Minggu ke : 1 dan 2
2. Indikator Kinerja: Menempatkan tanda baca secara tepat dalam suatu kalimat
dan atau suatu paragraf.
3. Teori
Bahasa tulisan, baik tulisan ilmiah maupun non ilmiah sangat berbeda
dengan bahasa lisan. Perbedaan yang utama adalah dalam bahasa lisan kita
mengenal intonasi, bahasa tubuh, isyarat, dan raut muka/mimik si penutur,
sedangkan dalam bahasa tulisan hal seperti itu tidak ditemukan. Oleh karena itu,
penggunaan tanda baca sangat mutlak diperlukan dalam suatu tulisan baik ilmiah
maupun bukan. Penggunaan tanda baca yang tepat akan sangat membantu si
pembaca dalam memahami isi tulisan. Penggunaan tanda baca yang berbeda
akan mempengaruhi makna dari suatu tulisan.
Banyak tanda baca yang dikenal dalam Bahasa Indonesia, tetapi tidak
semua tanda baca sering digunakan, khususnya dalam tulisan ilmiah. Tanda
baca yang relatif sering digunakan dalam tulisanilmiah antara lain: tanda titik,
koma, titik dua, tanda kurung, garis miring, dan tanda petik. Penggunaan dan
fungsi tanda tanda baca menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
(1999) antara lain sebagai berikut:
7. Pustaka:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Balai Pustaka. Jakarta.
Supriyatdi, D. 2009. Respons Eksplan Tebu (Saccharum officinarum L.) terhadap
2,4-D dan Kasein Hidrolisat dalam Proses Induksi Kalus, Induksi Tunas dan
Pengakaran in vitro. Tesis Pascasarjana. Program Magister
Agro-ekoteknologi. Univeritas Lampung. Bandar Lampung.
Yuwono, G.B. dan T. Iryanto. 1988. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. PT.
Indah. Surabaya.
8. Hasil Praktikum:
Hasil pekerjaan dikumpulkan satu minggu setelah pelaksanaan praktikum dalam
bentuk ketikan manual (bukan tulisan tangan atau print out komputer).
2. Indikator Kinerja:
1) Menyusun minimal empat macam kalimat efektif
2) Mengoreksi kalimat menjadi efektif
3. Teori
Suatu karya tulis ilmiah, atau tulisan ilmiah dibangun atas berbagai unsur
yang meliputi beberapa bab, setiap bab terdiri atas beberapa alinea, dan setiap
alinea/paragraf terdiri atas beberapa kalimat. Dengan kata lain, kalimat
merupakan komponen utama dalam suatu tulisan ilmiah serta merupakan
cerminan jalan pemikiran penulisnya. Oleh karena itu, kalimat yang digunakan
dalam tulisan ilmiah harus baik dan benar, dalam arti harus sesuai dengan
keperluan dan aturan atau kaidah yang telah ditetapkan. Kalimat-kalimat seperti itu
disebut juga kalimat efektif.
Menurut Yuwono dan Iryanto (1988) suatu kalimat dikatakan efektif bila
dapat menyampaikan pesan yang dikandungnya kepada pembaca dengan mudah dan
sesuai dengan yang dimaksud si penulisnya. Tipe-tipe kalimat efektif harus
mengikuti rambu-rambu yang telah ditetapkan. Menurut Pusat Pembinaan dan
pengembangan Bahasa (1999), secara tata bahasa (gramatikal) kalimat efektif
antara lain mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
a. penggunaan pola kalimat yang tepat
b. penggunaan imbuhan secara taat asas (dimana seharusnya ada)
c. penggunaan fungsi gramatikal dengan tepat
d. penggunaan konjungsi (kata hubung) secara taat asas
e. penggunaan partikel secara taat asas
f. memiliki kesejajaran (kesamaan bentuk kata), kehematan, kecermatan dalam
memilih kata.
4. Alat dan bahan
- alat tulis
- bahan latihan (“hand out”)
5. Prosedur Kerja
a. Setiap mahasiswa bekerja secara perorangan
b. Baca baik-baik bahan latihan berikut ini
c. Semua kalimat dibuat menjadi kalimat efektif dengan cara menambah,
mengganti, mengurangi, dan memilih kata serta mengubah susunan
kalimatnya.
d. Diskusikan hasil kerja saudara dengan teman dan konsultasikan kepada dosen
pembimbing
7. Pustaka:
Pranowo, Sunarti, dan S. Rochmiati. 1996. Teknik Menulis Makalah Seminar.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Balai Pustaka. Jakarta.
Sudjana, N. 1995. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Sinar Baru Algesindo.
Bandung.
Yuwono, G.B. dan T. Iryanto. 1988. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. PT.
Indah. Surabaya.
8. Hasil Praktikum:
Hasil pekerjaan dikumpulkan satu minggu setelah pelaksanaan praktikum dalam
bentuk ketikan manual (bukan tulisan tangan atau print out komputer).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun karangan ilmiah adalah:
1. Hindari pernyataan yang bersifat absolut. Contoh: Model ini merupakan
satu-satunya cara yang efektif untuk mengatasi masalah kemiskinan.
2. Hindari pernyataan yang bersifat ragu-ragu. Contoh: Kecilnya minat baca
nampaknya ditentukan oleh kebiasaan dalam keluarga.
3. Hindari penggunaan istilah asing yang telah ada padanannya dalam
bahasa Indonesia, tetapi jangan ragu-ragu menggunakan istilah asing yang
telah diserap dalam bahasa Indonesia, begitu juga istilah khusus dalam disiplin
ilmu tertentu.
4. Gunakan kalimat-kalimat efektif agar mudah dipahami.
- alat tulis
- bahan latihan (“hand out”)
5. Prosedur Kerja
a. Setiap mahasiswa bekerja secara perorangan
b. Baca baik-baik paragraf-paragraf berikut ini sebagai bahan latihan
c. Semua paragraf dibuat menjadi paragraf efektif dengan cara menambah,
7. Pustaka:
8. Hasil Praktikum:
Minggu ke : 5 dan 6
3. Teori
Karya Tulis Ilmiah atau Tulisan Ilmiah tidak semata-mata merupakan
hasil olah pikir penulis sendiri yang berdasarkan penalaran ilmiah, tetapi juga
berdasarkan hasil olah pikir orang lain. Bila pernyataan-pernyataan dalam suatu
tulisan ilmiah berasal dari penulis sendiri, harus dilakukan dengan cara
memberikan argumentasi rasional dengan menggunakan fakta, data, atau
pengalaman yang dapat dibuktikan oleh orang lain.
Bila pernyataan-pernyataan itu ditulis berdasarkan hasil olah pikir orang lain,
si penulis wajib menyebutkan sumber pernyataan tersebut. Berikut ini adalah
cara-cara menulis pernyataan orang lain yang lebih dikenal dengan istilah
quatation/citation (teknik pengutipan) . Menurut Wiradi (1996) ada tiga hal yang
harus diperhatikan dalam proses pengutipan, yakni:
1. Apa yang dikutip? 2. Mengapa dikutip? 3. Tata cara mengutip yang benar.
Pada umumnya apa yang kita kutip adalah suatu argumen yang sifatnya
“khas” dari suatu sumber pustaka. Sesuatu yang sifatnya “umum” (tidak khas)
tidak perlu dikutip. Artinya, bila kita mengutip dari suatu sumber pustaka tetapi
isinya sudah menjadi pengetahuan umum, kita tidak perlu membuat rujukan.
Contoh: “Semua manusia pasti mati”. “Air selalu mengalir ke tempat yang
lebih rendah”.
Masalah pengutipan adalah bagaimana kita menuangkan gagasan orang lain
dalam bentuk kalimat ke dalam karya tulis kita. Menurut Pranowo, dkk (1996)
kutipan dibedakan menjadi dua, Kutipan Langsung (KL), dan Kutipan Tidak
Langsung (KTL). KL adalah kutipan pendapat orang lain secara tepat sama
seperti yang tertulis dalam teks aslinya ke dalam karya tulis kita. KL biasanya
digunakan untuk memperkenalkan sesuatu yang baru agar tidak
disalahtafsirkan. Atau bila si penulis merasa sangat memerlukan keaslian bentuk
atau bunyi/redaksi dari informasi yang dikutip. KL dalam tulisan ilmiah sedapat
mungkin dihindari kecuali sangat diperlukan.
Kutipan tidak langsung (KTL) biasanya menyajikan gagasan orang lain
dengan cara menyatakan kembali gagasan-gagasan tersebut dalam kalimat-
ATAU
6. Tugas/Pertanyaan:
1) Perusahaan yang memerlukan tenaga kerja tinggal membuat iklan melalui
internet yang menawarkan lowongan kerja bagi orang yang dapat memenuhi
persyaratan pengetahuan dan kompetensi tertentu. Pelamar yang berminat
dipersilakan mengisi borang-borang yang sudah tersedia di “home-page”
perusahaan itu yang juga dianggap sebagai praseleksi. Dari borangborang yang
telah diisi ini, perusahaan akan memanggil mereka yang memenuhi syarat untuk
diseleksi. Seleksi akan berupa ujian lisan, tertulis, dan praktek yang langsung
7. Pustaka:
Farida, 1986. Cara Penyulingan Minyak Nilam. Majalah Trubus No 199: 38-41.
Huffaker, C.B. 1990. New Technology of Pest Control. John Wiley & Sons. New
York. Toronto.
Supriyatdi, D., Syamsuri dan A. Azis. 2001. Pengaruh Dosis Nitrogen Dengan Zeolit
Terhadap Tingkat Serangan Beberapa Serangga Hama dan Penyakit Tanaman
Tebu (Saccharum officinarum l.) Pada Lahan Tegalan. Laporan Penelitian.
Tidak dipublikasikan. Politeknik Pertanian Negeri Bandar Lampung.
8. Hasil Praktikum:
Hasil pekerjaan dikumpulkan dua minggu setelah pelaksanaan praktikum hari ini
dalam bentuk ketikan manual (bukan tulisan tangan atau print out komputer).
3. Teori
Menurut Good and Scates (1991) menulis suatu karya ilmiah harus
dimulai dengan menentukan suatu ide yang akan dijadikan topik kajian, yang
pada gilirannya akan dikembangkan menjadi suatu tulisan lengkap. Gay (1991)
menyatakan bahwa suatu ide atau topik bisa diperoleh dengan berbagai cara
antara lain dengan membaca tulisan orang lain, berdiskusi, melihat kenyataan di
sekeliling kita, serta menyaksikan fenomena alam.
Suatu topik/masalah semestinya harus menarik baik bagi penulis maupun
bagi calon pembacanya. Untuk bisa menarik, topik/masalah tersebut harus
berwawasan kekinian, (up to date), tidak terlalu umum, tidak terlalu sempit,
sumber pustaka tersedia secara cukup, dan harus berada dalam ruang lingkup
kemampuan penulis (Ekosusilo dan Triyanto, 1995).
Menurut Sudjana, (1995) topik/masalah dan judul saling berkaitan satu
sama lain. Topik/masalah harus dapat memberikan kesan terhadap judul,
demikian pula sebaliknya judul harus mencerminkan masalah/topik. Judul suatu
karya ilmiah hanya bisa ditentukan/ditetapkan setelah masalah/topiknya
dirumuskan dengan jelas, dan bukan sebaliknya.
Pranowo, Sunarti, dan Siti Rochmiati (1996) berpendapat bahwa
penentuan topik/masalah dalam menulis karya ilmiah merupakan langkah awal
yang harus ditempuh. Selanjutnya dikatakan bahwa topik yang dapat diangkat ke
dalam suatu karya ilmiah cukup tersedia di sekitar profesi masing-masing, tetapi
tidak semua topik yang tersedia layak untuk dibahas di dalam suatu karya ilmiah.
Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapatnya Ary and Jacobs
(1995) dan Winkler (1994) yang menyatakan bahwa dalam menulis suatu karya
ilmiah harus tetap berpijak pada topik/masalah yang dipilih. Masalah/topik
suatu karya ilmiah harus bisa menjawab pertanyaan berikut: 1). Apakah topik
tersebut berguna untuk dibahas? 2). Apakah penulis mempunyai kemampuan untuk
membahas tropik tersebut? 3). Apakah topik atau permasalahan tersebut menarik
untuk dibahas? 4). Apakah topik/masalah tersebut memberikan kontribusi
yang baru apabila dibahas/dipecahkan? 5). Untuk membahas topik tersebut apakah
cukup tersedia data pendukung dan sumber pustakanya?
5. Prosedur Kerja
a. Setiap mahasiswa berkumpul menurut kelompok yang sudah ditentukan
(terdiri dari 5-6 orang), lalu berdiskusi tentang topik yang akan diangkat
menjadi suatu tulisan.
b. Setiap kelompok mempresentasikan (menjelaskan) topiknya di depan kelas
untuk mendapat tanggapan dari kelompok lainnya.
c. Setelah didiskusikan, suatu topik bisa diteruskan menjadi suatu tulisan utuh,
atau mungkin juga diganti dengan topik lain kalau dianggap tidak memenuhi
kriteria suatu topik yang baik.
d. Selama praktikum berlangsung, sangat dianjurkan untuk secara aktif
berdiskusi dengan teman dan atau bertanya kepada dosen pembimbing.
Ary, D. and L.C. Jacobs. 1995. Guidelines for Writing Research Proposal. CBS
College. New York.
Ekosusilo, M. dan B. Triyanto. 1995. Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah.Dahara Prize. Semarang.
Gay, L.R. 1991. Review of Related Literature. Bell & Howell Co. London.
Good, C.V. and D.E. Scates. 1991. Selection and Definition of a Problem. Academic
Press. New York.
Pranowo, Sunarti, dan S. Rochmiati. 1996. Teknik Menulis Makalah Seminar.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Sudjana, N. 1995. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Sinar Baru Algensindo.
Bandung.
Winkler, A.C. 1994. Writing The Research Paper. Harconat Brace.
8. Hasil Praktikum:
Tuliskan topik yang disepakati kelompok sdr, dan kumpulkan kepada dosen
pembimbing beserta jawaban pertanyaan.
3. Teori
Pada prinsipnya setiap pengutipan tulisan orang lain (baik langsung
maupun tidak) merupakan proses peminjaman hak milik orang lain. Untuk itu,
setiap kita meminjam hak milik orang lain, semestinya ada tata cara dan tanda
bukti peminjamannya. Dalam hal ini, penulisan daftar pustaka pada suatu karya
ilmiah, selain sebagai tanda bukti peminjaman milik orang lain, kita juga
memberikan penghormatan (apresiasi) pada orang yang tulisannya telah kita
kutip. Daftar pustaka pun sangat berguna bagi pembaca yang ingin menelusuri isi
suatu tulisan langsung dari saumber pertamanya.
Terdapat beberapa versi tentang penyajian Daftar Pustaka dalam suatu
tulisan ilmiah. Meskipun demikian, semua versi mempunyai fungsi esensial
yang sama seperti tersebut di atas. Semua bahan yang dikutip baik langsung
maupun tidak langsung harus dicantumkan dalam daftar pustaka. Menurut
Pranowo,dkk (1996) secara umum unsur-unsur yang harus ditulis dalam suatu
daftar pustaka adalah: nama pengarang, tahun terbit , judul tulisan, nama penerbit
dan tempat penerbitan.
Unsur-unsur tersebut dapat bervariasi bergantung jenis sumber
pustakanya. Misalnya untuk sumber pustaka yang berbentuk buku, bisa ditulis
terbitan (edisi ke berapa). Untuk sumber pustaka berbentuk tulisan dalam
majalah, majalah ilmiah atau surat kabar harus dicantumkan nomornya,
volumenya serta pada halaman berapa. Pada akhirnya untuk teknik penyusunan
daftar pustaka adalah soal kesepakatan lingkungan disiplin ilmu atau lingkungan
kerja yang bersangkutan (lembaga penelitian, perguruan tinggi, majalah ilmiah).
Untuk setiap penulisan karya ilmiah di lingkungan Politeknik Negeri
Lampung harus mengacu pada “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Politeknik
Negeri Lampung”.
5. Prosedur Kerja
a. Kegiatan ini merupakan kegiatan perorangan (bukan kerja kelompok)
Buatlah suatu “Daftar Pustaka” dari berbagai jenis sumber pustaka berikut
ini, sesuai dengan pedoman yang berlaku di Politeklnik Negeri Lampung.
1) Buku berjudul “Hama Tanaman Kapas di Indonesia”. Ditulis oleh A.A.
Gothama dan Soebardjo, diterbitkan oleh Balittas Malang tahun 1990.
2) Pada tahun 1989, A. Youdewei dan M.W. Service menulis buku berjudul
“Pest and Vector Management in the Tropics” yang diterbitkan di London dan
New York oleh penerbit Longman.
3) Tulisan yang berjudul “Ledakan hama belalang” ditulis oleh Bima S.
Antakusumah berada pada halaman 32 - 39 dalam Jurnal (Majalah ilmiah)
“Lampung Pest Management” volume III No 28 th 1999.
4) Dalam majalah “Gertak Sambal” no 342 Mei 1876 halaman 6 Prof. DR. Ir.
Kabayan, SH, SE, MSc. Menulis suatu artikel berjudul “Cara mudah terbang ke
langit”.
5) Hubungan antara pemeliharaan ikan Louhan dengan keberuntungan
pemeliharanya. Tulisan tersebut ditulis oleh Kiyai Haji Raden Petruk Mc-
Roberts yang merupakan bagian dari suatu buku berjudul “Louhan ikan yang
misterius” yang diedit oleh Bill Sheppard Jr.
6) “Pengaruh makan kulit jengkol dalam proses pencernaan” merupakan
laporan hasil penelitian Dr. Ir. Mahkota Dewa, MSc. ditulis tahun 2004.
7) Buku berjudul “Perang tanding orang sinting” ditulis oleh Nakula-Sadewa Jr,
Bimo Werkudoro J.S.T , Yudistira R.B. , dan Arjuna Wiwaha diterbitkan di
Kota Antah Berantah pada tahun 1234 oleh penerbit PT. Miskin Sengsara.
8) PT. Keren Beken di kota Baghdad menerbitkan buku berjudul “Pintar dan
cerdas dalam memilih pemimpin rakus” pada tahun 2003.
9) Makalah dalam sutu seminar internesional berjudul “Dampak naiknya sewa
asrama terhadap tingkat hunian oleh mahasiswa” ditulis oleh Drs. Donald
Bebek. Seminar tersebut dilaksanakan di New York tanggal 17 Agustus
1959.
10) Annual report no 15 halaman 317 s.d. halaman 326
berjudul ”Penyebarluasan kesenian jaran kepang kepada angkatan laut
Amerika” diterbitkan oleh FAO (Food and Agriculture Organization) di
Tanggamus tahun 2004.
11) Buku berjudul Biologi pertanian diterbitkan oleh Rajawali Press Jakarta
tahun pada tahun 1987.
12) Pada tanggal 24 November tahun 1872 john murray di london telah
7. Pustaka:
Ekosusilo, M. dan B. Triyanto. 1995. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Dahara Prize.
Semarang.
Gay, L.R. 1991. Review of Related Literature. Bell & Howell Co. London.
Good, C.V. and D.E. Scates. 1991. Selection and Definition of a Problem. Academic
Press. New York.
Politeknik Negeri Lampung. 2008. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Politeknik
Lampung. Bandar Lampung.
Pranowo, Sunarti, dan S. Rochmiati. 1996. Teknik Menulis Makalah Seminar.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Sudjana, N. 1995. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Sinar Baru Algensindo.
Bandung.
8. Hasil Praktikum: Daftar Pustaka yang lengkap dan benar sesuai dengan pedoman.
1. Elemen Kompetensi: Menguasai tentang sistematika dan tata tulis karya ilmiah
3. Teori
Stanley, et al. (1995) berpendapat bahwa suatu kerangka adalah langkah
awal dalam memulai pembuatan suatu tulisan ilmiah. Setelah ditentukan
topik/masalah yang akan dibahas dalam suatu tulisan, maka topik tersebut
dijadikan suatu tuulisan utuh melalui pengembangan kerangka tulisan. Untuk
melakukan pendalaman topik yang terpilih, menurut Good and Scates (1991)
perlu dilakukan penelusuran berbagai sumber pustaka yang berkaitan.
Menurut Ekosusilo dan Triyanto (1995) untuk membuat suatu makalah
(salah satu bentuk tulisan ilmiah) tidak persis sama dengan membuat tulisan
ilmiah lainnya. Hal ini dikarenakan makalah hanya merupakan prasaran yang
akan ditampilkan dalam suatu forum pertemuan ilmiah yang dibatasi berbagai hal.
Untuk dapat menyusun makalah yang baik ada beberapa hal yang harus
diperhatikan penulis, yakni a). memahami topik/masalah dengan baik,
b).menentukan tujuan dan membatasi ruang lingkup, c). kepada siapa dan dalam
forum apa makalah akan disajikan.
Pranowo dkk. (1996) menyatakan bahwa dalam menulis naskah karya
ilmiah, termasuk penulisan makalah, perlu memperhatikan hal-hal berikut: a).
penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, b). penggunaan kalimat
efektif, c). prinsip koherensi (antara satu materi dengan yang lain, dari awqal
sampai akhir tulisan harus berkaitan dan saling berhubungan, d). pembahasan
singkat jelas dan tegas.
Bentuk makalah sangat bervariasi dari satu lembaga dengan lembaga lain,
tetapi secara umum diawali dengan pendahuluan dan diakhiri dengan penutup. Di
Politeknik Negeri Lampung (lihat Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Politeknik Negeri Lampung) telah ditentukan bahwa tata urut (sistematika)
penulisan makalah adalah sebagai berikut: JUDUL, ABSTRAK,
PENDAHULUAN (Latar Belakang dan Masalah, Tujuan), ISI/BODY
TULISAN, PENUTUP (yang merupakan inti permasalahan atau kesimpulan dari
topik/masalah yang telah dibahas dalam isi tulisan), DAFTAR PUSTAKA
(berisi daftar semua sumber pustaka yang dirujuk).
4. Alat dan bahan
- alat tulis
- hand out
Buatlah naskah makalah lengkap secara kelompok yang dikerjakan di luar jam
praktikum dengan tetap konsultasi dengan dosen pembimbing.
7. Pustaka:
8. Hasil Praktikum:
Semua makalah harus sudah dikumpulkan satu minggu setelah praktikum ini.
2. Indikator Kinerja: Mampu berbicara di depan publik dalam suatu forum ilmiah
(seminar) baik sebagai pemakalah maupun sebagai pemandu
acara (moderator) dengan menggunakan minimal satu visual
aid.
3. Teori
Menyampaikan tulisan ilmiah (khususnya makalah), dalam suatu
forum/pertemuan ilmiah seperti seminar, dikenal dengan istilah presentasi.
Tidak semua orang mampu dan sanggup berbicara di depan orang banyak
khususnya dalam pertemuan ilmiah. Seseorang yang mempunyai kemampuan
menulis karya ilmiah dengan baik, tidak serta merta mampu
mempresentasikannya atau tidak otomatis akan jadi pembicara yang handal.
Menurut Menasche (1994), Comfort & Utkey (1996), dan Niemantsverdriet
(2005) untuk bisa mempresentasikan makalah dengan baik hal-hal berikut ini perlu
diperhatikan sebelum melakukan presentasi: Tuliskan intisari dari makalah
lengkap anda yang memuat sekitar 30-40% dari makalah lengkap. Hal ini akan
membantu anda bila dalam presentasi ada yang terlupa. Ingat, anda melakukan
presentasi (bicara) bukan membaca. Oleh karenanya jangan terus menerus melihat
catatan. Siapkan suatu pembukaan/penghantaran yang baik, karena pada saat itu lah
yang menentukan tertarik tidaknya audiens pada makalah anda.
Tentukan media/alat bantu apa yang akan digunakan, lalu siapkan segala
sesuatunya. Tuliskan kesimpulan dari makalah anda. Kalau anda pembicara pemula,
berlatihlah sebelum tampil pada seminar sesungguhnya. Selanjutnya Hendricks
(1996) dan Storz (2002) memberikan kiat untuk menjadi pembicara yang sukses
dalam suatu seminar sebagai berikut:
Perhatikan waktu yang tersedia.
Fokuskan perhatian anda hanya pada poin-poin pokok saja.
Usahakan presentasi anda jadi presentasi yang hidup dan menarik, kalau perlu
sampaikan beberapa jokes atau anekdot.
Pada saat bicara harus selalu menghadap ke audiens. Jangan berbicara saat anda
membaca, baik membaca catatan maupun membaca dalam tampilan media/alat
bantu. Anda tidak akan pernah mendapatkan perhatian, komunikasi, kontak
dengan audiens secara baik bila mata anda hanya tertuju pada yang anda baca.
Buatlah strong ending (pengakhiran yang kuat). Salah satu cara yang bisa
dilakukan adalah dengan mengulang (reinforce) masalah/topik utama secara
ringkas meminta hadirin untuk menyampaikan tanggapan, komentar, dan
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat jadi pembicara di depan audiens,
menurut Mc-Evedy and M. Jordan (1996) adalah sebagai berikut:
1). Suara
Suara adalah alat yang sangat vital bagi seorang pembicara apa pun,
dimana pun dan kapan pun. Seseorang yang tidak punya suara akan sangat sulit
bahkan nyaris tidak mungkin untuk bisa jadi pembicara. Dengan suara kita bisa
mengendalikan audiens. Sebagai contoh, eengan mempercepat atau
meninggikan intonasi suara kita, akan menciptakan reaksi audiens. Dengan
suara yang volumenya pelan, akan membuat audiens mendengarkan secara teliti
(sungguh-sungguh) atau bahkan protes. Dengan gaya bicara yang penuh
antusias juga akan membawa pengaruh yang berbeda dibandingkan dengan
bicara tanpa semangat.
Oleh karena itu jangan bicara terlalu keras ataupun terlalu pelan, juga
jangan bicara terlalu cepat atau terlalu lambat. Gunakan volume dan ritme suara
yang memadai dan bisa terdengar secara wajar oleh seluruh audiens. Yang perlu
diingat adalah suara kita harus tetap dijaga agar tidak monoton, baik ritmenya,
volumenya, maupun intonasinya, sesuaikan dengan tingkat kepentingan dan
suasana saat itu. Kendalikan emosi dan pikiran sehingga tidak keluar kata-kata yang
tidak dikehendaki seperti kata “ee…e”, “mmmhh….”, “toh?” , “apa sih?” atau “iya
kan?”.
1). Slides
Cukup baik untuk digunakan terutama untuk menampilkan gambar.
Bagus tidaknya suatu slides tergantung pada proses pengambilan gambar
(pemotretan) dan pencucian filmnya. Pemotretan slides sama dengan pemotretan
biasa tetapi menggunakan film positif, sedangkan penggunaannya memakai alat
penampung slides yang namanya “carousel” yang selanjutnya “carousel”
tersebut dimasukkan ke dalam slides projector. Akhir-akhir ini slides jarang
digunakan orang karena pembuatan dan penggunaannya cukup rumit. Orang lebih
senang menggunakan kamera digital yang bisa langsung ditampilkan di
komputer.
2). Foto
Foto kurang disukai karena harus dicetak dalam ukuran sangat besar
untuk bisa dilihat semua audiens dari jarak yang cukup jauh. Hal tersebut
membutuhkan biaya cukup mahal padahal foto itu relatif tidak tahan lama bila
5. Prosedur Kerja
1) Setiap kelompok harus selalu siap tampil dengan makalah lengkapnya yang
sudah dibuat sejak praktikum terdahulu.
2) Dilakukan pengundian untuk menentukan kelompok yang akan tampil sebagai
pembicara pada praktikum kali ini.
3) Setiap kelompok mempresentasikan makalahnya di depan kelas.
4) Setiap minggu ditampilkan 2 makalah (2 kelompok) secara bergantian dengan
waktu masing-masing 50 menit. Lima belas menit digunakan untuk presentasi
7. Pustaka:
8. Hasil Praktikum:
Makalah lengkap yang sudah diperbaiki sesuai dengan hasil pembahasan selama
seminar, dikumpulkan satu minggu setelah seminar.
1 Sistematika penyampaian 15
2 Penguasaan materi 30
Penggunaan bhs lisan, gesture dan bhs
3 10
tubuh
Cara menyimak dan menjawab
4 20
pertanyaan
5 Pengendalian diri dan kestabilan emosi 10
Penggunaan alat bantu visual (visual
6 5
aids)
7 Penampilan fisik/kerapihan/kepatutan 5
8 Pemanfaatan waktu 5
TOTAL 100
Bandar Lampung,
Dosen penilai,
Cara bertanya
Materi pertanyaan
1 Gaya bahasa
Teknik argumentasi
RATA-RATA
Cara bertanya
Materi pertanyaan
23 Gaya bahasa
Teknik argumentasi
RATA-RATA
Cara bertanya
Materi pertanyaan
4 Gaya bahasa
Teknik argumentasi
RATA-RATA
Cara bertanya
Materi pertanyaan
5 Gaya bahasa
Teknik argumentasi
RATA-RATA
Cara bertanya
Materi pertanyaan
6 Gaya bahasa
Teknik argumentasi
RATA-RATA
Cara bertanya
Materi pertanyaan
7 Gaya bahasa
Teknik argumentasi
RATA-RATA
Cara bertanya
Materi pertanyaan
8 Gaya bahasa
Teknik argumentasi
RATA-RATA
Bandar Lampung,
Dosen penilai,