melalui
komunikasi internet. Data yang dikirimkan ke database berupa semua data yang
diterima nodeMCU esp8266 dari komunikasi radio dengan Arduino mega. Data
yang dikirimkan akan tersimpan melalui database dan diakses melalui dashboard
pada platform thinger.io
46
3.1.17 Pengujian Akhir Sistem Keseluruhan
Pengujian akhir sistem keseluruhan meliputi sistem monitoring, sistem
supervisi, sistem pengiriman data melalui komunikasi NRF radio dan sistem
supervise berbasis IoT dilakukan. Pengujian seluruh sistem dilakukan untuk
menguji kelayakan sistem agar tidak terjadi malfungsi pada implementasinya.
Pengujian dilakukan dengan mengintergasikan seluruh sub sistem dengan
menganalisa hasil pembacaan data pada end point yakni pada dashboard
Thinger.io. Melalui dashboard Thinger.io dapat menentukan apakah sistem
supervisi berbasis IoT berhasil diimplementasikan dengan baik atau masih terdapat
malfungsi baik pada software maupun hardware.
47
menyimpan daya yang berlebih pada accumulator sehingga tidak ada lagi daya
pembangkitan microgrid yang terbuang.
48
DAFTAR PUSTAKA
[1] Pusat Pengkajian Industri Proses dan Energi (PPIPE) dan Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT), Outlook Energi Indonesia 2021, 1st ed.,
vol. 1. Tangerang: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),
2021.
[3] D. Betha, M. Satish, dan S. K. Sahu, “Design and control of grid connected
PV/Wind hybrid system Using 3 level VSC,” 2017. doi:
10.1109/IACC.2017.0102.
49
[8] G. V. Bhau, R. G. Deshmukh, T. R. kumar, S. Chowdhury, Y. Sesharao, dan
Y. Abilmazhinov, “IoT based solar energy monitoring system,” Materials
Today: Proceedings, 2021, doi: 10.1016/j.matpr.2021.07.364.
50
system in Kasuga City, Japan,” Energy Reports, vol. 6, 2020, doi:
10.1016/j.egyr.2020.06.003.
51
[25] F. Vinola dan A. Rakhman, “Sistem Monitoring dan Controlling Suhu
Ruangan Berbasis Internet of Things,” Jurnal Teknik Elektro dan Komputer,
vol. 9, no. 2, 2020.
52
[33] L. O. Aghenta dan M. T. Iqbal, “Low-cost, open source IoT-based SCADA
system design using thinger.IO and ESP32 thing,” Electronics (Switzerland),
vol. 8, no. 8, 2019, doi: 10.3390/electronics8080822.
53