Tugas Rekayasa Forensik
Tugas Rekayasa Forensik
OLEH:
A. Gambaran Umum
Gambaran umum Gedung Rumah Sakit Jumpandang Baru Kota Makassar dideskripsikan sebagai
berikut:
Nama objek : Gedung Rumah Sakit Jumpandang Baru Kota Makassar
Fungsi objek : Rumah Sakit
Alamat objek : Jl. Ir. H. Juanda No.1, Ujung Pandang Baru, Kec. Tallo, Kota Makassar,
Sulawesi Selatan 90211
Gedung Rumah Sakit Jumpandang Baru, Kota Makassar terletak di Kota Makassar dimana gedung ini
setelah pasca konstruksi ditargetkan menjadi pusat dan tempat pelayanan kesehatan di wilayah kota
Mkassar dan sekitarnya. Awalnya gedung ini adalah puskesmas namun pemerintah kota Makassar
melalui dinas kesehatan melakukan rehabilitas untuk meningkatkan pelayanan puskesmas ke Rumah
sakit. Gedung Rumah Sakit Jumpandang Baru secara umum terdiri 9 lantai, dengan tinggi tiap
lantainya berkisar ± 4 meter. Informasi mengenai komponen yang akan dilakukan forensik struktur
pada Gedung Rumah Sakit Jumpandang Baru, Kota Makassar yaitu struktur atas khususnya plat lantai
dan plat tangga, kolom dan balok tidak ditinjau, detail setiap lantai terinci sebagai berikut:
1. Komponen Lantai Basement
Plat Lantai
Plat tangga
2. Komponen Lantai 01
Plat Lantai
Plat tangga
3. Komponen Lantai 02
Plat Lantai
Plat tangga
4. Komponen Lantai 03
Plat Lantai
Plat Tangga
5. Komponen Lantai 03A
Plat Lantai
Plat Tangga
6. Komponen Lantai 04
Plat Lantai
Plat Tangga
7. Komponen Lantai 05
Plat Lantai
Plat tangga
8. Komponen Lantai 06
Plat Lantai
Plat tangga
9. Komponen Lantai 07
Plat Lantai
Plat tangga
10. Komponen Lantai Atap atau Top Floor
Plat Lantai
C. Pengambilan Data
Untuk melakukan assesment terhadap struktur plat dilakukan pengambilan data sebagai tahap awal
data yang diperlukan dalam assesment yaitu dokumen perencanaan (DED), pelaksanaan dan
pengawasan baik dalam bentuk hard file maupun soft file. Data yang diperoleh akan diperbandingkan
dengan kondisi yang sesungguhnya, sehingga akan diperoleh maktriks dari hasil analisis struktur
gedung rumah sakit.
Hasil rekapitulasi kerusakan oleh surveyor pada Gedung Rumah Sakit Jumpandang Baru, Kota
Makassar dapat dilihat pada gambar dibawah:
No. Form :
: Kelompok 4 1 . NASRUN SIBELA (D01 2212009)
Surv ey or 2. JOEY LIMBONGAN (D012211 003)
3. SY AMSUL FAHRI (D01 2211 008)
Hari, : …..............................
LOGO
Tanggal : ….......................
Lokasi : Jl. Ir. H. Juanda No.1 , Ujung Pandang Baru, Kec. Tallo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 9021 1
Pekerjaan : RUMAH SAKIT JUMPANDANG BARU
Deskripsi Alasan Dim ensi (cm ) Gam bar Kesim pulan analisis
No. Kom ponen Perubahan Hipotesa Perubahan
Perubahan dan Rekom endasi
Rencana Realisasi Rencana Realisasi
Dengan adany a
perubahan penambahan
Terjadi Perubahan
dimensi pada plat lantai
ketebalan dari Karena kondisi tanah y ang
basement maka akan
ketebalan semula cenderung labil dan berair Tebal : 1 5 cm Tebal : 20 cm
1 Plat memberikan kuat lebih
direncanakan 1 5 sehingga dikhwatirkan terjadi dan Besi ulir dan Besi ulir …..............
Basement besar pada struktur
cm ke tebal 20 cm satlement dan bocor pada plat 1 3 mm 1 3 mm
gedung secara
dengan pembesian basement
keseluruhan meskipun
2 rangkap
berat struktur sendiri
akan bertambah
Deskripsi Alasan Dim ensi (cm ) Gam bar Kesim pu lan analisis
No. Kom ponen Perubahan Hipotesa Peru bah an
Perubahan dan Rekom endasi
Rencana Realisasi Rencana Realisasi
Lantai 01
Deskripsi Alasan Dim ensi (cm ) Gam bar Kesim pu lan analisis
No. Kom ponen Perubahan Hipotesa Peru bah an
Perubahan dan Rekom endasi
Rencana Realisasi Rencana Realisasi
Lantai 02
Deskripsi A lasan Dim ensi (cm ) Gam bar Kesim pu lan an alisis
No. Kom ponen Perubahan Hipotesa Peru bahan
Peru bah an dan Rekom endasi
Rencan a Realisasi Ren can a Realisasi
Lantai 03
Deskripsi A lasan Dim ensi (cm ) Gam bar Kesim pu lan an alisis
No. Kom ponen Perubahan Hipotesa Peru bahan
Peru bah an dan Rekom endasi
Rencan a Realisasi Ren can a Realisasi
Lantai 03A
Deskripsi A lasan Dim ensi (cm ) Gam bar Kesim pulan analisis
No. Kom ponen Perubah an Hipotesa Perubah an
Perubah an dan Rekom endasi
Ren can a Realisasi Rencana Realisasi
Lantai 04
Deskripsi A lasan Dim ensi (cm ) Gam bar Kesim pulan analisis
No. Kom ponen Perubah an Hipotesa Perubah an
Perubah an dan Rekom endasi
Ren can a Realisasi Rencana Realisasi
Lantai 05
Deskripsi A lasan Dim ensi (cm ) Gam bar Kesim pu lan an alisis
No. Kom pon en Perubah an Hipotesa Peru bah an
Peru bahan dan Rekom en dasi
Ren can a Realisasi Rencana Realisasi
Lan tai 06
Deskripsi A lasan Dim ensi (cm ) Gam bar Kesim pu lan an alisis
No. Kom pon en Perubah an Hipotesa Peru bah an
Peru bahan dan Rekom en dasi
Ren can a Realisasi Rencana Realisasi
Lantai 07
Deskripsi Alasan Dim ensi (cm ) Gam bar Kesim pulan analisis
No. Kom ponen Perubahan Hipotesa Perubahan
Perubahan dan Rekom endasi
Rencana Realisasi Rencana Realisasi
Pada undang-undang No.18 thn 1999 dan pp 29 thn 2000 yang berlaku, mengenai kegagalan
bangunan berbunyi kegagalan bangunan secara umum adalah merupakan suatu kondisi / keadaan dari
bangunan yang tidak berfungsi, baik secara keseluruhan ataupun sebagian dari segi teknis, manfaat,
keselamatan dan kesehatan kerja ataupun keselamatan umum, sebagai dari akibat kesalahan penyedia
jasa/pengguna jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi. Kegagalan struktur atau kegagalan
bangunan biasanya terjadi dari beberapa faktor pada saat pembuatan bangunan, beberapa di antaranya
meliputi:
Kegagalan pada perencanaan
Kegagalan struktur bangunan dapat terjadi apabila tidak mengikuti standart yang telah di tetapkan
pada saat perencanaan yang diantaranya Tidak mengikuti TOR yang telah di buat, terjadinya
perbedaan bahan atau material pembuatan, terjadi kesalahan pada perhitungan mengenai daya
kuat infrastruktur, kesalahan pada gambar rencana dan, dilakukan nya perencanaan tanpa adanya
data yang sesuai
Kegagalan Pada Pengawasan Pembangunan
Pada saat pembangunan tentunya diperlukan seorang pengawas agar pembangunan dilakukan
sesuai dengan tahap perencanaan yang dilakukan, sehinga terhindari dari kegagalan struktur,
namun apabila pengawasan dilakukan dengan sembarangan kegagalan struktur bangunan dapat
terjadi, beberapa hal yang dapat memungkinkan timbulnya kegagalan struktur pada tahap
pengawasan diantaranya: pengawasan tidak dilakukan sesuai prosedur, melakukan asal
penyetujuan pada proposal pembangunan yang tidak sesuai dan, melakukan penyetujuan pada
gambar rencana kerja tanpa dilakukannya perhitungan secara teknis.
Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan, kegagalan struktur dapat terjadi diakibatkan beberapa faktor yaitu:
tidak dilakukannya pengujian nilai mutu, salah dalam pembacaan spesifikasi, tidak sesuai dengan
metode kerja, melakukan pekerjaan dengan peralatan yang tidak sesuai.
Penggunaan bangunan
Pada saat bangunan sudah selesai di bangunan tentunya infrastruktur akan sering digunakan,
namun penggunaan bangunan tersebut tidak biasanya tidak dapat di pantau secara jelas
pembebanan yang berlebihan yang biasanya sering terjadi sehingga pembebanan terjadi pada satu
buah titik hingga menyebabkan adanya kemungkinan terjadinya kegagalan konstruksi, selain itu
beberapa hal lain yang dapat penyebab dari kegagalan struktur yaitu: pembebanan yang
berlebihan , penggunaan bangunan yang diluar dari kegunaan awal, tidak dilakukan nya
pemeliharaan bangunan secara baik dan, usia bangunan yang sudah cukup tua.
Evaluasi Perencanaan
Dalam tugas ini dilakukan evaluasi terhadap perencanaan Puskemas Jumpandang Baru. Di mana
evaluasi dilakukan dengan menggunakan SNI 2874:2019. Adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam merencanakan sebuah pelat lantai adalah sebagai berikut:
7.2.2 Material
7.2.2.1 Properti desain beton harus dipilih sesuai Pasal 19.
7.2.3.1 Untuk konstruksi cor di tempat, sambungan balok-kolom dan pelat-kolom harus
memenuhi Pasal 15.
7.3 Batasan desain
7.3.1 Ketebalan minimum pelat
7.3.1.1 Untuk pelat solid nonprategang yang tidak bertumpu atau melekat pada partisi atau
konstruksi lain yang mungkin rusak akibat lendutan yang besar, ketebalan keseluruhan pelat h
tidak boleh kurang dari batas minimum pada Tabel 7.3.1.1, kecuali jika hasil hitungan pada batas
lendutan 7.3.2 terpenuhi.
7.4 - Kekuatan perlu
7.4.1 Umum
7.4.1.1 Kekuatan perlu harus dihitung sesuai dengan kombinasi beban yang diperhitungkan pada
Pasal 5.
7.4.1.2 Kekuatan perlu harus sesuai dengan prosedur analisis pada Pasal 6.
7.6 - Batasan tulangan
7.6.1 Tulangan lentur minimum pelat nonprategang
7.6.1.1 Luas minimum tulangan lentur, As,min, harus disediakan sesuai Tabel 7.6.1.1.
25.2.1 Untuk tulangan nonprategang yang sejajar pada satu lapisan horizontal, spasi bersih
tulangan harus tidak kurang dari nilai terbesar dari 25 mm, db, dan (4/3) dagg.
25.2.2 Untuk tulangan nonprategang yang sejajar yang dipasang pada dua atau lebih lapisan
horizontal, ulangan pada lapisan atas harus diletakkan tepat di atas tulangan lapisan bawah
dengan spasi bersih paling sedikit 25 mm.
7.7.2.2 Untuk pelat nonprategang dan prategang kelas C, spasi tulangan longitudinal terlekat yang
paling dekat dengan sisi tarik tidak boleh melebihi s yang diberikan dalam 24.3.
Untuk kasus balok dengan tulangan mutu 420 dan selimut beton bersih 50 mm terhadap tulangan
utama dengan fs = 280 MPa, spasi tulangan maksimum adalah 250 mm.
7.7.2.3 Spasi maksimum s untuk tulangan ulir harus kurang dari 3h dan 450 mm.