FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2017
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2017
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
v
Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu dan menjadikan laporan ini
bermanfaat.
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2Tujuan................................................................................................. 2
ix Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
2
1.2. Tujuan
Praktek Kerja Profesi di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Timur bertujuan agar calon apoteker:
a.Mampu memahami peranan, tugas dan tanggung jawab Apoteker di Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur;
b. Memiliki pengetahuan tentang tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Timur di bidang farmasi;
c.Memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk
melakukan pekerjaan di pemerintahan; dan
d. Memiliki gambaran nyata tentang permasalahan kefarmasian di pemerintahan.
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM
3 Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
8
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
12 Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
BAB 5
PEMBAHASAN
adanya dokumentasi konseling dan Pemberian Informasi Obat (PIO) yang sudah
dilakukan; faktur, resep, dan kartu stok narkotika psikotropika dan prekursor
sebaiknya dipisah dari obat lainnya; serta perlu adanya penandaan khusus terkait
tanggal kadaluwarsa obat dengan memberi label warna tertentu pada obat agar
terhindar dari penyerahan obat yang sudah kadaluwarsa.
Selain mengikuti kegiatan Binwasdal di Rumah Sakit x dan y, penulis juga
mendapat tugas melakukan rekapitulasi kegiatan Binwasdal periode bulan Juni
hingga Juli tahun 2016. Hasil rekapitulasi adalah Binwasdal dilakukan pada empat
apotek, satu apotek rakyat, empat IFRS, lima klinik dan dua sarana makanan dan
minuman.
Adapun temuan yang sering ditemukan dari kegiatan Binwasdal Apotek
dan Apotek rakyat Bulan Juni dan Juli 2016 adalah Apoteker tidak berada
ditempat, pencatatan mutasi barang masih belum mencantumkan nomor bets dan
tanggal kadaluarsa obat, pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika masih
belum menggunakan SIPNAP, kulkas tidak dilengkapi thermometer dan tidak ada
catatan suhu kulkas, lemari narkotika belum menggunakan sistem dua pintu, tidak
ada ruang Apoteker, tempat sampah tidak tertutup, dan AA belum mengurus
SIKTTK, serta belum terlaksananya pelayan farmasi klinik dengan baik misalnya
belum adanya PIO dan konseling. Dasar hukum check list Binwasdal apotek
rakyat adalah Peraturan Menteri Kesehatan nomor 284 tahun 2007 mengenai
apotek rakyat; PMK nomor 51 tahun 2009 mengenai pekerjaan kefarmasian; dan
PMK Nomor 889 tahun 2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasian.
Temuan sering ditemukan pada sarana PIRT bulan Juni dan Juli 2016 adalah
PIRT belum memiliki surat izin, belum mempunyai SOP/catatan produksi, produk
tidak dilengkapi dengan nomer bets pada kemasan produk, dan tidak adanya
tanggal kadaluarsa pada kemasan produk. Dasar hukum check list Binwasdal
PIRT adalah Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
Nomor HK.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan
Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.
Temuan yang sering ditemukan pada Instalasi Farmasi RS adalah belum
terlaksanya pelayanan farmasi klinik dengan baik seperti PIO belum dilaksanakan
Universitas Indonesia
20
dan didokumentasikan serta belum adanya visite bersama Dokter. Dasar hukum
check list Binwasdal di Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 58 tahun 2014 mengenai standar pelayanan kefarmasian di
Rumah Sakit; Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009 mengenai pekerjaan
kefarmasian; PMK Nomor 889 tahun 2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan
Izin Kerja Tenaga Kefarmasian; dan PMK nomor 35 tahun 2015 tentang
peredaran, penyimpanan, pemusnahan dan pelaporan narkotika.
Temuan yang sering ditemukan pada Klinik bulan Juni dan Juli 2016 adalah
surat izin klinik sudah tidak berlaku serta terdapat obat yang tidak dapat ditelusuri
sumber pengadaannya. Selain temuan yang telah disebutkan di atas, pada kegiatan
pemeriksaan jajanan bersama dengan BPOM ditemukan makanan yang
mengandung bahan berbahaya formalin.
Selain mengerjakan tugas terkait Binwasdal, Penulis juga melakukan
diskusi terkait SIPNAP, Pengelolaan Obat dan Vaksin Program serta Obat Buffer,
Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO), Penggunaan Obat
Rasional (POR), Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), pendampingan akreditasi
Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) yang merupakan salah satu tugas dari
Program Mutu, serta rekomendasi izin belajar dan tugas belajar Tenaga Kesehatan
yang berada di wilayah Jakarta Timur yang merupakan tugas dari program Tenaga
Kesehatan.
Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) adalah Sistem
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika dari sarana pelaksanaan pelayanan
kefarmasian seperti Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, klinik, dan
Puskesmas ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur untuk
kemudian diteruskan kepada Dinas kesehatan Provinsi dan Kementrian Kesehatan
melalui sistem online menggunakan aplikasi yang dikembangkan oleh
Departemen Kesehatan RI. Pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika
yang dilakukan dilakukan oleh sarana pelayanan kefarmasian ini dilakukan paling
lambat tanggal 10 setiap bulannya.
SIPNAP merupakan salah satu bentuk usaha dalam perwujudan tujuan dari
Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika yakni untuk menjamin
ketersediaan narkotika dalam kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
Universitas Indonesia
21
Hepatitis B, dan BCG. Sedangkan obat buffer adalah obat yang digunakan untuk
mengatasi kejadian luar biasa seperti wabah penyakit atau bencana alam.
Obat dan vaksin program ini diadakan oleh menteri kesehatan, kemudian
disalurkan ke Dinas Kesehatan Provinsi, dilanjutkan ke Suku Dinas Kesehatan
Kota dan terakhir disalurkan lagi ke PKM.
Diskusi lainnya adalah terkait Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat (LPLPO). LPLPO merupakan bentuk komunikasi antara Puskesmas dan
Suku Dinas Kesehatan Kota terkait penyaluran obat program dan buffer dari Suku
Dinas Kesehatan Kota ke Puskesmas. LPLPO disusun oleh PKM kemudian
dilaporkan ke Suku Dinas Kesehatan setiap bulan maksimal tanggal 10.
LPLPO digunakan untuk mengetahui ketersediaan obat di PKM, analisis
penggunaan obat, perencanaan kebutuhan obat, pengendalian persediaan dan
pembuatan laporan pengelolaan obat. Selain itu LPLPO juga dapat digunakan
sebagai bukti pengeluaran obat, bukti penerimaan obat, surat permintaan/pesanan
obat ke Suku Dinas Kesehatan Kota, dan sebagai bukti penggunaan obat.
Mekanisme pelaporan LPLPO adalah masing-masing Puskesmas
Kelurahan melaporkan data LPLPO ke Puskesmas Kecamatan paling lambat
tanggal 5 setiap bulannya. Data LPLPO yang diperoleh akan direkapitulasi dan
diolah menggunakan program Microsoft Excel sesuai format rekapitulasi yang
sudah disediakan oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Selanjutnya, LPLPO
yang telah disusun oleh puskesmas kecamatan dikirim via email ke Suku Dinas
Kesehatan paling lambat pada tanggal 10 setiap bulannya.Hasil rekapitulasi
LPLPO dari Suku Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dikirim kepada Dinas
Kesehatan Provinsi setiap 3 bulan.Setelah itu, setiap 6 bulan sekali hasil kompilasi
LPLPO dari Dinas Kesehatan Provinsi dilaporkan ke Departemen Kesehatan
RI.Dari data LPLPO dapat diperoleh gambaran deskriptif mengenai jumlah
pemakaian obat (jenis dan bentuk sediaanya) terbanyak di puskesmas.
Diskusi lainnya terkait penggunaan obat rasional (POR). POR adalah data
atau pelaporan yang merepresentasikan penggunaan antibiotika pada pasien
dengan diagnosis tunggal berupa Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) non
spesifik/ non pneumonia (batuk dan pilek), penggunaan antibiotika pada diare non
spesifik, serta penggunaan injeksi pada pasien dengan dengan diagnosis tunggal
Universitas Indonesia
23
berupa penyakit sistem otot dan jaringan (myalgia). Dasar pemilihan ketiga
diagnosis tersebut adalah 10 penyakit terbanyak, diagnosis dapat ditegakkan tanpa
memerlukan pemeriksaan penunjang, dan pedoman terapinya jelas. Pelaporan
Penggunaan Obat Rasional (POR) bertujuan untuk memberikan gambaran pola
peresepan atas pasien dengan diagnosa tertentu dan mengevaluasi kerasionalannya
serta mencegah penggunaan obat yang tidak rasional ke depannya. Pada akhirnya,
POR akan meningkatkan kepercayaan masyarakat (pasien) terhadap mutu
pelayanan kesehatan.
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) merupakan sistem pelayanan
perizinan yang berlaku di DKI Jakarta. PTSP memiliki landasan hukum Peraturan
Gubernur nomor 12 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan PTSP dan Peraturan
Gubernur nomor 57 tahun 2014 tentang Pelaksanaan peraturan Gubernur nomor
12 tahun 2013. Sejak berlakunya Peraturan Gubernur tentang PTSP tersebut,
semua perizinan termasuk perizinan di bidang kesehatan yang ada di DKI Jakarta
menjadi tanggung jawab PTSP yakni sejak Januari tahun 2015.
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, lebih tepatnya Seksi Sumber Daya
Kesehatan Program Farmasi Makanan dan Minuman (FMM) bertugas mengelola
pemutakhiran data perizinan tenaga Kefarmasian seperti SIPA (Surat Izin Praktek
Apoteker), dan SIKTTK (Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian); serta
perizinan sarana kesehatan seperti Apotek, Apotek Rakyat, Toko Obat, P-IRT
(Pangan dan Industri Rumah Tangga), UKOT (Usaha Kecil Obat Tradisional),
UMOT (Usaha Mikro Obat Tradisional), serta CPAK (Cabang Penyalur Alat
Kesehatan) yang berasal dari rekapitulasi data perizinan yang dikirim tiap-tiap
PTSP kecamatan dan kelurahan Jakarta Timur. Pemutakhiran data dilakukan
untuk meningkatkan validitas data dan memudahkan penelusuran ulang
(retrieving) untuk mengetahui perkembangan data/informasi perizinan yang
terbaru dengan cepat. Pemutahiran data ini dilakukan setiap bulan dan setiap
triwulan. Selain itu, Tugas program FMM adalah menyusun bahan rekomendasi
kepada penyelenggara PTSP dalam rangka penetapan dan pemberian sanksi atas
pelanggaran/penyalahgunaan perizinan.
Selain itu, penulis juga melakukan diskusi terkait salah satu tugas Program
mutu Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehtaan Jakarta Timur yakni
Universitas Indonesia
24
Universitas Indonesia
25
penilaian pada tiap Bab adalah penjumlahan dari nilai tiap elemen
penilaian pada masing-masing kriteria yang ada pada Bab tersebut dibagi jumlah
elemen penilaian Bab tersebut dikalikan 10, kemudian dikalikan dengan 100%.
Ketentuan kelulusan akreditasi puskesmas dibagi menjadi:
a.Tidak terakreditasi, jika nilai Bab I dan II < 75%, Bab IV, V, dan VII < 60%,
Bab III, VI, VIII, dan IX < 20%
b. Terakreditasi dasar, jika nilai Bab I dan II ≥ 75%, Bab IV, V, dan VII ≥ 60%,
Bab III, VI, VIII, dan IX ≥ 20%
c.Terakreditasi madya, jika nilai Bab I, II, IV, dan V ≥ 75%, Bab VII dan VIII ≥
60%, Bab III, VI, dan IX ≥ 40%
d. Terakreditasi utama, jika nilai Bab I, II, IV, V, VII, dan VIII ≥ 80%, Bab III,
VI, dan IX ≥ 60%.
e.Terakreditasi paripurna, jika nilai semua Bab ≥ 80%.
Diskusi terakhir yang dilakukan penulis terkait rekomendasi izin belajar
dan tugas belajar. Salah satu tugas Program Tenaga Kesehatan Seksi Sumber
Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur adalah memberikan
rekomendasi izin belajar dan tugas belajar Tenaga Kesehatan yang berada di
wilayah Jakarta Timur. Izin belajar adalah izin yang diberikan kepada PNS untuk
mengikuti pendidikan pada suatu lembaga pendidikan. Sedangkan tugas belajar
adalah penugasan pegawai untuk mengikuti pendidikan tinggi di dalam maupun
luar negeri pada Perguruan Tinggi yang ditunjuk dan/atau ditetapkan, dengan
biaya pendidikan ditanggung oleh pemerintah Provinsi Daerah Ibukota Jakarta
dan/atau Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Negara Asing dan/atau Lembaga
Swasta Nasional dan/atau Lembaga Swasta Asing. Perbedaan mendasar antara
izin belajar dan tugas belajar terletak pada biaya yang ditanggung dan kewajiban
yang harus dipenuhi. Pada izin belajar biaya ditanggung secara pribadi oleh PNS
dan kewajiban sebagai PNS untuk mengerjakan tugas kedinasan tidak bisa
ditinggalkan. Sementara pada tugas belajar biaya ditanggung oleh institusi terkait,
dan kewajiban kedinasan dapat ditinggalkan sementara selama menempuh
pendidikan.
Universitas Indonesia
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penjelasan di bab sebelumnya adalah:
a.Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur bertugas pada Seksi Sumber
Daya Kesehatan Program Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin) yang
memiliki tanggung jawab utama dalam pelaksanaan pembinaan pengawasan
dan pengendalian (Binwasdal) sarana farmasi, makanan dan minuman
(FMM); pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP); mengelola
pelaporan LPLPO dan POR serta membuat pemutakhiran data perizinan
tenaga dan sarana kesehatan;
b. Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur di bidang
Farmasi adalah melakukan pembinaan pengawasan dan pengendalian
(Binwasdal) Sarana Farmasi Makanan dan Minuman (FMM); mengolah data
Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) yang dikirim oleh
Sarana Pelayanan Kefarmasian; melakukan pengolahan obat dan vaksin
program dan obat buffer di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur; merekap
Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) dari PKM;
menganalisa Penggunaan Obat Rasional (POR); serta melakukan
pendampingan PTSP dan membuat data pemutakhiran perizinan dari PTSP.
c.Selama menjalani PKPA di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Mahasiswa
dibimbing dan mengikuti kegiatan Binwasdal di Sarana Instalasi Farmasi
Rumah Sakit;
d. Mahasiswa memiliki gambaran nyata mengenai permasalahan
kefarmasian di Pemerintahan setelah pelaksanaan Praktek Kerja Profesi.
26 Universitas Indonesia
27
6.2 Saran
Adapun saran yang diberikan terkait PKPA adalah perlu adanya diskusi
lebih banyak lagi mengenai tugas Mahasiswa dengan Pembimbing mengingat
tugas masing-masing Mahasiswa berbeda satu sama lain.
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2014a). Peraturan Gubernur No. 233 Tahun
2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan. Jakarta:
Gubernur Provinsi DKI Jakarta.
Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2014b). Peraturan Gubernur No. 334 Tahun
2014 tentang Pembentukan, Organisasi Dan Tata KerjaPusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Gubernur Provinsi DKI Jakarta.
Baik untuk Industri Rumah Tangga. Jakarta: Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia.
Universitas Indonesia
30
Universitas Indonesia
32
Hari/Tanggal :
Nama sarana :
Nama Penanggung Jawab :
Alamat/No Telp :
Check List
No. Persyaratan Keterangan
Ya Tidak
A PERIZINAN
1 SIA masih berlaku atau tidak
2 SIPA Apoteker
3 SIKTTK Asisten Apoteker
B SDM
1 Apoteker di tempat
2 Apoteker pendamping ada di
tempat
3 Asisten apoteker ada di tempat
4 SDM lainnya
C ADMINISTRASI
1 Pencatatan mutasi barang
2 Pencatatan mutasi NAPZA
3 Pencatatan mutasi obat kadaluarsa
4 Tersedia satu stok buku
penerimaan
5 Laporan narkotika dan
psikotropika
6 Dokumentasi PIO
7 Catatan pemusnahan obat ED
8 Catatan suhu kulkas
9 Catatan pemusnahan lembar resep
10 Buku standar : FI, UU
Kefarmasian, ISO/ MIMS
D TEMPAT PENYIMPANAN
1 Tersedia rak/lemari penyimpanan
2 Penyusunan obat secara alphabet
3 Tersedia lemari es
4 Ada termometer di kulkas
5 Timbangan telah di tera (rutin 1 x
setahun)
6 Lemari narkotik (sesuai dengan
persyaratan)
7 Tabung pemadam kebakaran
8 Lampu emergency
E PELAYANAN
1 Pelayanan informasi obat (PIO)
2 Konseling
3 Pelayanan layan antar
F SARANA/PRASARANA
33
1 Ruang racik
2 Alat untuk meracik (mortir,
erlenmeyer, gelas ukur, dll)
3 Komputer, internet
4 Ruang apoteker
5 Ruang konseling
6 Ruang tunggu pasien
7 Papan nama apotek dalam ruang
tunggu
8 Tempat sampah tertutup
9 Toilet dilengkapi wastafel
10 Sumber air (PAM/Air
tanah/sumur)
Petugas Binwasdal
2............................
3............................
(............................................)
34
Hari/Tanggal :
Nama sarana :
Nama Penanggung Jawab :
Alamat/No Telp :
Check List
No. Persyaratan Keterangan
Ya Tidak
A PERIZINAN
1 Persetujuan Ka Inst Farmasi dari
Sudinkes
2 SIPA Apoteker
3 SIKTTK Asisten Apoteker
B SDM
1 Apoteker di tempat
2 Asisten Apoteker ada di tempat
3 SDM lainnya
4 Jumlah Apoteker/ D3 Farmasi/AA
C ADMINISTRASI
1 Pencatatan mutasi barang
2 Pencatatan mutasi NAPZA
3 Pencatatan mutasi obat kadaluarsa
4 Tersedia satu stok buku
penerimaan
5 Laporan narkotika dan
psikotropika
6 Dokumentasi PIO
7 Catatan pemusnahan obat ED
8 Catatan suhu kulkas
9 Catatan pemusnahan lembar resep
10 Buku standar : FI, UU
Kefarmasian, ISO/ MIMS
D TEMPAT PENYIMPANAN
1 Tersedia rak/lemari penyimpanan
2 Penyusunan obat secara alphabet
3 Tersedia lemari es
4 Ada termometer di kulkas
5 Timbangan telah di tera (rutin 1 x
setahun)
6 Lemari narkotik (sesuai dengan
persyaratan)
7 Tabung pemadam kebakaran
8 Lampu emergency
9 Terdapat Sistem labeling
penandaan obat ED
E PELAYANAN
1 Pelayanan informasi obat (PIO)
2 Konseling
35
2............................
3............................
(............................................)
36
Hari/Tanggal :
Nama sarana :
Nama Penanggung Jawab :
Alamat/No Telp :
Check List
No. Persyaratan Keterangan
Ya Tidak
A PERIZINAN
1 Surat Izin Toko Obat masih
berlaku atau tidak
2 SIKTTK Asisten Apoteker PJ
Toko obat
B SDM
1 Asisten Apoteker ada di tempat
2 SDM lainnya
C ADMINISTRASI
1 Pencatatan mutasi barang
2 Pencatatan mutasi obat kadaluarsa
3 Kartu stock
4 Pembelian obat di PBF resmi
5 Catatan pemusnahan obat ED
D TEMPAT PENYIMPANAN
1 Tersedia rak/lemari penyimpanan
2 Penyusunan obat secara alphabet
3 Obat keras
4 Obat injeksi
5 Tidak boleh ada narkotika dan
psikotropika
E BANGUNAN
1 Milik sendiri/kontrak
2 Berada dalam lingkungan pasar
Petugas Binwasdal
2............................
3............................
(............................................)
37
Hari/Tanggal :
Nama sarana :
Nama Penanggung Jawab :
Alamat/No Telp :
Check List
No. Persyaratan Keterangan
Ya Tidak
A PERIZINAN DAN SDM
1 Penanggung jawab PIRT
2 Karyawan PIRT
3 Sertifikat PKP a.n PJ
4 Izin PIRT
B ADMINISTRASI
1 SOP/Catatan produksi
2 Tanggal expired date produksi
3 No. batch produksi
C BANGUNAN DAN FASILITAS
1 Ruang produksi
2 Kelengkapan ruang produksi
3 Tempat penyimpanan
4 Tata cara penyimpanan
D PERALATAN PRODUKSI
1 Kontruksi
2 Tata letak
3 Kebersihan
E FASILITAS DAN KEGIATA
HIGIENE DAN SANITASI
1 Alat cuci/pembersih
2 Fasilitas higiene karyawan dan
kode produksi
3 Kegiatan higiene dan sanitasi dan
kode produksi
E KESEHATAN DAN HIGIENE
KARYAWAN
1 Pemeriksaan Kesehatan
2 Kebersihan karyawan
3 Kebiasaan karyawan
Petugas Binwasdal
2............................
3............................
(............................................)
38
Hari/Tanggal :
Nama sarana :
Nama Penanggung Jawab :
Alamat/No Telp :
Check List
No. Persyaratan Keterangan
Ya Tidak
A PERIZINAN
1 Surat izin UMOT masih berlaku
atau tidak
2 SIKTTK Asisten Apoteker PJ
UMOT
B SDM
1 Asisten Apoteker ada di tempat
2 SDM lainnya
C ADMINISTRASI
1 Pencatatan bahan baku obat
2 Pencatatan mutasi obat kadaluarsa
3 Kartu stok
4 Catatan pemusnahan produksi
yang sudah ED
5 Catatan produksi
6 SOP/Catatan alur produksi
7 Tata cara penyimpanan
D TEMPAT PENYIMPANAN
1 Tersedia rak/lemari penyimpanan
2 Ruang penyimpanan hasil produksi
E BANGUNAN
1 Milik sendiri atau kontrak
2 Terdapat gudang bahan baku
3 Pembuangan limbah
Petugas Binwasdal
2............................
3............................
(............................................)
39
Hari/Tanggal :
Nama sarana :
Nama Penanggung Jawab :
Alamat/No Telp :
Check List
No. Persyaratan Keterangan
Ya Tidak
A TEMPAT
1 Nama tempat
2 Produk PIRT/MD
3 Nomor perizinan PIRT Produk
B JENIS PEMERIKSAAN
1 Formalin
2 Boraks
3 Rhodamin
4 Titan yellow
C PEMERIKSAAN TAMBAHAN
1 Mikrobiologis
2 Pengawet
3 Pemanis
Petugas Suku Dinas Kesehatan
2............................
3............................
(............................................)
40
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2017
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Tujuan.....................................................................................................1
ii Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan tugas khusus ini adalah untuk:
1. Memahami kegiatan binwasdal sarana farmasi, makanan dan minuman;
2. Melakukan rekapitulasi kegiatan binwasdal pada sarana farmasi, makanan dan
minuman yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Timur pada bulan Juni-Juli 2016.
1 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2 Universitas Indonesia
3
Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
6
a.Apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 35 tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, definisi Apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker.
Standar yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan binwasdal di Apotek
adalah PMK nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek, PMK nomor 3 tahun 2015 tentang peredaran, penyimpanan,
pemusnahan dan pelaporan narkotika, psikotropika dan prekursor; Peraturan
Pemerintah nomor 51 tahun 2009 mengenai pekerjaan kefarmasian; dan PMK
Nomor 889 tahun 2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian.
b. Apotek Rakyat
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 284 tahun 2007 tentang apotek
rakyat, Apotek Rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan
kefarmasian dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, tidak
melakukan peracikan, mengutamakan obat generik dan dilarang menyediakan
Narkotika dan Psikotropika, serta dilarang menyerahkan obat dalam jumlah besar.
Pembinaan dan pengawasan apotek rakyat selain dilaksanakan
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 284 tahun 2007 juga
dilaksanakan berdasarkan PMK nomor 51 tahun 2009 mengenai pekerjaan
kefarmasian dan PMK Nomor 889 tahun 2011 tentang Registrasi, Izin Praktik,
dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
c.Pedagang Eceran Obat
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor.167 tahun 1972 yang dimaksud
dengan Pedagang Eceran Obat adalah Orang atau Badan Hukum Indonesia yang
memilih ijin untuk menyimpan Obat-obat Bebas dan Obat-obat Bebas Terbatas untuk
dijual secara eceran di tempat tertentu sebagaimana tercantum dalam surat ijin.
Pedagang eceran obat menjual obat-obatan bebas dan obat-obatan bebas terbatas
dalam bungkusan dari pabrik yang membuatnya secara eceran. Pedagang eceran obat
Universitas Indonesia
7
harus menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik-pabrik
farmasi atau pedagang besar farmasi yang mendapat ijin dari Menteri Kesehatan.
Setiap Pedagang Eceran Obat wajib mempekerjakan seorang Asisten Apoteker
sebagai penaggungjawab teknis farmasi. Pedagang Eceran Obat harus memasang
papan tulisan dengan tulisan “Toko Obat Berijin" tidak menerima resep dokter dan
namanya di depan tokonya. Tulisan tersebut harus mudah dilihat umum dan dibagian
bawah pojok kanan harus dicantumkan nomor ijin. Pedagang Eceran Obat tidak boleh
membuat obat, membungkus kembali obat. Di depan tokonya, pada iklan-iklan dan
barang-barang cetakan Toko Obat tidak boleh memasang nama yang sama atau
menyamai nama apotik, pabrik obat atau pedagang besar farmasi, yang dapat
menimbulkan kesan seakan-akan Toko Obat tersebut adalah sebuah apotik atau ada
hubungannya dengan apotik, pabrik farmasi atau Pedagang Besar Farmasi
d. Pangan. Industri Rumah Tangga (P.IRT)
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
Nomor HK.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, yang dimaksud Industri Rumah Tangga
(IRT) adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal
dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis yang kemudian
untuk keperluan operasional disebut Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP). Pangan
IRT adalah pangan olahan hasil produksi Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)
yang diedarkan dalam kemasan eceran dan berlabel. Untuk dapat memproduksi
pangan yang memenuhi standar mutu dan persyaratan kemanan pangan maka
ditetapkan Pedoman Cara Produksi Pangan yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga
Pangan (CPPB-IRTP).
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berkewajiban dalam memeriksa sarana
produksi IRTP dalam rangka pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah
Tangga (SPPIRT) dan/atau pemeriksaan rutin sarana produksi IRTP.
Ruang lingkup pemeriksaan sarana produksi PIRT mencakup Lokasi dan
Lingkungan Produksi, Bangunan dan Fasilitas, Peralatan Produksi, Suplai Air atau
Universitas Indonesia
8
Sarana Penyediaan Air, Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi, Kesehatan dan
Higiene Karyawan, Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi, Penyimpanan,
Pengendalian Proses, Pelabelan Pangan, Pengawasan oleh Penanggungjawab,
Penarikan Produk, Pencatatan dan Dokumentasi, serta pelatihan karyawan. Jika
kondisi sarana IRT yang diperiksa tidak memenuhi persyaratan CPPB-IRT maka
menjadi temuan ketidaksesuaian dengan kriteria yang ditetapkan CPPB-IRT yakni
minor, major, serius dan kritis. Ketidaksesuaian minor adalah penyimpangan terhadap
persyaratan di dalam CPPB-IRT yang mempunyai potensi mempengaruhi mutu
(wholesomeness) produk pangan IRTP. Ketidaksesuaian major adalah penyimpangan
terhadap persyaratan CPPB-IRT yang mempunyai potensi mempengaruhi efisiensi
pengendalian keamanan produk pangan IRTP. Ketidaksesuaian serius adalah
penyimpangan terhadap persyaratan di dalam CPPB-IRT yang mempunyai potensi
mempengaruhi keamanan produk pangan IRTP. Sedangkan ketidaksesuaian kritis
adalah adalah penyimpangan terhadap persyaratan di dalam CPPB-IRT yang akan
mempengaruhi keamanan produk pangan IRTP secara langsung dan/atau merupakan
persyaratan yang wajib dipenuhi.
e.Usaha Obat Tradisional
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 006 tahun 2012 tentang
Industri dan Usaha Obat Tradisional, Usaha obat tradisional terdiri dari Usaha Kecil
Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Usaha Jamu
Racikan dan Usaha Jamu Gendong.
Setiap usaha di bidang obat tradisional wajib memiliki izin dari Menteri
Kesehatan kecuali Usaha Jamu Gendong dan Usaha Jamu Racikan. Menteri
Kesehatan dalam pemberian izin usaha obat tradisional mendelegasikan kewenangan
pemberian izin untuk UKOT kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan UMOT
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Namun karena adanya sistem
otonomi daerah, untuk wilayah DKI Jakarta pemberian izin UKOT dan UMOT sejak
Januari tahun 2015 dilakukan oleh Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) sesuai
dengan Peraturan Gubernur DKI Jakarta nomor 57 tahun 2015 mengenai pelaksanaan
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
Universitas Indonesia
BAB 3
METODE
11 Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Universitas Indonesia
14
care dan diganti dengan ronde/visite bersama Dokter khusus untuk PKM rawat inap.
Dasar pelaksanaan Binwasdal di PKM selain PMK nomor 30 tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di PKM adalah Peraturan Pemerintah nomor 51
tahun 2009 mengenai pekerjaan kefarmasian; PMK Nomor 889 tahun 2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian; dan PMK nomor 35
tahun 2015 tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan dan pelaporan narkotika.
Standar yang harus dipenuhi untuk toko obat berdasarkan PMK nomor 167 tahun
1972 adalah surat izin toko obat, SIKTTK Asisten Apoteker (AA), AA ada di tempat,
pencatatan mutasi barang, catatan mutasi obat kadaluarsa, kartu stok obat, pembelian
obat harus di pbf resmi, catatan pemusnahan obat, terdapat lemari/rak penyimpanan
obat, penyusunan obat sesuai alfabet, tidak boleh ada obat keras, injeksi dan narkotik
psikotropik, pemilik bangunan, serta berada di lingkungan pasar atau tidak.
Standar yang harus dipenuhi pada sarana Usahat Obat Tradisional menurut PMK
nomor 167 tahun 1972 untuk UMOT dan UKOT adalah surat izin UMOT/UKOT
yang masih berlaku, SIKTTK AA , AA ada di tempat, catatan bahan baku obat,
catatan mutasi obat kadaluarsa, kartu stok obat, catatan pemusnahan produk yang
sudah kadaluarsa, catatan produksi, SOP/catatan alur produksi, rak/lemari
penyimpanan, ruang penyimpanan hasil produksi, pemilik bangunan, terdapat gudang
bahan baku dan sistem pembuangan limbah. Dalam hal UKOT memproduksi bentuk
sediaan kapsul dan/atau cairan obat dalam, maka harus memenuhi ketentuan memiliki
Apoteker sebagai penanggung jawab yang bekerja penuh dan memenuhi persyaratan
CPOTB sehingga juga harus mempunyai SIPA yang masih berlaku.
Standar yang harus dipenuhi pada sarana PIRT berdasarkan Peraturan Kepala
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012
tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
adalah nama penanggung jawab PIRT, jumlah karyawan, sertifikat Penyuluhan
Keamanan Obat (PKP), Surat Izin PIRT, SOP/catatan produksi, tanggal kadaluarsa
pada produk, nomor bets produksi, ruang produksi, kelengkapan ruang produksi,
tempat penyimpanan, tata cara penyimpanan, kontruksi bangunan, tata letak peralatan
Universitas Indonesia
15
produksi, kebersihan, alat cucu, fasilitas higiene karyawan dan kode produksi,
kegiatan higiene dan sanitasi kode produksi, pemeriksaan kesehatan karyawan,
kebersihan karyawan, dan kebiasaan karyawan.
Selain pada sarana yang telah disebutkan di atas, Petugas dari Program FMM
Suku Dinas Kesehatan Kota juga melakukan pemeriksaan jajanan berupa makanan
dan minuman bersama BPOM untuk mengetahui adanya kandungan senyawa
berbahaya seperti formalin, boraks, rodamin, titan yellow, pengawet, pemanis, dan
bakteri. Adapun yang perlu diperhatikan pada kegiatan ini adalah nama tempat, jenis
produk, dan nomor perizinan produk.
Rekapitulasi hasil kegiatan Binwasdal bulan Juni-Juli 2016 yang dilakukan oleh
Program FMM Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Bulan Apotek Apotek PIRT UMOT Instalasi PKM Klinik Makanan Total
Rakyat Farmasi dan
RS Minuman
Juni 0 1 2 0 3 0 4 2 12
2016
Juli 4 0 0 0 1 0 1 0 6
2016
Universitas Indonesia
16
dan Apotek Duren Sawit; satu Instalasi Farmasi pada RS yakni RS Sam Marie; dan
satu klinik yakni klinik Rachel Medica.
Adapun temuan yang sering ditemukan dari kegiatan Binwasdal Apotek dan
Apotek rakyat Bulan Juni dan Juli 2016 adalah Apoteker tidak berada ditempat,
pencatatan mutasi barang masih belum mencantumkan nomor bets dan tanggal
kadaluarsa obat, pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika masih belum
menggunakan SIPNAP, kulkas tidak dilengkapi thermometer dan tidak ada catatan
suhu kulkas, lemari narkotika belum menggunakan sistem dua pintu, tidak ada ruang
Apoteker, tempat sampah tidak tertutup, dan AA belum mengurus SIKTTK, serta
belum terlaksananya pelayan farmasi klinik dengan baik misalnya belum adanya PIO
dan konseling.
Temuan sering ditemukan pada sarana PIRT bulan Juni dan Juli 2016 adalah
PIRT belum memiliki surat izin, belum mempunyai SOP/catatan produksi, produk
tidak dilengkapi dengan nomer bets pada kemasan produk, dan tidak adanya tanggal
kadaluarsa pada kemasan produk.
Temuan yang sering ditemukan pada Instalasi Farmasi RS adalah belum
terlaksanya pelayanan farmasi klinik dengan baik seperti PIO belum dilaksanakan
dan didokumentasikan serta belum adanya visite bersama Dokter.
Temuan yang sering ditemukan pada Klinik bulan Juni dan Juli 2016 adalah
surat izin klinik sudah tidak berlaku serta terdapat obat yang tidak dapat ditelusuri
sumber pengadaannya. Selain temuan yang telah disebutkan di atas, pada kegiatan
pemeriksaan jajanan bersama dengan BPOM ditemukan makanan yang mengandung
bahan berbahaya formalin.
Dengan adanya temuan-temuan tersebut maka masing-masing sarana FMM
diberikan pembinaan untuk memperbaiki temuan yang ada dan diberikan waktu untuk
memperbaiki temuan tersebut kemudian dilakukan pemeriksaan ulang terhadap
perbaikan yang telah dilakukan .
Universitas Indonesia
BAB 5
5.1 Kesimpulan
a.Binwasdal merupakan salah satu tugas dari Subseksi Farmasi Makanan dan
Minuman (FMM) Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Kota
yang bertujuan untuk memastikan bahwa sarana FMM memenuhi persyaratan
demi tercapainya derajat kesehatan setinggi-tingginya.
b. Adapun kegiatan binwasdal sarana FMM pada bulan Juni dan Juli 2016 dilakukan
pada empat Apotek, satu Apotek Rakyat, dua PIRT, empat Instalasi Farmasi RS,
enam klinik dan dua tempat sampel makanan dan minuman.
c.Temuan yang sering ditemukan di Apotek dan Apotek rakyat adalah Apoteker tidak
berada ditempat, pencatatan mutasi barang belum mencantumkan nomor bets dan
tanggal kadaluarsa obat, pelaporan Narkotika dan Psikotropika belum
menggunakan SIPNAP, kulkas tidak dilengkapi thermometer dan tidak ada
catatan suhu kulkas, lemari narkotika belum menggunakan sistem dua pintu,
tidak ada ruang Apoteker, tempat sampah tidak tertutup, AA belum mengurus
SIKTTK, serta belum terlaksananya pelayan farmasi klinik dengan baik misalnya
belum adanya PIO dan konseling; temuan yang sering ditemukan di sarana PIRT
adalah PIRT belum memiliki surat izin, belum mempunyai SOP/catatan
produksi, produk tidak dilengkapi dengan nomer bets, dan tidak adanya tanggal
kadaluarsa pada kemasan produk; temuan yang sering ditemukan pada Instalasi
Farmasi RS adalah belum terlaksanya pelayanan farmasi klinik dengan baik
seperti PIO belum dilaksanakan dan didokumentasikan serta belum adanya visite
bersama Dokter; temuan yang sering ditemukan pada Klinik adalah surat izin
klinik sudah tidak berlaku serta terdapat obat yang tidak dapat ditelusuri sumber
pengadaannya; Selain temuan yang telah disebutkan di atas, pada kegiatan
pemeriksaan jajanan bersama dengan BPOM ditemukan makanan yang
mengandung formalin.
17 Universitas Indonesia
18
5.2 Saran
Bagi mahasiswa yang akan melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
di Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Timur hendaklah membaca peraturan
mengenai dinas kesehatan kota serta laporan PKPA terahulu agar mahasiswa lebih
siap dan lebih mudah memahami materi yang didapatkan selama pelaksanaan PKPA.
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 57 Tahun 2014.
(2014). Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Jakarta: Gubernur Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 233 Tahun 2014.
(2014). Peraturan Gubernur DKI Jakarta Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Kesehatan. Jakarta: Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
19 Universitas Indonesia
20
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012. (2012).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Industri dan
Usaha Obat Tradisional. Jakarta: Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
KH.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012. (2012). Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Tentang Tata Cara
Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta:
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Universitas Indonesia