LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
2. Rentang Respon
3. Etiologi
Menurut Dermawan, dkk (2013, p.37) menjelaskan bahwa etiologi isolasi
sosial dibagi menjadi:
a. Faktor Predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku
isolasi sosial. Antara lain:
1) Faktor Perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa
bayi sampai dewasa tua akan menjadi pencetus sehingga
mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga
5
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan gangguan jiwa
isolasi sosial menurut (Dermawan D dan Rusdi, 2013) antara lain:
a. Gejala Subjektif
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
2) Respon verbal kurang atau singkat.
3) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
4) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
5) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
6) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
7) Klien merasa tidak berguna.
8) Klien merasa ditolak.
9) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
b. Tanda Objektif
1) Klien banyak diam dan tidak bicara
2) Banyak berdiam diri di kamar..
3) Tidak mengikuti kegiatan.
4) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang
terdekat.
5) Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.
6) Kontak mata kurang.
8
7) Kurang spontan.
8) Apatis (acuh terhadap lingkungan).
9) Ekspresi wajah kurang berseri
10) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
11) Mengisolasi diri.
12) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
13) Memasukkan makanan dan minuman terganggu.
14) Retensi urine dan feses.
15) Aktifitas menurun.
16) Kurang energi (tenaga).
17) Rendah diri.
18) Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada
posisi tidur).
5. Patofisiologi
Menurut Sutejo (2019, p.50) klien yang mengalami Isolasi Sosial
beranggapan bahwa sumber atau penyebab Isolasi Sosial berasal dari
lingkungan sekitarnya. Padahal rangsangan primer merupakan kebutuhan
perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik
sehubungan rasa marah, sepi, bermasalah dan takut dengan orang yang
dicintai, tidak dapat dikatakan segala sesuatu yang dapat mengancam
harga diri (self estreem) dan kebutuhan keluarga dapat meningkatkan
kecemasan. Adapun hubungan dengan ketakutan akan penolakan,
disebabkan oleh :
1) Obesitas
2) Kanker (operasi kepala atau leher yang bersifat merusak tampilan, dll)
3) Cacat fisik, seperti cacat akibat amputasi, radang sendi, dll.
4) Cacat emosional, seperti depresi, paranoid, fobia, dan ansietas ekstrem.
5) Penyakit komunikabel, seperti AIDS dan hepatitis
Mekanisme koping yang adekuat diperlukan untuk dapat mengatasi
masalah-masalah yang berkaitan dengan ansietas. Sumber-sumber koping
9
6. Mekanisme Koping
Menurut Struart and Sundeen (1999) dalam Dermawan (2013, p. 40)
mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan
yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.
Kecemasan koping yang sering digunakan adalah Regresi, Represi, dan
Isolasi.
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak dapat
diterima, secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan
motivasi atau pertentangan antara sikap dan perilaku.
7. Komplikasi
Menurut (Dalami, 2009) dalam Dermawan (2013, p. 40) Klien dengan
isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa
lalu primitive antara pembicaraan yang austic dan tingkah laku yang tidak
10
8. Penatalaksanaan
Menurut Eko Prabowo (2014, p. 145) penatalaksanaan untuk klien
dengan gangguan jiwa isolasi sosial terbagi menjadi:
a. Penatalaksanaan Medis
Pada penatalaksanaan medis, klien akan mendapatkan terapi
somatik atau organobioligi. Terapi somatik atau organobiologi
merupakan terapi yang diberikan pada pasien gangguan jiwa dengan
tujuan mengubah perilaku yang maladaptive menjadi perilaku yang
adaptive. Terapi somatik atau organobiologi terbagi menjadi:
1) Terapi Farmakologi
Dalam terapi farmakologi ada tiga jenis obat yang digunakan untuk
klien isolasi sosial yaitu:
a. Chlorpromazine (CPZ)
Indikasi: untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya
nilai norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam
fungsi-fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan
dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat
dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja,
hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Efek samping: sedasi, gangguan otonomik (hipotonik,
antikolinergik/ parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam
miksi, dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
intra okuler meninggi, gangguan irama jantung, gangguan
ekstra piramidal (distonia akut, akatshia, sindroma
parkinson/tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin,
11
B. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping,
dan kemampuan koping yang memiliki klien (Hermawan, 2015).
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan, tahap pengkajian terdiri dari atas pengumpulan data dan
perumusan masalah. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual (Hutagalung, 2020).
Data yang diperoleh dikelompokkan menjadi data objektif dan data
subjektif. Data yang mungkin muncul pada klien isolasi sosial pada data
14
a. Pohon Masalah
Masalah
Isolasi Sosial: Menarik diri
Utama
b. Masalah Keperawatan:
1) Isolasi sosial: menarik diri
2) Risiko perubahan sensori persepsi: halusinasi
3) Gangguan konsep diri: harga diri rendah
15
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan masalah keperawatan tersebut diagnosa keperawatan yang
muncul adalah Isolasi Sosial: Menarik Diri. (Muhith, 2015)
3. Perencanaan
Setelah mengetahui diagnosa keperawatan pada klien dengan isolasi
sosial, langkah selanjutnya yaitu menyusun perencanaan tindakan
keperawatan. Untuk membina hubungan saling percaya dengan klien
isolasi sosial perlu waktu yang tidak sebentar. Perawat harus konsisten
bersikap terapeutik pada klien. Selalu penuhi janji, kontak singkat tapi
sering dan penuhi kebutuhan dasarnya adalah upaya yang bisa dilakukan
(Trimelia, 2011).
Masalah isolasi sosial: menarik diri memiliki tujuan umum dan tujuh
tujuan khusus, yaitu diagnosa keperawatan isolasi sosial: menarik diri,
adapun Tujuan Umum (TUM) pada penderita isolasi sosial: klien dapat
berinteraksi dengan orang lain dengan kriteria hasil setelah melakukan dua
kali pertemuan, klien dapat menerima kehadiran perawat. Sementara itu,
tujuan khusus (TUK) pertama klien dapat membina hubungan saling
percaya dengan kriteria hasil klien mau menjawab salam, mau
menyebutkan nama, klien mau berjabat tangan, ada kontak mata, ekspresi
wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, klien mau duduk
berdampingan dengan perawat ataupun klien lainnya, mau mengutarakan
masalah yang dihadapi. Untuk intervensinya, sapa klien dengan ramah,
baik verbal maupun non verbal, perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan
nama lengkap klien & nama panggilan yang disukai klien, jelaskan tujuan
pertemuan, jujur dan menepati janji, tunjukkan sikap empati dan menerima
klien apa adanya, beri perhatian pada klien dan perhatian kebutuhan dasar
klien. Rasionalnya: hubungan saling percaya merupakan dasar untuk
kelancaran hubungan interaksi selanjutnya.
16
menarik diri, akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak
ditanggapi, cara keluarga menghadapi klien menarik diri, dorong anggota
keluarga untuk memberi dukungan kepada klien untuk berkomunikasi
dengan orang lain, anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal satu minggu sekali, beri reinforcement atas hal-
hal yang telah dicapai oleh keluarga. Rasionalnya dengan keluarga klien
akan merasa diperhatikan.
4. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan pasien isolasi sosial menurut (Damaiyanti,
M & Iskandar 2012) yaitu:
a. Tindakan keperawatan pada pasien
Tindakan keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan
(SP) pada pasien:
1) Strategi Pelaksanaan 1 pasien: mengidentifikasi penyebab Isolasi
Sosial, berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan bila
berhubungan dengan orang lain, berdiskusi dengan pasien tentang
kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain, mengajarkan
pasien cara berkenalan, menganjurkan pasien memasukkan
kegiatan latihan berkenalan kedalam kegiatan harian.
2) Strategi Pelaksanaan 2 pasien: mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien, memberikan kesempatan pada pasien
memperatikkan cara berkenalan, mengajarkan pasien berkenalan
dengan orang pertama (seorang perawat), menganjurkan pasien
memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
3) Strategi Pelaksanaan 3 pasien: mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien, memberikan kesempatan kepada pasien
memperatikkan cara berkenlaan dengan orang pertama, melatih
pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang
kedua seorang pasien), menganjurkan pasien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian.
19
5. Evaluasi
Assesment Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif atau muncul
: untuk menyimpulkan apakah masalah baru atau ada data
yang kontradiksi dengan masalah yang ada.
Planning: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon pasien. Latihan kemampuan yang sudah diajarkan
untuk mengontrol perilaku isolasi sosial.