Anda di halaman 1dari 70

UNIVERSITAS INDONESIA

PRAKTEK KERJA PROFESI DI


SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA TIMUR
PERIODE BULAN OKTOBER TAHUN 2016

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

LIYAS ATIKA PUTRI


1506815251

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2017
UNIVERSITAS INDONESIA

PRAKTEK KERJA PROFESI DI


SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA TIMUR
PERIODE BULAN OKTOBER TAHUN 2016

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker

LIYAS ATIKA PUTRI


1506815251

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2017
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala,


karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan praktek
kerja ini. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan ini, oleh karena itu
saya mengucapkan terimakasih kepada:
a.Ibu Dyan Sulistyorini, S.Si., Apt selaku pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing saya selama pelaksanaan
PKPA dan selama penyusunan laporan ini;
b. Bapak Catur Jatmika,M.Si.,Apt. selaku pembimbing internal PKPA Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia;
c.Dr. Mahdi Jufri, MS., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
dan Dr.Hayun, M.Si., Apt. Selaku Ketua Program studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas kesempatan dan dukungan yang
diberikan untuk mengikuti program studi ini;
d. Seluruh pimpinan dan staf Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Timur terutama Seksi Sumber Daya Kesehatan atas bimbingannya;
e.Kedua orang tua dan keluarga penulis yang selalu mendoakan, mendukung,
mendampingi dan memberikan yang terbaik hingga sekarang;
f. Nuramalia, S.Farm., Hendriq Fauzan Kusfanto, S.Farm., dan Hervinda Dita
Kristianti, Sfarm. atas kerjasama, bantuan, dukungan dan kebersamaan
selama PKPAdi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur;
g. Teman-teman Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia angkatan 83atas kebersamaan, semangat, kerjasama, bantuan, doa
yang diberikan pada penulis sejak awal program profesi Apoteker Universitas
Indonesia;
h. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh penulis.

v
Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu dan menjadikan laporan ini
bermanfaat.

Depok, Januari 2017

Penulis,

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME ..................................................... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2Tujuan................................................................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN UMUM


2.1 Suku Dinas Kesehatan Kota .............................................................. 3
2.2 Tugas dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota ................................ 3
2.3 Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota .............................. 5

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS


3.1 Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Timur ..................................... 12
3.2 Visi dan Misi Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Timur .............. 12
3.3 Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Timur .... 12
3.4 Seksi Sumber Daya Kesehatan ........................................................ 13

BAB 4 PELAKSANAAN PRAKTER KERJA


4.1 Tempat dan Waktu .......................................................................... 16
4.2 Kegiatan Praktek Kerja ................................................................... 16

BAB 5 PEMBAHASAN .................................................................................. 18

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 KESIMPULAN ........................................................................................... 26
6.2 SARAN ....................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 28

vii Universitas Indonesia


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur ............. 13

viii Universitas Indonesia


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Standar Pelaksanaan Binwasdal Apotek ....................................... 30


Lampiran 2. Standar Pelaksanaan Binwasdal Instalasi Farmasi RS ................. 32
Lampiran 3. Standar Pelaksanaan Binwasdal Toko Obat ................................. 33
Lampiran 4. Standar Pelaksanaan Binwasdal PIRT .......................................... 34
Lampiran 5. Standar Pelaksanaan Binwasdal UMOT ....................................... 35
Lampiran 6. Standar Pelaksanaan Binwasdal Sampel Makanan PIRT ............. 36
Lampiran 7. Laporan Tugas Khusus ................................................................. 37

ix Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau
penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Pekerjaan kefarmasian pada bidang pemerintahan salah satunya adalah
pada dinas kesehatan. Dinas Kesehatan merupakan pelaksana otonomi daerah
untuk urusan kesehatan.Beberapa tugas Dinas Kesehatan lebih spesifiknya pada
seksi Sumber Daya Kesehatan, program Farmasi Makanan dan Minuman adalah
melakukan proses penyimpanan dan pendistribusian obat program dan vaksin,
mengawasi sistem pelaporan obat, sistem perizinan sarana farmasi makanan
minuman, dan pembinaan pengawasan pengendalian saranan makanan dan
minuman.Agar dapat menjalankan tugas tersebut dengan baik maka diperlukan
Tenaga Kefarmasian atau Apoteker.
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Sebelum lulus menjadi Apoteker,
Sarjana Farmasi harus menempuh pendidikan profesi Apoteker. Standar
pendidikan profesi Apoteker terdiri atas:
a.komponen kemampuan akademik; dan
b. kemampuan profesi dalam mengaplikasikan pekerjaan kefarmasian.
Berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki oleh Apoteker tersebut maka
dilakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Timur agar Mahasiswa profesi Apoteker bisa lebih
memahami gambaran tugas dan kewajiban Apoteker serta mengaplikasikan
Pekerjaan Kefarmasian di bidang pemerintahan yakni Dinas Kesehatan.

1 Universitas Indonesia
2

1.2. Tujuan
Praktek Kerja Profesi di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Timur bertujuan agar calon apoteker:
a.Mampu memahami peranan, tugas dan tanggung jawab Apoteker di Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur;
b. Memiliki pengetahuan tentang tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Timur di bidang farmasi;
c.Memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk
melakukan pekerjaan di pemerintahan; dan
d. Memiliki gambaran nyata tentang permasalahan kefarmasian di pemerintahan.

Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM

2.1 Suku Dinas Kesehatan Kota


Menurut Peraturan Guberbur DKI Jakarta Nomor 233 tahun 2014, Suku
Dinas Kesehatan Kota Administrasi yang selanjutnya disebut Suku Dinas Kota
adalah Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta. Suku Dinas Kota berada di bawah Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
Suku Dinas Kesehatan setara dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di daerah
lain. Suku Dinas Kota dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yangsecara
teknis dan administrasi berkedudukan di bawah danbertanggung jawab kepada
Kepala Dinas, serta secara operasionalberkedudukan di bawah dan bertanggung
jawab kepada Walikota.

2.2 Tugas dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota


Suku Dinas Kota mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaandan
pengembangan kesehatan masyarakat. Untuk menjalankan tugas tersebut, Suku
Dinas Kesehatan Kota menyelenggarakan fungsi:
a.penyusunan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaranSuku Dinas Kota;
b. pelaksanaan rencana strategis dan dokumen pelaksanaananggaran Suku Dinas
Kota;
c.pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraankesehatan keluarga,
peningkatan program gizi dan PPSM sertapromosi dan informasi kesehatan;
d. pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalamupaya peningkatan
gizi dan kesehatan masyarakat;

3 Universitas Indonesia
4

e.pelayanan kesehatan perorangan dan komunitas, pelayanankesehatan keahlian


dan tradisional dan pengendalianpenanggulangan kegawatdaruratan, bencana
serta KLB;
f. pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit menulartidak menular
serta pelaksanaan surveilans kesahatan;
g. pengawasan dan pengendalian ketersediaan farmasi;
h. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pengembangan penerapansistem
manajemen mutu kesehatan;
i. pengendalian pencapaian standarisasi sarana dan prasaranapelayanan kesehatan
baik pemerintah maupun swasta;
j. melaksanakan, pengawasan, pengendalian, monitoring danevaluasi perizinan
dan non perizinan di bidang kesehatan;
k. menyusun bahan rekomendasi kepada penyelenggara PTSPdalam rangka
penetapan dan pemberian sanksi atas pelanggaranlpenyalahgunaan perizinan
dan non perizinan di bidang kesehatan;
l. pengoordiAasian penegakan peraturan perundang-undangan dibidang kesehatan
pada Iingkup kota administrasi;
m. pengelolaan dan pengembangan data dan teknologi informasi;
n. pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang Suku DinasKota;
o. penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan danperawatan prasarana
dan sarana kerja Suku Dinas Kota;
p. pengelolaan kearsipan Suku Dinas Kota;
q. pelaksanaan kegiatan ketatausahaan dan kerumahtanggaan SukuDinas Kota;
r. pelaksanaan publikasi kegiatan danpengatumn acara Suku DinasKota; dan
s. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsiSuku Dinas
Kota.

Universitas Indonesia
5

2.3 Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota


Suku Dinas Kesehatan Kota terdiri dari:
2.3.1 Kepala Suku Dinas
Kepala Suku Dinas mempunyai tugas:
a.memimpin dan mengoordinasikan pelaksanakan tugas dan fungsi Suku Dinas
Kota;
b. mengoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian, Seksi danSubkelompok
Jabatan Fungsional; dan
c.melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan SKPD/UKPDdan/atau instansi
pemerintah/swasta, dalam rangka pelaksanaantugas dan fungsi Suku Dinas
Kota; danmelaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas
danfungsi Suku Dinas Kota.
2.3.2 Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha merupakan satuan kerja staf Suku Dinas Kesehatan
Kota dalam pelaksanaan administrasi Suku Dinas Kesehatan. Subbagian Tata
Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Subbagian Tata Usaha
mempunyai tugas:
a.melaksanakan rencana strategis dan dokumen pelaksanaananggaran Suku Dinas
Kota sesuai dengan Iingkup tugasnya;
b. mengoordinasikan penyusunan rencana strategis dan rencanakerja dan anggaran
Suku Dinas Kota sesuai dengan lingkuptugasnya;
c.melaksanakan monitoring, pengendalian, dan evaluasi rencanastrategis, dan
dokumen pelaksanaan anggaran Suku Dinas Kota;
d. melaksanakan pengelolaan kepegawaian;
e.melaksanakan pengelolaan keuangan;
f. melaksanakan pengelolaan barang;
g. melaksanakan kegiatan ketatausahaan dan kerumahtanggaanSuku Dinas Kota;
h. melaksanakan penyediaan, penatausahaan, pemeliharaan danperawatan
prasarana dan sarana 'kerja Suku Dinas Kota;
i. memelihara kebersihan, keindahan, keamanan dan ketertibankantor;
j. melaksanakan pengelolaan ruang rapatlpertemuan Suku Dinas Kota;
Universitas Indonesia
6

k. melaksanakan publikasi kegiatan dan pengaturan acara SukuDinas Kota;


l. melaksanakan pengelolaan kearsipan, data dan informasi SukuDinas Kota;
m. menghimpun, menganalisis dan mengajukan kebutuhanpenyediaan dan
pemeliharaan perasarana dan sarana kerja SukuDinas Kota;
n. menerima, menyimpan dan mendistribusikan prasarana dansarana kerja Suku
Dinas Kota; .
o. menyampaikan dokumen penerimaan, penyimpanan,pendistribusian, dan
penghapusan barang kepada SubbagianKeuangan untuk dibukukan;
p. melaksanakan pembinaan dan pengembangan tenaga fungsionaldan tenaga
teknis pelayanan kesehatan;
q. melaksanakan penilaian dan penetapan angka kredit jabatanfungsional
kesehatan;
r. mengoordinasikan penyusunan laporan keuangan, kinerja,kegiatan, dan
akuntabilitas Suku Dinas Kota; dan
s. melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasSubbagian Tata
Usaha.
2.3.3 Seksi Kesehatan Masyarakat
Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan satuan kerja Iini Suku Dinas Kota
dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan
masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi
yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas.
Seksi Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas :
a.menyusun bahan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran Suku Dinas
Kota sesuai dengan Iingkup tugasnya;
b. melaksanakan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran Suku
Dinas Kota sesuai dengan lingkup tugasnya;
c.melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga
tefmasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak prasekolah, usia
sekolah, remaja, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana;
d. melaksanakan pengawasan· dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan
pelayanan kesehatan ibu, kesehatan anak, kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana;
Universitas Indonesia
7

e.melaksanakan pembinaan petugas pelaksana dan evaluasi pelaksanaan kegiatan


pelayanan kesehatan ibu, kesehatan anak, kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana;
f. melaksanakan kerja sama Iintas program dan lintas sektoral dalam upaya
pengembangan kesehatan ibu, kesehatan anak, kesehatan reproduksi dan
keluarga berencana;
g. melaksanakan koordinasi dengan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk
pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat;
h. melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan penyebarluasan informasi
program kesehatan;
i. melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan
masyarakat;·
j. melaksanakan manajemen data base kesehatan melalui sistem informasi
manajemen kesehatan yang terintegrasi;
k. melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian mutu pelaksanaan
program gizi dan pemberdayaan peran serta masyarakat;
l. melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian program gizi
pengembangan peran serta masyarakat; dan
m. melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasSeksi Kesehatan
Masyarakat.
2.3.4 Seksi Pelayanan Kesehatan
Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kota
dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan dipimpin
oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pelayanan kesehatan mempunyai tugas :
a.menyusun bahan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran Suku Dinas
Kota sesuai dengan lingkup tugasnya;
b. melaksanakan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran Suku
Dinas Kota sesuai dengan Iingkup tugasnya;
c.mengelola data dan informasi sarana pelayanan kesehatan dan kegiatan
kegawatdaruratan dan bencana di wilayah;

Universitas Indonesia
8

d. melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap sarana


pelayanan kesehatan dasar dan keahlian serta pelayanan kesehatan
tradisional;
e.melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap persiapan
pelaksanaan akreditasi klinik;
f. melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap
pelaksanaan/pencapaian standar pelayanan minimal (SPM) di Puskesmas dan
sarana kesehatan lainnya;
g. melaksanakan, pengawasan, pengendalian, monitoring dan evaluasi perizinan
dan non perizinan pada pelayanan kesehatan;
h. menyusun bahan rekomendasi kepada penyelenggara PTSP dalam rangka
penetapan dan pemberian sanksi atas pelanggaranl penyalahgunaan perizinan
dan non perizinan pada pelayanan kesehatan;
i. melaksanakan siaga 24 jam pada Pusat Pengendalian Dukungan Kesehatan
(Pusdaldukkes) di wilayah;
j. mengoordinasikan dan melaksanakan kegiatan peningkatan kapasitas
kegawatdaruratan petugas dan masyarakat;
k. mengkoordinir pelaksanaan tugas dukungan kesehatan dan penangulangan
bencana di wilayah;
l. melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program Jaminan Kesehatan di
wilayah; dan
m. melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan
Kesehatan.
2.3.5 Seksi Sumber Daya Kesehatan
Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan satuan kerja Iini Suku Dinas
Kota dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi
Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Sumber Daya
Kesehatan mempunyai tugas :
a.menyusun bahan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran Suku Dinas
Kota sesuai dengan Iingkup tugasnya;

Universitas Indonesia
9

b. melaksanakan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran Suku


Dinas Kota sesuai dengan lingkup tugasnya;
c.mengelola data dan informasi kegiatan dalam ruang Iingkup pelaksanaan tugas
Seksi Sumber Daya Kesehatan;
d. melaksanakan, pengawasan, pengendalian, monitoring dan evaluasi perizinan
dan non perizinan pada sumber daya kesehatan;
e.menyusun bahan rekomendasi kepada penyelenggara PTSP dalam rangka
penetapan dan pemberian sanksi atas pelanggaran/penyalahgunaan perizinan
dan non perizinan pada sumber daya kesehatan;
f. melaksanakan pembinaan dan pengembangan kompetensi sumber daya manusia
kesehatan;
g. melakukan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan pegawai;
h. melaksanakan verifikasi usulan Ijin Belajar dan Tugas Belajar;
i. melakukan monitoring, evaluasi dan membuat laporan pelaksanaan kegiatan
pembinaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan tenaga kesehatan,
pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan;
j. melaksanakan kegiatan penyelesaian masalah profesi kesehatan yang berkaitan
dengan hukum kesehatan dalam pemberian pelayanan kesehatan;
k. melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap persiapan
pelaksanaan akreditasi puskesmas; melaksanakan pembinaan, pengawasan
dan pengendalian penerapan sistem manajemen mutu oi Suku Dinas Kota dan
Puskesmas;
l. melaksanakan kegiatan pengukuran tingkat kepuasan pelanggan di bidang
kesehatan di Suku Dinas Koto;
m. melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada
Iingkup Kata Administrasi; dan
n. melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Sumber
Daya Kesehatan.

2.3.6 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan

Universitas Indonesia
10

Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku


Dinas Kota dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi
Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi
Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas :
a.menyusun bahan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran Suku Dinas
Kotasesuai dengan lingkup tugasnya;
b. melaksanakan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran Suku
Dinas Kota sesuai dengan lingkup tugasnya;
c.melaksanakan pembinaan, pengawasan· dan pengendalian kegiatan penyakit
menular, penyakit tidak menular, surveilans epidemielogi, penanggulangan
wabah/kejadian .Iuar biasa, surveilans kematian, imunisasi, kesehatan haji,
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan kesehatan olahraga;
d. mengelola data dan informasi kegiatan penyakit menular, penyakit tidak
menular, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah/kejadian luar biasa,
surveilans kematian, imunisasi, kesehatan haji, kesehatan Iingkungan,
kesehatan kerja dan kesehatan olahraga;
e.melaksanakan koordinasi, kerjasama dan kemitraan dengan SKPD/UKPD, dan
instansi pemerintah/swasta/organisasi terkait,dalam rangka pengendalian
masalah kesehatan;
f. melaksanakan koordinasi dan kerjasama pelaksanaan bantuanteknis dan lintas
sektor dalam pengendalian kejadian luar biasa(KLB);
g. melaksanakan kegiatan investigasi penyakit patensial Kejadian Luar Biasa
(KLB) dan dugaan wabah serta keracunan makanan;
h. mengelola sistem jaringan informasi wabah/Kejadian Luar Biasa (KLB) dan
surveilans dalam rangka sistem kewaspadaan dini(SKD);
i. melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan penyakit menular,
penyakit tidak menular, surveilans epidemiologi, penanggulangan
wabah/kejadian luar biasa, surveilans kematian, imunisasi, kesehatan haji,
kesehatan Iingkungan, kesehatan kerjadan kesehatan olahraga; dan
j. melaporkan dan mempertanggungjawaban, pelaksanaan tugas Seksi
Pengendalian Masalah Kesehatan.
Universitas Indonesia
11

Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS

3.1 Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur


Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur berada di bawah
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Suku Dinas Kesehatan setara dengan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di daerah lain. Suku Dinas Kesehatan Jakarta
Timur berada di Jalan Matraman Raya Nomor 218 Kota Jakarta Timur.
3.2 Visi dan Misi Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Timur
Visi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur adalah
Jakarta Timur sehat, mandiri, dan Bermutu untuk semua. Sedangkan misi Suku
Dinas Kesehatan Jakarta Timur adalah:
a.Meningkatkan kemampuan manajerial profesionalisme Sumber Daya Manusia
(SDM).
b. Meningkatkan kinerja organisasi dengan pendekatan tim.
c.Mengembangkan sistem informasi kesehatan sesuai dengan perkembangan
teknologi.
d. Menggalang kemitraan dengan lintas program, lintas sektor, lembaga swadaya
masyarakat dengan organisasi terkait.
e.Meningkatkan peran serta masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat.
3.3 Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Timur
Sesuai dengan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 233 tahun 2014
struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Timur terdiri dari Kepala
Suku Dinas, Subbagian Tata Usaha, Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi
Pelayanan Kesehatan, Seksi Sumber Daya Kesehatan, Seksi Pengendalian
Masalah Kesehatan, dan Subkelompok Jabatan Fungsional. Tugas masing-masing
bagian pada struktur organisasi sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 233
tahun 2014 yang sudah dijelaskan di tinjauan khsus. Untuk lebih memahami
struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Timur dapat dilihat pada
Gambar 1.

12 Universitas Indonesia
13

Gambar 1 Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Timur

3.4 Seksi Sumber Daya Kesehatan


Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) merupakan salah satu seksi pada
Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Timur. Sesuai dengan Peraturan Gubernur
Nomor 233 tahun 2014 Seksi SDK mempunyai tugas:
a.menyusun bahan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran Suku Dinas
Kota sesuai dengan lingkup tugasnya;
b. melaksanakan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran Suku
Dinas Kota sesuai dengan lingkup tugasnya;
c.mengelola data dan informasi kegiatan dalam ruang lingkup pelaksanaan tugas
Seksi Sumber Daya Kesehatan;
d. melaksanakan, pengawasan, pengendalian, monitoring dan evaluasi perizinan
dan non perizinan pada sumber daya kesehatan;
e.menyusun bahan rekomendasi kepada penyelenggara PTSPdalam rangka
penetapan dan pemberian sanksi atas pelanggaran penyalahgunaan perizinan
dan non perizinan pada sumber dayakesehatan;
f. melaksanakan pembinaan dan pengembangan kompetensi sumber daya manusia
kesehatan;
13
14

g. melakukan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan pegawai;


h. melaksanakan verifikasi usulan Ijin Belajar dan Tugas Belajar;
i. melakukan monitoring, evaluasi dan membuat laporan pelaksanaan kegiatan
pembinaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan tenaga kesehatan,
pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan;
j. melaksanakan kegiatan penyelesaian masalah profesi kesehatan yang berkaitan
dengan hukum kesehatan dalam pemberian pelayanan kesehatan;
k. melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap persiapan
pelaksanaan akreditasi puskesmas;
l. melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian penerapan sistem
manajemen mutu di Suku Dinas Kota danPuskesmas;
m. melaksanakan kegiatan pengukuran tingkat kepuasan pelanggan di bidang
kesehatan di Suku Dinas Kota;
n. melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada
lingkup Kota Administrasi; dan
o. melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasSeksi Sumber
Daya Kesehatan.
Untuk dapat menjalankan tugas tersebut, Seksi SDK mempunyai tiga
program kerja yakni Program Tenaga Kesehatan, Program Mutu dan Program
Farmasi Makanan dan Minuman (FMM).
Program Tenaga Kesehatan memiliki tugas:
a.Melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian, pengembangan,
monitoring dan evaluasi tenaga kesehatan, pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan;
b. Melaksanakan kegiatan proses Izin Belajar dan Tugas Belajar bagi pegawai;
c.Melaksanakan kegiatan penyelesaian masalah profesi kesehatan yang berkaitan
dengan hukum kesehatan dalam pemberian pelayanan kesehatan;
Program Mutu mempunyai tugas:
a.Melaksanakan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian penerapan sistem
manajemen mutu.
b. Melaksanakan fasilitasi, koordinasi dan kerjasama pengembangan sistem
manajemen mutu dangan pihak ketiga.
Universitas Indonesia
15

c.Melaksanakan pengawasan, pengendalian, monitoring dan evaluasi perizinan


dan non-perizinan pada standarisasi mutu kesehatan.
d. Menyusun bahan rekomendasi kepada penyelenggara PTSP dalam rangka
penetapan dan pemberian sanksi atas pelanggaran/penyalahgunaan perizinan
dan non perizinan pada standarisasi mutu kesehatan.
e.Melaksanakan survei dan fasilitasi akreditasi terhadap puskesmas.
f. Melaksanakan penilaian mutu layanan pada fasilitas kesehatan.
g. Melaksanakan penilaian tenaga kesehatan teladan.
h. Melaksanakan kegiatan pengukuran tungkat kepuasan pelanggan di bidang
kesehatan.
i. Mengelola data dan informasi kegiatan penerapan sistem manajemen mutu
kesehatan.
Program Farmasi Makanan dan Minuman (FMM) mempunyai tugas:
a.Melaksanakan pengawasan, pengendalian, monitoring dan evaluasi perizinan
dan non-perizinan pada farmasi, makanan dan minuman.
b. Menyusun bahan rekomendasi kepada penyelenggaran PTSP dalam rangka
penetapan dan pemberian sanksi atas pelanggaran/penyalahgunaan perizinan
dan non-perizinan pada farmasi, makanan dan minuman.
c.Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengawasan,
pembinaan dan pengendalian sarana produksi, peredaran, perdagangan obat,
kosmetik, obat tradisional, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga.
d. Melaksanakan pengelolaan obat program penanggulangan tuberkulosis,
malaria, HIV AIDS, diare, kusta, kesehatan ibu dan anak, vitamin A dan gizi.
e.Mengelola data dan informasi usaha dan kegiatan produksi, peredaran,
perdagangan, dan penggunaan obat, perbekalan kesehatan, serta makanan dan
minuman.
f. Mengelola data, informasi, laporan narkotika dan psikotropika;
g. Melaksanakan pengelolaan logistik obat dan perbekalan kesehatan buffer
bencana.
h. Melaksanakan pembinaan penggunaan obat generik dan advokasi implementasi
pedoman dan standar untuk peningkatan penggunaan obat tradisional.
Universitas Indonesia
BAB 4
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA

4.1 Tempat dan Waktu


Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta
Timur dilaksanakan selama tiga minggu mulai dari tanggal 3 hingga 21 Oktober
2016.

4.2 Kegiatan Praktek Kerja


Kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama praktek kerja di Suku Dinas
Kesehatan Kota Jakarta Timur, termasuk pelaksanaan tugas khusus dapat dilihat
pada tabel berikut ini:

Tanggal Uraian/Materi Kegiatan


3 Oktober 2016 Membaca contoh laporan dan tugas akhir di Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Timur
4 Oktober 2016 a.Pembagian tugas khusus Pembinaan, pengawasan dan
pengendalian (Binwasdal) sarana kesehatan.
b. Melakukan input data tugas khusus Binwasdal
5 Oktober 2016 Input data tugas khusus Binwasdal
6 Oktober 2016 Input data tugas khusus Binwasdal
7 Oktober 2016 Input data tugas khusus Binwasdal
10 Oktober 2016 Mengerjakan tugas khusus dengan mencari sumber pustaka
11 Oktober 2016 Mengerjakan tugas khusus dan input data tugas khusus Binwasdal
12 Oktober 2016 Mengerjakan tugas khusus dan input data tugas khusus Binwasdal
13 Oktober 2016 a.Mengerjakan tugas khusus dan input data tugas khusus Binwasdal
b. Diskusi terkait pengelolaan obat dan vaksin
c.Diskusi terkait izin belajar dan tugas belajar
14 Oktober 2016 a.Input data tugas khusus Binwasdal
b. Diskusi terkait Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO) dan Penggunaan Obat Rasional (POR)
17 Oktober 2016 a.Input data tugas khusus Binwasdal
b. Diskusi terkait Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika
(SIPNAP)
18 Oktober 2016 Mengikuti kegiatan binwasdal rutin di Instalasi Farmasi RS x dan
RS y
19 Oktober 2016 a.Mengerjakan tugas khusus dan input data tugas khusus Binwasdal
b. Diskusi terkait SIPNAP, pengelolaan obat program dan vaksin,
LPLO, POR, Program Tenaga Kesehatan dan Program Mutu
20 ktober 2016 a. Mengerjakan tugas khusus dan input data tugas khusus
Binwasdal
b. Diskusi terkait akreditasi puskesmas, Implementasi mutu dan
16 Universitas Indonesia
17

Tanggal Uraian/Materi Kegiatan


keamanan pangan
c.Diskusi terkait Perizinan tenaga kefarmasian dan sarana kesehatan
21 Oktober 2016 Mengerjakan laporan

Universitas Indonesia
BAB 5
PEMBAHASAN

Kegiatan Praktek Kerja Profesi di Suku Dinas Kesehatan Kota


Administrasi Jakarta Timur berlangsung mulai tanggal 3 hingga 21 Oktober 2016.
Adapun kegiatan yang dilakukan penulis selama melaksanakan praktek kerja
profesi adalah mengikuti kegiatan Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian
(Binwasdal) Sarana Instalasi Farmasi Rumah Sakit x dan y yang dilakukan oleh
petugas Program Farmasi Makanan dan Minuman (FMM) seksi Sumber Daya
Kesehatan (SDK). Kegiatan Binwasdal ini merupakan kegiatan Binwasdal rutin
yang dilakukan setiap setahun sekali pada semua Instalasi Farmasi Rumah Sakit
di Jakarta Timur. Binwasdal rutin ini tidak hanya dilakukan oleh seksi SDK saja,
namun juga dilakukan oleh seksi lainnya seperti Seksi Kesehatan Masyarakat,
Seksi Pelayanan Kesehatan, serta Seksi Pengendali Masalah Kesehatan. Masing-
masing petugas dari masing-masing Seksi berpencar dan melakukan Binwasdal
terhadap sarana dan Sumber Daya Manusia yang ada di Rumah Sakit. Seksi
Sumber Daya Kesehatan dalam hal ini Program FMM melakukan Binwasdal
sarana IFRS.
Binwasdal sarana IFRS dilakukan dengan cara membandingkan Standar
(Check List) Binwasdal dengan sarana yang ada di IFRS. Check List Binwasdal
lebih lengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1-6. Sumber hukum Check List
Binwasdal sarana IFRS adalah Peraturan Menteri Kesehatan nomor 58 tahun 2014
mengenani standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit; Peraturan Pemerintah
nomor 51 tahun 2009 mengenai pekerjaan kefarmasian; PMK Nomor 889 tahun
2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian; dan
PMK nomor 35 tahun 2015 tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan dan
pelaporan narkotika. Check List Binwasdal diisi berdasarkan kondisi sarana IFRS
Rumah sakit x dan y. Hasil Binwasdal didiskusikan dengan petugas IFRS
(Apoteker dan Asisten Apoteker) dan dilakukan pembinaan terhadap
ketidaksesuaian hasil dengan Check List Binwasdal oleh petugas dari Program
FMM. Adapun pembinaan yang dilakukan meliputi perlunya penambahan
keterangan tanggal kadaluwarsa obat dan nomor bets obat pada kartu stok; perlu
18 Universitas Indonesia
19

adanya dokumentasi konseling dan Pemberian Informasi Obat (PIO) yang sudah
dilakukan; faktur, resep, dan kartu stok narkotika psikotropika dan prekursor
sebaiknya dipisah dari obat lainnya; serta perlu adanya penandaan khusus terkait
tanggal kadaluwarsa obat dengan memberi label warna tertentu pada obat agar
terhindar dari penyerahan obat yang sudah kadaluwarsa.
Selain mengikuti kegiatan Binwasdal di Rumah Sakit x dan y, penulis juga
mendapat tugas melakukan rekapitulasi kegiatan Binwasdal periode bulan Juni
hingga Juli tahun 2016. Hasil rekapitulasi adalah Binwasdal dilakukan pada empat
apotek, satu apotek rakyat, empat IFRS, lima klinik dan dua sarana makanan dan
minuman.
Adapun temuan yang sering ditemukan dari kegiatan Binwasdal Apotek
dan Apotek rakyat Bulan Juni dan Juli 2016 adalah Apoteker tidak berada
ditempat, pencatatan mutasi barang masih belum mencantumkan nomor bets dan
tanggal kadaluarsa obat, pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika masih
belum menggunakan SIPNAP, kulkas tidak dilengkapi thermometer dan tidak ada
catatan suhu kulkas, lemari narkotika belum menggunakan sistem dua pintu, tidak
ada ruang Apoteker, tempat sampah tidak tertutup, dan AA belum mengurus
SIKTTK, serta belum terlaksananya pelayan farmasi klinik dengan baik misalnya
belum adanya PIO dan konseling. Dasar hukum check list Binwasdal apotek
rakyat adalah Peraturan Menteri Kesehatan nomor 284 tahun 2007 mengenai
apotek rakyat; PMK nomor 51 tahun 2009 mengenai pekerjaan kefarmasian; dan
PMK Nomor 889 tahun 2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasian.
Temuan sering ditemukan pada sarana PIRT bulan Juni dan Juli 2016 adalah
PIRT belum memiliki surat izin, belum mempunyai SOP/catatan produksi, produk
tidak dilengkapi dengan nomer bets pada kemasan produk, dan tidak adanya
tanggal kadaluarsa pada kemasan produk. Dasar hukum check list Binwasdal
PIRT adalah Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
Nomor HK.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan
Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.
Temuan yang sering ditemukan pada Instalasi Farmasi RS adalah belum
terlaksanya pelayanan farmasi klinik dengan baik seperti PIO belum dilaksanakan
Universitas Indonesia
20

dan didokumentasikan serta belum adanya visite bersama Dokter. Dasar hukum
check list Binwasdal di Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 58 tahun 2014 mengenai standar pelayanan kefarmasian di
Rumah Sakit; Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009 mengenai pekerjaan
kefarmasian; PMK Nomor 889 tahun 2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan
Izin Kerja Tenaga Kefarmasian; dan PMK nomor 35 tahun 2015 tentang
peredaran, penyimpanan, pemusnahan dan pelaporan narkotika.
Temuan yang sering ditemukan pada Klinik bulan Juni dan Juli 2016 adalah
surat izin klinik sudah tidak berlaku serta terdapat obat yang tidak dapat ditelusuri
sumber pengadaannya. Selain temuan yang telah disebutkan di atas, pada kegiatan
pemeriksaan jajanan bersama dengan BPOM ditemukan makanan yang
mengandung bahan berbahaya formalin.
Selain mengerjakan tugas terkait Binwasdal, Penulis juga melakukan
diskusi terkait SIPNAP, Pengelolaan Obat dan Vaksin Program serta Obat Buffer,
Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO), Penggunaan Obat
Rasional (POR), Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), pendampingan akreditasi
Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) yang merupakan salah satu tugas dari
Program Mutu, serta rekomendasi izin belajar dan tugas belajar Tenaga Kesehatan
yang berada di wilayah Jakarta Timur yang merupakan tugas dari program Tenaga
Kesehatan.
Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) adalah Sistem
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika dari sarana pelaksanaan pelayanan
kefarmasian seperti Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, klinik, dan
Puskesmas ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur untuk
kemudian diteruskan kepada Dinas kesehatan Provinsi dan Kementrian Kesehatan
melalui sistem online menggunakan aplikasi yang dikembangkan oleh
Departemen Kesehatan RI. Pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika
yang dilakukan dilakukan oleh sarana pelayanan kefarmasian ini dilakukan paling
lambat tanggal 10 setiap bulannya.
SIPNAP merupakan salah satu bentuk usaha dalam perwujudan tujuan dari
Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika yakni untuk menjamin
ketersediaan narkotika dalam kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
Universitas Indonesia
21

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; mencegah, melindungi, dan


menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika; memberantas
peredaran gelap narkotika dan prekursor; dan menjamin pengaturan upaya
rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahguna dan pecandu narkotika.
Menurut PMK nomor 912 tahun 1997 mengenai kebutuhan tahunan dan
pelaporan psikotropika, Direktur jendral menyusun rencana kebutuhan
psikotropika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan setiap
tahun dengan salah satunya adalah mempertimbangkan laporan produksi dan
peredaran psikotropika.
Adapun yang dilaporkan pada SIPNAP secara online antara lain nama
obat, kekuatan serta jenis sediaannya; jumlah yang diterima dari instansi dapat
berupa Pedagang Besar Farmasi (PBF) atau sarana lainnya seperti PKM; jumlah
obat yang digunakan berdasarkan resep, jumlah obat yang disalurkan ke sarana
lainnya, serta jumlah obat yang dimusnahkan; dan jumlah stok akhir. Data yang
ada pada SIPNAP ini kemudian akan diaudit oleh pihak yang berwenang seperti
BPOM atau Suku Dinas Kesehatan Kota untuk memastikan kesesuaiannya dengan
kartu stok Narkotika dan Psikotropika yang dicatat secara manual oleh petugas
sarana pelayan farmasi.
Kartu stok Narkotika memuat informasi nama, kekuatan dan jenis sediaan
obat; nomor bets; tanggal kadaluarsa obat; jumlah obat yang diterima dari
pbf/sarana lainnya beserta tanggal penerimaan; jumlah, tanggal, nama sarana
penerima obat atau nama pasien penerima resep; jumlah, nama, tanggal obat yang
dimusnahkan sesuai berita acara pemusnahan narkotika psikotropika; dan Serta
jumlah stok akhir. Saat pelaksanaan Binwasdal dilakukan pemeriksaan kesesuaian
laporan SIPNAP dengan kartu stok dan keadaan fisik obat narkotika psikotropika
dan prekursor.
Penulis juga melakukan diskusi terkait Pengelolaan Obat dan Vaksin
Program serta Obat Buffer di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Timur. Obat program adalah obat yang digunakan untuk kebutuhan program
kesehatan yang telah ditetapkan secara nasional. Contoh obat program adalah obat
malaria, kusta, Tuberkulosis, HIV dan filariasis. Contoh vaksin program yang
dikelola oleh Suku Dinas Kesehatan Kota adalah vaksin polio, campak, DPT, TT,
Universitas Indonesia
22

Hepatitis B, dan BCG. Sedangkan obat buffer adalah obat yang digunakan untuk
mengatasi kejadian luar biasa seperti wabah penyakit atau bencana alam.
Obat dan vaksin program ini diadakan oleh menteri kesehatan, kemudian
disalurkan ke Dinas Kesehatan Provinsi, dilanjutkan ke Suku Dinas Kesehatan
Kota dan terakhir disalurkan lagi ke PKM.
Diskusi lainnya adalah terkait Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat (LPLPO). LPLPO merupakan bentuk komunikasi antara Puskesmas dan
Suku Dinas Kesehatan Kota terkait penyaluran obat program dan buffer dari Suku
Dinas Kesehatan Kota ke Puskesmas. LPLPO disusun oleh PKM kemudian
dilaporkan ke Suku Dinas Kesehatan setiap bulan maksimal tanggal 10.
LPLPO digunakan untuk mengetahui ketersediaan obat di PKM, analisis
penggunaan obat, perencanaan kebutuhan obat, pengendalian persediaan dan
pembuatan laporan pengelolaan obat. Selain itu LPLPO juga dapat digunakan
sebagai bukti pengeluaran obat, bukti penerimaan obat, surat permintaan/pesanan
obat ke Suku Dinas Kesehatan Kota, dan sebagai bukti penggunaan obat.
Mekanisme pelaporan LPLPO adalah masing-masing Puskesmas
Kelurahan melaporkan data LPLPO ke Puskesmas Kecamatan paling lambat
tanggal 5 setiap bulannya. Data LPLPO yang diperoleh akan direkapitulasi dan
diolah menggunakan program Microsoft Excel sesuai format rekapitulasi yang
sudah disediakan oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Selanjutnya, LPLPO
yang telah disusun oleh puskesmas kecamatan dikirim via email ke Suku Dinas
Kesehatan paling lambat pada tanggal 10 setiap bulannya.Hasil rekapitulasi
LPLPO dari Suku Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dikirim kepada Dinas
Kesehatan Provinsi setiap 3 bulan.Setelah itu, setiap 6 bulan sekali hasil kompilasi
LPLPO dari Dinas Kesehatan Provinsi dilaporkan ke Departemen Kesehatan
RI.Dari data LPLPO dapat diperoleh gambaran deskriptif mengenai jumlah
pemakaian obat (jenis dan bentuk sediaanya) terbanyak di puskesmas.
Diskusi lainnya terkait penggunaan obat rasional (POR). POR adalah data
atau pelaporan yang merepresentasikan penggunaan antibiotika pada pasien
dengan diagnosis tunggal berupa Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) non
spesifik/ non pneumonia (batuk dan pilek), penggunaan antibiotika pada diare non
spesifik, serta penggunaan injeksi pada pasien dengan dengan diagnosis tunggal
Universitas Indonesia
23

berupa penyakit sistem otot dan jaringan (myalgia). Dasar pemilihan ketiga
diagnosis tersebut adalah 10 penyakit terbanyak, diagnosis dapat ditegakkan tanpa
memerlukan pemeriksaan penunjang, dan pedoman terapinya jelas. Pelaporan
Penggunaan Obat Rasional (POR) bertujuan untuk memberikan gambaran pola
peresepan atas pasien dengan diagnosa tertentu dan mengevaluasi kerasionalannya
serta mencegah penggunaan obat yang tidak rasional ke depannya. Pada akhirnya,
POR akan meningkatkan kepercayaan masyarakat (pasien) terhadap mutu
pelayanan kesehatan.
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) merupakan sistem pelayanan
perizinan yang berlaku di DKI Jakarta. PTSP memiliki landasan hukum Peraturan
Gubernur nomor 12 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan PTSP dan Peraturan
Gubernur nomor 57 tahun 2014 tentang Pelaksanaan peraturan Gubernur nomor
12 tahun 2013. Sejak berlakunya Peraturan Gubernur tentang PTSP tersebut,
semua perizinan termasuk perizinan di bidang kesehatan yang ada di DKI Jakarta
menjadi tanggung jawab PTSP yakni sejak Januari tahun 2015.
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, lebih tepatnya Seksi Sumber Daya
Kesehatan Program Farmasi Makanan dan Minuman (FMM) bertugas mengelola
pemutakhiran data perizinan tenaga Kefarmasian seperti SIPA (Surat Izin Praktek
Apoteker), dan SIKTTK (Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian); serta
perizinan sarana kesehatan seperti Apotek, Apotek Rakyat, Toko Obat, P-IRT
(Pangan dan Industri Rumah Tangga), UKOT (Usaha Kecil Obat Tradisional),
UMOT (Usaha Mikro Obat Tradisional), serta CPAK (Cabang Penyalur Alat
Kesehatan) yang berasal dari rekapitulasi data perizinan yang dikirim tiap-tiap
PTSP kecamatan dan kelurahan Jakarta Timur. Pemutakhiran data dilakukan
untuk meningkatkan validitas data dan memudahkan penelusuran ulang
(retrieving) untuk mengetahui perkembangan data/informasi perizinan yang
terbaru dengan cepat. Pemutahiran data ini dilakukan setiap bulan dan setiap
triwulan. Selain itu, Tugas program FMM adalah menyusun bahan rekomendasi
kepada penyelenggara PTSP dalam rangka penetapan dan pemberian sanksi atas
pelanggaran/penyalahgunaan perizinan.
Selain itu, penulis juga melakukan diskusi terkait salah satu tugas Program
mutu Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehtaan Jakarta Timur yakni
Universitas Indonesia
24

melakukan pendampingan akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM).


Akreditasi adalah pengakuan yang diberikan oleh lembaga independen
penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri kesehatan setelah
memenuhi standar Akreditasi. Akreditasi bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan dan keselamatan pasien, meningkatkan perlindungan bagi sumber daya
manusia kesehatan; masyarakat dan lingkungannya, serta Puskesmas; dan
meningkatkan kinerja Puskesmas dan pelayanan kesehatan perseorangan dan/atau
kesehatan masyarakat.
Penilaian akreditasi di Puskesmas dilakukan oleh lembaga independen.
Lembaga independen diberi kewenangan oleh Menteri Kesehatan untuk
melaksanakan penilaian akreditasi Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama lainnya. Sebelum lembaga independen tersebut terbentuk, maka
Kementerian Kesehatan membentuk Komisi Akreditasi Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama yang bertugas untuk menyiapkan pembentukan Lembaga
Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, dan melakukan penilaian
akreditasi sampai terbentuknya lembaga independen tersebut.
Penilaian akreditasi dilakukan dengan menilai tiap elemen penilaian pada
tiap kriteria. Pencapaian terhadap elemen-elemen pada setiap kriteria diukur
dengan tingkatan sebagai berikut:
a. Terpenuhi : bila pencapaian elemen ≥ 80% dengan nilai
10,
b. Terpenuhi sebagian : bila pencapaian elemen 20%-79%
dengan nilai 5,
c. Tidak terpenuhi : bila pencapaian elemen <
20% dengan nilai 0.
Setelah diberikan nilai/skor maka skor total untuk tiap kriteria akan
dihitung dengan rumus:

Universitas Indonesia
25

penilaian pada tiap Bab adalah penjumlahan dari nilai tiap elemen
penilaian pada masing-masing kriteria yang ada pada Bab tersebut dibagi jumlah
elemen penilaian Bab tersebut dikalikan 10, kemudian dikalikan dengan 100%.
Ketentuan kelulusan akreditasi puskesmas dibagi menjadi:
a.Tidak terakreditasi, jika nilai Bab I dan II < 75%, Bab IV, V, dan VII < 60%,
Bab III, VI, VIII, dan IX < 20%
b. Terakreditasi dasar, jika nilai Bab I dan II ≥ 75%, Bab IV, V, dan VII ≥ 60%,
Bab III, VI, VIII, dan IX ≥ 20%
c.Terakreditasi madya, jika nilai Bab I, II, IV, dan V ≥ 75%, Bab VII dan VIII ≥
60%, Bab III, VI, dan IX ≥ 40%
d. Terakreditasi utama, jika nilai Bab I, II, IV, V, VII, dan VIII ≥ 80%, Bab III,
VI, dan IX ≥ 60%.
e.Terakreditasi paripurna, jika nilai semua Bab ≥ 80%.
Diskusi terakhir yang dilakukan penulis terkait rekomendasi izin belajar
dan tugas belajar. Salah satu tugas Program Tenaga Kesehatan Seksi Sumber
Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur adalah memberikan
rekomendasi izin belajar dan tugas belajar Tenaga Kesehatan yang berada di
wilayah Jakarta Timur. Izin belajar adalah izin yang diberikan kepada PNS untuk
mengikuti pendidikan pada suatu lembaga pendidikan. Sedangkan tugas belajar
adalah penugasan pegawai untuk mengikuti pendidikan tinggi di dalam maupun
luar negeri pada Perguruan Tinggi yang ditunjuk dan/atau ditetapkan, dengan
biaya pendidikan ditanggung oleh pemerintah Provinsi Daerah Ibukota Jakarta
dan/atau Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Negara Asing dan/atau Lembaga
Swasta Nasional dan/atau Lembaga Swasta Asing. Perbedaan mendasar antara
izin belajar dan tugas belajar terletak pada biaya yang ditanggung dan kewajiban
yang harus dipenuhi. Pada izin belajar biaya ditanggung secara pribadi oleh PNS
dan kewajiban sebagai PNS untuk mengerjakan tugas kedinasan tidak bisa
ditinggalkan. Sementara pada tugas belajar biaya ditanggung oleh institusi terkait,
dan kewajiban kedinasan dapat ditinggalkan sementara selama menempuh
pendidikan.

Universitas Indonesia
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penjelasan di bab sebelumnya adalah:
a.Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur bertugas pada Seksi Sumber
Daya Kesehatan Program Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin) yang
memiliki tanggung jawab utama dalam pelaksanaan pembinaan pengawasan
dan pengendalian (Binwasdal) sarana farmasi, makanan dan minuman
(FMM); pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP); mengelola
pelaporan LPLPO dan POR serta membuat pemutakhiran data perizinan
tenaga dan sarana kesehatan;
b. Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur di bidang
Farmasi adalah melakukan pembinaan pengawasan dan pengendalian
(Binwasdal) Sarana Farmasi Makanan dan Minuman (FMM); mengolah data
Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) yang dikirim oleh
Sarana Pelayanan Kefarmasian; melakukan pengolahan obat dan vaksin
program dan obat buffer di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur; merekap
Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) dari PKM;
menganalisa Penggunaan Obat Rasional (POR); serta melakukan
pendampingan PTSP dan membuat data pemutakhiran perizinan dari PTSP.
c.Selama menjalani PKPA di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Mahasiswa
dibimbing dan mengikuti kegiatan Binwasdal di Sarana Instalasi Farmasi
Rumah Sakit;
d. Mahasiswa memiliki gambaran nyata mengenai permasalahan
kefarmasian di Pemerintahan setelah pelaksanaan Praktek Kerja Profesi.

26 Universitas Indonesia
27

6.2 Saran
Adapun saran yang diberikan terkait PKPA adalah perlu adanya diskusi
lebih banyak lagi mengenai tugas Mahasiswa dengan Pembimbing mengingat
tugas masing-masing Mahasiswa berbeda satu sama lain.

Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2010). Materi


Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2007). Pedoman


Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Daerah Kepulauan.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Direktorat Bina Produksi dan Distribusi. 2014. http://www.sipnap.kemkes.go.id.


Diakses tanggal 25 Oktober 2016

Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. 2015. Pedoman Penyusunan


Dokumen Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. (2013). Peraturan Gubernur


Provinsi DKI Jakarta Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Jakarta: Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. (2014). Peraturan Gubernur


Provinsi DKI Jakarta Nomor 57 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan
Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Jakarta: Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta

Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2014a). Peraturan Gubernur No. 233 Tahun
2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan. Jakarta:
Gubernur Provinsi DKI Jakarta.

Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2014b). Peraturan Gubernur No. 334 Tahun
2014 tentang Pembentukan, Organisasi Dan Tata KerjaPusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Gubernur Provinsi DKI Jakarta.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012).


Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 tentang Cara Produksi Pangan yang
28 Universitas Indonesia
29

Baik untuk Industri Rumah Tangga. Jakarta: Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Modul Penggunaan Obat


Rasional. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor: 1121/Menkes/Sk/Xii/2008 tentang Pedoman
Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk Pelayanan
Kesehatan Dasar. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2015a). Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia No. 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Farmasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Menteri kesehatan Indonesia. 2015. (2015c). Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 Tentang Akreditasi Puskesmas,
Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik
Mandiri Dokter Gigi. Jakarta

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 912/Menkes/Per/VIII/1997.


(1997). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang
Kebutuhan Tahunan dan Pelaporan Psikotropika. Jakarta: Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2012). Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012


tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta

Universitas Indonesia
30

Presiden Republik Indonesia. (2015). Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015


tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta.

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat. (2016). Prosedur


Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Pakai Habis. Jakarta.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009. (2009). Undang-


undang Republik Indonesia Tentang Narkotika. Jakarta: Presiden Republik
Indonesia.

Universitas Indonesia
32

Lampiran 1. Standar Pelaksanaan Binwasdal Apotek

CHECK LIST BINWASDAL APOTEK/APOTEK RAKYAT

Hari/Tanggal :
Nama sarana :
Nama Penanggung Jawab :
Alamat/No Telp :
Check List
No. Persyaratan Keterangan
Ya Tidak
A PERIZINAN
1 SIA masih berlaku atau tidak
2 SIPA Apoteker
3 SIKTTK Asisten Apoteker
B SDM
1 Apoteker di tempat
2 Apoteker pendamping ada di
tempat
3 Asisten apoteker ada di tempat
4 SDM lainnya
C ADMINISTRASI
1 Pencatatan mutasi barang
2 Pencatatan mutasi NAPZA
3 Pencatatan mutasi obat kadaluarsa
4 Tersedia satu stok buku
penerimaan
5 Laporan narkotika dan
psikotropika
6 Dokumentasi PIO
7 Catatan pemusnahan obat ED
8 Catatan suhu kulkas
9 Catatan pemusnahan lembar resep
10 Buku standar : FI, UU
Kefarmasian, ISO/ MIMS
D TEMPAT PENYIMPANAN
1 Tersedia rak/lemari penyimpanan
2 Penyusunan obat secara alphabet
3 Tersedia lemari es
4 Ada termometer di kulkas
5 Timbangan telah di tera (rutin 1 x
setahun)
6 Lemari narkotik (sesuai dengan
persyaratan)
7 Tabung pemadam kebakaran
8 Lampu emergency
E PELAYANAN
1 Pelayanan informasi obat (PIO)
2 Konseling
3 Pelayanan layan antar
F SARANA/PRASARANA
33

1 Ruang racik
2 Alat untuk meracik (mortir,
erlenmeyer, gelas ukur, dll)
3 Komputer, internet
4 Ruang apoteker
5 Ruang konseling
6 Ruang tunggu pasien
7 Papan nama apotek dalam ruang
tunggu
8 Tempat sampah tertutup
9 Toilet dilengkapi wastafel
10 Sumber air (PAM/Air
tanah/sumur)
Petugas Binwasdal

Apoteker Penanggung Jawab 1............................

2............................

3............................

(............................................)
34

Lampiran 2. Standar Pelaksanaan Binwasdal Instalasi Farmasi RS

CHECK LIST BINWASDAL RS (INSTALASI)

Hari/Tanggal :
Nama sarana :
Nama Penanggung Jawab :
Alamat/No Telp :
Check List
No. Persyaratan Keterangan
Ya Tidak
A PERIZINAN
1 Persetujuan Ka Inst Farmasi dari
Sudinkes
2 SIPA Apoteker
3 SIKTTK Asisten Apoteker
B SDM
1 Apoteker di tempat
2 Asisten Apoteker ada di tempat
3 SDM lainnya
4 Jumlah Apoteker/ D3 Farmasi/AA
C ADMINISTRASI
1 Pencatatan mutasi barang
2 Pencatatan mutasi NAPZA
3 Pencatatan mutasi obat kadaluarsa
4 Tersedia satu stok buku
penerimaan
5 Laporan narkotika dan
psikotropika
6 Dokumentasi PIO
7 Catatan pemusnahan obat ED
8 Catatan suhu kulkas
9 Catatan pemusnahan lembar resep
10 Buku standar : FI, UU
Kefarmasian, ISO/ MIMS
D TEMPAT PENYIMPANAN
1 Tersedia rak/lemari penyimpanan
2 Penyusunan obat secara alphabet
3 Tersedia lemari es
4 Ada termometer di kulkas
5 Timbangan telah di tera (rutin 1 x
setahun)
6 Lemari narkotik (sesuai dengan
persyaratan)
7 Tabung pemadam kebakaran
8 Lampu emergency
9 Terdapat Sistem labeling
penandaan obat ED
E PELAYANAN
1 Pelayanan informasi obat (PIO)
2 Konseling
35

3 Pelayanan Unit Dose


4 Analisa MESO
5 Visite bersama Dokter
F SARANA/PRASARANA
1 Ruang racik
2 Alat untuk meracik (mortir,
erlenmeyer, gelas ukur, dll)
3 Komputer, internet
4 Ruang apoteker
5 Ruang konseling
6 Ruang tunggu pasien
7 Tempat sampah tertutup
8 Toilet dilengkapi wastafel
9 Sumber air (PAM/Air
tanah/sumur)
Petugas Binwasdal

Apoteker Penanggung Jawab 1............................

2............................

3............................

(............................................)
36

Lampiran 3. Standar Pelaksanaan Binwasdal Toko Obat

CHECK LIST BINWASDAL TOKO OBAT

Hari/Tanggal :
Nama sarana :
Nama Penanggung Jawab :
Alamat/No Telp :
Check List
No. Persyaratan Keterangan
Ya Tidak
A PERIZINAN
1 Surat Izin Toko Obat masih
berlaku atau tidak
2 SIKTTK Asisten Apoteker PJ
Toko obat
B SDM
1 Asisten Apoteker ada di tempat
2 SDM lainnya
C ADMINISTRASI
1 Pencatatan mutasi barang
2 Pencatatan mutasi obat kadaluarsa
3 Kartu stock
4 Pembelian obat di PBF resmi
5 Catatan pemusnahan obat ED
D TEMPAT PENYIMPANAN
1 Tersedia rak/lemari penyimpanan
2 Penyusunan obat secara alphabet
3 Obat keras
4 Obat injeksi
5 Tidak boleh ada narkotika dan
psikotropika
E BANGUNAN
1 Milik sendiri/kontrak
2 Berada dalam lingkungan pasar
Petugas Binwasdal

Penanggung Jawab Toko Obat 1............................

2............................

3............................

(............................................)
37

Lampiran 4. Standar Pelaksanaan Binwasdal PIRT

CHECK LIST BINWASDAL PIRT

Hari/Tanggal :
Nama sarana :
Nama Penanggung Jawab :
Alamat/No Telp :
Check List
No. Persyaratan Keterangan
Ya Tidak
A PERIZINAN DAN SDM
1 Penanggung jawab PIRT
2 Karyawan PIRT
3 Sertifikat PKP a.n PJ
4 Izin PIRT
B ADMINISTRASI
1 SOP/Catatan produksi
2 Tanggal expired date produksi
3 No. batch produksi
C BANGUNAN DAN FASILITAS
1 Ruang produksi
2 Kelengkapan ruang produksi
3 Tempat penyimpanan
4 Tata cara penyimpanan
D PERALATAN PRODUKSI
1 Kontruksi
2 Tata letak
3 Kebersihan
E FASILITAS DAN KEGIATA
HIGIENE DAN SANITASI
1 Alat cuci/pembersih
2 Fasilitas higiene karyawan dan
kode produksi
3 Kegiatan higiene dan sanitasi dan
kode produksi
E KESEHATAN DAN HIGIENE
KARYAWAN
1 Pemeriksaan Kesehatan
2 Kebersihan karyawan
3 Kebiasaan karyawan
Petugas Binwasdal

Penanggung Jawab PIRT 1............................

2............................

3............................

(............................................)
38

Lampiran 5. Standar Pelaksanaan Binwasdal UMOT

CHECK LIST BINWASDAL UMOT

Hari/Tanggal :
Nama sarana :
Nama Penanggung Jawab :
Alamat/No Telp :
Check List
No. Persyaratan Keterangan
Ya Tidak
A PERIZINAN
1 Surat izin UMOT masih berlaku
atau tidak
2 SIKTTK Asisten Apoteker PJ
UMOT
B SDM
1 Asisten Apoteker ada di tempat
2 SDM lainnya
C ADMINISTRASI
1 Pencatatan bahan baku obat
2 Pencatatan mutasi obat kadaluarsa
3 Kartu stok
4 Catatan pemusnahan produksi
yang sudah ED
5 Catatan produksi
6 SOP/Catatan alur produksi
7 Tata cara penyimpanan
D TEMPAT PENYIMPANAN
1 Tersedia rak/lemari penyimpanan
2 Ruang penyimpanan hasil produksi
E BANGUNAN
1 Milik sendiri atau kontrak
2 Terdapat gudang bahan baku
3 Pembuangan limbah
Petugas Binwasdal

Penanggung Jawab UMOT 1............................

2............................

3............................

(............................................)
39

Lampiran 6. Standar Pelaksanaan Binwasdal Sampel Makanan PIRT

CHECK LIST PENGAMBILAN SAMPEL MAKANAN PIRT

Hari/Tanggal :
Nama sarana :
Nama Penanggung Jawab :
Alamat/No Telp :
Check List
No. Persyaratan Keterangan
Ya Tidak
A TEMPAT
1 Nama tempat
2 Produk PIRT/MD
3 Nomor perizinan PIRT Produk
B JENIS PEMERIKSAAN
1 Formalin
2 Boraks
3 Rhodamin
4 Titan yellow
C PEMERIKSAAN TAMBAHAN
1 Mikrobiologis
2 Pengawet
3 Pemanis
Petugas Suku Dinas Kesehatan

Penanggung Jawab PIRT 1............................

2............................

3............................

(............................................)
40

Lampiran 7. Laporan Tugas Khusus

UNIVERSITAS INDONESIA

REKAPITULASI KEGIATAN PEMBINAAN,


PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
(BINWASDAL) SARANA FARMASI, MAKANAN DAN
MINUMAN BULAN JUNI-JULI 2016

LAPORAN TUGAS KHUSUS


PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI
SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA TIMUR

LIYAS ATIKA PUTRI


1506815251

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2017
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Tujuan.....................................................................................................1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Sumber Daya Kesehatan (SDK) .............................................................2
2.2 Program Farmasi, Makanan dan Minuman (FMM) ...............................3
2.3 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal).......................4
2.4 Ruang Lingkup Binwasdal Sarana FMM ...............................................5

BAB 3 METODE ..................................................................................................12

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................13

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................20

ii Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, dan terjangkau. Dalam hal tersebut Pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan
terjangkau untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam upaya mencapai derajat kesehatan tersebut, salah satu tanggung jawab
Pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan Provinsi yang berada di bawah Menteri
Kesehatan adalah melakukan program pembinaan, pengawasan dan pengendalian
(Binwasdal) Sarana Farmasi, Makanan dan Minuman (FMM) yang ada di daerahnya
masing-masing.
Suku dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang berada di bawah
Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta mempunyai beberapa
program dalam upaya peningkatan masyarakat, salah satunya adalah program
Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal) Sarana Farmasi, makanan
dan minuman (FMM) untuk menjamin Sarana FMM memenuhi persyaratan yang
ditetapkan demi tercapainya derajat kesehatan setinggi-tingginya.

1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan tugas khusus ini adalah untuk:
1. Memahami kegiatan binwasdal sarana farmasi, makanan dan minuman;
2. Melakukan rekapitulasi kegiatan binwasdal pada sarana farmasi, makanan dan
minuman yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Timur pada bulan Juni-Juli 2016.

1 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumber Daya Kesehatan (SDK)


Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan unit kerja lini Suku Dinas
Kesehatan Kota yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pembinaan,
pengembangan, dan pengendalian sumber daya kesehatan. Bidang Sumber
Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan.
Seksi Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas :
a.menyusun bahan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran Suku Dinas Kota
sesuai dengan Iingkup tugasnya;
b. melaksanakan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran Suku Dinas
Kota sesuai dengan lingkup tugasnya;
c.mengelola data dan informasi kegiatan dalam ruang Iingkup pelaksanaan tugas
Seksi Sumber Daya Kesehatan;
d. melaksanakan, pengawasan, pengendalian, monitoring dan evaluasi perizinan dan
non perizinan pada sumber daya kesehatan;
e.menyusun bahan rekomendasi kepada penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP) dalam rangka penetapan dan pemberian sanksi atas
pelanggaran/penyalahgunaan perizinan dan non perizinan pada sumber daya
kesehatan;
f. melaksanakan pembinaan dan pengembangan kompetensi sumber daya manusia
kesehatan;
g. melakukan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan pegawai;
h. melaksanakan verifikasi usulan Ijin Belajar dan Tugas Belajar;
i. melakukan monitoring, evaluasi dan membuat laporan pelaksanaan kegiatan
pembinaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan tenaga kesehatan,
pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan;

2 Universitas Indonesia
3

j. melaksanakan kegiatan penyelesaian masalah profesi kesehatan yang berkaitan


dengan hukum kesehatan dalam pemberian pelayanan kesehatan;
k. melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap persiapan
pelaksanaan akreditasi puskesmas; melaksanakan pembinaan, pengawasan dan
pengendalian penerapan sistem manajemen mutu di Suku Dinas Kota dan
Puskesmas;
l. melaksanakan kegiatan pengukuran tingkat kepuasan pelanggan di bidang
kesehatan di Suku Dinas Kota;
m. melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada Iingkup
Kota Administrasi; dan
n. melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Sumber Daya
Kesehatan.
Seksi Sumber Daya Kesehatan mempunyai tiga program kerja, yakni program
Farmasi Makanan dan Minuman (FMM), program Mutu dan program Tenaga
Kesehatan. Program FMM mempunyai tugas melaksanakan kegiatan Binwasdal,
melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan, pendampingan
PTSP. Program Tenaga Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan
pengembangan kompetensi sumber daya manusia kesehatan; melakukan analisa
kebutuhan pendidikan dan pelatihan pegawai; dan melaksanakan verifikasi usulan Ijin
Belajar dan Tugas Belajar. Sedangkan program Mutu mempunyai tugas
melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap persiapan
pelaksanaan akreditasi puskesmas; melaksanakan pembinaan, pengawasan dan
pengendalian penerapan sistem manajemen mutu di Suku Dinas Kota dan Puskesmas;
dan melaksanakan kegiatan pengukuran tingkat kepuasan pelanggan di bidang
kesehatan di Suku Dinas Kota;

2.2 Program Farmasi, Makanan dan Minuman


Program Farmasi, Makanan, dan Minuman (FMM) merupakan satuan
kerja Seksi Sumber Daya Kesehatan yang salah satu tugasnya adalah

Universitas Indonesia
4

melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian sarana FMM. Seksi


FMM dipimpin oleh seorang Kepala Program yang berkedudukan di bawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan.
Program Farmasi, Makanan, dan Minuman mempunyai tugas :
a.Melaksanakan pengawasan, pengendalian, monitoring dan evaluasi perizinan dan
non-perizinan pada farmasi, makanan dan minuman;
b. Menyusun bahan rekomendasi kepada penyelenggaran PTSP dalam rangka
penetapan dan pemberian sanksi atas pelanggaran/ penyalahgunaan perizinan dan
non-perizinan pada farmasi, makanan dan minuman;
c.Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengawasan,
pembinaan dan pengendalian sarana produksi, peredaran, perdagangan obat,
kosmetik, obat tradisional, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga;
d. Melaksanakan pengelolaan obat program penanggulangan tuberkulosis, malaria,
HIV AIDS, diare, kusta, kesehatan ibu dan anak, vitamin A dan gizi;
e.Mengelola data dan informasi usaha dan kegiatan produksi, peredaran,
perdagangan, dan penggunaan obat, perbekalan kesehatan, serta makanan dan
minuman;
f. Mengelola data, informasi, laporan narkotika dan psikotropika;
g. Melaksanakan pengelolaan logistik obat dan perbekalan kesehatan buffer bencana;
dan
h. Melaksanakan pembinaan penggunaan obat generik dan advokasi implementasi
pedoman dan standar untuk peningkatan penggunaan obat tradisional.

2.3 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal)


Salah satu tugas dari sarana FMM adalah melakukan Pembinaan,
Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal) sarana farmasi. Pembinaan
merupakan kegiatan untuk menyiapkan, mengembangkan pengetahuan, sikap
dan keterampilan petugas agar mempunyai kompetensi untuk memenuhi

Universitas Indonesia
5

persyaratan yang dapat dilaksanakan melalui kegiatan sosialisasi, bimbingan


teknis, rujukan teknologi, forum komunikasi, konsultasi, pelatihan, studi
banding, seminar dan penyuluhan.
Pengawasan adalah teknik pemantauan yang tujuannya adalah melihat
adanya kesesuaian antara pelaksanaan kegiatan dengan prosedur. Bentuk
kegiatan pengawasan berupa suatu laporan yang meliputi supervisi, audit
mutu serta monitoring dan evaluasi program.
Pengendalian adalah bagian dari kegiatan yang terkoordinasi untuk
mengarahkan dan mengendalikan pelaksanaan program/layanan agar
memenuhi standar.
Binwasdal sarana FMM merupakan salah satu program dari Seksi Sumber
Daya Kesehatan yang bertugas melakukan pengawasan dan pengendalian
terhadap penyimpangan-penyimpangan pada sarana FMM kemudian
melakukan pembinaan terhadap pihak yang bertanggung jawab terhadap
sarana tersebut.
Program Binwasdal dilaksanakan berdasarkan:
a.Adanya temuan pada sarana FMM oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan
(BBPOM) sehingga BBPOM memberikan rekomendasi kepada Kepala Suku
Dinas Kesehatan untuk melakukan Binwasdal pada sarana FMM tersebut;
b. Laporan dari masyarakat, yakni adanya laporan atau keluhan masyarakat yang
ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan terkait sarana FMM;
c.Program rutin Binwasdal FMM dari seksi Sumber Daya Kesehatan dengan target
melakukan Binwasdal minimal pada sepuluh sarana dalam jangka waktu sebulan.

2.4 Ruang Lingkup Binwasdal Sarana FMM


Ruang lingkup binwasdal pada sarana FMM terdiri dari apotek, apotek
rakyat, instalasi farmasi rumah sakit, Klinik, Pust Kesehatan Masyarakat
(PKM), toko obat, Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Cabang Penyalur
Alat Kesehatan (CPAK), dan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).

Universitas Indonesia
6

a.Apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 35 tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, definisi Apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker.
Standar yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan binwasdal di Apotek
adalah PMK nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek, PMK nomor 3 tahun 2015 tentang peredaran, penyimpanan,
pemusnahan dan pelaporan narkotika, psikotropika dan prekursor; Peraturan
Pemerintah nomor 51 tahun 2009 mengenai pekerjaan kefarmasian; dan PMK
Nomor 889 tahun 2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian.
b. Apotek Rakyat
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 284 tahun 2007 tentang apotek
rakyat, Apotek Rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan
kefarmasian dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, tidak
melakukan peracikan, mengutamakan obat generik dan dilarang menyediakan
Narkotika dan Psikotropika, serta dilarang menyerahkan obat dalam jumlah besar.
Pembinaan dan pengawasan apotek rakyat selain dilaksanakan
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 284 tahun 2007 juga
dilaksanakan berdasarkan PMK nomor 51 tahun 2009 mengenai pekerjaan
kefarmasian dan PMK Nomor 889 tahun 2011 tentang Registrasi, Izin Praktik,
dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
c.Pedagang Eceran Obat
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor.167 tahun 1972 yang dimaksud
dengan Pedagang Eceran Obat adalah Orang atau Badan Hukum Indonesia yang
memilih ijin untuk menyimpan Obat-obat Bebas dan Obat-obat Bebas Terbatas untuk
dijual secara eceran di tempat tertentu sebagaimana tercantum dalam surat ijin.
Pedagang eceran obat menjual obat-obatan bebas dan obat-obatan bebas terbatas
dalam bungkusan dari pabrik yang membuatnya secara eceran. Pedagang eceran obat

Universitas Indonesia
7

harus menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik-pabrik
farmasi atau pedagang besar farmasi yang mendapat ijin dari Menteri Kesehatan.
Setiap Pedagang Eceran Obat wajib mempekerjakan seorang Asisten Apoteker
sebagai penaggungjawab teknis farmasi. Pedagang Eceran Obat harus memasang
papan tulisan dengan tulisan “Toko Obat Berijin" tidak menerima resep dokter dan
namanya di depan tokonya. Tulisan tersebut harus mudah dilihat umum dan dibagian
bawah pojok kanan harus dicantumkan nomor ijin. Pedagang Eceran Obat tidak boleh
membuat obat, membungkus kembali obat. Di depan tokonya, pada iklan-iklan dan
barang-barang cetakan Toko Obat tidak boleh memasang nama yang sama atau
menyamai nama apotik, pabrik obat atau pedagang besar farmasi, yang dapat
menimbulkan kesan seakan-akan Toko Obat tersebut adalah sebuah apotik atau ada
hubungannya dengan apotik, pabrik farmasi atau Pedagang Besar Farmasi
d. Pangan. Industri Rumah Tangga (P.IRT)
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
Nomor HK.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, yang dimaksud Industri Rumah Tangga
(IRT) adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal
dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis yang kemudian
untuk keperluan operasional disebut Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP). Pangan
IRT adalah pangan olahan hasil produksi Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)
yang diedarkan dalam kemasan eceran dan berlabel. Untuk dapat memproduksi
pangan yang memenuhi standar mutu dan persyaratan kemanan pangan maka
ditetapkan Pedoman Cara Produksi Pangan yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga
Pangan (CPPB-IRTP).
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berkewajiban dalam memeriksa sarana
produksi IRTP dalam rangka pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah
Tangga (SPPIRT) dan/atau pemeriksaan rutin sarana produksi IRTP.
Ruang lingkup pemeriksaan sarana produksi PIRT mencakup Lokasi dan
Lingkungan Produksi, Bangunan dan Fasilitas, Peralatan Produksi, Suplai Air atau

Universitas Indonesia
8

Sarana Penyediaan Air, Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi, Kesehatan dan
Higiene Karyawan, Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi, Penyimpanan,
Pengendalian Proses, Pelabelan Pangan, Pengawasan oleh Penanggungjawab,
Penarikan Produk, Pencatatan dan Dokumentasi, serta pelatihan karyawan. Jika
kondisi sarana IRT yang diperiksa tidak memenuhi persyaratan CPPB-IRT maka
menjadi temuan ketidaksesuaian dengan kriteria yang ditetapkan CPPB-IRT yakni
minor, major, serius dan kritis. Ketidaksesuaian minor adalah penyimpangan terhadap
persyaratan di dalam CPPB-IRT yang mempunyai potensi mempengaruhi mutu
(wholesomeness) produk pangan IRTP. Ketidaksesuaian major adalah penyimpangan
terhadap persyaratan CPPB-IRT yang mempunyai potensi mempengaruhi efisiensi
pengendalian keamanan produk pangan IRTP. Ketidaksesuaian serius adalah
penyimpangan terhadap persyaratan di dalam CPPB-IRT yang mempunyai potensi
mempengaruhi keamanan produk pangan IRTP. Sedangkan ketidaksesuaian kritis
adalah adalah penyimpangan terhadap persyaratan di dalam CPPB-IRT yang akan
mempengaruhi keamanan produk pangan IRTP secara langsung dan/atau merupakan
persyaratan yang wajib dipenuhi.
e.Usaha Obat Tradisional
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 006 tahun 2012 tentang
Industri dan Usaha Obat Tradisional, Usaha obat tradisional terdiri dari Usaha Kecil
Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Usaha Jamu
Racikan dan Usaha Jamu Gendong.
Setiap usaha di bidang obat tradisional wajib memiliki izin dari Menteri
Kesehatan kecuali Usaha Jamu Gendong dan Usaha Jamu Racikan. Menteri
Kesehatan dalam pemberian izin usaha obat tradisional mendelegasikan kewenangan
pemberian izin untuk UKOT kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan UMOT
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Namun karena adanya sistem
otonomi daerah, untuk wilayah DKI Jakarta pemberian izin UKOT dan UMOT sejak
Januari tahun 2015 dilakukan oleh Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) sesuai
dengan Peraturan Gubernur DKI Jakarta nomor 57 tahun 2015 mengenai pelaksanaan

Universitas Indonesia
9

peraturan daerah nomor 12 tahun 2013 tentang penyelenggaraan pelayanan terpadu


satu pintu maka pemeberian izin UKOT dan UMOT diberikan oleh PTSP atas
rekomendasi Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Setiap UKOT/UMOT wajib memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) orang Tenaga
Teknis Kefarmasian Warga Negara Indonesia sebagai Penanggung Jawab yang
memiliki sertifikat pelatihan CPOTB. Dalam hal UKOT memproduksi bentuk sediaan
kapsul dan/atau cairan obat dalam, maka harus memenuhi ketentuan memiliki
Apoteker sebagai penanggung jawab yang bekerja penuh dan memenuhi persyaratan
CPOTB.
f. Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1191 tahun 2010 yang
dimaksud Cabang Penyalur Alat Kesehatan, yang selanjutnya disebut Cabang PAK
adalah unit usaha dari penyalur alat kesehatan yang telah memiliki pengakuan untuk
melakukan kegiatan pengadaan, penyimpanan, penyaluran alat kesehatan dalam
jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan
dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada
manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Selain itu, alat
kesehatan dapat juga mengandung obat yang tidak mencapai kerja utama pada atau
dalam tubuh manusia melalui proses farmakologi, imunologi, atau metabolisme tetapi
dapat membantu fungsi yang diinginkan dari alat kesehatan dengan cara tersebut.
Penyaluran alat kesehatan hanya boleh dilakukan oleh Penyalur Alat Kesehatan
(PAK), Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK), toko alat kesehatan, dan dapat
disalurkan dalam jumlah terbatas oleh Apotek dan pedagang eceran obat.
CPAK wajib mempunyai sarana dan prasarana yang memadai untuk dapat
melaksanakan dan menjamin kelancaran pelaksanaan penyaluran pengelolaan,
pengadaan, dan penyimpanan, seperti gudang yang dilengkapi dengan perlengkapan
yang dapat menjamin mutu, kemananan dan kemanfaatan alat kesehatan yang

Universitas Indonesia
10

disimpan; melaksanakan pencatatan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian


yang memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan sesuai Cara Distribusi
Alat Kesehatan yang Baik (CDAKB) dan peraturan yang berlaku; wajib melaporkan
hasil kegiatan penyaluran setuap satu tahun sekali kepada Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi.
Pembinaan dan pengawasan terhadap CPAK dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Provinsi bersama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing-masing. Pembinaan dan pengawasan tersebut dilaksanakan dalam
bidang sarana prasarana, dokumentasi, penyaluran, pengadaan, dan penyimpanan Alat
Kesehatan. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, jika terdapat pelanggaran
akan dikenakan sanksi administratif berupa teguran lisan, teguran tertulis hingga
pencabutan izin.

Universitas Indonesia
BAB 3
METODE

Penyusunan Tugas Khusus Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Sarana


FMM dilakukan mulai tanggal 4 Oktober hingga 20 Oktober 2016 di ruang Seksi
Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur.
Pelaksanaan tugas dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Mempelajari peraturan terkait Binwasdal dan sarana FMM;
b. Mengumpulkan data hasil Binwasdal yang sudah dilakukan oleh petugas Seksi
Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Timur; dan
c.Melakukan Rekapitulasi data hasil Binwasdal sarana FMM;
d. Menyusun Tugas Khusus Rekapitulasi kegiatan Binwasdal sarana FMM.

11 Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal) merupakan salah satu


tugas dari Program Farmasi, Makanan dan Minuman (FMM) dari seksi Sumber Daya
Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur.
Program pengawasan dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan dengan
mengunjungi sarana FMM kemudian membandingkan kondisi sesungguhnya sarana
dengan kondisi sesuai standar. Pembinaan berupa sosialisasi dan penyuluhan untuk
meningkatkan kualitas sarana FMM. Pengendalian merupakan tindakan tindak lanjut
dari adanya pelanggaran atau ketidaksesuaian antara kondisi sarana FMM dengan
standar.
Adapun ruang lingkup Binwasdal Sarana FMM adalah Apotek, Apotek Rakyat,
Toko obat, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Klinik, praktik Dokter,
Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), Usaha Mikro
Obat Tradisional (UMOT), dan Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK).
Dasar pelaksanaan binwasdal pada Apotek berdasarkan PMK 35 tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek; Peraturan Pemerintah nomor 51
tahun 2009 mengenai pekerjaan kefarmasian; PMK Nomor 889 tahun 2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian; dan PMK nomor 35
tahun 2015 tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan dan pelaporan narkotika,
psikotropika dan prekursor adalah Surat Izin Apotek (SIA) yang masih berlaku, Surat
Izin Praktik Apoteker (SIPA), Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian
(SIKTTK), Keberadaan Tenaga Kefarmasian mulai dari Apoteker Penanggung jawab
Apotek (APA), Apoteker Pendamping, dan Asisten Apoteker, Pencatatan mutasi
barang, Pencatatan mutasi NAPZA, Pencatatan mutasi obat kadaluwarsa, Stok buku
penerimaan, Laporan Narkotika dan Psikotropika, dokumentasi Pemberian Informasi
Obat (PIO), catatan pemusnahan obat kadaluarsa, catatan suhu kulkas, catatan
pemusnahan lembar resep, terdapat buku standar (Farmakope Indonesia (FI), ISO,
12 Universitas Indonesia
13

MIMS serta peraturan perundangan), tersedianya lemari penyimpanan, penyusunan


obat secara alfabet, tersedia lemari es, terdapat termometer di lemari es, timbangan
telah ditera (rutin sekali setahun), lemari narkotik sesuai persyaratan, tabung
pemadam kebakaran, lampu emergency, pelayanan informasi obat, konseling,
pelayanan layan antar, tersedia ruang racik, alat untuk meracik (mortir, erlenmeyer,
gelas ukur, dll), komputer beserta internet, ruang Apoteker, ruang konseling, ruang
tunggu pasien, papan nama apotek dalam ruang tunggu, tempat sampah harus
tertutup, toilet dilengkapi wastafel, dan adanya sumber air.
Dasar pelaksanaan Binwasdal Apotek Rakyat sama dengan Apotek, hanya saja
pada Apotek Rakyat tidak dilakukan peracikan obat; tidak menjual obat mengandung
narkotika dan psikotropika; dan hanya harus memiliki seorang Apoteker
penanggungjawab dibaantu dengan Asisten Apoteker sehingga yang menjadi dasar
hukum kegiatan Binwasdal apotek rakyat adalah Peraturan Menteri Kesehatan nomor
284 tahun 2007 mengenai apotek rakyat; PMK nomor 51 tahun 2009 mengenai
pekerjaan kefarmasian; dan PMK Nomor 889 tahun 2011 tentang Registrasi, Izin
Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
Dasar pelaksanaan Binwasdal pada sarana Instalasi Farmasi Rumah sakit hampir
sama dengan Apotek, namun pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit terdapat visite, dispensing sediaan steril, dan pemantauan kadar obat dalam
darah. Dasar pelaksanaan Binwasdal di Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 58 tahun 2014 mengenani standar pelayanan
kefarmasian di Rumah Sakit; Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009 mengenai
pekerjaan kefarmasian; PMK Nomor 889 tahun 2011 tentang Registrasi, Izin Praktik,
dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian; dan PMK nomor 35 tahun 2015 tentang
peredaran, penyimpanan, pemusnahan dan pelaporan narkotika.
Dasar pelaksanaan Binwasdal pada sarana Farmasi Pusat Keseahatan Masyarakat
(PKM) adalah Peraturan Menteri Kesehatan nomor 30 tahun 2014 tentang standar
pelayanan kefarmasian di PKM. Pada dasarnya standar pelayanan kefarmasian di
PKM hampir sama dengan di Apotek, hanya di PKM tidak terdapat home pharmacy

Universitas Indonesia
14

care dan diganti dengan ronde/visite bersama Dokter khusus untuk PKM rawat inap.
Dasar pelaksanaan Binwasdal di PKM selain PMK nomor 30 tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di PKM adalah Peraturan Pemerintah nomor 51
tahun 2009 mengenai pekerjaan kefarmasian; PMK Nomor 889 tahun 2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian; dan PMK nomor 35
tahun 2015 tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan dan pelaporan narkotika.
Standar yang harus dipenuhi untuk toko obat berdasarkan PMK nomor 167 tahun
1972 adalah surat izin toko obat, SIKTTK Asisten Apoteker (AA), AA ada di tempat,
pencatatan mutasi barang, catatan mutasi obat kadaluarsa, kartu stok obat, pembelian
obat harus di pbf resmi, catatan pemusnahan obat, terdapat lemari/rak penyimpanan
obat, penyusunan obat sesuai alfabet, tidak boleh ada obat keras, injeksi dan narkotik
psikotropik, pemilik bangunan, serta berada di lingkungan pasar atau tidak.
Standar yang harus dipenuhi pada sarana Usahat Obat Tradisional menurut PMK
nomor 167 tahun 1972 untuk UMOT dan UKOT adalah surat izin UMOT/UKOT
yang masih berlaku, SIKTTK AA , AA ada di tempat, catatan bahan baku obat,
catatan mutasi obat kadaluarsa, kartu stok obat, catatan pemusnahan produk yang
sudah kadaluarsa, catatan produksi, SOP/catatan alur produksi, rak/lemari
penyimpanan, ruang penyimpanan hasil produksi, pemilik bangunan, terdapat gudang
bahan baku dan sistem pembuangan limbah. Dalam hal UKOT memproduksi bentuk
sediaan kapsul dan/atau cairan obat dalam, maka harus memenuhi ketentuan memiliki
Apoteker sebagai penanggung jawab yang bekerja penuh dan memenuhi persyaratan
CPOTB sehingga juga harus mempunyai SIPA yang masih berlaku.
Standar yang harus dipenuhi pada sarana PIRT berdasarkan Peraturan Kepala
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012
tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
adalah nama penanggung jawab PIRT, jumlah karyawan, sertifikat Penyuluhan
Keamanan Obat (PKP), Surat Izin PIRT, SOP/catatan produksi, tanggal kadaluarsa
pada produk, nomor bets produksi, ruang produksi, kelengkapan ruang produksi,
tempat penyimpanan, tata cara penyimpanan, kontruksi bangunan, tata letak peralatan

Universitas Indonesia
15

produksi, kebersihan, alat cucu, fasilitas higiene karyawan dan kode produksi,
kegiatan higiene dan sanitasi kode produksi, pemeriksaan kesehatan karyawan,
kebersihan karyawan, dan kebiasaan karyawan.
Selain pada sarana yang telah disebutkan di atas, Petugas dari Program FMM
Suku Dinas Kesehatan Kota juga melakukan pemeriksaan jajanan berupa makanan
dan minuman bersama BPOM untuk mengetahui adanya kandungan senyawa
berbahaya seperti formalin, boraks, rodamin, titan yellow, pengawet, pemanis, dan
bakteri. Adapun yang perlu diperhatikan pada kegiatan ini adalah nama tempat, jenis
produk, dan nomor perizinan produk.
Rekapitulasi hasil kegiatan Binwasdal bulan Juni-Juli 2016 yang dilakukan oleh
Program FMM Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Bulan Apotek Apotek PIRT UMOT Instalasi PKM Klinik Makanan Total
Rakyat Farmasi dan
RS Minuman
Juni 0 1 2 0 3 0 4 2 12
2016
Juli 4 0 0 0 1 0 1 0 6
2016

Berdasarkan Tabel tersebut diketahu bahwa kegiatan binwasdal sarana FMM


bulan Juni 2016 dilakukan pada satu Apotek Rakyat yakni Apotek Rakyat Ibnu Sina;
dua PIRT yakni PIRT UMMI dan PIRT Mie Pastel; tiga Instalasi Farmasi RS yakni
RS Dharma Nugraha, RS Harapan Jayakarta, dan RSIA Hermina; empat Klinik yakni
klinik Rahiem Duren Sawit, klinik Setia Rumanda, klinik Namiera dan klinik Pratama
Kusuma Putra; serta dua tempat untuk kegiatan Binwasdal Makanan dan Minuman
yakni Lippo Kramatjati dan bazaar makanan di Pulogebang.
Sedangkan untuk bulan Juli 2016 kegiatan binwasdal sarana FMM dilakukan
pada empat Apotek yakni Apotek Setia Jaya, Apotek Imphi, Apotek Asta Nugraha,

Universitas Indonesia
16

dan Apotek Duren Sawit; satu Instalasi Farmasi pada RS yakni RS Sam Marie; dan
satu klinik yakni klinik Rachel Medica.
Adapun temuan yang sering ditemukan dari kegiatan Binwasdal Apotek dan
Apotek rakyat Bulan Juni dan Juli 2016 adalah Apoteker tidak berada ditempat,
pencatatan mutasi barang masih belum mencantumkan nomor bets dan tanggal
kadaluarsa obat, pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika masih belum
menggunakan SIPNAP, kulkas tidak dilengkapi thermometer dan tidak ada catatan
suhu kulkas, lemari narkotika belum menggunakan sistem dua pintu, tidak ada ruang
Apoteker, tempat sampah tidak tertutup, dan AA belum mengurus SIKTTK, serta
belum terlaksananya pelayan farmasi klinik dengan baik misalnya belum adanya PIO
dan konseling.
Temuan sering ditemukan pada sarana PIRT bulan Juni dan Juli 2016 adalah
PIRT belum memiliki surat izin, belum mempunyai SOP/catatan produksi, produk
tidak dilengkapi dengan nomer bets pada kemasan produk, dan tidak adanya tanggal
kadaluarsa pada kemasan produk.
Temuan yang sering ditemukan pada Instalasi Farmasi RS adalah belum
terlaksanya pelayanan farmasi klinik dengan baik seperti PIO belum dilaksanakan
dan didokumentasikan serta belum adanya visite bersama Dokter.
Temuan yang sering ditemukan pada Klinik bulan Juni dan Juli 2016 adalah
surat izin klinik sudah tidak berlaku serta terdapat obat yang tidak dapat ditelusuri
sumber pengadaannya. Selain temuan yang telah disebutkan di atas, pada kegiatan
pemeriksaan jajanan bersama dengan BPOM ditemukan makanan yang mengandung
bahan berbahaya formalin.
Dengan adanya temuan-temuan tersebut maka masing-masing sarana FMM
diberikan pembinaan untuk memperbaiki temuan yang ada dan diberikan waktu untuk
memperbaiki temuan tersebut kemudian dilakukan pemeriksaan ulang terhadap
perbaikan yang telah dilakukan .

Universitas Indonesia
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
a.Binwasdal merupakan salah satu tugas dari Subseksi Farmasi Makanan dan
Minuman (FMM) Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Kota
yang bertujuan untuk memastikan bahwa sarana FMM memenuhi persyaratan
demi tercapainya derajat kesehatan setinggi-tingginya.
b. Adapun kegiatan binwasdal sarana FMM pada bulan Juni dan Juli 2016 dilakukan
pada empat Apotek, satu Apotek Rakyat, dua PIRT, empat Instalasi Farmasi RS,
enam klinik dan dua tempat sampel makanan dan minuman.
c.Temuan yang sering ditemukan di Apotek dan Apotek rakyat adalah Apoteker tidak
berada ditempat, pencatatan mutasi barang belum mencantumkan nomor bets dan
tanggal kadaluarsa obat, pelaporan Narkotika dan Psikotropika belum
menggunakan SIPNAP, kulkas tidak dilengkapi thermometer dan tidak ada
catatan suhu kulkas, lemari narkotika belum menggunakan sistem dua pintu,
tidak ada ruang Apoteker, tempat sampah tidak tertutup, AA belum mengurus
SIKTTK, serta belum terlaksananya pelayan farmasi klinik dengan baik misalnya
belum adanya PIO dan konseling; temuan yang sering ditemukan di sarana PIRT
adalah PIRT belum memiliki surat izin, belum mempunyai SOP/catatan
produksi, produk tidak dilengkapi dengan nomer bets, dan tidak adanya tanggal
kadaluarsa pada kemasan produk; temuan yang sering ditemukan pada Instalasi
Farmasi RS adalah belum terlaksanya pelayanan farmasi klinik dengan baik
seperti PIO belum dilaksanakan dan didokumentasikan serta belum adanya visite
bersama Dokter; temuan yang sering ditemukan pada Klinik adalah surat izin
klinik sudah tidak berlaku serta terdapat obat yang tidak dapat ditelusuri sumber
pengadaannya; Selain temuan yang telah disebutkan di atas, pada kegiatan
pemeriksaan jajanan bersama dengan BPOM ditemukan makanan yang
mengandung formalin.
17 Universitas Indonesia
18

5.2 Saran
Bagi mahasiswa yang akan melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
di Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Timur hendaklah membaca peraturan
mengenai dinas kesehatan kota serta laporan PKPA terahulu agar mahasiswa lebih
siap dan lebih mudah memahami materi yang didapatkan selama pelaksanaan PKPA.

Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 57 Tahun 2014.
(2014). Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Jakarta: Gubernur Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 233 Tahun 2014.
(2014). Peraturan Gubernur DKI Jakarta Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Kesehatan. Jakarta: Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015. (2015).


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor Farmasi. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014. (2014).


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014. (2014).


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2016. (2016).


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014. (2014).


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

19 Universitas Indonesia
20

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


284/MENKES/PER/III/2007. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Tentang Apotek Rakyat. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


889/MENKES/PER/V/2011. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 167/Kab/B.VII/1972. (1972). Peraturan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Pedagang Obat Eceran.
Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012. (2012).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Industri dan
Usaha Obat Tradisional. Jakarta: Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1191/MENKES/PER/VIII/2010. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Tentang Penyaluran Alat Kesehatan. Jakarta: Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
KH.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012. (2012). Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Tentang Tata Cara
Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta:
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009. (2009). Peraturan


Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta:
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai