Anda di halaman 1dari 13

PEMBENTUKAN PERSEKUTUAN

PENDIRIAN & PENGOPERASIAN

1. Pengertian Persekutuan

Persekutuan adalah gabungan antara dua orang atau lebih atau dua
perusahaan perorangan atau lebih yang memiliki kepemilikan secara
bersama- sama dengan tujuan mendapatkan laba. Persekutuan dapat
berbentuk firma dan juga CV, persekutuan ini sama dengan bentuk
perusahaan lainnya, seperti perusahaan perorangan, perseroan terbatas,
koperasi dan lain-lainya yang mempunyai sumber daya untuk kegiatan
perusahaan. Menurut Allan R. Drebin ( 1989 ), mendefinisikan bahwa
persekutuan firma sebagai asosiasi antara dua atau lebih individu sebagai
pemilik untuk menjalankan perusahaan dengan tujuan mendapatkan laba.
Pada Undang-Undang Hukum Perdata ( KUHP ) bab delapan bagian
satu pasal 1618 menyatakan :” Firma sebagai satu persetujuan dengan
mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu
dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi
dengannya”. Pada Kitab Undang-Undang Hukum Dagang pasal 16 ”: Firma
itu sebagai tiap-tiap perikatan yang didirikan untuk menjalankan sesuatu
perusahaan di bawah satu nama bersama.”
Definisi ini dapat dibagi menjadi tiga faktor terpisah , yaitu :

1. Gabungan dua orang atau lebih . Istilah “ orang “ biasanya adalah


bersifat individu, namun dapat juga berupa perusahaan ataupun
persekutuan lainnya.
2. Untuk menginvestasikan sesuatu. Artinya setiap sekutu harus memberi
kontribusi sesuatu kedalam perusahaan.
3. Usaha untuk laba. Sebuah persekutuan mungkin saja didirikan untuk
melaksanakan segala macam jenis usaha hukum, perdagangan,
profesi, dan jasa lainnya. Namun persekutuan harus bertujuan
menghasilkan keuntungan, di mana organisasi nirlaba seperti yayasan
bukanlah sebuah perusahaan.
2. Perbedaan Persekutuan dengan Perseroan Terbatas
Karakteristik firma dengan perseroan terbatas terlihat perbedaan antara
kepemilikan dan tanggung jawab pemilik pada perusahaan. Pada
perseroan terbatas tanggung jawab kepemilikan sebesar saham yang ada
pada pemilik, terdapat pemisahan antara pemilik dengan manajemen
perusahaan. Bila perseroan terbatas dilikuidasi dan hutang perseroan tidak
terbayar maka tanggung jawab pemilik sebatas saham yang dimilikinya,
harta pemilik di luar perseroan tidak bertanggung jawab pada hutang
perseroan yang belum dibayar. Sedangkan pada firma antara pemilik dan
manajemen tidak ada pemisahannya, tanggung jawab pemilik pada
persekutuan merupakan tanggung jawab penuh. Bila persekutuan
dilikuidasi dan hutang persekutuan tidak dapat dibayar dengan harta
persekutuan, maka harta pemilik di luar persekutuan ikut bertanggung
jawab terhadap pembayaran hutang persekutuan

3. Karekteristik Persekutuan

Seluruh persekutuan di Indonesia diatur oleh KUHP ( Kitab Undang-


Undang Hukum Perdata ) dan KUHD ( Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang ). Kedua undang-undang tersebut mengatur hubungan-hubungan
dalam persekutuan yang tidak disajikan secara spesifik dalam perjanjian
persekutuan. Adapun karakteristik dari persekutuan adalah :

1. Perjanjian persekutuan, KUH Pedata dan KUH Dagang mengatur


hubungan-hubungan dalam persekutuan yang tidak disajikan dalam
perjanjian persekutuan, sehingga KUHP dan KUHD digunakan oleh
pengadilan ketika tidak ada diatur dalam perjanjian persekutuan
2. Persekutuan sebagai suatu entitas terpisah. Sebuah persekutuan
merupakan entitas bisnis terpisah dari sekutunya. Konsep entitas ini
mengartikan bahwa persekutuan dapat menuntut atau dituntut dan
bahwa kekayaan persekutuan persekutuan menjadi milik persekutuan
dan bukan tiap individu sekutu. Karenanya tidak ada entitas
persekutuan baru ketika terjadi perubahan anggota sekutu ( masuknya
sekutu baru atau keluarnya sekutu ).
3. Sekutu adalah wakil ( agen )persekutuan. Tiap sekutu adalah wakil
persekutuan atas transaksi yang terjadi pada persekutuan, kecuali
sekutu tidak mempunyai wewenang untuk bertindak atas nama
persekutuan karena sesuatu hal dan pihak ketiga mengetahui atau telah
menerima pemberitahuan bahwa sekutu tersebut tidak memiliki
wewenang. Hubungan perwakilan antar sekutu sangat penting, jika
persekutuan menentukan hanya satu sekutu tertentu saja yang
memiliki wewenang untuk transaksi bisnis tertentu, persekutuan
harus memastikan bahwa pihak ketiga harus mengetahui batasan
wewenang sekutu lainnya.
4. Kewajiban sekutu adalah kewajiban bersama. Seluruh sekutu dapat
dikenakan tanggung jawab untuk seluruh kewajiban persekutuan
kecuali dinyatakan dalam hukum. Bila terjadi persekutuan tidak
mampu membayar kewajibannya, para sekutu diwajibkan memberi
kontribusi pada persekutuan sebesar bagian pembagian kerugian
perusahaan. Kreditur pihak luar menjadi pertama yang harus dibayar
terlebih dahulu.
5. Hak dan kewajiban. Tiap sekutu memiliki perkiraan modal yang
menunjukkan kontribusi sekutu dalam persekutuan dan bagian sekutu
atas laba-rugi persekutuan. Sekutu berhak atas bagian laba-rugi
secara proporsional sebesar jumlah yang dibagikan oleh persekutuan.
Sekutu baru dapat diterima hanya dengan persetujuan seluruh
sekutu. Tiap sekutu memiliki akses atas pembukuan dan catatan
persekutuan dan tiap sekutu berkewajiban berlaku atas nama
persekutuan secara jujur dan adil.
6. Kepemilikan sekutu yang dapat dialihkan dalam persekutuan.
Berdasarkan pendekatan entitas atas persekutuan yang dinyatakan
dalam undang-undang, seorang sekutu bukan pemilik lain dari aset
persekutuan. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan yang dapat
dialihkan ( transferable interest ) sekutu adalah bagian sekutu atas
laba dan rugi persekutuan dan hak memperoleh pembagian, termasuk
pembagian likuidasi. Maka kreditur perorangan sekutu tidak dapat
mengambil aset-aset persekutuan, tetapi kreditur perseorangan sekutu
dapat memperoleh pertimbangan legal atas kepemilkan yang dapat
dialihkan sekutu.
7. Berhentinya sekutu. Sekutu yang berhenti berarti bahwa sekutu
tersebut tidak lagi berlaku atas nama persekutuan. Seorang sekutu
keluar dari persekutuan ketika terjadi kejadian sebagai berikut ;
a. Sekutu tersebut memberitahukan pada persekutuan tentang
pengunduran diri sebagai seorang sekutu.
b. Sekutu tersebut dikeluarkan dari persekutuan terkait dengan
perjanjian persekutua, biasanya karena sekutu melanggar
beberapa isi perjanjian atau karena pelanggaran hukum.
c. Karena satu atau beberapa keputusan pengadilan misalnya
sekutu melanggar perjanjian persekutuan atau tindakan yang
merugikan persekutuan.
d. Sekutu menjadi debitur proses kebangkrutan

e. Sekutu tersebut meninggal dunia

4. Ciri-ciri Persekutuan

Persekutuan memiliki ciri-ciri tertentu sebagai berikut :

1. Berusaha secara bersama-sama ( Mutual agency )


Setiap anggota firma merupakan agen dari firma untuk mewujudkan
tujuan firma yaitu untuk memperoleh laba. Tindakan yang dilakukan
anggota merupakan tindakan yang dilakukan firma. ( sesuai dengan
KUHD pasal 17 )
2. Jangka waktu yang terbatas ( Limited Life )
Firma akan tetap hidup (berjalan) selama sekutu firma ( partner )
masih menghendakinya, tetapi bila ada perubahan perjanjian atau
mengakhiri perjanjian maka firma dikatakan bubar.
3. Tanggung jawab yang tidak terbatas ( Unlimited Liability )
Sesuai dengan karakteristik di atas bahwa tanggung jawab sekutu
firma tidak hanya pada modal sekutu yang ada firma, tapi dalam
keadaan tertentu bila firma tidak dapat menutupi kewajiban-
kewajibannya dengan modal firma yang ada maka harta kekayaan
sekutu di luar firma ikut bertanggung jawab.
4. Memiliki kepentingan bersama ( Ownership of an interest in
partnership )
Kekayaan yang diinvestasikan kedalam firma tidak dimiliki lagi secara
terpisah oleh masing-masing sekutu, tetapi sudah menjadi milik firma.
Dengan kekayaan yang diserahkan sekutu firma mereka berhak
memperoleh hak kepentingan atas kepemilikan mereka, kecuali
ditetapkan lain dalam perjanjian.
5. Berpartisipasi dalam pembagian keuntungan ( Participation in
Partnership Profit)
Setiap sekutu firma berhak mendapat pembagian keuntungan dan
kerugian yang diperoleh firma atas setoran modal sekutu pada firma
sesuai dengan ketentuan yang diatur dengan perjanjian di antara
sekutu
6. Berhak memindahkan kepada orang lain ( Right to Dispose of a
Partneship Intererest ). Setiap sekutu memiliki hak untuk menjual
atau mengalihkan hak/modal yang dimiliki kapada orang lain baik
kepada sekutu maupun bukan

5. Macam- Macam Persekutuan

Firma dikelompokkan berdasarkan kegiatan yang dilakukan firma :

1. Persekutuan firma dagang ( trading partnership ) adalah yang kegiatan


usaha utamanya memproduksi atau membeli dan menjual barang
dagang dan persekutuan jasa-jasa ( non trading partnership ) adalah
kegiatan usaha memberikan jasa-jasa kerena keahlian yang dimiliki,
seperti akuntan, pengacara, notaris dan sebagainya.
2. Persekutuan firma umum ( general partnership ) adalah dimana sekutu
boleh bertindak secara umum atas nama perusahaan dan masing-masing
sekutu dapat bertanggung jawab atas kewajiban-kewajiban perusahaan
dan persekutuan terbatas ( limited partnership ) dimana aktivitas dan
tanggung jawab sekutu dibatasi sampai dengan jumlah tertentu.

6. Akuntansi Pembentukan Persekutuan

Firma dibentuk atau didirikan sama dengan pembentukan perusahaan-


persahaan lainnya. Oleh karena itu pembentukan suatu perusahaan
tergantung pada status kepemilikan dari perusahaan, apakah perusahaan
perorangan yang kepemilikannya secara pribadi atau perseorang, firma
yang kepemilikannya oleh beberapa orang, perseroan terbatas yang
kepemilikanya oleh para pemegang saham, koperasi yang
kepemilikannya oleh anggota koperasi dan sebagainya. Persekutuan
dibentuk dengan berbagai cara berikut :

1. Setoran kas, dimana para sekutu menyetorkan sejumlah uang kas pada
firma sesuai dengan kesepakatan yang disetujui dan laba atau rugi yang
diperoleh firma dibagikan sesuai kesepakatan sekutu.
Misalnya, pada tanggal 1 Maret 2017 tuan A, tuan B dan tuan C sepakat
untuk mendirikan firma. Tuan menyetorkan uang tunai Rp. 30 juta,
tuan B Rp. 40 juta dan tuan C Rp.50 juta. Maka firma akan mencatat
sebagai berikut :
Kas................................Rp. 120 juta
Modal tuan A..........................Rp. 30 juta
Modal tuan B.......................... 40 juta
Modal tuan C........................ 50 juta
Maka laporan posisi keuangan firma ABC adalah :

Firma ABC
Laporan Posisi Keuangan
Per 1 Maret 2017
Asset Liabilities & Equity
Kas...................................120 juta Modal tuan A.................30 juta
Modal tuan B..................40 juta
Modal tuan C..................50 juta

2. Setoran kas dan non kas, dimana para sekutu dapat menyetorkan
investasinya kedalam firma berupa kas dan non kas. Misalnya pada
tanggal 25 april 2017 tuan D, tuan E dan tuan F sepakat mendirikan
firma yang dinamai dengan Firma DEF.
Mereka menginvestasikan hartanya pada firma sebagai berikut : tuan D
menyetorkan uang kas Rp. 5 juta, kendaraan Rp. 100 juta, tuan E
menginvestasikan berupa tanah Rp. 40 juta, bangunan 30 juta dan
peralatan Rp. 50 juta, dan tuan F menyetorkan uang Rp. 90 juta dan
inventaris Rp. 25 juta maka firma akan mencatat transaksi di atas
sebagai berikut :
a. Mencatat masing-masing investasi sekutu :
Mencatat modal tuan D :
Kas............................. Rp. 5 juta
Kendaraan................... 100 juta

Modal tuan D......................Rp. 105 juta

Mencatat modal tuan E :

Tanah...........................Rp. 40 juta
Bangunan.................... 30 juta
Peralatan..................... 50 juta
Modal tuan E..........................Rp. 120 juta

Mencatat modal F :

Kas..............................Rp. 90 juta
Inventaris..................... 25 juta
Modal tuan F...........................Rp. 115 juta

Dengan pencatatan di atas maka laporan posisi keuangan Firma DEF

adalah sebagai berikut :

FIRMA DEF
Laporan Posisi keuangan
Per 25 April 2017
Asset Liabilities & Equity
Kas............................Rp. 95 juta Modal tuan D..........Rp. 105 juta
Kendaraan................... 100 juta Modal tuan E......... 120 juta
Tanah.......................... 40 juta Modal tuan F.......... 115 juta
Bangunan.................. 30 juta
Peralatan................... 50 juta
Inventaris................. 25 juta
Total Asset............... 340 juta Total Liabilities & Equity 340 juta

b. Mencatat investasi sekutu sekali gus sebagai berikut :

Kas................................ Rp. 95 juta


Kendaraan.................... 100 juta
Tanah........................... 40 juta
Bangunan.................... 30 juta
Peralatan...................... 50 juta
Inventaris..................... 25 juta
Modal tuan D............Rp. 105 juta
Modal tuan E............ 120 juta
Modal tuan F............ 115 juta
3. Perubahan perusahaan perorangan menjadi persekutuan

Perseorangan yang memiliki perusahaan dapat bekerja sama dengan


orang lain untuk mendirikan firma. Aktiva dan pasiva yang dimilki oleh
perusahaan dapat dipindahkan pada firma yang didirikan. Apabila
pembukuan perusahaan perseorangan ini dipakai lagi pada firma maka harus
dibuat jurnal-jurnal penyesuaian untuk untuk menunjukkan saldo awal aktiva,
kewajiban dan modal dari pemilik perusahaan perorangan pada firma baru.
Ada dua cara yang dapat dilakukan bila buku perusahaan perorangan
dijadikan sebagai buku firma baru :
a. Buku perusahaan perorangan dilanjutkan menjadi buku firma
b. Buku perusahaan perorangan ditutup dibuka buku baru firma

Sebagai gambaran dapat diberikan contoh sebagai berikut :

Tuan X dan tuan Y sepakat untuk membentuk firma dengan nama Firma XY.
Tuan X memiliki perusahaan perorangan yang akan dijadikan firma. Tuan
Y akan menyetorkan sejumlah uang Rp. 50.000.000,- Neraca perusahaan X
sebelum dijadikan firma adalah sebagai berikut :

Perusahaan X
Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 2016
Aktiva Liabilities & equity

Kas.......................... .... Rp. 32.400.000,- Hutang Usaha............Rp. 48.000.000,-


Piutang usaha Rp.40.000.000,- Modal tuan Y............. 80.800.000,-
Cadangan kerugian
Piutang...................2.400.000,- 37.600.000,-
Persediaan barang dagang.. 42.800.000,-
Suplies toko................... 3.200.000,-
Peralatan...............24.000.000,-
Ak. Penyusutan.....11.200.000,- 12.800.000,-
Total Aktiva......................... 128.800.000,- Total liabilities & Equity
128.800.000,-

Sebelum buku perusahaan X dilanjutkan untuk pembukuan firma baru, tuan


X dan tuan Y sepakat untuk melakukan penilaian terlebih dahulu atas aktiva,
hutang dan modal tuan X, harus dibuat berbagai penyesuaian sebagai
berikut :

1. Piutang usaha tidak dapat ditagih Rp. 2.000.000,- harus dihapuskan.


Dari piutang bersih tersebut cadangan kerugian piutang ditetapkan
sebesar 4%.
2. Persediaan barang dagang yang ada dinilai menurut harga pasarnya
Rp. 53.200.000,-
3. Inventaris yang ada dinilai menurut nilai gantinya Rp. 30.000.000,-dan
inventaris ini telah disusutkan sebesar 50% dari nilai wajarnya Rp.
15.000.000,-
4. Goodwill diberikan pada tuan X atas perusahaannya yang dijadikan
firma sebesar Rp. 20.000.000,-
5. Tuan X diperkenankan mengambil uang kas perusahaannya.
6.Tuan Y menyetorkan uang Rp. 50.000.000,- pada firma.

Prosedur pembukuan firma XY yang akan dibentuk dapat memakai kedua


meode di atas sebagai berikut:

1. Buku perusahaan X dilanjutkan sebagai buku firma baru

a. Mencatat modal tuan X pada firma, dengan membuka masing-masing


perkiraan- perkiraan perusahaan perorangan

1. Penghapusan piutang usaha dengan dengan mengkredit sebesar Rp.


2.000.000,- maka perkiraan piutang menjadi

Piutang Usaha
40.000.000,- 1) 2.000.000,-
( 2.000.000,-)
38.000.000,-
Dari piutang usaha bersih Rp. 38.000.000 sebesar 4% sebagai cadangan
kerugian piutang sebesar Rp. 1.520.000,-. sebelumnya Rp. 2.400.000,- maka
harus dikurangkan atau didebet sebesar Rp. 880.000,-maka perkiraannya
menjadi :

Cadangan Kerugian Piutang

1) 880.000,- 2.400.000,-
(880.000,-)
1.520.000,-

2. Persediaan barang dagang dinilai Rp. 53.200.000,- yang sebelumnya Rp.

42.800.000,- harus didebet Rp. 10.400.000,- maka perkiraan persediaan

sebagai berikut :

Persediaan Barang dagang

42.800.000,-
2) 10.400.000,-
53.200.000,-

3. Inventaris dinilai menjadi Rp. 30.000.000,- yang sebelumnya Rp.


24.000.000,- maka perkiraan inventaris didebet sebesar Rp. 6.000.000,-
maka buku besar inventaris sebagai berikut :

Peralatan

24.000.000,-
3) 6.000.000,-
30.000.000,-
Peralatan ini telah disusutkan 50%, jadi akumulasi penyusutan 50% dari
Rp,30.000.000,- sebesar Rp. 15.000.000,- yang sebelumnya Rp.
11.200.000,-, maka akumulasi penyusutan harus dikredit sebesar
Rp.3.800.000,-. Buku besar akumulasi penyusutan sebagai berikut :

Akumulasi Penyusutan Peralatan


11.200.000,-
3) 3.800.000
15.000.000,-
4. Diberi goodwill pada tuan X Rp. 20.000.000,- atas perusahaannya yang
dijadikan firma maka perkiraan goodwill didebit sebesar Rp. 20.000.000,
maka perkiraannya sebagai berikut :

Goodwill
4) 20.000.000,-
5. Tuan X mengambil uang kas Rp. 32.400.000,- maka kas dikredit Rp.
32.400.000,- maka buku besar kas sebagai berikut :

Kas
32.400.000,- 5) 32.400.000,-
(32.400.000,-)
0

Perkiraan suplies toko tetap Rp. 3.200.000,- dengan buku besarnya :


Suplies
3.200.000,-

Perkiraan hutang usaha tetap sebesar Rp. 48.000.000,- dengan buku


besar :
Hutang Usaha
48.000.000,-

6. Modal tuan X Rp.80.800.000,- akan berubah dari hasil penyesuaian


yang ada sebagai berikut :

Cadangan kerugian piutang .....Rp. 880.000,- (1)


Persediaan barang dagang....... 10.400.000,-(2)
Inventaris............................... 6.000.000,-(3)
Goodwill............................... 20.000.000,-(4)
Modal tuan X....................... 920.000,-(6)
Piutang usaha.....................................Rp. 2.000.000,-(1)
Akumulasi penyusutan...................... 3.800.000,-(3)
Kas.................................................... 32.400.000,-(5)

Modal tuan X
(6) 920.000,- 80.800.000,-
( 920.000,-)_
79.880.000,-
b. Mencatat modal tuan Y dengan setoran tunai Rp. 50.000.000,- dicatat
dengan jurnal sebagai berikut :

Kas...................................Rp. 50.000.000,-
Modal tuan Y.................................Rp. 50.000.000,-
Dengan hasil jurnal di atas akan menghasilkan perkiraan –perkiraan
baru sehingga laporan posisi keuangan Firma XY sebagai berikut :

Firma XY
Laporan Posisi Keuangan
Per 31 Desember 2016

Aktiva Liabities & Equity


Kas.........................................Rp. 50.000.000,- Hutang usaha..................Rp. 48.000.000,-
Piutang usaha..Rp. 38.000.000,- Modal tuan X................. 79.880.000,-
Cadangan kerugian Modal tuan Y.............. 50.000.000,-
Piutang................ (1.520.000,-) 36.480.000,-
Persediaan barang dagang........... 53.200.000,-
Suplies toko................................ 3.200.000,-
Peralatan................30.000.000,--
Ak. Penyusutan....(15.000.000,-) 15.000.000,
Goodwill.................................. 20.000.000,-
Total aktiva............................. 177.880.000 Total liability & equity 177.880.000,-

1. Buku perusahaan X ditutup tidak dipakai buku perusahaan yang lama,


dibuka buku firma baru
a. Mencatat modal tuan X pada firma yang baru
Pada metode ini perkiraan – perkiraan yang disepakati langsung
dicatat pada buku yang baru seperti :

1. Piutang usaha karena tidak tertagih harus dihapuskan dari


Rp.40.000.000,-Rp.2.000.000,-= Rp. 38.000.000,-
2. Cadangan kerugian dicatat langsung 38.000.000,-x 4% = Rp.
1.520.000,-
3. Persediaan barang dagang dicatat langsungRp. 53.200.000,-
4. Suplies toko dicatat seperti pada neraca awal Rp. 3.200.000,-
5. Inventaris dicatat langsung Rp. 30.000.000,-
6. Akumulasi penyusutan inventaris langsung dicatat Rp.15.000.000,-
7. Goodwill langsung dicatat Rp. 20.000.000,-
8. Kas tidak dicatat karena diambil habis.
9. Hutang dagang dicatat Rp. 48.000.000,-

Maka jurnal untuk mencatat modal X pada firma adalah :


Piutang dagang.................. Rp. 38.000.000,-
Persediaan barang dagang.... 53.200.000,-
Suplies toko............................ 3.200.000,-
Inventaris................................ 30.000.000,-
Goodwill................................ 20.000.000,-

Hutang dagang...................................... Rp. 48.000.000,-


Cadangan kerugian piutang.................... 1.520.000,-
Akumulasi penyusutan inventaris........... 15.000.000,-
Modal tuan X....................................... 79.880.000,-

b. Mencatat modal Y pada firma sama dengan di atas dan laporan


posisi keuangan firma pada metode ini juga sama dengan di atas.

Anda mungkin juga menyukai