Anda di halaman 1dari 3

BANJIR JAKARTA DAN PENCEGAHANNYA

Salah satu hambatan dalam pengendalian banjir yaitu pembebasan lahan terkait upaya


memperbesar kapasitas tampungan sungai. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Sungai dan Pantai
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Bob Arthur Lombogia.

Bob mengatakan, berbagai upaya dalam pengendalian banjir memakan biaya yang besar. Oleh
sebab itu, pembebasan lahan sering menjadi kendala dalam pengendalian banjir.

"Kami ingin mengatasi suatu masalah, tapi kami juga menghadapi masalah di lapangan yaitu
pembebasan lahan. Itu sering sekali menjadi hambatan, sehingga upaya-upaya memperbesar
kapasitas tampungan sungai belum dapat terlaksana," jelas Bob dalam webinar "Kenapa
Banjir?" pada Kamis (18/2/2021).

Pemerintah, katanya, telah melakukan berbagai upaya penanganan banjir, termasuk


membangun tampungan-tampungan air seperti waduk dan kolam retensi. Peningkatan
kapasitas tampungan sungai pun harus dilakukan, sehingga harus dibangun dalam bentuk
tanggul, normalisasi atau pengerukan.

Hal penting lain yaitu penataan drainase. Pemerintah sudah membangun banyak tanggul, tapi
kata Bob, banyak penyebab banjir adalah drainase di sepanjang sungai tidak lancar.

"Itu yang sering kita lihat pada saat terjadi banjir. Setiap hari kalau ada hujan lebat
terjadi genangan air, itu karena drainase tidak bisa keluar, sehingga perlu ada penataan,"
tuturnya.
Pemprov DKI Jakarta menyatakan akan memaksimalkan penyerapan dana Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN) untuk normalisasi sungai  dan pengendalian banjir yang akan berkahir bulan
ini.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan pihaknya terus mengupayakan
pembebasan lahan sebagai bagian program normalisasi. “Jadi dana PEN digunakan untuk
kepentingan infrastruktur, termasuk program pengendalian banjir,” katanya, Kamis, 3 Maret
2022.

Pemerintah pusat memberikan dana PEN kepada daerah untuk menjalankan program strategi
mereka di tengah merosotnya pendapatan akibat pandemi Covid-19. Pemerintah Provinsi DKI
mengajukan pinjaman dana PEN untuk digunakan berbagai proyek, termasuk normalisasi
sungai dan pengendlian banjir.

Namun, Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Ida Mahmudah mengungkapkan dana PEN untuk
normalisasi sungai dan pengendalian banjir yang ada di Dinas SDA baru terserap 66,74 persen
atau Rp764,5 miliar dari total Rp1,1 triliun sepanjang 2021.

Sementara, kata Ida, Pemerintah Pusat telah mengingatkan dan memberikan perpanjangan
waktu kepada Pemprov DKI Jakarta untuk menyelesaikan program-program tersebut hingga
akhir Maret 2022 ini. Ida Mahmudah pun mendesak Pemprov DKI agar mengakselerasi
penggunaan sisa anggaran Rp 371 miliar.

“Kami akan upayakan yang terbaik dengan sisa waktu yang ada,” kata Riza Patria saat
menanggapi sisa waktu dana PEN yang akan berakhir akhir Maret ini.

Sementara itu, Kepala Dinas SDA DKI Jakarta  Yusmada Faizal mengatakan sisa anggaran Rp371
miliar akan terserap optimal di bulan ini.

Ia mengatakan sisa dana PEN tersebut akan dialokasikan untuk normalisasi 13 sungai besar di
Jakarta, yakni Sungai atau Kali Sunter yang berada di Kelurahan Cipinang Melayu, Kelurahan
Pondok Bambu, Kelurahan Cipinang Muara; Sungai atau Kali Ciliwung yang berada di
Kelurahan Rawajati, Kelurahan Pejaten Timur, Kelurahan Tanjung Barat, Kelurahan Cawang,
Kelurahan Bale Kambang, Kelurahan Cililitan dan Kelurahan Gedong; kemudian Kali Angke
yang berada di Kelurahan Duri Kosambi, Kelurahan Kembangan Selatan dan Kali Jati Kramat di
Kelurahan Pondok Kelapa.

Anda mungkin juga menyukai